Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pembangunan merupakan salah satu hal yang sangat penting, sehingga
segala kegiatan yang menyangkut pembangunan sangat diperhatikan baik dalam
bidang transportasi, ekonomi, komunikasi, dan juga prasarana lainnya yang
menunjang terwujudya keinginan untuk meningkatkan kepentingan dan
kenyamanan masyarakat. Gedung merupakan salah satu contoh prasarana untuk
meningkatkan pembangunan, oleh karena itu sangat dibutuhkan keberadaannya
untuk mendukung perkembangan dalam berbagai bidang, misalnya bidang
pemerintah, ekonomi, pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat.
Untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ini diberikan waktu selama 1
bulan 1 minggu. Selama proyek ini penulis diwajibkan untuk mengikuti kegiatan
proyek konstruksi yang dapat memberikan gambaran bagi penulis untuk
melaporkan hasil pengamatan, dan juga diharapkan berperan dalam pelaksanaan
proyek tersebut, sehingga penulis dapat memahami semua masalah-masalah yang
timbul di lapangan serta mengetahui tentang pembangunan sebuah konstruksi
gedung yang benar. Selain Praktek Keraja Lapangan (PKL) penulis tidak hanya
mengikuti kegiatan-kegiatan pekerjaan, tetapi penulis juga mengamati serta
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan laporan Praktek
Kerja Lapangan ini.
Berpedoman pada hal tersebut di atas maka penulis mempunyai minat untuk
mengetahui secara lebih mendalam tentang cara atau proses pelaksanaan
pembangunan Gedung Puskesmas Kenarilang yang berlokasi di kota Kalabahi
kabupaten Alor.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah proses pelaksanaan pekerjaan dan Manejemen proyek pada
proyek pembangunan Gedung Puskesmas Kenarilang sehingga menghasilkan
kualitas gedung yang baik.

1
1.3 Tujuan
A. Tujuan Penulisan
Melaporkan proses pelaksanaan pekerjaan pembangunan gedung Puskesmas
Kenarilang.
B. Tujuan PKL
1. Mahasiswa/mahasiswi mengetahui metode-metode kerja proses pekerjaan
dilapangan.
2. Mahasiswa/ mahasiswi mengetahui Manajemen Proyek

1.4 Ruang Lingkup PKL


Dalam hal ini penulis tidak dapat mengikuti sejak awal pekerjaan
disebabkan terbatasnya waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan sementara
proyek telah dimulai. Penulis hanya dapat mengikuti sebagian item pekerjaan
dalam kerja praktek ini.
Adapun item pekerjaan yang diikuti selama 1 bulan 1 minggu yaitu :
Pekerjaan struktur balok, Pekerjaan Pelat Lantai, Pekerjaan Kolom Lantai 2.

1.5 Metode pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Dalam proses pengumpulan data mengenai kegiatan Praktek Kerja
Lapangan ini, penulis menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Observasi Langsung
Penulis melakukan pengamatan secara langsung mengenai tatacara
pelaksanaan proyek di lapangan.
2. Wawancara /Interview
Penulis mewawancarai secara langsung pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek tersebut, yaitu kepala proyek, pengawas pekerjaan dan tukang.
3. Studi kepustakaan
Penulis mengutip pendapat para ahli dari buku-buku sumber yang
mempunyai kaitan dengan masalah yang dibahas.
4. Metode Dokumentasi

2
Pada metode ini, penulis secara langsung melakukan pengambilan gambar
(melakukan pemotretan /foto) pada tempat PKL mulai dari awal pekerjaan
yang di tinjau sampai dengan selesai sehingga dapat di pergunakan sebagai
acuan dalam penulisan laporan PKL ini.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Bangunan Gedung

2.1.1 Pengertian Bangunan Gedung

Berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum, NO : 24/PRT/M/2008.


BAB I, Pasal 1, yang dimaksud dengan Bangunan Gedung adalah wujud fisik
hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian
atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah dan atau di dalam air, yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya
maupun kegiatan khusus.

2.1.2 konstruksi Bangunan Gedung

Konstruksi bangunan terdiri dari bagian – bagian yang saling mendukung


satu sama lain. Masing – masing bagian bangunan tersebut memiliki karakteristik
sendiri karena memang dibuat untuk tujuan tertentu. Bahan baku pembuatan
bagian bangunan tersebut juga berbeda – beda sesuai dengan peruntukan awalnya.

Pada dasarnya bagian – bagian konstruksi bangunan meliputi :

1. Bangunan bawah

Bangunan bawah adalah bagian suatu bangunan yang terletak dibawah


permukaan tanah. Bangunan bawah berguna untuk menopang bangunan atas
sehingga harus mempunyai struktur yang kuat, tidak mudah bergerak, dan
kondisinya stabil. Yang termasuk bagian bangunan bawah meliputi pondasi dan
balok beton ( sloof.

2. Bangunan atas

Bangunan atas adalah bagian bangunan yang berada diatas permukaaan


lantai. Bangunan atas merupakan bagian yang berfungsi mendukung maksud

4
pendirian bangunan tersebut. Bagian – bagian bangunan atas diantaranya kolom,
dinding, ventilasi, balok latei, balok ring, kuda – kuda dan atap.

2.1.3 Struktur Bangunan Gedung

1. Fondasi

Fondasi adalah bagian dari struktur bangunan paling bawah yang berfungsi
memikul dan meneruskan beban dari bangunan termasuk beban – beban yang
bekerja pada bangunan dan berat fondasi itu sendiri menuju lapisan tanah
pendukung dibawahnya. Fondasi terbagi dalam tiga jenis yaitu fondasi dangkal,
fondasi sedang, dan fondasi dalam.

Fondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah,


kedalamannya diperkirakan mencapai 3m dibawah permukaan tanah. Yang
termasuk golongan fondasi dangkal yaitu sebagai berikut:

1. Fondasi staal atau fondasi lajur

Fondasi ini merupakan jenis fondasi yang digunakan untuk mendukung beban
memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban
kolom dimana penempatan kolom dalam jarak dekat dan fungsional kolom tidak
terlalu mendukung beban berat. Fondasi ini biasanya dibuat dari pasangan bata
atau batu kali, dengan kedalaman tanah kuat sampai 1,5 m dibawah permukaan
tanah. Jika kedalaman tanah kuat sampai 2 m, dapat pula digunakan fondasi staal
yang diletakkan diatas timbunan pasir ± 20 cm.

2. Fondasi telapak ( foot plate )

Fondasi ini digunakan untuk mendukung beban titik individual seperti kolom
struktur. Fondasi ini dibuat dari beton bertulang, dengan kedalaman tanah kuat
sampai 2 m dibawah permukaan tanah.

5
3. Fondasi pyler

Fondasi ini biasanya dibuat dari pasangan batu kali yang berbentuk piramida
terpancung. Fondasi ini biasanya dipasang pada sudut – sudut bangunan dan pada
pertemuan tembok – tembok dengan jarak ± 2,5 m – 3.5 m, dengan kedalaman
tanah kuat 2,5 m – 3 m dibawah permukaan tanah. Di atas fondasi dipasang balok
sloof.

Gambar 2.1 Jenis Fondasi Dangkal.

Fondasi sedang biasanya kedalaman tanah kuat diperkirakan mencapai 4 m


dibawah permukaan tanah. Jenis fondasi yang tergolong fondasi sedang adalah
fondasi sumuran. Fondasi sumuran dibuat dari pipa beton biasa atau pipa beton
bertulang dengan tebal dinding berkisar antara 8 cm – 12 cm di masukkan
kedalam tanah, kemudian di isi dengan campuran adukan beton. Ukuran diameter
pipa bagian dalam berkisar antara 65 cm – 150 cm, dan bergantung dari hasil
hitungan. Fondasi sumuran di pasang pada sudut – sudut bangunan seperti fondasi
pyler.

6
Gambar 2.2 Fondasi Sumuran

Fondasi dalam biasanya kedalaman tanah kuat minimal mencapai 4,5 m


dibawah permukaan tanah. Fondasi yang cocok pada kedalaman ini ialah fondasi
tiang pancang. Fondasi tiang pancang dibuat dari bahan kayu, besi profil, pipa
baja, maupun beton bertulang, yang dapat dipancang sampai kedalaman ± 60 m
dibawah permukaan tanah.

Gambar 2.3 Fondasi Tiang Pancang

7
2. Kolom

Pada suatu konstruksi bangunan gedung, kolom berfungsi sebagai


pendukung beban – beban dari balok dan plat untuk diteruskan ke tanah dasar
melalui fondasi. Beban dari balok dan plat ini berupa beban aksial tekan serta
momen lentur. Oleh karena itu dapat didefinisikan, kolom adalah suatu struktur
bangunan yang mendukung beban aksial dengan/tanpa momen lentur.

Kolom dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu menurut bentuk dan susunan
tulangan, serta letak atau posisi beban aksial pada penampang kolom. Disamping
itu juga dapat dibedakan menurut ukuran panjang – pendeknya kolom dalam
hubungan dengan dimensi lateral.

1. Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan.

Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan, kolom dibedakan menjadi 3


macam, yaitu:

a. Kolom segi empat, baik berbentuk empat persegi panjang maupun bujur
sangkar, dengan tulangan memanjang dan sengkang. ( Gambar 2.4 a ).
b. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan sengkang atau spiral.
( Gambar 2.4 b
c. Kolom komposit, yaitu kolom yang terdiri atas beton dan profil baja
struktural yang berada didalam beton. ( Gambar 2.4 c ).

Gambar 2.4 Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan.

8
2. Jenis kolom berdasarkan letak/posisi beban aksial.

Berdasarkan letak/posisi beban aksial, kolom dibedakan menjadi 2 macam,


yaitu:

a. Kolom dengan posisi beban sentris, berarti kolom ini menahan beban aksial
tepat pada sumbu kolom. ( Gambar 2.5 a ).
b. Kolom dengan posisi bebann eksentris, berarti beban aksial bekerja diluar
sumbu kolom dengan eksentrisitas sebesar e. ( Gambar 2.5 b ). Beban aksial
P dan eksentrisitas e ini akan menimbulkan momen (M) sebesar M = P.e.
Dengan demikian, kolom yang menahan beban aksial eksentris ini
pengaruhnya sama dengan kolom yang menahan beban aksial sentris P serta
momen M. ( Gambar 2.5 c ).

Gambar 2.53 Jenis kolom berdasarkan letak/posisi beban aksial.

3. Jenis kolom berdasarkan panjang – pendeknya kolom.

Berdasarkan ukuran panjang dan pendeknya, kolom dibedakan atas dua


macam yaitu kolom panjang ( sering pula disebut kolom lansing atau kolom
kurus), dan kolom pendek ( sering pula disebut kolom tidak lansing atau kolom
gemuk ). Beban yang bekerja pada kolom panjang, dapat menyebabkan terjadi
kegagalan atau keruntuhan kolom akibat kehilangan stabilitas lateral karena
bahaya tekuk. Tetapi pada kolom pendek, kehilangan stabilitas lateral karena
tekuk ini tidak pernah dijumpai. Jadi kegagalan atau keruntuhan pada kolom
pendek sering disebabkan oleh kegagalan materialnya ( lelehnya baja tulangan
dan atau hancurnya beton.

9
3. Balok

Balok adalah batang horizontal dari rangka struktur yang menahan beban
lentur akibat adanya momen yang terjadi pada struktur bangunan. Balok juga
menahan beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa berat balok itu
sendiri, beban plat lantai, berat dinding dan juga beban hidup yang terdiri dari
beban yang berpindah – pindah, seperti manusia yang melakukan aktivitas
didalam bangunan.

Adapun fungsi balok antara lain:

1. Meneruskan beban dinding ke kolom


2. Sebagai pengikat kolom
3. Menambah kekuatan lentur plat
4. Menambah kekuatan horizontal pada struktur

Sifat dari bahan beton yaitu sangat kuat untuk menahan tekan, tetapi tidak
kuat untuk menahan tarik. Oleh kerena itu, beton dapat mengalami retak jika
beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat tariknya.
Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada balok, maka perlu diberi baja
tulangan, sehingga disebut beton bertulang. Pada balok beton bertulang, tulangan
baja ditanam di dalam beton, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan
momen pada penampang dapat ditahan oleh baja tulangan.

Fungsi utama dari beton yaitu untuk menahan beban/gaya tekan dan menutup
baja tulangan agar tidak berkarat. Sedangkan fungsi utama dari baja tulangan
yaitu untuk menahan gaya tarik (meskipun juga kuat terhadap gaya tekan) dan
mencegah terjadinya retak/patah pada beton.

Berdasarkan sistem penulangan balok, dapat dibedakan atas dua macam


yaitu:

10
1. Pemasangan tulangan longitudinal

Fungsi baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu untuk menahan gaya
tarik. Oleh karena itu pada struktur balok, plat, fondasi, ataupun struktur lainnya
dari bahan beton bertulang, selalu diupayakan agar tulangan longitudinal
(tulangan memanjang) dipasang pada serat – serat beton yang mengalami
tegangan tarik. Keadaan ini terjadi terutama pada daerah yang menahan momen
lentur besar (umumnya di daerah lapangan) sehingga sering mengakibatkan
terjadinya retakan beton akibat tegangan lentur tersebut. Tulangan longitudinal
dipasang searah sumbu batang. Berikut adalah contoh pemasangan tulangan
memanjang pada balok maupun plat.

Gambar 2.6 Pemasangan Tulangan Longitudinal Pada Balok dan Pelat.

2. Pemasangan tulangan geser

Retakan beton pada balok juga dapat terjadi di daerah ujung balok yang
dekat dengan tumpuan. Retakan ini disebabkan oleh bekerjanya gaya geser atau
gaya lintang balok yang cukup besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh material
beton dari balok yang bersangkutan.

11
Agar balok dapat menahan gaya geser, maka diperlukan tulangan geser yang
dapat berupa tulangan miring / tulangan serong atau berupa sengkang / begel.
Jika sebagai penahan gaya geser hanya digunakan begel saja, maka pada daerah
dengan gaya geser besar (daerah tumpuan) dipasang begel dengan jarak yang
rapat. Sedangkan pada daerah dengan gaya geser kecil (daerah lapangan) dipasang
begel dengan jarak yang lebih besar.

Gambar 2.7 Pemasangan Tulangan Geser

Berdasarkan jenisnya balok terdiri dari tiga macam yaitu:

1. Balok induk

Balok induk adalah balok utama yang penempatannya tepat pada kolom,
memanjang sebagai penghubung antar kolom dan memiliki dimensi lebih besar.
Balok induk merupakan balok yang dianggap satu kesatuan dengan kolom dalam
perhitungan satu portal. Balok induk mempunyai menahan baban dari balok anak
ke kolom.

2. Balok anak

Balok anak adalah balok yang menyokong atau mendukung beban dan
menghubungkan antar balok induk, dimensinya lebih kecil dari balok induk.
Balok anak juga menghubungkan antar portal yang satu dengan yang lain. Balok

12
anak mempunyai fungsi menahan beban – beban dari lantai yang akan diteruskan
ke balok induk, balok anak terletak di ujung – ujung balok induk dan juga di
tengah – tengah balok induk.

3. Balok pendukung

Yang termasuk balok pendukung adalah ring balk. Ring balk adalah balok
yang penempatannya pada ujung atas bangunan dan melingkar mengikuti kontur
bangunan, dimensinya lebih kecil dari balok anak.

4. Pelat Lantai

Yang dimaksud dengan pelat adalah struktur tipis yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak
lurus. Pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur
pengaku horizontal yang sangat bermamfaat untuk mendukung ketegaran balok
portal. Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan, baik sebagai
lantai bangunan, lantai atap dari gedung, lantai jembatan, dan lantai pada
dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya di perhitungkan terhadap
beban gravitasi ( beban mati dan beban hidup ).

Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan


tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di
tempat tumpuan. Pada bangunan gedung, umumnya pelat ditumpu oleh balok –
balok secara menolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama – sama sehingga
menjadi satu kesatuan, seperti pada gambar berikut.

13
Gambar 2.8 Tumpuan pelat

Berdasarkan jenis perletakan pelat pada balok, terdiri atas tiga jenis yaitu sebagai
berikut:

1. Terletak bebas

Keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau antara
balok dan pelat tidak di cor bersama – sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas
pada tumpuan tersebut. Pelat yang di tumpu oleh tembok juga termasuk dalam
kategori terletak bebas. ( Gambar 2.9 a )

2. Terjepit elastis

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok di cor bersama – sama secara
monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk
mencegah terjadinya rotasi pelat. ( gambar 2.9 b )

3. Terjepit penuh

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok di cor bersama – sama secara
monolit dan ukuran balok cukup besar sehingga mampu mencegah terjadinya
rotasi pelat. ( Gambar 2.9 c )

14
Gambar 2.9 Jenis Perletakan Pelat Pada Balok.

5. Atap

Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup
seluruh ruang yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas,debu, hujan, angin
atau untuk keperluan perlindungan. Meskipun atap itu ringan, pengaruh luar
terhadap konstruksi dan penutupnya baik terhadap suhu ( sinar matahari ), cuaca
( air hujan dan kelembapan udara ), serta keamanan terhadap gaya horizontal
( angin dan gempa ), dan kebakaran harus tetap di jamin.

Mengacu pada kondisi iklim , perancangan atap yang baik di tentukan oleh
tiga fakttor, yaitu :

1. jenis material
2. Bentuk/ukuran
3. Teknik pengerjaan.

Struktur atap terdiri dari beberapa bagian diantaranya :

1. Gording
2. Jurai ( jurai dalam dan jurai luar )
3. Sagrod
4. Kaso

15
5. Bubungan ( nok )
6. Reng
7. Penutup atap

Pada penutup atap terdiri dari beberapa jenis diantaranya :

1. Atap sirap
2. Atap genteng
3. Atap seng
4. Atap dak beton
5. Atap genteng metal
6. Atap polycarbonate

Komponen pelengkap atap diantaranya :

1. Talang
2. Lisplank

Gambar 2.10 Konstruksi Atap

2.1.4 Metode Pelaksanaan

Untuk mencapai keberhasilan dalam hal mutu, efisiensi waktu dan


optimalisasi biaya pelaksanaan, dimana kontraktor harus dapat merealisasikan
pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, biaya yang telah
dianggarkan dan kualitas pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan pihak

16
pengguna anggaran, sebagai upaya untuk terlaksananya rencana proyek tersebut,
maka berikut ini adalah metode pelaksanaan pembangunan gedung.

1. Tahap perencanaan, tahap ini meliputi pelaksanaan pengurusan ijin kerja,


pembuatan gambar kerja ( shop drawing ), dan pengujian material/bahan.
2. Tahap pelaksanaan, tahap ini meliputi:
a. Pekerjaan persiapan yaitu pembersihan lahan, pengukuran dan pemasangan
bowplank, penyediaan listrik dan air kerja, mobilisasi dan demobilisasi,
pembuatan papan nama proyek.
b. Pekerjaan struktur yaitu pekerjaan galian dan pondasi, pekerjaan struktur
beton, dan pekerjaan struktur atap.
c. Pekerjaan instalasi listrik yaitu pemasangan meteran listrik, panel distribusi,
saklar, stop kontak, dan lampu.
d. Pekerjaan sanitasi yaitu instalasi pipa air bersih, instalasi pipa air kotor, dan
instalasi pipa pembuangan padat.
e. Pekerjaan arsitektur yaitu pekerjaan dinding, pemasangan kramik,
pemasangan plafon, pemasangan kusen pintu dan jendela, serta pengecatan.

2.2 Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian


dan koordinasi suatu proyek dari awal hingga berakhirnya proyek untuk menjamin
pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu. Dalam suatu
sistem manajemen proyek, secara garis besar terdapat pihak – pihak yang terlibat
antara lain :

1. Pemilik proyek
Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah orang atau badan yang memiliki
proyek dan memberikan pekerjaan jasa dan yang membayar biaya pekerjaan
tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan, badan / lembaga / instansi
pemerintah maupun swasta.

17
2. Konsultan perencana
Konsultan perencana adalah orang atau badan usaha yang membuat
perencanaan pembangunan baik dalam bidang arsitektur, sipil, maupun
bidang lain yang melekat erat dan membentuk sebuah sistem bangunan.
3. Konsultan pengawas
Konsultan pengawas adalah orang atau badan yang ditunjuk oleh pengguna
jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan
pembangunan, mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut.

PEMILIK PROYEK

KONSULTAN KONTRAKTOR

gambar 2.11 skema hubungan


PT.NARADA kerja
KARYA JO
PT.INDO DESAIN
Hubungan
NUSANTARA
yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan dan kontraktor
adalah sebagai berikut:

1. Konsultan dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak.


Konsultan memberikan layanan konsultasi dimana produk yang dihasilkan
berupa gambar – gambar rencana dan peraturan serta syarat – syarat,
sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa atas konsultasi yang
diberikan oleh konsultan.

2. Kontraktor dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak.


Kontraktor memberikan layanan jasa profesionalnya berupa bangunan
sebagai realisasi dari keinginan pemilik proyek yang telah dituangkan ke
dalam gambar rencana dan peraturan serta syarat – syarat oleh konsultan,
sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa profesional kontaktor.

3. Konsultan dengan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan.

18
Konsultan memberikan gambar rencana dan peraturan serta syarat – syarat,
kemudian kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan.

2.3 Balok Beton Bertulang


2.3.1 Beton

Kata beton dalam bahasa Indonesia berasal dari kata yang sama dalam
bahasa Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin
concretus yang berarti tumbuh bersama atau menggabungkan menjadi satu. Dalam
bahasa Jepang digunakan kata kotau-zai, yang arti harafiahnya material – material
seperti tulang; mungkin karena agregat mirip tulang – tulang hewan.

Beton adalah material komposit yang rumit. Beton dapat dibuat dengan
mudah bahkan oleh mereka yang tidak punya pengertian sama sekali tentang
teknologi beton. Tetapi pengertian yang salah dari kesederhanaan ini sering
menghasilkan persoalan pada produk, antara lain reputasi jelek dari beton sebagai
material bangunan.

Sebagai material komposit, sifat beton sangat tergantung pada sifat unsur
masing – masing serta interaksi mereka. Ada 3 sistem umum yang melibatkan
semen yaitu pasta semen, mortar, dan beton.

 Semen + air  Pasta semen


 Semen + air + agregat halus (pasir)  Mortar
 Semen + air + agregat halus (pasir) + agregat kasar (kerikil)  Beton

Ketiga sistem tersebut dapat dipandang sebagai model komposit. Kadang kala
beton masih ditambah lagi dengan bahan kimia pembantu (admixture) untuk
mengubah sifat – sifatnya ketika masih berupa beton segar (fresh concrete) atau
beton keras. Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya
kecil. Oleh karena itu untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan
dengan tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi.

19
Beton yang ditambah dengan tulangan baja disebut beton bertulang
(reinforced concrete) dan jika ditambah lagi dengan baja prategang akan menjadi
beton pra tekan (prestressed concrete).

 Reinforced concrete = concrete + reinforced steel


 Prestressed concrete = reinforced concrete + Prestressed steel

2.3.2 Material beton


1. Semen

Semen berasal dari kata caementum yang berarti bahan perekat yang
mampu mempersatukan atau mengikat bahan – bahan padat menjadi satu kesatuan
yang kokoh dan dapat juga merupakan suatu produk yang mempunyai fungsi
sebagai bahan perekat antara dua bahkan lebih bahan sehingga menjadi satu
bagian yang kompak. Dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang
memberikan sifat rekat antara batuan – batuan kontruksi bangunan.

Bahan dasar semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin
dengan komposisi utama kalsium dan aluminium silikat. Bahan utama pembentuk
yaitu kapur (CaO), silika (SiO3), aluminium (Al2O3), sedikit magnesia (MgO), dan
terkadang sedikit alkali. Empat senyawa kompleks penting yang ada dalam semen
portland yaitu Dikalsium silikat (C2S atau 2CaCO.SiO2), Trikalsium silikat (C3S
atau 3CaCO.SiO2), Trikalsium aluminat (C3A atau 3CaO.Al2O3), dan
Tetrakalsium aluminoferit (C4AF atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3). Senyawa tersebut
menjadi kristal – kristal yang saling mengunci ketika menjadi klinker. Perbedaan
persentase senyawa kimia menyebabkan sifat semen.

Fungsi semen adalah untuk merekatkan butiran – butiran agregat agar


terjadi suatu massa yang padat dan juga untuk mengisi rongga antar butiran
agregat. Semen hanya mengisi ± 10% dari volume beton.

Jenis – jenis semen yaitu:

20
Tipe 1 adalah semen portland yang difungsikan untuk tujuan umum, jenis ini
dapat digunakan hampir semua jenis konstruksi.

Tipe 2 adalah semen portland modifikasi, merupakan tipe yang sifatnya setengah
tipe 4 dan setengah tipe 5 (moderat). Tipe ini dapat juga diproduksi
sebagai pengganti tipe 4.

Tipe 3 adalah semen portland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan 28 hari
umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum dipakai
ketika acuan harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus
dapat cepat dipakai.

Tipe 4 adalah semen portland dengan panas hidrasi rendah, yang dipakai untuk
kondisi dimana kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus minimum.
Misalnya pada bendungan gravitasi yang besar. Pertumbuhan kekuatannya
lebih lambat dari pada semen tipe 1.

Tipe 5 adalah semen portland tahan sulfat, yang dipakai untuk menghadapi aksi
sulfat yang ganas. Umumnya dipakai didaerah dimana tanah atau airnya
memiliki kandungan sulfat yang tinggi (lingkungan khusus).

Selain jenis – jenis tersebut, jenis semen telah dikembangkan jenis semen
portland pozzolan. Semen portland pozzolan adalah suatu semen hidrolis yang
terdiri dari campuran yang homogen antara semen portland dengan pozzolan halus
yang diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozzolan bersama
– sama atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk
pozzolan.

Pozzolan sendiri adalah bahan yang mengandung silika yang tidak


mempunyai sifat mengikat seperti semen, tetapi dalam bentuknya yang halus dan
dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium
hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti
semen. Semen portland pozzolan digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu:

21
1. Jenis IP-U adalah semen portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk
semua tujuan pembuatan adukan beton.
2. Jenis IP
3. -K adalah semen portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk semua
tujuan pembuatan adukan beton, serta untuk tahan sulfat sedang dan panas
hidrasi sedang.
4. Jenis P-U adalah semen portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak diisyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
5. Jenis P-K adalah semen portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak diisyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta
untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.

Selain itu, juga dikenal adanya jenis semen putih, semen putih juga termasuk
jenis semen portland, karena memiliki sifat yang sama kecuali dalam hal warna.

2. Air

Air diperlukan pada pembuatan campuran beton agar terjadi reaksi


kimiawi dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran
agar mudah pengerjaannya. Pada umumnya air minum dapat dipakai untuk
campuran beton. Air yang mengandung senyawa – senyawa yang berbahaya,
seperti air yang mengandung kadar garam, minyak, gula, dan bahan – bahan kimia
lain, bila dipakai untuk campuran beton akan sangat menurunkan kekuatannya
dan dapat juga mengubah sifat – sifat semen. Selain itu, air yang demikian dapat
mengurangi afinitas antara agregat dengan pasta semen dan mungkin pula
mempengaruhi kemudahan pengerjaan.

Karena karakter pasta semen merupakan hasil reaksi kimiawi antara semen
dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total (Semen + air +
agregat halus (pasir) + agregat kasar (kerikil)) material yang menentukan,
melainkan hanya perbandingan antara air dan semen pada campuran yang
menentukan. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyak gelembung air
setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan

22
menyebabkan proses hidrasi tidak seluruhnya selesai. Sebagai akibat beton yang
dihasilkan akan kurang kekuatannya.

3. Agregat
a. Agregat halus

Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi


antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan standar amerika. Agregat halus yang
baik harus bebas dari bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari
saringan No. 100, atau bahan – bahan lain yang dapat merusak campuran beton.
Variasi ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang
sesuai dengan standar analisis saringan dari ASTM (American Society Of Testing
and Materials). Untuk beton penahan radiasi serbuk baja halus dan serbuk besi
pecah digunakan sebagai agregat halus.

b. Agregat kasar

Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi ¼ in.(6


mm). Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya
tahannya terhadap disintegrasi beton, cuaca dan efek – efek perusak lainnya.
Agregat kasar harus bersih dari bahan – bahan organik dan harus mempunyai
ikatan yang baik dengan semen.

Jenis agregat kasar pada umumnya adalah sebagai berikut:

a. Batu pecah alami


Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang digali. Batu ini
dapat berasal dari gunung berapi, jenis sedimen, atau jenis metamorf.
Meskipun dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi terhadap beton, batu
pecah kurang memberikan kemudahan pengerjaan dan pengecoran
dibandingkan dengan jenis agregat kasar lainnya.
b. Kerikil alami
Bahan ini di dapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun
dasar sungai oleh air sungai yang mengalir. Kerikil memberikan kekuatan

23
yang lebih rendah dari pada batu pecah, tetapi memberikan kemudahan
pengerjaan yang lebih tinggi.
c. Agregat kasar buatan
Bahan ini berupa slag atau shale yang bisa digunakan untuk beton berbobot
ringan. Biasanya merupakan hasil dari proses lain seperti dari blast-furnace.
d. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat
Dengan adanya tuntutan yang spesifik pada zaman atom saat ini, juga untuk
pelindung dari radiasi nuklir sebagai akibat dari semakin banyaknya
pembangkit atom dan stasiun tenaga nuklir, maka perlu ada beton yang
dapat melindungi dari sinar x, sinar gamma, dan sinar neutron. Pada beton
demikian syarat ekonomis maupun syarat kemudahan pengerjaan tidak
begitu menentukan. Agregat kasar yang diklasifikasikan disini misalnya
baja pecah, barit, magnetit, dan limonit.

2.4 Acuan Dan Perancah


2.4.1 Acuan

Pekerjaan bekisting atau acuan beton merupakan bagian pekerjaan yang


sangat penting didalam seluruh rangkaian pelaksanaan pekerjaan beton, karena
pekerjaan ini akan menentukan posisi, ukuran serta bentuk dari beton yang
dicetak. Acuan dan struktur perancah juga berfungsi sebagai struktur penyangga
sementara bagi seluruh beban yang ada, sebelum struktur beton dapat berfungsi
penuh. Beban tersebut termasuk bahan – bahan, alat – alat, dan pekerja yang
sedang bekerja.

Sasaran dari pekerjaan bekisting atau acuan beton yaitu:

1. Kualitas baik, artinya dirancang dan dibangun dengan cermat sehingga


posisi, ukuran, dan bentuk beton jadi yang dicetak sesuai dengan yang
dirancang.
2. Keamanan terjamin, artinya dibangun kokoh sehingga mampu menopang
seluruh beban mati dan beban hidup tampa terjadi deformasi yang berarti

24
membahayakan bagi para pekerja dan struktur beton yang dicetak dengan
cara dituangkan kepadanya.
3. Ekonomis, artinya dibangun secara efisien, hemat biaya dan waktu sehingga
menguntungkan baik bagi kontraktor pelaksana dan juga bagi pemilik
bangunan.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan acuan beton, yaitu:

1. Acuan kayu
Terdiri dari papan kayu ukuran 2/20 cm – 3/20 cm yang dirangkai atau
dapat juga menggunakan multiplex 9 mm – 12 mm, yang diberi perkuatan
dan penyokong untuk bisa membentuk beton dengan ukuran yang telah
ditetapkan. Terkadang dapat juga merupakan kombinasi papan kayu dengan
triplex 3 mm bila keadaan papan – papan kayu tidak memungkinkan untuk
membentuk permukaan beton jadi. Peranan teknik perkuatan, penyokong,
dan sambungan kayu yang pada umumnya dikerjakan langsung dilapangan.

Gambar 2.12 Acuan Berbahan Kayu

2. Acuan metal
a. Acuan plat baja

Terdiri dari panel – panel plat baja tipis yang diberi perkuatan dengan
ukuran modul standar ataupun di buat berdasarkan pesanan. Bahan yang

25
digunakan ialah plat baja gulung dingin. Pada umumnya di buat dan di stel di
pabrik yang kemudian di-asembling di lapangan. Hubungan antar komponen dan
sambungan antar bagian menggunakan baut dan klem pengunci.

b. Acuan seng almunium

Merupakan pengembangan dari jenis baja dan menggunakan cara yang baja
dalam pelaksanaannya. Dengan bahan yang lebih ringan diharapkan di dapat
efisiensi yang cukup berarti. Sebagai penguat, pengapit, ataupun penyokong
umumnya masih tetap menggunakan bahan profil baja.

3. Acuan plastik fiber glass

Bahan jenis ini sangat menunjang pada pelaksanaan beton pracetak dan
kebutuhan beton arsitektural. Akan di dapat hasil cetakan beton dengan
permukaan halus sehingga tidak memerlukan perbaikan atau finishing. Umumnya
digunakan ketebalan antara 3 mm – 15 mm dan dapat pula dikerjakan untuk
bentuk lengkung – lengkung .

Penyambungan dilakukan dengan cara melekatkan menggunakan resin


(lem) dan kemudian diberi perkuatan. Pengerjaannya umumnya dilakukan di
pabrik dengan pengendalian suhu dan kelembapan udara.

Gambar 2.13 Acuan Berbahan Pabrikasi

26
2.4.2 Perancah

Struktur penunjang penting untuk keberhasilan pekerjaan acuan beton


adalah struktur perancah. Sebagai struktur vertikal, berfungsi sebagai penyangga
yang bertugas meneruskan seluruh gaya dan beban dari atas ke bawah. Di
harapkan penerusan gaya – gaya berlangsung secara merata, sehingga untuk itu
diperlukan struktur yang kaku dan kekakuannya merata. Dengan melalui
perantaraan acuan, struktur vertikal menyangga balok – balok induk dan anak,
plat lantai, plat atap, plat jembatan dan bagian struktur lain, selama bagian –
bagian struktur beton tersebut belum cukup mampu untuk dapat berdiri menopang
dirinya sendiri.

Umumnya bahan perancah yang digunakan adalah kayu, namun sekarang


ini telah banyak digunakan scafolding yang berupa rangka batang pipa dengan
ukuran tertentu yang dapat disusun menjadi satu kesatuan rangka yang kaku.
Penyusunan dilakukan dengan cara menyambung dan menghubungkan batang –
batang pipa kemudian diperkuat dengan baut. Pada bagian kaki dipasang alas
dudukan sekaligus alat pengatur ketinggian yang diperlukan.

gambar 2.14 Perancah Berbahan Kayu dan Pabrikasi

27
BAB III

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1 Tinjauan Umum


Pekerjaan lapangan merupakan segala ketentuan, instruksi dan segala
persyaratan yang telah ditetapkan menjadi wujud nyata di proyek, baik itu berupa
bangunan gedung, jembatan, jalan raya, dermaga, bendungan dan sebagainya.
Maka proses pelaksanaan merupakan suatu pekerjaan lapangan atau fisik yang
merupakan segala ketentuan, intruksi dan segala persyaratan yang telah ditetapkan
menjadi wujud nyata dari proyek.

Gedung merupakan tempat untuk melakukan aktifitas didunia kerja yang


dimana fungsi sebagai tempat melaksanakan kegiatan atau aktifitas sehari-hari,
oleh sebab itu pentingnya gedung tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan yang
berlangsung. Untuk memenuhi kebutuhan di atas maka pemilik proyek
membangun Gedung Puskesmas Kenarilang Kabupaten Alor.

Data-data proyek pembangunan gedung Puskesmas Kenarilang Kabupaten


Alor ini adalah:
Nama Proyek : Pembangunan Puskesmas Kenarilang Kabupaten Alor
Dana : Rp.1.694.000.000.

Pemilik proyek : Dinas kesehatan Kabupaten Alor

Tahun anggaran : 2017

Waktu pelaksanaan : 160 hari kelender

Luas bangunan : 375 m2

Kontraktor : CV. ILE APE

Konsultan perencana : CV. ELEGEN DESAIN

28
Konsultan pengawas : CV. ELEGEN ENTETE DESAIN

Gambar 3.1 Papan Proyek

Lokasi Proyek Pembagunan Gedung Puskesmas Kenarilang Kabupaten Alor.

Lokasi proyek

Puskesmas
Kenarilang kios

Jl. HasanudinNo.37 Kelurahan Binonngko

Rumah warga bengkel

Gambar 3.2 Denah Lokasi Proyek

29
3.2 Manajemen proyek
3.2.1 Pemilik Proyek ( owner)

Pemilik dari proyek Dinas Kesehatan Kabupaten Alor

Tugas dan fungsi dari pemilik proyek adalah:

a. Mengarahkan dan mengkoordinasikan setiap kegiatan yang dipercayakan


kepadanya, memberi saran dan pendapat yang bersifat teknis dalam
pelaksanaan pekerjaan, menetapkan kontraktor/sub kontraktor dan konsultan
supervise.
b. Mengambil langkah-langkah atau tindakan dalam rangka kelancaran dan
kemampuan kerja proyek.
c. Menyusun dan menyampaikan laporan kemajuan fisik dan keuangan
proyek, baik secara periodik maupun bersifat insidentil sesuai dengan
permintaan pejabat atau atasan langsung.
d. Menandatangani kontrak/sub kontrak sesuai dengan wewenang yang ada.
e. Mengusulkan perubahan atau revisi rencana fisik atau anggaran biaya
proyek dengan batas-batas yang berlaku.

3.2.2 Konsultan Perencana

Yang berperan sebagai Konsultan Perencana pada proyek gedung


Puskesmas Kenarilang Kabupaten Alor adalah CV. ELEGEN DESAIN

Tugas dan fungsi dari konsultan perencana adalah:

a. Meninjau lapangan dan melihat kemajuan pekerjaan dan menilai kualitas


pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor.
b. Menberikan konsultasi melalui konsultan pengawas mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan konstruksi suatu proyek
3.2.3 Konsultan Pengawas

Yang memiliki peran sebagai Konsultan Pengawas pada proyek gedung


Puskesmas Kenarilang Kabupaten Alor adalah CV. ELEGEN ENTETE DESAIN
Tugas dan fungsi dari Konsultan Pengawas adalah:

30
a. Mengawasi jalannya pekerjaan yang dilaksanakan
b. Membuat laporan kemajuan fisik pekerjaan
c. Membuat back up data lapangan sesuai volume yang dikerjakan.

3.2.4 Kontraktor

Yang berperan sebagai Kontraktor pada proyek gedung Puskesmas Kenarilang


Kabupaten Alor. CV. ILE APE
Tugas dan fungsi dari Kontraktor adalah:

a. Membuat laporan tenaga kerja


b. Membuat laporan penggunaan alat
c. Mengkoordinasi pelaksanaan dilapangan
d. Memberikan petunjuk dan pengarahan kepada mandor dan kepala tukang.

3.2.5 Struktur Organisasi Proyek

Agar suatu proses dapat berlangsung dengan baik, dibutuhkan suatu wadah dalam
bentuk organisasi, berikut ini merupakan struktur organisasi dari CV. ILE APE
Tugas dan fungsi :

 Direktur : pimpinan perusahaan


 Kepala Pelaksana : memmimpin dan mengarahkan semua kegiatan sesuai
rencana.
 Pelaksana : membantu kepala pelaksana dalam mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan agar tepat quantitas sesuai dengan volume pekerjaan dalam
dokumen kontrak.
 Administrasi/ keuangan : Membuat laporan keuangan administrasi logistic
proyek, ikut manajemen penggunaan uang dan logistic.
 Logistik. : menyelenggarakan pembelian bahan sesuai dengan jadwal
pengadaan bahan dan prsedur pembelian.

31
Strktur organisasi pelaksanaan pekerjaan

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

AYUB ABAKOLO

DIREKTUR CV. ILE APE

SUBHAN A. LALANG

KEPALA PROYEK

HAMKA DJALIL

PELAKSANA ADMINISTRASI

HARYATI R. ARKIANG TAUFIK T. AMBAO

Gambar 3.3 struktur organisasi

Pemilik proyek

DINAS KESEHATAN

Konsultan Pengawas Kontraktor

CV.ELEGEN ENTETE CV. ILE APE

Keterangan : Hubungan Kontraktual


Hubungan Koordinasi

Gambar 3.4 Hubungan kerja antara pihak-pihak yang terlibat

32
3.3 Tinjauan Khusus
3.3.1 Pekerjaan Pelaksanaan Balok, Plat Lantai, dan Kolom
Balok adalah satu dari elemen horisontal yang merupakan komponen
struktur yang berfungsi untuk meratakan beban plat atau dinding dan sebagai
pengikat antar kolom. Plat bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai
diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung
ketegaran balok portal. Kolom merupakan salah satu diantara sejumlah jenis
bahan yang digunakan sebagai unsur utama suatu bangunan. Struktur bangunan
yang menggunakan beton bertulang dapat kita temui pada kolom.
A. Metode pelaksanaan
Balok, Plat Lantai dan Kolom merupakan bagian dalam bangunan yang
sangat penting dan berpengaruh pada kekuatan bangunan itu sendiri. Untuk itu
perlu menentukan kualitas strukturnya dengan cara menentukan mutu beton yang
sesuai dengan tetapan dan perencanaan.

Tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan meliputi : pekerjaan persiapan,


pekerjaan pembesian,pekerjaan bekisting,pekerjaan pengecoran, dan pekerjaan
pembongkaran.

1. Pekerjaan Persiapan
Dalam memulai suatu pekerjaan maka harus dilakukan persiapan-
persiapan agar pekerjaan tidak terhambat. Pekerjaan persiapan meliputi persiapan
alat-alat dan bahan yang akan dipakai pada pekerjaan mulai dari begesting,
pembesian, baja ringan sampai pengecoran.

a. Peralatan
 Mixer : digunakan untuk mencampur beton.
 Crane : digunakan untuk memindahkan material peralatan yang berat.
 Alat Pemadat Beton : digunakan untuk memadatkan campuran beton saat
pengecoran.
 Kunci Pembengkok Besi (Flasher) : untuk membengkokan besi yang berukuran
kecil atau sedang seperti besi beugel.

33
 Gegep : memotong dan memperkencang ikatan kawat saat perakitan tulangan.
 Gergaji Besi : memotong besi.
 Meter Roll : untuk mengukur
 Sendok Spesi : untuk keperluan-keperluan tertentu.
 Roskam : meratakan permukaan yang dicor
 Palu : memaku
 Bor :pelubang
 Kunci 8 :memutar baut
 Gunting seng : memotong baja ringan
 Gurinda : memotong baja ringan
b. Bahan
 Semen Portland : bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan klinker (bahan-bahan ini terutama terdiri dari
silikst-silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan
tambahan. Jika bubuk halus tersebut dicampur dengan air,dalam beberapa
waktu dapat menjadi keras.
Sifat-sifat semen portland:
- Proses pengikatan relatif cepat
- Daya ikat tinggi
- Penyusutan cepat
 Kerikil (Agregat kasar) : merupakan disintegrasi dari batu – batuan atau batu
pecah yang diperoleh dari alat pemecah batu. Disebut agragat kasar apabila
ukurannya melebihi ¼ inci (6 mm)..
Syarat – syarat kerikil adalah:
- Agregat terdiri dari butiran-butiran keras yang tidak berpori
- Agregat tidak mengandung lumpur
- Agregat tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
 Pasir (Agregat halus) : merupakan bahan pengisi dari campuran yang berupa
pasir dan mempunyai ukuran yang bervariasi antara nomor 4 sampai nomor
100 saringan standar Amerika.

34
Syarat-syarat pasir adalah:
- Pasir terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya.
- Pasir tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5% (ditentukan dari berat
sendiri).
- Pasir tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton.
 Air : merupakan pengikat antara semen dan agregat dalam proses pencampuran
beton atau mortar semen.
Syarat-syarat air adalah:
- Air tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, dan zat-zat yang
dapat merusak beton.
- Air yang digunakan harus bersih dan jernih.
- Air tidak boleh berwarna, berasa, dan berbau.
 Baja tulangan
Baja tulangan yang dipakai untuk pekerjaan pembesian adalah:
- Tulangan Ø16 mm.
- Tulangan Ø12 mm.
- Tulangan Ø8 mm
- Kawat pengikat (bindraat)
 Baja ringan
Baja ringan yang digunakan untuk pekerjaan kuda-kuda adalah :
- C 80 - 0.75 mm
 Self Drilling Screw System ( SDS)

2. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian adalah membentuk tulangan sesuai dengan ukuran
dari pekerjaan penulangan yang akan dilakukan. Secara umum penulangan
merupakan rangkaian pekerjaan mulai dari pekerjaan pengukuran, pemotongan,
pembengkokan, serta perakitan yang dikerjakan berdasarkan gambar dan volume
pekerjaan yang tertera dalam rencana kerja. Pekerjaan penulangan ini dilakukan di
lokasi proyek dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

35
 Permukaan tulangan tidak boleh berkarat karena akan mempengaruhi kualitas
kekuatan tulangan dan mempengaruhi proses pengikatan antara beton dan
tulangan.
 Tulangan harus diikat dengan kuat sehingga posisi tidak mengalami perubahan
pada saat dilakukan pengecoran.
 Jumlah tulangan harus sesuai dengan yang terdapat dalam gambar kerja.

a. Alat dan Bahan

1. Alat 2. Bahan
 Pemotong besi  Besi Ø 8 mm
 Flasher  Besi Ø 10 mm
 Mal pembengkok  Besi Ø 16mm
 Gergaji besi  Kawat ikat binraat
 Gegep  Selimut beton ukuran 20 mm
 Meter roll  Tripleks 3mm
 Kapur tulis  Dolken

b. Langkah pelaksanaan pembesian untuk Balok dan Kolom meliputi :

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan


2. Ukur dan potong baja sesuai dengan ukuran baja tulangan serta sesuai dengan
diameter yang dipakai yaitu sesuai dengan data – data di atas.
3. Bengkokan tulangan dan rakit sesuai dengan ukuran dan type masing-masing
pada gambar kerja, kemudian diikat dengan kawat ikat bindraat.
4. Lakukan kegiatan yang sama hingga semua pembesian tulangan dirakit sesuai
dengan banyaknya dan type yang di butuhkan.

Sedangkan untuk Plat Lantai : menggunakan wirames

36
3. Pekerjaan Bekisting
Untuk mewujudkan kolom dan balok yang diinginkan maka diperlukan
suatu wadah atau cetakan yang biasa disebut bekisting dari kolom dan balok itu
sendiri. Pekerjaan bekisting dilakukan dilokasi proyek. Sedangkan untuk
pekerjaan plat lantai tidak membutuhkan bekisting.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bekisting kolom dan


balok adalah

1) Kuat, mudah dipasang dan dibongkar serta tidak mudah menyerap air
2) Ukuran bekisting harus benar-benar tepat sehingga menghasilkan ukuran
kolom dan balok yang sesuai dengan gambar kerja.
Fungsi bekisting itu sendiri antara lain : Sebagai wadah cetakan beton ,
dan menupang campuran.

a. Alat dan Bahan

1. Alat 2. Bahan
 Hamer/palu  Usuk/balok :5/7 cm
 Meter  Paku : 7cm , 10 cm dam
 Siku 12 cm
 Gergaji  Tripleks 3mm
 Pensil  Dolken

b. Langkah kerja pemasangan bekisting untuk Balok dan Kolom


 Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Pelajari gambar kerja dengan baik.
 Ukur dan potong multitripleks dan usuk sesuai ukuran yang terdapat dalam
gambar kerja.
 Rakit multitripleks dan usuk sesuai ukuran yang terdapat dalam gambar kerja.
 Lakukan kegiatan yang sama hingga semua begisting dirakit sesuai dengan
banyaknya dan type yang di butuhkan.

37
c. Langkah-langkah pengerjaan Bondek sebagai pengganti bekisting plat lantai :
 Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
 Bondek atau frool dek dipotong sesuai ukuran melintang satu bagian bangunan.
 Setelah diukur dan dipotong bor bagian pinggir bondek menggunakan bor
listrik guna untuk dapat memasukan besi baja atau angker yang telah dicor
bersamaan dengan balok
 Besi baja atau yang biasa disebut di lapangan sebagai angker ini, berguna
untuk mengikat bondek atau menahan kedudukan bondek pada balok.
 Untuk pengikatan bondek dengan cara membengkokan besi tersebut setelah
memasukan bondek dalam besi dengan cara dipukul menggunakan palu
 Besi atau angker ini berfungsi juga untuk tempat pengikatan wiremesh
 Besi untuk angker ini, menggunakan besi berdiameter 9 mm, dan berdiameter
10 mm.
 Pasang semua bondek agar menutupi semua area pelat lantai.

4. Pekerjaan Pengecoran
a. Alat dan Bahan yang dibuhkan antara lain :
1. Alat 2. Bahan
 Roskam  Seme
 Kereta  Pasir
 Ember  Batu Pecah
 Sekop  Air
 Pensil

b. Langkah Pengecoran
1. Persiapan
 Sebelum memulai pekerjaan, selambat – lambat nya 2 hari penyedia jasa
konstruksi harus menyediakan rencana kerja seperti persiapan jumlah tenaga
kerja, alat, serta jadwal pekerjaan, dan alur pekerjaan.
 Kuat desak beton rencana : mutu beton K – 250 ( Beton ready mix )

38
 Sebelum di cor, lantai kerja harus bersih dari sisa – sisa pekerjaan sebelumnya
atau kotoran.
2. Pengadukan
 Pengadukan beton untuk beton struktur harus menggunakan campuran beton
dari ready mix dan harus mendapatkan persetujuan dari konsultan pengawas.
 Material begisting sudah di lapisi dengan oli bekas, dan mold oil / sika form oil
agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah di buka.
 Bila diperlukan stek untuk penulangan di atasnya, panjang stek minimal 40 kali
diameter.
 Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempat nya.dan batas
ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
 Pipa untuk instalasi elektrikal dan angkur – angkur harus terpsang sebelum
pengecoran dan di perkuat agar tidak berubah posisi selama pengecoran.
 Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop , takaran material , dan alat
pengangkutan adukan beton harus harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
 Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk agar mendapatkan beton yang
homogeny
3. Pengecoran
 Adukan di angkat ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi dan
selalu di jaga agar tidak ada bahan – bahan yang tumpah atau memisah dari
campuran.
 Penulangan adukan beton harus terus menerus agar di dapatkan beton yang
monolit. Selama penulangan beton, cetakan maupun tulangan di jaga agar tidak
berubah posisi.
 Pemadatn beton manual dengan di tusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15
cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh begisting dan atau
tulangan.
 Beton yang baru di cor harus di lindungi dari lalulintas orang dan material.

39
4. Pembongkaran
Untuk pembongkaran bekisting dilakukan dengan menggunakan hammer /
palu. Pembongkaran begisting harus mendapat persetujuan dari konsultan
pengawas dan alat yang digunakan untuk melakukan pembongkaran begisting
tidak boleh merusak permukaan beton. Beton harus dilindungi dari panas agar
tidak mengalami penguapan cepat.

Langkah kerja :
 Mulai dengan membongkar usuk dan balok pada scaffolding.
 Kemudian bongkar pula tripleks atau alas bekisting.
 balok, usuk dan tripleks disusun rapi pada tempanya untuk pekerjaan
selanjutnya
 Balok / usuk yang tidak bisa dipakai akan diikat dengan kawat kemudian
dikumpulkan agar tidak menganggu aktivitas-aktivitas para pekerja lainnya.
5. Pekerjaan Perawatan
Pekerjaan perawatan yang terjadi hampir tidak ada. Hanya beberapa
pekerjaan salah satunya menempel hasil pengecoran yang berlubang dengan
campuran kedap air (air + semen).

3.3.2 Menghitung Kebutuhan Bahan


A. Balok
a. Volume Pekerjaan
 Balok 30/50
B = 0.30 ; H = 0.50

Panjang seluruh bentangan balok 30/50 = 68.75 m


Volume = Bx H x P

= 0.30 x 0.50 x 68.75 m

= 10.3 m3

40
 Balok 25/35
B = 0.25 ; H = 0.35
Panjang seluruh bentangan Balok 25/35 = 38.5 m
Volume = B x H x P
= 0.25 x 0.35 x 38.5 m

= 3.37 m3

 Balok 15/20
B = 0.15 ; H = 0.20
Panjang seluruh bentangan Balok 15/20 = 9.4 m
Volume = B x H x P
=0.15 x 0.20 x 9.4 m
=0.282 m3
Total Volume = 10.3 m3+ 3.37 m3+ 0.282 m3
= 13.952 m3
b. Pekerjaan beton
Menggunakan beton mutu f’c = 21,7 MPa (K 250)

Total volume balok = 13.952 m3

Berat tiap bahan yang dibutuhkan per 1 m3 ( Buku kontak Kerja )

Semen : 384 kg

Pasir : 692 kg

Kerikil : 1039 kg

Kebutuhan bahan = volume pekerjaan x Berat yang dibutuhkan per 1 m3

Semen = 13.952 m3x 384 kg/m3 = 5357.57 Kg

Pasir = 13.952 m3 x 692 kg/m3 = 9654.78 Kg

Kerikil = 13.952 m3 x 1039 kg/m3 =14496.13 Kg

41
c. Pekerjaan Pembesian
 Dimensi Balok 30/50

Gambar 3.5 penulangan balok ukuran 30/50


Tulangan Pokok

Panjang Balok = 68.75m

Kebutuhan besi :

Pjg Balok x Banyak tulangan Pjg tulangan tumpuan


= +
Panjang Baja/batang Panjang Baja/batang

68.75 18.25
= x 8+ x 2 = 45.83 + 3.04 = 48.9 batang D16
12 12

Kebutuhan Beugel :

Panjang 1 tulangan buegel = 1.3 m

Panjang tumpuan = 18.25

Panjang lapangan = 36.35

Panjang 1 tulangan buegel = 1.50 m

Jarak beugel tumpuan = 0.10 m

Jarak beugel Lapangan = 0.15 m

42
Panjang Tumpuan Panjang lapangan
Jumlah beugel = Jarak Beugel Tumpua + Jarak Buegel Lapangan

18.25 36.35
= + = 370.8 Buegel
0,10 0.15

Jumlah Beugel×panjang 1 beugel


Kebutuhan besi = Panjang Baja/Batang

370.8 × 1.30
= = 40.17 Batang Ø 8
12

 Dimensi Balok 25/35

Gambar 3.6 penulangan balok ukuran 25/35

Tulangan Pokok

Panjang Balok = 38.5m

PanjakBalok×JumlahTulangan
Kebutuhan besi = PanjangBaja/Batang

38.5
= x8
12

= 25.67batang D16

Kebutuhan Beugel

Panjang balok = 38.5 m

Panjang 1 tulangan buegel = 0.9 m

43
Jarak beugel = 0.15m

Panjang Balok
Jumlah beugel = Jarak Beugel

38.5
= 0,15= 256.7 buegel

Jumlah Beugel×panjang 1 beugel


Kebutuhan besi = Panjang Baja/Batang

256.7×0.9
= 12

= 19.25 batang Ø8

 Dimensi Balok 15/20

Gambar 3.7 penulangan balok ukuran 15/20

Tulangan Pokok

Panjang Balok = 9.4 m

PanjakBalok×JumlahTulangan
Kebutuhan besi = PanjangBaja/Batang

9.4
= x4
12

= 3.13batang D12

Kebutuhan Beugel

Panjang balok = 9.4 m

Panjang 1 tulangan buegel = 0.4 m

44
Jarak beugel = 0.15m

Panjang Balok
Jumlah beugel = Jarak Beugel

9.4
= 0,15= 62.7 buegel

Jumlah Beugel×panjang 1 beugel


Kebutuhan besi = Panjang Baja/Batang

62.7×0.4
= 12

= 2.09 batangØ8

Total penggunaan besi :

D16 = 48.9 + 25.67 = 53 batang

Ø12 = 3.13 batang

Ø8 = 43.4 + 14.35 + 9 = 69 batang

d. Pekerjaan Bekesting
 Bekisting balok ukuran 25/40
Kebutuhan Tripleks

Ukuran multiplek 1.22 x 2.44

Lebar begisting= 0.30 m

Tinggi begisting = 0.50+ 0.05 = 0.55 m

Panjang begisting = 68.75 m

Luas begisting = (2 x Tinggi + Lebar) x Panjang

= (2 x 0.55 + 0.30) x 68.75

= 96.25 m2

45
 Bekesting Ukuran 25/35
Kebutuhan Tripleks

Ukuran multiplek 1.22 x 2.44

Lebar begisting = 0.25 m

Tinggi begisting = 0.35+ 0.05 = 0.4 m

Panjang begisting = 38.5 m

Luas begisting = (2 x Tinggi + Lebar) x Panjang

= (2 x 0.4 + 0.25) x 38.5

= 40.425 m2
 Bekesting Ukuran 15/20
Kebutuhan Tripleks

Ukuran multiplek 1.22 x 2.44

Lebar begisting = 0.15 m

Tinggi begisting = 0.20 + 0.05 = 0.25 m

Panjang begisting = 9.4 m

Luas begisting = (2 x Tinggi + Lebar) x Panjang

= (2 x 0.25+ 0.15) x 9.4

= 6.11 m2

Total luas begisting = 96.25 + 40.425 + 6.11 = 142.785 m2

Memasang 1 m2 bekisting untuk balok membutuhkan :

Kayu kelas III = 0.040 m3

Paku 5cm–12cm = 0.4 kg

46
Dolken = 2 batang

Kebutuhan bahan = kebutuhan bahan per m2x luas begisting

Kayu kelas III = 0.04 x 142.785 m2 = 5.71 m3

Paku 5cm–12cm = 0.4 x 142.785 m2 = 57.114 kg

Dolken = 2 x 142.785 m2 = 285.57batang

luas begisting
Kebutuhan Multitripleks = luas multitripleks

142.785 m2
= 1.22x2.44

= 47. 97 lembar

B. Plat Lantai
a. Volume pekerjaan
Tebal Plat = 0.10 m

Luas Plat = (luas gedung) - (luas tangga )

= (14 x 9) - (3 x 3.5 )

= 115.5 m2

Volume = Luas x Tebal Pelat

= 115.5 x 0.10

=11.55 m3

 Kebutuhan Bondek
Panjang = 5 m
Lebar = 1m
Luas bondek = 5m x 1m
= 5m2
luas Pelat 115.5 m2
Kebutuhan bondek untuk 1 gedung = luas bondek = = 23.1 buah
5 m2

47
 Kebutuhan Wiramesh
Panjang = 3.29 m
Lebar = 2.9 m
Luas bondek = 3.29 m x 2.9 m
= 9.541 m2
luas Pelat
Kebutuhan bondek untuk 1 gedung = luas wiramesh
115.5 m2
= 9.541 m2

= 12.11 buah
b. Pekerjaan beton
Menggunakan beton mutu f’c = 21,7 MPa (K 250), slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,56

Total volume pelat lantai = 13.86 m3

Berat tiap bahan yang dibutuhkan per 1 m3

Semen : 384 kg

Pasir : 692 kg

Kerikir : 1039 kg

Kebutuhan bahan = volume pekerjaan x Berat yang dibutuhkan per 1 m3

Semen = 13.86 m3x 384 kg/m3 = 5322,24 Kg

Pasir = 13.86 m3x 692 kg/m3 = 9591,12 Kg

Kerikir = 13.86 m3x 1039 kg/m3 = 14400,54 Kg

C. Kolom
a. Kolom 25 x 25
 Volume pekerjaan
P = 0.25 ; L = 0.25 ; T = 3.2 m

Volume = P x L x T

48
= 0,25m x 0,25 m x 3.2 m

= 0.2 m3
Karena jumlah kolom 25 x 25 ada 14 buah kolom maka
Total Volume = 0,2 x 14 buah kolom
= 2.8 m3
 Pekerjaan Pembesian

25
Kolom ukuran 25/25

Tinggi Kolom = 3.2 m

Besi = 8 Ø 16

Tinggi kolom×JumlahTulangan
Kebutuhan besi = PanjangBaja/Batang

3.2 x 8
= 12

= 2.13 batang D16/ 1 buah kolom

Maka total kebutuhan besi = 2.13 x 14 buah kolom

= 29.9 batang Ø 16

Kebutuhan Beugel

Tinggi kolom = 3.2 m

Panjang 1 tulangan buegel = 0.90 m

Jarak beugel = 0.15m

49
Tinggi kolom
Jumlah beugel = Jarak Beugel

3.2
= 0,15= 21.33 buegel

Maka total beugel = 21.33 x 14 buah kolom

= 298.7 buah begel

Jumlah Beugel×panjang 1 beugel


Kebutuhan besi beugel = Panjang Baja/Batang

298.7×0.90
= = 22.4 batang Ø8
12

 Pekerjaan Bekesting
Kebutuhan Trikpleks

Tebal Multiplek = 9 mm

Ukuran multiplek 1.22 x 2.44

= 2.9768

Panjang begisting = 0.25 m

Lebar begisting = 0.25m

Panjang begisting = 3.2 m

Luas begisting = (2 x Tinggi) + ( 2 x Lebar) x Panjang

= (2 x 0.25 )+ (2 x 0.25) x 3.2

= 3.2 m2
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔
Kebutuhan tripleks untuk 1 buah kolom = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑚𝑢𝑙𝑡𝑖𝑝𝑙𝑒𝑘
3.2
= 2.9768 = 1.07 = 1.5 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟

Kebutuhan tripleks untuk seluruh kolom =1.5 x 14 buah kolom


= 21 lembar

50
1
Kayu ukuran 5/7 untuk 1m3 = 0.05 𝑥 0.07 𝑥 𝑃
1𝑚2
= 0.05 𝑥 0.07 𝑥 4

= 71.43 buah/m3

Maka jumlah kayu yang dibutuhkan


= Total Volume Pekerjaan kolom x jumlah kayu/m3
= 2.8 m3 x 71.43 buah
= 200.004
= 201 buah kayu

b. Kolom 15 x 20
P = 0.15 ; L = 0.20 ; T = 3.2 m

Volume = P x L x T

= 0,15m x 0,20 m x 3.2 m

= 0.096 m3
Karena jumlah kolom 15 x 20 ada 7 buah kolom maka
Total Volume = 0.096 x 7 buah kolom = 0.672 m3
 Pekerjaan Pembesian

Kolom ukuran 15/20

Tinggi Kolom = 3.2 m

Besi = 4 Ø 12

Tinggi kolom×JumlahTulangan
Kebutuhan besi = PanjangBaja/Batang

51
3.2 x 4
= 12

= 1.07 batang Ø 12 / 1 buah kolom

Maka total kebutuhan besi = 1.07 x 7 buah kolom

= 7.47 batang Ø 12

Kebutuhan Beugel

Tinggi kolom = 3.2 m

Panjang 1 tulangan buegel = 0.60 m

Jarak beugel = 0.15m

Tinggi kolom
Jumlah beugel = Jarak Beugel

3.2
= 0,15= 21.33 buegel

Maka total beugel = 21.33 x 7 buah kolom

= 149.31 buah begel

Jumlah Beugel×panjang 1 beugel


Kebutuhan besi beugel = Panjang Baja/Batang

149.31 ×0.60
= 12

= 7.46 batang Ø8

 Pekerjaan Bekesting
Kebutuhan Tripleks

Tebal Multiplek = 9 mm

Ukuran multiplek 1.22 x 2.44

= 2.9768

52
Panjang begisting = 0.15m

Lebar begisting = 0.20m

Panjang begisting = 3.2 m

Luas begisting = (2 x Tinggi) + ( 2 x Lebar) x Panjang

= (2 x 0.15 )+ (2 x 0.20) x 3.2

= 2.24 m2
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔
Kebutuhan tripleks untuk 1 buah kolom = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑚𝑢𝑙𝑡𝑖𝑝𝑙𝑒𝑘
2.24
= 2.9768 = 0.75 = 1 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟

Kebutuhan tripleks untuk seluruh kolom =1 x 7 buah kolom


= 7 lembar
1
Kayu ukuran 5/7 untuk 1m3 = 0.05 𝑥 0.07 𝑥 𝑃
1𝑚2
= 0.05 𝑥 0.07 𝑥 4

= 71.43 buah/m3

Maka jumlah kayu yang dibutuhkan :


= Total Volume Pekerjaan kolom x jumlah kayu/m3
= 0.672 m3 x 71.43 buah
= 48.001
= 49 buah kayu
c. Pekerjaan beton
Menggunakan beton mutu f’c = 21,7 MPa (K 250)

Total volume Kolom = 2.8 m3 + 0.672 m3 = 3.472

Berat tiap bahan yang dibutuhkan per 1 m3

Semen : 384 kg

Pasir : 692 kg

53
Kerikil : 1039 kg

Kebutuhan bahan = volume pekerjaan x Berat yang dibutuhkan per 1 m3

Semen = 3.472 m3x 384 kg/m3 = 1333.25 Kg

Pasir = 3.472 m3 x 692 kg/m3 = 2402.62 Kg

Kerikil = 3.472 m3 x 1039 kg/m3 = 3607.41 Kg

3.4 Pengendalihan Proyek


3.4.1 Pengendalian Waktu
Dalam perencanaan proyek pembangunan Gedung Puskesmas Kenarilang
Kabupaten Alor, untuk bobot komulatif sebelum PKL sesuai kurva rencana adalah
13,2% dan setelah PKL pada minggu ke 3 september pada realisasi dilapangan
mengalami peningkatan bobot komulatif > 20% perencanaan, yaitu mencapai
29%. Dan pada minggu akhir PKL bobotnya sudah mencapai 49.85% > dari
bobot perencanaan. Hal ini dikarenakan pada awal pekerjaan proyek tersebut juga
sudah mengalami keterlambatan waktu pelaksanaan sehingga untuk menegejar
waktu serta bobot pekerjaan maka dalam proyek tersebut ditambah tenaga kerja.

Seharusnya waktu pelaksanaan sebuah proyek berjalan sesuai dengan waktu


perencanaan agar mutu pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi.

3.4.2 Pengendalian Mutu


1. Mutu beton
Dalam proyek ini mutu beton yang dihasilkan tidak diketahui, hal ini
disebabkan karena di proyek ini tidak dilakukan pengujian slump sedangkan
untuk kadar lumpur tidak dilakukan uji langsung dilaboratorium dan untuk
mengetahui kadar lumpur pasir hanya di tes dengan cara sederhana yaitu dengan
cara meremas pasir, jika pasir tersebut menggumpal maka kadar lumpurnya tinggi
dan apabila pasir tersebut tidak menggumpal maka kadar lumpurnya rendah.

54
Karena itu untuk menghasilkan mutu beton sesuai dengan standar yang
diharapkan, maka diperlukan sebuah prosedur sebagai acuan pengerjaan beton.
Prosedur pembuatan dan pengujian mutu beton terdiri atas :

a. proses pemeriksaan bahan utama pembentuk beton, seperti pemeriksaan kadar


lumpur dan ukuran butir pada pasir dan agregat di lab.
b. proses perencanaan campuran beton sesuai pengujian di lab.
c. pencampuran bahan pembentuk beton dengan menggunakan mesin pencampur
seperti moleng.
d. proses penentuan nilai slump dengan melakukan uji slump agar dapat
mengontrol kadar air, ukuran butir dan juga kadar lumpur pada agregat dan
pasir.

2. Mutu baja
Dalam proyek Gedung Puskesmas Kenarilang Kabupaten Alor hanya
dilakukan pemeriksaan visual berupa pemeriksaan diameter tulangan yang dipakai
dengan jangka sorong. Dan untuk pengujian tarik tulangan tidak dilakukan
sehingga tidak diketahui.

Maka dari itu, proses pemeriksaan tulangan baik pemeriksaan visual yaitu
meliputi pemeriksaan diameter tulangan yang dipakai dengan jangka sorong dan
pemeriksaan tulangan terhadap adanya cacat luar, dan juga pemeriksaan tarik
tulangan yang dilakukan terhadap sampel tulangan dengan berbagai diameter
dengan menggunakan mesin uji tarik sangat penting sehingga didapatkan data
regangan, tegangan leleh maupun kuat tarik baja.

3.4.3 Pengendalian Biaya


Dalam proyek ini pengendalian biaya yang dilakukan berupa pengeluaran
yang diadakan untuk pelaksanaan, operasi serta pemelihaaan fisik proyek. Tujuan
pengendalian biaya adalah untuk mengetahui antara fungsi yang sesungguhnya
terhadap biaya yang dibutuhkan dan mengambil keputusan-keputusan mengenai
usaha yang perluh dilanjutkan.

55
Suatu perkiraan biaya akan kompleks jika mengandung unsur-unsur
berikut:

a. Biaya pengendalian material dan peralatan


b. Biaya sub kontrak
c. Biaya transportasi
d. Upah tenaga kerja
e. Biaya penyewaan dan pembelian peralatan
f. Laba.

56
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan praktek kerja lapangan selama 1 bulan 1 minggu, dengan


proyek rehabilitasi pembangunan gedung puskesmas kenarilang terhitung dari
tanggal 28 agustus sampai dengan 6 oktober telah memberikan pengalaman secara
nyata dalam dunia konstruksi sipil. Sehingga banyak pembelajaran– pembelajaran
yang diperoleh secara langsung yang tidak didapatkan dibangku kuliah.

5.1 Kesimpulan
Poin- poin utama dari pembelajaran selama kerja praktek adalah sebagai
berikut :
1. Secara umum pekerjaan pembangunan konstruksi bangunan sipil melibatkan
beberapa pihak atau stakeholder antara pemberi tugas dan penyedia jasa
yang terkait dalam sebuah perjanjian kontrak kerja.
2. Dalam pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi melalui proses
beberapa tahapan yaitu identifikasi pekerjaan, perencanaan, perorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian. Dan aspek – aspek yang menjadi
pertimbanga utama adalah Biaya, Mutu, dan Waktu.
3. Perencanaan dan strategi pengaturan waktu penjadwalan serta pengelolahan
sumber daya yang baik material, peralatan dan tenaga kerja yang baik adalah
kunci utama dalam pencapaian target pelaksanaan proyek.
4. Pengontrolan mutu material serta kesesuaian metode pelaksanaan pekerjaan
khususnya pekerjaan struktur sangat perlu diperhatikan. Salah satu contoh
adalah penggunaan material harus dilakukan tes uji material, agar terjamin
kualitas dan keamanan hasil pembangunan. Selain itu metode pekerjaan
yang diterapkan juga mempengaruhi mutu hasil pekerjaan.
5. Segala pelaksanaan pekerjaan perlu diawasi dan dikontrol pengawas
lapangan harus memastikan segala pekerjaan sesuai dan spesifikasi acuan
gambar kerja. Disamping itu pengontrolan terhadap hasil pekerjaan juga
perlu diperiksa karena akan berpengaruh dengan pekerjaan selanjutnya dan
kekuatan dari struktur itu sendiri.

57
6. Persiapan dalam pekerjaan kolom, Balok, dan Pelat harus direncanakan
waktu pemasangan bekisting dan pembesian dan perkiraan dalam pengadaan
beton ready mix. Sehingga pada waktu proses pengecoran beton siap
langsung dipakai.
7. Komunikasi antar pihak juga sangat penting.
8. Administrasi setiap kegiatan harus selalu dilakukan untuk merekam dan
mengontrol setiap proses pelaksanaan.
9. Setiap kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan harus dicatat dalam laporan
harian, laporan mingguan dan laporan bulanan.
10. Kontrol terhadap pengendalian biaya dan waktu harus dilakukan secara
signifikan agar kegiatan tetap berjalan tanpa adanya pembengkakan.
11. System keamanan dan keselamatan kerja perlu diperhatikan dan
disosialisasikan kesemua pihak yang berhubungan langsung dengan proses
pelaksanaan proyek.
12. pemasangan acuan dan perancah perlu diperhatikan agar dapat memastikan
perancah mudah dipasang, dibongkar, serta kuat karna acuan dan perancah
hanya bersifat sebagai konstruksi sementara.

5.2 Saran
Dari beberapa hal yang diamati dan dipelajari selama proses kegiatan PKL,
maka ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dan diperhatikan
Berikut adalah beberapa saran serta solusi dalam proses pelaksanaan proyek :
1. Waktu pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan sesuai dengan kurva
perencanaan pekerjaan.
2. Sebaiknya dalam proyek harus dilakukan pengujian slump dan pengujian
tarik baja sehingga mutu pekerjaan sesuai spesifikasi.
3. Lebih ditingkatkan kedisiplinan mengenai keseelamatan kerja dan
kebersihan lokasi pekerjaan
4. Harus lebih memeperhatikan laporan harian pekerjaan yang dilaksanakan.

58

Anda mungkin juga menyukai