Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086


Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI


KAWASAN NUKLIR SERPONG

Syahrir, L. Kwin Pudjiastuti, Untara, Sri Widayati


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

ABSTRAK
PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI KAWASAN NUKLIR SERPONG. Review
proteksi radiasi di Kawasan Nuklir Serpong oleh Misi Ahli IAEA (International Atomic Energy Agency) pada
akhir tahun 2006 digunakan untuk meningkatkan program proteksi radiasi fasilitas nuklir kawasan. Misi Ahli
mereview dokumen, mengunjungi fasilitas dengan pengamatan dan diskusi teknis. Review menghasilkan
sejumlah temuan dan rekomendasi baik untuk masing-masing fasilitas maupun berlaku untuk kawasan.
Review di antaranya merekomendasikan pembentukan komite proteksi radiasi, standarisasi aturan proteksi
radiasi antar instalasi di kawasan nuklir Serpong, penerapan nilai batas dosis internasional terkini, penerapan
dose constraint, sasaran ALARA (as low as reasonably achievable) dan batas buangan (discharge limits).
Sebagai tindak lanjut dilakukan koordinasi dengan bidang keselamatan sekawasan Serpong dan diinventaris
operasional proteksi radiasi antar instalasi di kawasan nuklir Serpong. Sementara Komite Proteksi Radiasi
tidak dapat dibentuk, kerjasama antar fasilitas tetap diteruskan untuk menindaklanjuti temuan dan
rekomendasi yang dianggap penting untuk meningkatkan program proteksi radiasi fasilitas. Dari kerjasama
dilaksanakan beberapa tindak lanjut yang disepakati bersama maupun yang hanya dilaksanakan oleh fasilitas
terkait. Pada akhir November 2008 Misi Ahli IAEA kedua untuk mengevaluasi tindak lanjut temuan dan
pelaksanaan rekomendasi 2006 dilaksanakan. Misi ini memperkuat rekomendasi sebelumnya agar dibentuk
suatu Central Authority dalam mengkoordinasikan program proteksi radiasi kawasan. Misi Ahli juga prihatin
(concerned) dengan masih adanya paparan berlebih ada pada pekerja dan mendesak usaha nyata
penanggulangannya. Selain temuan dan rekomendasi, Misi juga menganjurkan tahapan untuk meningkatkan
program proteksi radiasi yang terpadu untuk fasilitas di kawasan nuklir Serpong. Central Authority telah
disetujui pimpinan untuk dibentuk dengan usulan nama Komisi Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong
dengan tugas membuat standar proteksi radiasi sekaligus mengawasi pelaksanaannya di fasilitas maupun
kawasan.

ABSTRACT
IMPROVING RADIATION PROTECTION SYSTEM FOR SERPONG NUCLEAR
ESTABLISHMENT The Review of radiation protection at Serpong Nuclear Center conducted by Expert
Mission of IAEA (International Atomic Energy Agency) in 2006 has been used to improve radiation
protection program by nuclear facilities in the area. The mission reviewed some documents, visited facilities
with observation and discussion. The Review results findings and recommendations for the facilities and the
site. It recommended a radiation protection committee that develop a radiation protection system for all
facilities in Serpong site and enforce it. It also recommended to implement recent international dose
limitations, dose constraint, discharge levels and ALARA objectives. All the relevant representative facilities
discussed the the follow-up of the findings and the recommendations. The committee can not be fulfilled but
the representative agreed to take action on the recommendations and findings as they are important to
improve facility radiation protection programs. On November 2008 the second expert mission for Review of
Radiation Protection by IAEA was conducted. The mission was stressing the need of a Central Authority in
radiation protection for Serpong. It also concerned with overdose to some workers and urged real effort to
cope with. Some findings to some facilities and recommendations are given on the mission report. The report
also suggests a basic schedule in steps to improve a unified radiation protection program for facilities in
Serpong Nuclear Establishment. Chairman of BATAN (National Nuclear Energy agency) agreed to form the
Central Authority with the proposed name as Radiation Protection Commission for Serpong Nuclear
Establishment. The Commission is asssigned to establish a radiation protection standard for Serpong site and
control its implementation.

PENDAHULUAN terdapat fasilitas penyimpanan limbah


radioaktif dan instalasi penyimpanan
Fasilitas nuklir utama di Kawasan
sementara bahan bakar nuklir bekas.
Nuklir Serpong (KNS) terdiri atas instalasi
Walaupun pengelolaan kawasan ini di bawah
reaktor penelitian, produksi radioisotop dan
kendali Badan Tenaga Nuklir Nasional
radiofarmaka, fabrikasi dan penelitian bahan
(BATAN), ada dua fasilitas nuklir yang
bakar nuklir, difraksi neutron, dan
terpisah dari organisasi dan berada di bawah
pengolahan limbah radioaktif. Selain itu
Badan Usaha Milik Negara dengan nama

169
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

Perusahan Terbatas BATAN Teknologi (PT rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti oleh
BATEK). fasilitas nuklir yang ada di KNS. Bahkan
Misi 2008 mengusulkan jadwal sederhana
Fasilitas yang ada telah beroperasi rata-
langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam
rata lebih dari 20 tahun dan di bawah
merealisasikan rekomendasi tersebut.
wewenang masing-masing pemegang izin
satuan kerja (satker) BATAN dan PT Satker BATAN Serpong dan BATEK
BATEK. Mereka memiliki bidang atau divisi membahas kedua laporan Misi Ahli untuk
keselamatan dan kesehatan dan menindaklanjutinya dalam rangka
mengimplementasikan program proteksi peningkatan sistem proteksi radiasi KNS.
radiasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahun 2005, BATAN menerima
tawaran International Atomic Energy Kegiatan review program proteksi
Agency (IAEA) untuk mengevaluasi radiasi oleh Misi IAEA ditujukan untuk
program proteksi radiasi fasilitas nuklir yang menilai efektivitas program proteksi radiasi
ada di KNS. Hal ini ditindaklanjuti dengan fasilitas nuklir di KNS.
kunjungan Misi Ahli pada tahun 2006. Hasil
kunjungan disajikan dalam laporan Misi Review Proteksi Radiasi 2006
yang berisi temuan, rekomendasi dan
Laporan evaluasi review program
kesimpulan yang menghendaki tindak lanjut
proteksi radiasi ini berlaku untuk fasilitas
dari fasilitas terkait. Sesuai kesepakatan
yang dikunjungi pada 12 – 14 Desember
Misi 2006, pada tahun 2008 dilaksanakan
2006. Review tidak mencakup evaluasi rinci
Misi kedua untuk mereview tindaklanjut
prosedur kerja pada masing-masing fasilitas.
evaluasi program proteksi radiasi
sebelumnya. Fasilitas yang dikunjungi oleh Misi Ahli
untuk dilihat dan diamati operasional
Pada makalah ini disajikan laporan hasil
proteksi radiasinya meliputi:
Misi, tindak lanjut fasilitas dan perencanaan
ke depan yang lebih terpadu dalam  Instalasi Produksi Elemen Bakar
peningkatan sistem proteksi radiasi KNS.  Reaktor Serba Guna GA Siwabessy
 Laboratorium Difraksi Neutron
METODE  Laboratorium Siklotron dan Radio-
farmasi
Peningkatan sistem proteksi radiasi  Instalasi Radiometalurgi
fasilitas nuklir di KNS ini didasarkan pada  Instalasi Produksi Radioisotop
hasil evaluasi program proteksi radiasi oleh  Instalasi Pengolahan Limbah
Misi Ahli IAEA pada 2006 dan 2008. radioaktif
Evaluasi dilaksanakan melalui:
 Subbidang Pemantauan Daerah
 Pemaparan kegiatan proteksi Kerja dan Subbidang Pemantauan
radiasi fasilitas di KNS oleh pihak Personel PTLR.
BATAN.
 Pemaparan ringkasan persyaratan Hasil Pengamatan
untuk membuat program proteksi Dari kunjungan ke fasilitas serta
radiasi yang baik sesuai ketentuan wawancara dan diskusi teknis dengan staf
internasional maupun contoh di suatu fasilitas diperoleh hasil berikut:
negara oleh Misi IAEA.
 Review terbatas sampel dokumen 1. Tidak ada program proteksi radiasi
yang tersedia dalam bahasa Inggris. yang mengikat untuk seluruh fasiliats di
 Kunjungan ke fasilitas. KNS yang memungkinkan
 Wawancara dan diskusi teknis ketidaksamaan program antar fasilitas.
dengan personel BATAN dan BATEK. 2. Tidak ada nilai acuan untuk
 Pemaparan global hasil evaluasi, pencapaian ALARA dalam dosis efektif
kesimpulan rekomendasi utama. tahunan (sebagaimana tercantum dalam
 Laporan lengkap review program Laporan Analisis Keselamatan RSG-
proteksi radiasi oleh Misi Ahli IAEA GAS).
3. Batas dosis tahunan perorangan di
Laporan berisi hasil review program KNS lebih tinggi daripada yang
proteksi radiasi beserta kesimpulan dan

170
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

direkomendasikan badan internasional 8. Pekerja radiasi harus mengikuti


terkini. aturan yang seharusnya dalam
4. Tidak ada pencapaian dosis desain pemakaian peralatan pemantauan
fasilitas untuk pekerja dan anggota personel.
masyarakat. 9. Harus ada program pemeliharaan
5. Tidak ada penerapan dose yang memadai untuk peralatan
constraint untuk optimisasi dosis pemantauan.
perorangan. 10. Penggunaan sandal di daerah
6. Tidak ada keseragaman dalam kontaminasi kuning harus diganti
klasifikasi daerah kerja. dengan alas kaki yang tepat.
7. Tidak ada batas buangan airborne 11. Harus ada real-time on-line
dan cairan ke lingkungan. monitoring system termasuk ketentuan
8. Pelabelan daerah radiasi dan dalam karakterisasi gas mulia terhadap
berbahaya, dan pemasangan tanda pemantauan cerobong fasilitas.
bahaya keselamatan dan instruksi pada 12. Perlu dibuat batas buangan
umumnya tidak memadai. airborne dan cairan ke lingkungan.
9. Budaya keselamatan organisasi 13. Dosis efektif yang diterima oleh
harus ditingkatkan termasuk kebersihan pekerja sangat sangat tinggi
daerah kerja. dibandingkan dengan dosis kepada
10. Tidak ada kebijakan tertulis untuk pekerja pada fasilitas yang serupa atau
menggantikan dosimeter personal lebih besar di dunia. Analisis akar
elektronik dengan bacaan analog ke penyebab dosis yang sangat tinggi pada
bacaan digital. pekerja produksi radioisotop di PT
BATEK harus dilaksanakan.
Hasil pengamatan tersebut bersifat
14. Hand and Foot Monitor (HFM) di
global yang umumnya berlaku untuk lebih
pintu keluar fasilitas produksi
dari satu fasilitas. Temuan dan rekomendasi
radioisotop PT BATEK dan Instalasi
yang spesifik fasilitas diberikan dalam
Pengolahan Limbah Radioaktif PTLR
laporan lengkap Misi IAEA 2006 [1].
tidak berfungsi. HFM perlu diperbaiki
atau diganti dengan yang baru.
Rekomendasi
15. Harus ada persetujuan layanan
Rekomendasi berikut merupakan antara BATAN dengan PT BATEK
rangkuman rekomendasi yang berlaku dalam penyediaan pelayanan dosimetri
menyeluruh maupun spesifik fasilitas internal dan eksternal.
tertentu. 16. Kebijakan dan prosedur yang tepat
harus dikembangkan untuk memberi-
1. Perlu pendekatan yang terpadu
tahu terdeteksinya dosis abnormal pada
untuk menghasilkan regim proteksi
bacaan TLD, dan berurusan dengan si-
radiasi yang efektif di KNS.
tuasi bila pekerja tidak mengembalikan
2. Suatu institusi (misal Panitia
TLD tepat waktu.
Proteksi Radiasi) harus dibentuk untuk
17. Perlu dibuat sistem formal untuk
mengembangkan program proteksi
pelaporan insiden atau kejadian dalam
radiasi kawasan yang terpadu.
organisasi termasuk menyimpan jejak
3. Batas dosis perorangan dan anggota
rekaman insiden.
masyarakat harus ditinjau menimbang
18. Perlu penempatan monitor
best practice internasional.
kontaminasi jinjing di tempat yang
4. Perlu dibuat pencapaian ALARA
strategis pada tiap fasilitas.
untuk pekerja radiasi dan anggota
19. Perlu ditingkatkan pelabelan daerah
masyarakat.
radiasi dan berbahaya, dan pemasangan
5. Perlu dibuat dose constraint dan
tanda peringatan keselamatan dan in-
optimasi proteksi radiasi termasuk
struksi.
penetapan investigation level.
20. Perlu komitmen untuk menumbuh-
6. Perlu kebijakan tertulis untuk
kembangkan budaya keselamatan yang
upgrading dosimeter personal
berkelanjutan.
elektronik ke bacaan digital.
7. Perlu keseragaman dalam
pembagian daerah kerja radiasi dan
kontaminasi.

171
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

Tindak Lanjut lingkungan. Selanjutnya akan di akan


ditentukan berdasarkan kriteria dosis.
Beberapa hasil temuan dan rekomendasi
dapat digolongkan mengikat seluruh satker 3. Pemantauan Dosis Personel:
BATAN dan BATEK (kawasan) tapi ada Berdasarkan peraturan “setiap pekerja
juga yang hanya berlaku untuk fasilitas radiasi harus dilengkapi dengan alat
tertentu saja (fasilitas). Dalam pemantau dosis perorangan”. Dalam hal
menindaklanjuti rekomendasi di atas, tugas radiasi di lebih dari satu organi-
terutama yang bersifat kawasan, dilakukan sasi diharuskan pemantauan dosis pero-
kerjasama antar organisasi keselamatan radi- rangan pada tiap insitusi terkait (misal
asi terkait. outsourcing pekerja BATAN di PT
BATEK). Bagi pekerja magang di
Dalam kerjasama tersebut disepakati
daerah radiasi (< 3 bulan) tidak
untuk membentuk Panitia Proteksi Radiasi
diperlukan pemeriksaan kesehatan,
Kawasan Nuklir Serpong namun hal ini
namun rekaman data dosis perorangan
tidak dapat direalisir dengan pertimbangan
tetap diperlukan.
kerjasama yang ada dapat diteruskan dan
berfungsi sebagai panitia dimaksud. Ada pun 4. Kartu kesehatan:
kesepakatan terkait program proteksi radiasi Perlu penyeragaman data yang dikumpul-
disampaikan berikut ini. kan terkait efek radiasi misal komposisi
darah (limfosit, trombosit, segmen).
1. Diklat penyegaran Proteksi Radiasi
Perlu adanya surat pernyataan ke
Bidang keselamatan tiap instalasi agar
BAPETEN dari BATAN c.q. PKTN bah-
mendata pekerja yang belum pernah
wa hasil pemeriksaan kesehatan seluruh
mengikuti penyegaran proteksi radiasi.
pekerja radiasi kawasan nuklir Serpong
Instalasi mengadakan program
disimpan di PKTN.
penyegaran intern dengan materi yang
singkat sehingga dapat diadakan selama 2 5. Layanan pemantauan dosis:
hari (satu hari materi, 1 hari praktek). Perlu dokumen kerjasama layanan
TLD/WBC antara PTLR dan pelanggan.
2. Keseragaman
Periode pemantauan dosis dengan TLD
a. Daerah kerja: dapat dilakukan < 3 bulan (1 bulan) khu-
Penyeragaman warna cat dinding dan susnya BATEK yang mempunyai kecen-
lantai beserta arti tiap zona daerah derungan menerima dosis tinggi.
kerja. Perlu pelabelan zona daerah Apabila penerimaan dosis melebihi NBD,
kerja. Satuan radiasi dan kontaminasi perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan
mengacu pada satuan SI yang baru (darah), mengacu pada PP 33/2007.
(Sv, Bq, Gy).
Agar program proteksi radiasi di KNS
b. Alas kaki daerah kerja/ laboratorium:
berlangsung efektif, BATAN dan PT
Shoecover digunakan untuk daerah
BATEK perlu secara bersama melakukan
kontaminasi.
pendekatan terpadu dengan kebijakan,
c. Setting alarm point: sasaran, kriteria dan pengaturan proteksi
Radiasi: 2,5 mrem/jam atau 25 radiasi yang well defined. Penyelesaian
µSv/jam. mendesak harus dilakukan oleh PT BATEK
Kontaminasi Permukaan: ≤ 0,37 mengingat adanya dosis personel yang
Bq/cm2 untuk pemancar-α dan ≤ 3,7 sangat tinggi pada operator di fasilitas
Bq/cm2 untuk pemancar-β. produksi radioisotop.
d. Setting alarm HFM:
Implementasi yang sesuai rekomendasi
Sama dengan setting alarm point
di atas akan meningkatkan proteksi
kontaminasi permukaan di atas.
kesehatan dan lingkungan dari radiasi
e. Batas buangan (keluaran cerobong) pengion pada kegiatan fasilitas nuklir di
Masing-masing fasilitas agar KNS.
mengkonversi data lepasan tahunan
dalam Bq/m3 menjadi Bq/tahun Review Proteksi Radiasi 2008
sehingga dapat dinilai (asses) dosis
yang tidak melebihi batasan dosis Kegiatan Review Proteksi Radiasi yang
yang diijinkan. Saat ini batasan batas kedua pada 24 – 26 November 2008
buangan mengacu pada baku mutu meliputi:

172
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

A. Presentasi: Rincian hasil review untuk tiap fasilitas


diberikan pada acuan [2]. Pada bagian akhir
1. Facility’s Radiation Protection
laporan tersebut dibuatkan langkah-langkah
Program in BATAN Serpong
yang perlu ditempuh untuk mengembangkan
2. Status Report of the Follow-up
program proteksi radiasi yang terpadu di
Actions on the December 2006
Kawasan Nuklir Serpong. Langkah tersebut
Mission
meliputi:
3. Possible Impact of the ICRP 2007
Recommendations 1. Pembentukan Central Authority yang
4. IAEA Safety Standards for Radiation mempunyai otoritas dalam
Protection mengembangkan a set of common rules
5. Accident Prevention for Serpong and principles dan mengawal (enforce)
(30-30-30 Accident Rule) pelaksanaannya sehingga dipatuhi.
B. Kunjungan tindak lanjut review 2006 2. Central Authority mempunyai tugas
a. Menetapkan nilai/parameter terkait
1. Instalasi Radioisotop dan operasional proteksi radiasi yang
Radiofarmaka (PRR) berlaku seragam untuk seluruh
2. Reaktor Serba Guna G.A. fasilitas di KNS.
Siwabessy b. Mengembangkan Program Proteksi
3. Instalasi Radioisotop dan Radiasi yang dapat diaplikasikan
Radiofarmaka (PT BATEK) untuk diterapkan dalam
C. Wawancara tindak lanjut review 2006 penggunaan lokal serta didasarkan
dengan perwakilan bidang keselamatan pada rekomendasi IAEA dan
pusat-pusat yang tidak dikunjungi contoh-contohnya.
(PTBN, PTLR, PTBIN). c. Menjamin perangkat keras
(instrumen, alat pelindung diri, dst.)
Hasil Pengamatan yang diperlukan untuk menunjang
program proteksi radiasi terpenuhi.
Laporan “Expert Mission on Radiation d. Mengembangkan indikator untuk
Protection Programme and Mission Follow- merunut evolusi proses seperti:
up Actions to BATAN” [2] dari IAEA i. dosis perorangan
mencakup kegiatan yang disampaikan di maksimum terekam,
atas dan penilaian proteksi radiasi atas ii. akumulasi dosis
kunjungan dan wawancara yang dilakukan. kolektif per periode bacaan
Rangkuman hasil review tersebut TLD,
disampaikan berikut ini. iii. dan lain-lain.
1. Beberapa fasilitas seperti reaktor e. Menyelenggarakan training kepada
berangsur menunjukkan peningkatan seluruh staf tentang aplikasi
dibandingkan review 2006 sebelumnya program ini.
dalam menindaklanjuti rekomendasi. f. Mengawal pelaksanaan dose con-
2. Dari hasil diskusi dengan BATEK dan straint agar proteksi terhadap
PRR tidak terlihat indikasi usaha nyata pekerja dan masyarakat berangsur
dalam mengklarifikasi penyebab dosis meningkat.
berlebih staff PRR yang bekerja di g. Merevisi dan mereview kebijakan
BATEK. proteksi radiasi berdasarkan kondisi
3. Secara keseluruhan hanya sekitar 20% keberlangsungannya di lapangan.
rekomendasi Review 2006 yang telah 3. Central Authority meng-enforce
diimplementasikan oleh BATAN implementasi ketentuan atau pun
Serpong. kebijakan yang dibuat serta memberikan
4. Dari hasil pengamatan, angket dan penilaian peningkatan yang dicapai.
wawancara dan diskusi dikeluarkan
rekomendasi yang mencakup budaya Tindak Lanjut
keselamatan, dose constraint dan
penerapan ICRP 103, prinsip optimisasi Laporan ini telah dibahas dalam
(ALARA), batas lepasan atmosfer, lingkungan satker terkait bahkan dalam
klasifikasi daerah kerja, prosedur akses rapat pimpinan BATAN dan PT BATEK.
daerah kendali, dan pemantauan daerah Dari rapat pimpinan disepakati dibentuknya
kerja. suatu komisi yang berperan sebagai central

173
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

authority yang mulai berlaku tahun 2009 ini. KESIMPULAN


Rancangan pembentukan komisi ini telah
1. Telah ditetapkan dan dilaksanakan
diteruskan ke Kepala BATAN.
beberapa kesepakatan terkait kegiatan
Komisi dimaksud dirancang bertugas proteksi radiasi kawasan nuklir
memberikan saran dan rekomendasi kepada Serpong.
Kepala BATAN baik diminta maupun tidak 2. Tidak dibentuknya Panitia Proteksi,
diminta tentang segala sesuatu yang sesuai rekomndasi review 2006,
berkaitan dengan proteksi radiasi dan membatasi ruang gerak pengawasan
lingkungan Kawasan Nuklir Serpong, implementasi rekomen-dasi, sebagai
khususnya dalam hal sebagai berikut: contoh penyeragaman klasifi-kasi
daerah kerja walau telah disepakati
1. Koordinasi kegiatan proteksi radiasi
dalam kenyataannya tidak semua
kawasan baik yang sebelumnya tidak
fasilitas melaksanakannya sehinggga
ada maupun yang bersifat peningkatan;
temuan tetap terbuka.
2. Pendekatan terpadu untuk
3. Perlu penetapan standar proteksi radiasi
mendapatkan sistem proteksi radiasi
kawasan yang mengikat setiap
Kawasan Nuklir Serpong yang efektif
operasional proteksi radiasi instalasi
baik dari sisi regulasi, fasilitas proteksi
nuklir maupun fasilitas radiasi yang ada
radiasi maupun ketiadaan ketentuan
di kawasan.
yang mengatur.
4. Usulan Komisi Proteksi Radiasi KNS
3. Penetapan tingkatan radiologis yang
akan menyatukan sistem proteksi radiasi
belum ada ketentuannya dengan
fasilitas yang ada di kawasan.
mengkaji rekomendasi internasional
5. Komisi Proteksi Radiasi menetapkan
dan pengalaman negara lain yang telah
standar proteksi radiasi yang menjadi
menerapkannya.
dasar penilaian efektivitas program
4. Peningkatan budaya keselamatan di
proteksi radiasi fasilitas.
Kawasan Nuklir Serpong.
5. Penilaian efektivitas proteksi radiasi in-
DAFTAR PUSTAKA
stalasi di Kawasan Nuklir Serpong.
1. IAEA, “Expert Mission on In-Service
Dalam pelaksanaan tugasnya komisi Inspection of Heat Exchangers and
perlu membuat suatu standar proteksi radiasi Radiation Protection Programme of
yang berlaku untuk seluruh fasilitas yang RSG-GAS, Serpong, Indonesia, 11-15
ada di KNS. Tiap fasilitas December 2006”.
mengimplementasikan lebih rinci standar 2. IAEA, “Expert Mission on Radiation
tersebut sesuai kondisi kerja dalam bentuk Protection Programme and Mission
prosedur dan instruksi. Follow-up Actions to BATAN, Serpong,
Indonesia 24–26 November 2008”.
Untuk maksud audit program proteksi
3. IAEA, “International Basic Safety Stan-
radiasi, perlu dibentuk tim audit lintas
dards for Protection against Ionizing
organisasi yang independen terhadap
Radiation and for the Safety of
fasilitas yang diaudit. Audit ini
Radiation Sources”, Safety Series No.
menggunakan standar proteksi radiasi KNS
115, Vienna 1995.
dalam menilai kinerja program proteksi
4. IAEA, “Radiation Protection and
radiasi fasilitas.
Radioactive Waste Management in the
Masing-masing satker dan BATEK Design and Operation of Research
menyelenggarakan pelatihan kepada seluruh Reactors”, Draft Safety Guide, DS 340,
pekerja radiasi tentang aplikasi program Vienna 2006.
proteksi radiasi dalam standar di atas. 5. IAEA, “Occupational Radiation Protec-
tion”, IAEA Safety Standards Series No.
Selain pembentukan komisi proteksi
RS-G-1.1, IAEA, Vienna (1999).
radiasi KNS, rangkuman hasil review 2008
perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk
action plan.

174

Anda mungkin juga menyukai