Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain,
sehingga dalam praktiknya harus dijalankan dengan seimbang. Hak
merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan,
sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban bagi individu
dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat
pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika
hak dan kewajiban tidak berjalan seimbang dalam praktik kehidupan, maka
akan terjadi suatu ketimpangan yang akan menimbulkan gejolak masyarakat
dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam kehidupan
bermasyarakat,berbangsa, maupun bernegara.
Ada sebagian masyarakat yang merasa dirinya tidak tersentuh oleh
pemerintah. Dalam artian pemerintah tidak membantu untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-harinya, tidak memperdulikan pendidikan dirinya dan
keluarganya, tidak mengobati penyakit yang dideritanya dan lain sebagainya
yang menggambarkan seakan-akan pemerintah tidak melihat penderitaan yang
dirasakan mereka.
Selain mereka yang merasa hak-haknya sebagai warga negara belum
didapat, ada juga orang-orang yang benar-benar hak mereka sebagai warga
negara telah didapatkan, akan tetapi mereka tidak mau menunaikan
kewajibannya sebagai warga negara. Mereka tidak mau membela negaranya
dikala hak-hak negeri ini dirampas oleh negara seberang, mereka tidak mau
tahu dikala hak paten seni-seni kebudayaan Indonesia dibajak dan diakui oleh
negara lain, dan bahkan mereka mengambil dan mencuri hak-hak rakyat jelata
demi kepentingan perutnya sendiri.
Sungguh masih banyak sekali fenomena-fenomena yang menimpa
negeri ini. Hal ini terjadi karena masyarakat kurang paham tentang hak dan
kewajibannya sebagai warga negara. Atau mereka paham tetapi hawa nafsu
telah menguasai akal pikiran mereka sehingga tertutup kebaikan di dalam jiwa
mereka.
Oleh karena itu, disusunlah makalah Hak dan Kewajiban Warga
Negara ini. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, penulisan makalah ini juga agar pembaca dapat memahami
hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, didapat rumusan masalah sebagai berikut:


1. Bagaimana pengertian hak dan kewajiban warga negara ?
2. Bagaimana hak dan kewajiban warga negara Indonesia ?

1
3. Apa saja asas-asas kewarganegaraan ?
4. Apa saja problematika dalam status kewarganegaraan seseorang ?
5. Konsepsi HAM dalam UUD 1945 Pasca Amandemen

1.3. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:


1. Mengetahui pengertian hak dan kewajiban warga negara.
2. Memahami hak dan kewajiban warga negara Indonesia.
3. Mengetahui asas-asas kewarganegaraan.
4. Memahami problematika yang terjadi di dalam status kewarganegaraan
seseorang.
5. Menjelaskan Konsepsi HAM dalam UUD 1945 Pasca Amandemen

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hak Dan Kewajiban Warga Negara


Hak dan kewajiban adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,tetapi
bisa dibedakan.Dalam realita kehidupan sering terjadi permasalahan karena
hak dan kewajiban tidak berjalan seimbang.Hak warga negara adalah segala
sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai
anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan.Hak pada
umumnya didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban
atas kewajiban sedangkan, Kewajiban warga negara adalah segala sesuatu
yang dianggap sebagai suatu keharusan atau kewajiban untuk dilaksanakan
oleh individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak yang
pantas untuk didapatkan. Kewajiban pada umumnya mengarah pada suatu
keharusan atau kewajiban bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai
anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai
dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Hak dan kewajiban merupakan suatu
hal yang terikat satu sama lain , sehingga dalam praktiknya harus dijalankan
dengan seimbang . Jika hak dan kewajiban tidak berjalan secara imbang
dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimpangan dalam
pelaksanaan kehidupan individu baik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, maupun bernegara.
Hak dan kewajiban harus berjalan sejajar untuk mencapai
keseimbangan.Dimana ada hak disana pasti ada kewajiban yang harus ada
secara bersamaan.Contoh konkritnya seperti hak dan kewajiban antara suami
dan istri dalam sebuah keluarga,bila suami melaksanakan kewajibannya maka
sang istri mendapatkan haknya,sebaliknya bila istri menjalankan
kewajibannya maka si suami akan mendapatkan haknya.Bila terjadi
ketimpangan antara hak dan kewajiban yang terjadi akan menimbulkan
gejolak dalam kehidupan baik dari kalangan individu maupun
kelompok.Gejolak tersebut merupakan bentuk ketidakpuasan atas tidak
berjalannya hak dan kewajiban secara seimbang.Oleh sebab itu, untuk
menghindari adanya gejolak pada masyarakat mengenai ketimpangan akan
hak dan kewajiban tersebut diperlukan kesadaran secara mendasar pada
individu akan kewajiban yang harus dipenuhi guna mendapatkan hak yang
pantas dan sesuai atas pelaksanaan kewajiban tersebut.

2.2. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Hak dan kewajiban warga negara Indonesia secara konstitusional telah


tercantum di dalam UUD 1945.Adanya hak dan kewajiban bagi warga negara
dapat menciptakan masyarakat yang tertib,tentram,aman, dan damai ,serta
mampu menjaga stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.
Hak warga negara ini adalah sesuatu yang dapat dimiliki oleh warga
negara dari negaranya sendiri,seperti hak untuk hidup yang layak,aman,

3
pelayanan dan hal lain yang diatur dalam perundang-undangan.Baberapa
acuan yang dapat kita pedomani sebagai bukti adanya hak warga negara
Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Hak Warga Negara
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
b. Berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan.
c. Berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan.
d. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,tumbuh dan
berkembang,serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
e. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasar.
f. Berhak mendapatkan pendidikan,ilmu pengetahuan dan teknologi,serta
seni budaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan
hidup manusia.
g. Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat,bangsa, dan
negaranya.
h. Setiap orang berhak atas pengakuan,jaminan perlindungan,kepastian
hukum yang adil,serta perlakuan yang sama di depan hukum.
i. Setiap orang berhak untuk bekerja dan mendapatkan imbalan,serta
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
j. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan.
k. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
l. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut
agamanya,memilih pendidikan dan pengajaran,memilih
pekerjaan,memilih kewarganegaraan,serta memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali.
m. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,serta
menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya.
n. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,berkumpul,dan
mngeluarkan pendapat.
o. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.Selain
itu,setiap orang berhak untuk
mencari,memperoleh,memiliki,menyimpan,mengolah,dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
p. Setiap orang berhak atas perlindungan diri
pribadi,keluarga,kehormatan martabat,dan harta benda yang berada di
bawah kekuasaannya.Di samping itu,setiap orang berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

4
q. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atas perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia,serta berhak memperoleh
suaka politik negara lain.
r. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat,serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
s. Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama dalam
memcapai keadilan.
t. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
u. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapa pun.
v. Hak untuk hidup,hak untuk tidak disiksa,hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani,hak beragama,hak untuk tidak diperbudak,hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum,serta hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
w. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminasi
atas dasar apa pun,dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminasi itu.
x. Identitas bangsa dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.
2. Kewajiban Warga Negara
Selain hak,warga negara juga mempunyai kewajiban terhadap
negara..Beberapa acuan yang dapat kita pedomani sebagai bukti adanya
kewajiban warga negara Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Wajib menjunjung hukum dan pemerintah.
b. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
c. Wajib membayar pajak sebagai kontrak utama negara dengan warga
negara.
d. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain.
e. Wajib tunduk pada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang untuk menjamin pengakuan,serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain.
f. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
g. Wajib mengikuti pendidikan dasar.

2.3 Asas-Asas Kewarganegaraan

Setiap negara mempunyai kebebasan dan kewenangan untuk menentukan


asas kewarganegaraan,karena setiap negara memiliki budaya,sejarah,dan
tradisi yang berbeda satu sama lain.Asas kewarganegaraan diperlukan untuk
mengatur status kewarganegaraan seseorang dan kepastian hukum.Banyak

5
contoh kasus tentang pentingnya kewarganegaraan seperti anak yang lahir dari
perkawinan dimana orang tuanya berbeda kewarganegaraan atau anak yang
lahir di negara yang menganut asas yang berbeda dengan negara kedua orang
tuanya.Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006,tentang
kewarganegaraan dalam penjelasan umum disebutkan ada asas
kewarganegaraan umum atau universal, dan asas kewarganegaraan khusus.
Dalam asas kewarganegaraan umum atau universal meliputi asas
kelahiran,asas keturunan,asas perkawinan,unsur pewarganegaraan
(naturalisasi),mari kita jelaskan satu persatu :
1. Asas Kewarganegaraan Umum
a. Asas kelahiran (Ius soli)
Asas kelahiran (Ius soli) adalah penentuan status kewarganegaraan
berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang. Pada awalnya
asas kewarganegaraan hanyalah ius soli saja, sebagai suatu anggapan
bahwa seseorang lahir di suatu wilayah negara, maka otomatis dan
logis ia menjadi warga negara tersebut, akan tetapi dengan tingginya
mobilitas manusia maka diperlukan asas lain yang tidak hanya
berpatokan pada kelahiran sebagai realitas bahwa orang tua yang
memiliki status kewarganegaraan yang berbeda akan menjadi
bermasalah jika kemudian orang tua tersebut melahirkan di tempat
salah satu orang tuanya (misalnya di tempat ibunya). Jika asas ius soli
ini tetap dipertahankan maka si anak tidak berhak untuk mendapatkan
status kewarganegaraan bapaknya. Atas dasar itulah maka muncul asas
ius sanguinis.
b. Asas keturunan (Ius sanguinis)
Asas keturunan (Ius sanguinis) adalah pedoman kewarganegaraan
berdasarkan pertalian darah atau keturunan. Jika suatu negara
menganut asas ius sanguinis, maka seseorang yang lahir dari ayah
yang memiliki kewarganegaraan suatu negara seperti Indonesia maka
anak tersebut berhak mendapat status kewarganegaraan orang tuanya,
yaitu warga negara Indonesia.
c. Asas perkawinan
Status kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan yang
memiliki asas kesatuan hukum, yaitu paradigma suami isteri atau
ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang mendambakan
suasana sejahtera, sehat dan bersatu. Di samping itu asas perkawinan
mengandung asas persamaan derajat, karena suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masing
pihak. Asas ini menghindari penyelundupan hukum, misalnya seorang
yang berkewarganegaraan asing ingin memperoleh status
kewarganegaraan suatu negara dengan cara berpura-pura melakukan
pernikahan dengan perempuan di negara tersebut, setelah mendapat
kewarganegaraan itu ia menceraikan isterinya.
d. Unsur pewarganegaraan (naturalisasi)

6
Dalam naturalisasi ada yang bersifat aktif dan ada juga yang pasif,
naturalisasi aktif yaitu seseorang yang dapat menggunakan hak opsi
untuk memilih atau mengajukan kehendak untuk menjadi warga
negara dari suatu negara,sedangkan naturalisasi pasif yaitu seseorang
yang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu negara atau tidak mau
diberi status warga negara oleh suatu negara, maka yang bersangkutan
menggunakan hak repudiasi yaitu hak untuk menolak pemberian
kewarganegaraan tersebut.

2. Asas Kewarganegaraan Khusus


Selain asas umum,ada beberapa asas khusus yang menjadi dasar
penyusunan Undang-Undang tentang kewarganegaraan Republik
Indonesia yaitu pada Undang-Undang No. 12 tahun 2006,asas-asas
tersebut adalah :

a. Asas Kepentingan Nasional


Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa
peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional
Indonesia yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai
negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuan sendiri.

b. Asas Perlindungan Maksimum


Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan
bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh terhadap
setiap warga negara Indonesia dalam keadaan apapun, baik di dalam
maupun di luar negeri.

c. Asas persamaan di dalam Hukum dan Pemerintahan


Pengertian asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan
adalah asas yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia
mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.

d. Asas Kebenaran Substantif


Asas kebenaran substantif adalah prosedur pewarganegaraan
seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai
substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.

e. Asas Non-Diskriminatif
Pengertian asas non diskriminatif adalah asas yang tidak
membedakan perlakuan dalam segala hal ihwal yang berhubungan
dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis
kelamin dan gender.

7
f. Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia
Definisi asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi
manusia adalah yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan
dengan warga negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan
hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara pada
khususnya.

g. Asas Keterbukaan
Asas yang menentukan bahwa segala hal ikhwah yang
berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.

h. Asas Publisitas
Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang
yang memperoleh atau kehilangan kewarganegaraan Republik
Indonesia diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar
masyarakat mengetahuinya.

2.5 Problematika Status Kewarganegaraan

Problem status kewarganegaraan merupakan suatu hal yang tidak bisa


dihindari.Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam literature
dan praktek diberbagai negara paling tidak terdapat 3 asas
kewarganegaraan.Asas-asas tersebut adalah asas iussoli,asas ius sanguinis dan
asas campuran.Dengan semakin mudahnya sarana transportasi dan tingginya
mobilitas antar negara menyebabkan asas ini menjadi bermasalah sehingga
dapat menyebabkan terjadinya problematika status kewarganegaraan.Dalam
status kewarganegaraan ada 3 (tiga) problematika status kewarganegaraan
yang sering muncul, yaitu:

1. Apartide

Apatride yakni kasus dimana seorang anak tidak memiliki


kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari
negara yang menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di negara
yang menganut asas ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik itu
negara asal Ibunya ataupun negara kelahirannya yang mengakui
kewarganegaraan anak tersebut.

2. Bipatride

Bipatride yakni Istilah yang digunakan untuk orang-orang yang


memiliki status kewarganegaraan rangkap atau dengan istilah lain yang
dikenal dwi-kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena seorang Ibu berasal
dari negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan seorang anak di

8
negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kedua negara (negara asal
dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status
kewarganegaraannya.

3. Multipatride

Multipatride adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan status


kewarganegaraan seseorang yang memiliki lebih dari dua status
kewarganegaraan.Dalam UU RI No. 12 Tahun 2006, memang tidak
dibenarkan seseorang memiliki 2 kewarganegaraan atau tidak memiliki
kewarganegaraan. Tapi untuk anak-anak ada pengecualian. Dengan catatan
setelah anak tersebut berusia 18 tahun, dia harus memilih status
kewarganegaraannya.Status kewarganegaraan tersebut dapat diperoleh
dengan cara “Naturalisasi“, yakni dapat berupa pengajuan atau penolakan
kewarganegaraan(disertai penerimaan status kewarganegaraan yang lain)
tentunya dengan memenuhi persyaratan dari negara yang diajukan.

2.6 Konsepsi HAM dalam UUD 1945 Pasca Amandemen

Memasukkan hak-hak asasi manusia ke dalam pasal-pasal konstitusi


merupakan salah satu ciri konstitusi moderen. Setidaknya, dari 120an
konstitusi di dunia, ada lebih dari 80 persen diantaranya yang telah
memasukkan pasal-pasal hak asasi manusia, utamanya pasal-pasal dalam
DUHAM. Perkembangan ini sesungguhnya merupakan konsekuensi tata
pergaulan bangsa-bangsa sebagai bagian dari komunitas internasional,
utamanya melalui organ Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sejak
dideklarasikannya sejumlah hak-hak asasi manusia dalam Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia atau biasa disebut DUHAM 1948 (Universal Declaration
of Human Rights), yang kemudian diikuti oleh sejumlah kovenan maupun
konvensi internasional tentang hak asasi manusia, maka secara bertahap
diadopsi oleh negara-negara sebagai bentuk pengakuan rezim normatif
internasional yang dikonstruksi untuk menata hubungan internasional.
Meskipun demikian, dalam konteks sejarah dan secara konsepsional,
Undang-Undang Dasar 1945 yang telah lahir sebelum DUHAM memiliki
perspektif hak asasi manusia yang cukup progresif, karena sebagaimana
ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alinea 1:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Konsepsi HAM tersebut tidak hanya ditujukan untuk warga bangsa
Indonesia, tetapi seluruh bangsa di dunia! Di situlah letak progresifitas
konsepsi hak asasi manusia di tengah berkecamuknya perang antara blok

9
negara-negara imperial. Konsepsi yang demikian merupakan penanda corak
konstitusionalisme Indonesia yang menjadi dasar tanggung jawab negara
dalam hak asasi manusia (Wiratraman 2005a: 32-33).
DUHAM 1948 kemudian banyak diadopsi dalam Konstitusi RIS maupun
UUD Sementara 1950, dimana konstitusi-konstitusi tersebut merupakan
konstitusi yang paling berhasil memasukkan hampir keseluruhan pasal-pasal
hak asasi manusia yang diatur dalam DUHAM (Poerbopranoto 1953 : 92). Di
tahun 1959, Soekarno melalui Dekrit Presiden telah mengembalikan
konstitusi pada UUD 1945, dan seperti pada awalnya disusun, kembali lahir
pengaturan yang terbatas dalam soal hak-hak asasi manusia. Dalam sisi inilah,
demokrasi ala Soekarno (demokrasi terpimpin atau guided democracy) telah
memperlihatkan adanya pintu masuk otoritarianisme, sehingga banyak
kalangan yang menganggap demokrasi menjadi kurang sehat.
Di saat rezim Orde Baru di bawah Soeharto berkuasa, konsepsi jaminan
hak asasi manusia dalam UUD 1945 justru sama sekali tidak
diimplementasikan. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dikebiri atas nama stabilisasi
politik dan ekonomi, dan hal tersebut jelas nampak dalam sejumlah kasus
seperti pemberangusan simpatisan PKI di tahun 1965-1967 (Cribb 1990;
Budiarjo 1991), peristiwa Priok (Fatwa 1999), dan penahanan serta
penculikan aktivis partai pasca kudatuli. Sementara penyingkiran hak-hak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan terlihat menyolok
dalam kasus pembunuhan aktivis buruh Marsinah, pengusiran warga
Kedungombo (Elsam & LCHR 1995), dan pembunuhan 4 petani di waduk
Nipah Sampang (Hardiyanto et. all (ed) 1995). Praktis, pelajaran berharga di
masa itu, meskipun jaminan hak asasi manusia telah diatur jelas dalam
konstitusi, tidak serta merta di tengah rezim militer otoritarian akan
mengimplementasikannya seiring dengan teks-teks konstitusional untuk
melindungi hak-hak asasi manusia. Setelah situasi tekanan politik ekonomi
yang panjang selama lebih dari 30 tahun, desakan untuk memberikan jaminan
hak asasi manusia pasca Soeharto justru diakomodasi dalam pembentukan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal-
pasal di dalam undang-undang tersebut -- nyatanya -- cukup memberikan
pengaruh pada konstruksi pasal-pasal dalam amandemen UUD 1945, terutama
pada perubahan kedua (disahkan pada 18 Agustus 2000) yang memasukkan
jauh lebih banyak dan lengkap pasal-pasal tentang hak asasi manusia.
Bandingkan saja kesamaan substansi antara UUD 1945 dengan UU Nomor 39
Tahun 1999.
Untuk memudahkan memahami substansi, pemetaan berikut secara rinci
mengemukakan pasal-pasal berbasis pada kualifikasi struktur konstitusi
(Diatur dalam/luar Bab XIA) dan pemilahan substansi hak sipil dan politik
dan hak ekonomi, sosial dan budaya.

10
SOAL DAN JAWABAN

Pertanyaan
1. Sebutkan salah satu kewajiban sebagai warga Negara ??
2. sebutkan dan jelaskan 3 (tiga) problematika status kewarganegaraan yang
sering muncul ???
3. Apa itu Asas kelahiran (Ius soli) ?
4. Sebutkan salah satu asas kewarganegaraan !
5. Pengertian asas non diskriminatif !

 Jawaban
1. Salah satu kewajiban warga nwegara adalah : Wajib menjunjung hukum dan
pemerintah.
2. Tiga problematika status kewarganegaraan yang sering muncul adalah :

1. Apartide

Apatride yakni kasus dimana seorang anak tidak memiliki


kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal
dari negara yang menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di
negara yang menganut asas ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik
itu negara asal Ibunya ataupun negara kelahirannya yang mengakui
kewarganegaraan anak tersebut.

2. Bipatride

Bipatride yakni Istilah yang digunakan untuk orang-orang yang


memiliki status kewarganegaraan rangkap atau dengan istilah lain yang
dikenal dwi-kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena seorang Ibu berasal
dari negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan seorang anak di
negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kedua negara (negara asal

11
dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status
kewarganegaraannya.

3. Multipatride

Multipatride adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan status


kewarganegaraan seseorang yang memiliki lebih dari dua status
kewarganegaraan.Dalam UU RI No. 12 Tahun 2006, memang tidak
dibenarkan seseorang memiliki 2 kewarganegaraan atau tidak memiliki
kewarganegaraan. Tapi untuk anak-anak ada pengecualian. Dengan catatan
setelah anak tersebut berusia 18 tahun, dia harus memilih status
kewarganegaraannya.Status kewarganegaraan tersebut dapat diperoleh
dengan cara “Naturalisasi“, yakni dapat berupa pengajuan atau penolakan
kewarganegaraan(disertai penerimaan status kewarganegaraan yang lain)
tentunya dengan memenuhi persyaratan dari negara yang diajukan.

3. Asas kelahiran (Ius soli) adalah penentuan status kewarganegaraan


berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang
.
4. Asas perkawinan
5. Asas non diskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan
dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar
suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hak warga negara adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk
didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada
dalam kandungan.Hak pada umumnya didapat dengan cara diperjuangkan
melalui pertanggungjawaban atas kewajiban sedangkan, Kewajiban warga
negara adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan atau
kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara
guna mendapatkan hak yang pantas untuk didapatkan.Hak dan kewajiban
harus berjalan sejajar untuk mencapai keseimbangan.Dimana ada hak disana
pasti ada kewajiban yang harus ada secara bersamaan.Setiap warga negara
mempunyai kebebasan dan kewenangan untuk menentukan asas
kewarganegaraan.Hak dan kewajiban warga Negara Indonesia ditetapkan
dalam UUD 1945 yaitu tercantum di dalam pasal 27, pasal 28, pasal 29, pasal
30, dan pasal 31.

Setiap negara mempunyai kebebasan dan kewenangan untuk menentukan


asas kewarganegaraan,karena setiap negara memiliki budaya,sejarah,dan
tradisi yang berbeda satu sama lain.Asas kewarganegaraan diperlukan untuk
mengatur status kewarganegaraan seseorang dan kepastian
hukum.Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam literature dan
praktek diberbagai negara paling tidak terdapat 4 asas kewarganegaraan
umum ditambah 8 asas kewarganegaraan khusus,tetapi dengan semakin
mudahnya sarana transportasi dan tingginya mobilitas antar negara
menyebabkan asas-asas ini menjadi bermasalah sehingga dapat menyebabkan
terjadinya problematika status kewarganegaraan seperti apatride,bipatrade dan
multipatride.

3.2 Saran

13
Dengan ditulisnya makalah yang ini yang menjelaskan tentang Hak dan
Kewajiban Warga Negara,semoga kita semua benar-benar memahami apa
yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara di negeri ini. Sehingga,
jika ada hak-hak yang belum kita dapatkan, kita bisa memperjuangkannya.
Begitu juga sebaliknya, jika hak-hak sebagai warga negara telah kita terima,
maka sepatutnya kita menjalankan kewajiban kita sebagai warga negara.

Daftar Pustaka

 Anonim. 2013. Peran Mahasiswa dalam Membela Negara (online),


(http://theguhengine.blogspot.com/2013/05/peran-mahasiswa-dalam-
membela-negara.html, diakses 8 Maret 2014).
 Jidy. 2013. Menanamkan Kesadaran Mahasiswa akan Hak (online),
(http://sebmanida.blogspot.com/2013/03/menanamkan-kesadaran-
mahasiswa-akan-hak.html, diakses 8 Maret 2014).
 Sobarudin, Enjang. 2012. Mahasiswa Harus Giat Terlibat Bela Negara
(online),(http://www.kabar-priangan.com/news/detail/2964, diakses 8
Maret 2014).
 Suwanda, I Made, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi. Surabaya: Unesa University Press.
 Widowati, Dwi Cynthia. 2013. Makalah Hak dan Kewajiban Negara
(online), (http://cynthiawidowati.blogspot.com/2013/04/makalah-hak-dan-
kewajiban-warga-negara_1.html, diakses 8 Maret 2014).

14

Anda mungkin juga menyukai