Anda di halaman 1dari 2

Parameter Keberhasilan Uji Hepatoprotektor

Parameter hepatoprotektif yang digunakan yaitu SGPT dan SGOT. Serum


transaminase adalah indikator yang peka pada kerusakan sel-sel hati. SGOT atau AST adalah
enzim sitosolik, sedangkan SGPT atau ALT adalah enzim mikrosomal, kenaikan enzim-
enzim tersebut meliputi kerusakan sel-sel hati oleh virus, obat-obatan atau toksin yang
menyebabkan hepatitis, karsinoma metastatik, kegagalan jantung, dan penyakit hati
granulomatus dan yang disebabkan oleh alcohol (Candra, 2013).

1. Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT)


SGOT adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam hati, jantung, ginjal, dan
otak (Widmann, 1995). Bila jaringan tersebut mengalami kerusakan yang akut, kadarnya
dalam serum meningkat. Diduga hal ini disebabkan karena bebasnya enzim intraseluler dari
sel-sel yang rusak ke dalam sirkulasi. Kadar yang sangat meningkat terdapat nekrosis
hepatoseluler atau infark miokard (Hadi, 1995). SGOT melakukan reaksi antara asam
aspartat dan asam alfa-ketoglutamat (Widmann, 1995). SGOT berada dalam sel parenkim
hati. SGOT meningkat pada kerusakan hati akut, tetapi juga terdapat dalam sel darah merah
dan otot skelet. Oleh karena itu, tidak spesifik untuk hati. SGOT berfungsi untuk mengubah
aspartat dan alfa-ketoglutarat menjadi oxaloasetat dan glutamat. Terdapat 2 isoenzim, yaitu
SGOT 1 merupakan isoenzim sitosol yang terutama berada dalam sel darah merah dan
jantung. Kemudian SGOT 2 merupakan isoenzim mitokondria yang predominan dalam sel
hati (Gaze, 2007). Kadar normal dalam darah 10-40 IU/ liter, sedangkan pada tikus berkisar
45,7-80, IU/L (Widmann, 1992). Meningkat tajam ketika terjadi perubahan infark
miokardium (Sacher dan McPerson, 2002).

2. Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT)


Enzim ini mengkatalisis pemindahan satu gugus amino antara lain alanine dan asam
alfa ketoglutarat. Terdapat banyak di hepatosit dan konsentrasinya relatif rendah di jaringan
lain. Kadar normal dalam darah 5-35 IU/ liter dan SGPT lebih sensitif dibandingkan SGOT
(Sacher dan McPerson, 2002). Sedangkan pada mencit berkisar 17,5-30,2 IU/L (Smith,1988;
Widmann, 1992).

Kadar SGPT dan SGOT meningkat pada hampir semua penyakit hati. Kadar yang
tertinggi ditemukan dalam hubungannya dengan keadaan yang menyebabkan nekrosis hati
yang luas, seperti hepatitis virus yang berat, cedera hati akibat toksin, atau kolaps sirkulasi
yang berkepanjangan. Peningkatan yang lebih rendah ditemukan pada hepatitis akut ringan
demikian pula pada penyakit hati kronik difus maupun local (Podolsky dan Isselbacher,
2000). Kadar mendadak turun pada penyakit akut, menandakan bahwa sumber enzim yang
masih tersisa habis. Kalau kerusakan oleh radang hati hanya kecil, kadar SGPT lebih dini
dan lebih cepat meningkat dari kadar SGOT (Widmann, 1995).

Daftar pustaka
Candra, Agung Adi. 2013. Aktivitas Hepatoprotektor Temulawak pada Ayam yang
Diinduksi Pemberian Parasetamol. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (2):
137-143.
Gaze D.C. 2007. The Role Of Existing and Novel Cardiac Biomarkers For Cardioprotection.
Curr. Opin. Invest. Drug.
Hadi S. 1995. Gastroenterologi. Edisi 6. Bandung: Alumni.
Podolsky dan Isselbacher. 2002. Tes Diagnostik Pada Penyakit Hati. Dalam: Harisson
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sacher dan McPerson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Smith, D. 1993. Pharmacokinetics and bioavailability of medroxyprogesterone acetate in the
dog and the rat. May;14(4):341-55.
Widman FK. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Ed. 9. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai