Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan merupakan hal yang sangat penting, sehingga segala
kegiatan yang menyangkut pembangunan sangat diperhatikan baik dalam
bidang transportasi, ekonomi, komunikasi, dan juga prasarana lainnya yang
menunjang terwujudnya keinginan untuk meningkatkan kepentingan dan
kenyamanan masyarakat. Salah satu wujud pembangunan adalah Bangunan
Gedung, khusunya bangunan gedung puskesmas Alak kota Kupang yang
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Pembangunan suatu gedung tak lepas juga dari peranan akan kebutuhan air
bersih, karena air merupakan salah satu kebutuhan primer bagi kehidupan
manusia yang dapat dimanfaatkan ke dalam beberapa fungsi, baik untuk
keperluan sehari-hari maupun untuk pemanfaatan energi. Kebutuhan air pada
suatu bangunan berarti air yang dipergunakan baik oleh penghuni bangunan
tersebut ataupun untuk keperluan-keperluan lain yang berkaitan dengan
fasilitas bangunan. Kebutuhan air suatu bangunan tergantung pada fungsi
kegunaan dari bangunan tersebut dan jumlah penghuninya (Tjouwardi, 2015).
Hal ini mendasari bahwa setiap jenis bangunan memiliki kebutuhan air bersih
yang berbeda. Dalam hal ini Gedung Puskesmas Alak kota Kupang
merupakan gedung bertingkat, dimana pendistribusian air bersih pada gedung
bertingkat sangat memerlukan suatu instalasi pendistribusian yang mampu
memenuhi kebutuhan akan air bersih secara merata ke seluruh tempat pada
gedung tersebut. Perbedaan tinggi lantai gedung dari permukaan tanah pada
gedung bertingkat tidak sama, hal ini menyebabkan besar tekanan air bersih
yang keluar dari alat plumbing pada tiap lantai tidak sama. Agar dapat
menghasilkan tekanan dan debit air yang optimal dibutuhkan perancangan
instalasi yang baik. Untuk mengatasi keadaan ini, diperlukan pembangunan
sistem distribusi air yang baik sehingga dapat menjamin ketersediaan air
bersih bagi konsumen secara merata.

1
Melihat pentignya perencanaan system penyediaan air bersih untuk
bangunan gedung, maka penulis menyusun proposal Tugas Akhir dengan
mengambil judul “Study Perencanaan System Penyediaan Air Bersih
Pada Pekerjaaan Gedung Puskesmas Alak Kota Kupang”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana merencanakan system penyediaan air bersih pada pekerjaan
Gedung Puskesmas Alak Kota Kupang ?
2. Berapa besar anggaran biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan sistem
air bersihnya ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari
penulisan yaitu :
1. Dapat merencanakan sistem penyediaan air bersih pada pekerjaan Gedung
Puskesmas Alak Kota Kupang.
2. Untuk mendapatkan suatu perencanaan Anggaran Biaya pada system
penyadiaan air bersih Gedung Puskesmas Alak Kota Kupang.
1.4 Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang baik yakni :
1. Sebagai literatur bagi pembaca dalam menghitung kebutuhan air bersih
pada proyek konstruksi bangunan Gedung.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam merencanakan
system penyediaan air bersih pada pekerjaan Gedung dan menghitung
jumlah anggaran biayanya sesuai dengan aturan aturan yang berlaku.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan dibahas :
1. Penelitian dilakukan pada proyek pembangunan gedung Puskesmas Alak
Kota Kupang.
2. Merencanakan system penyediaan air bersih, dan menghitung rencana
anggaran biayanya dengan metode AHSP SDA 2016.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air


Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Dimana manusia tidak dapat melanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan
air yang cukup dalam segi-segi kuantitas dan kualitasnya. Air digunakan
untuk berbagai macam kebutuhan seperti kebutuhan domestik, non
domestik, industri dan lingkungan. Penyediaan air yang baik secara
sistematis dan teknis menjadi syarat mutlak bagi pembangunan masyarakat.
( Klaas, 2009).
Perencanaan merupakan suatu proses dengan mengadakan persiapan –
persiapan atau membuat suatu program yang di perlukan untuk mewujudkan
suatu tujuan tertentu.
2.2 Air Bersih
Air bersih merupakan air yang memenuhi syarat kualitas air (standar
kualitas air bersih yang telah ditentukan oleh Badan Resmi atau
Pemerintahan). Sehingga jika digunakan tidak berbahaya bagi para
(konsumesn) dan tidak merusak peralatan dalam penggunaannya. (Cristian,
ddk, 2002)
Kebutuhan air bersih suatu bangunan meliputi air yang dipergunakan
oleh penghuni dari bangunan tersebut ataupun oleh keperluan-keperluan lain
yang berhubungan dengan fungsi dan fasilitas bangunan (Tjouwardi, 2015).
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002, bahwa air bersih yaitu air yang dipergunakan
untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Besarnya kebutuhan air bersih suatu bangunan meliputi (BSN, 2005 ) :
1. Kebutuhan air bersih sehari - hari yang ditentukan dengan
memperkirakan penggunaan nilai kebutuhan air bersih per hari per orang

3
dengan memperkirakan jumlah waktu pemakaian yang sesuai dengan
fungsi dan fasilitas gedung yang direncanakan.
2. Kebutuhan air untuk peralatan dan mesin yang memerlukan penambahan
air secara teratur dan harus diperhitungkan sendiri.
3. Kebutuhan air untuk menjaga kedalaman atau ketinggian muka air
kolam, baik untuk air mancur maupun kolam renang yang harus dihitung
dengan memperkirakan besarnya kehilangan air yang terjadi karena
penguapan dan pelimpahan.
Standar kebutuhan air bersih dibedakan menjadi dua macam, yaitu
(Ditjen Cipta Karya, 2000) :
1. Standar kebutuhan air domestik yang terdiri dari kebutuhan air yang
digunakan pada tempat – tempat hunian pribadi untuk memenuhi
keperluan sehari – hari seperti memasak, minum, mencuci dan keperluan
rumah tangga lainnya.
2. Standar kebutuhan air non domestik yang terdiri dari kebutuhan air
bersih di luar keperluan rumah tangga. Kebutuhan air non domestik
antara lain :
a. Penggunaan komersil dan industri, yaitu penggunaan air oleh badan
– badan komersil dan industri.
b. Penggunaan umum, yaitu penggunaan air untuk bangunan -bangunan
pemerintah, rumah sakit, sarana pendidikan dan tempat - tempat
ibadah.
Berikut adalah tabel pemakaian air bersih per hari per orang secara
umum untuk beberapa gedung sesuai dengan penggunaannya (Ditjen Cipta
Karya, 2000) :

4
Tabel 2.1. Kebutuhan air bersih non domestik untuk kota kategori I, II,
III, IV
Pemakaian Satuan
No. Sektor Air
1 Pendidikan/Sekolah 10 Liter/murid/hari

2 Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari


3 Puskesmas 2000 Liter/unit/hari
4 Masjid 3000 Liter/unit/hari
5 Kantor 10 Liter/pegawai/hari
6 Pasar 12000 Liter/hektar/hari
7 Hotel 150 Liter/bed/hari
Liter/tempat
8 Rumah makan 100 duduk/hari
9 Komplek militer 60 Liter/orang/hari

`10 Kawasan industry 0,2 – 0,8 Liter/detik/hektar


Kawasan
11 Pariwisata 0,1 – 0,3 Liter/detik/hektar
Sumber : Ditjen Cipta Karya Dinas PU (2000)
Dalam menentukan kebutuhan air bersih suatu gedung perlu melihat
beberapa faktor, diantaranya jenis gedung dan jumlah penghuni.
Berdasarkan tabel 2.1 di atas, besarnya pemakaian air bersih pada
lingkungan kesehatan termasuk ke dalam kategori puskesmas sebesar
2000 Liter/unit/hari. Volume kebutuhan air bersih didapat berkaitan
dengan kapasitas reservoir bawah dan tangki atas.
2.3 Prinsip Dasar Sistem Penyediaaan Air Bersih
2.3.1 Kualitas Air
Tujuan terpenting dari sistem penyediaan air adalah menyediakan air
bersih. Penyediaan air minum dengan kualitas yang tetap baik merupakan
prioritas utama. Standar air dari Badan Kesehatan Sedunia (WHO)
dimaksudkan untuk negara-negara yang sedang berkembang.

5
Standar negara Jepang untuk kadar sisa chlor dalam air telah
ditetapkan sebagai langkah penting dibidang kesehatan, dan dinyatakan
dalan Undang- undang pelayanan Air dan Undang- undang pengamanan
Sanitasi dalam Gedung. Untuk gedung-gedung yang dibangun di daerah
mana tidak tersedia fasilitas penyediaan air minum untuk umum, seperti
di tempat terpencil di pegunungan atau di pulau, penyediaan air akan
diambil dari sungai, air tanah dangkal atau dalam, dan sebagainya. Dalam
hal demikian, air baku tersebut haruslah diolah dalam gedung atau dalam
instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas air yang berlaku.
2.3.2 Pencegahan Pencemaran Air
Pencemaran adalah suatu kejadian yang dapat dengan mudah terjadi
dibagian manapun. Hal-hal yang menyebabkan pencemaran antara lain,
masuknya kotoran, tikus serangga kedalam tangki, terjadinnya karat dan
rusaknya bahan tangki dan pipa, aliran-balik (back flow) air jenis kualitas
lain kedalam pipa air minum.
Sistem penyediaan air bersih meliputi beberapa peralatan seperti
tangki air bawah tanah, tangki air diatas atap, pompa-pompa, perpipaan.
Dalam peralatan ini air harus dapat dialirkan ke tempat-tempat yang
dituju tanpa mengalami pencemaran. Karena pencegahan pencemaran
lebih ditekankan pada sistem penyediaan air bersih.
Contoh pencemaran dan pencegahannya :
1. Larangan hubungan pintas
Yang dimaksud dengan hubungan pintas (cross connection ), adalah
hubungan fisik antara dua sistem pipa yang berbeda, satu sistem pipa
untuk air bersih dan sistem pipa lainnya berisi air yang tidak diketahui
atau diragukan kualitasnya, dimana air akan dapat mengalir dari satu
sistem ke sistem yang lainnya.
Hubungan pintas yang salah misalnya hubungan pintas antara sebuah
tangki air minum dengan tangki air bukan air minum, walaupun
diperkirakan tidak akan terjadi pencemaran, sama sekali tidak
diperbolehkan. Demikian pula sistem perpipaan air bersih tidak boleh
dihubungkan dengan sistem perpipaan lainnya. Sistem perpipaan air

6
bersih dan peralatannya tidak boleh terendam dalam air kotor atau bahan
lain yang tercemar.
2. Pencegahan aliran-balik
Aliran-balik (back flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau
campuran, ke dalam sistem perpipaan air bersih, yang berasal dari sumber
lain yang bukan untuk air bersih. Aliran balik tidak dapat dipisahkan dari
hubungan pintas karena disebabkan oleh terjadinya efek siphon balik
(back siphonage). Efek siphon-balik adalah terjadinya aliran masuk ke
dalam pipa air bersih dari air bekas, air kotor, air hujan, dan dari peralatan
saniter atau tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam
pipa. Aliran-balik ini dapat menimbulkan penyakit yang mematikan.
Pencegahan aliran-balik dapat dilakukan dengan menyediakan celah
udara atau memasang penahan aliran balik.

Gambar 2.1 Terjadinya aliran-balik


2.4 `System Penyediaan Air Bersih
Sistem ini adalah system dimana sumber air bersih diambil dari PDAM
dimasukan ke dalam bak penampung air bersih Ground Water Tank
(GWT), sedangkan sumber air yang berasal dari tanah atau sumur dalam
(deep well) dimasukan kedalam penampung air baku (raw water tank). Air
dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga
sebagai tangki pengendap lumpur atau pasir yang terbawa dari sumur. Air
yang berada di raw water tank diolah (treatment) di instalasi water
treatment plant lalu dialirkan ke clear water tank atau ground water tank,
selanjutnya dialirkan ke tangki air atap (roof tank) dengan menggunakan

7
pompa transfer. Distribusi air bersih pada lantai teratas untuk mendapatkan
tekanan cukup umummnya menggunakan pompa pendorong (booster
pump), sedangkan untuk lantai-lantai dibawahnya dialirkan secara
gravitasi.
2.4.1 Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih yang digunakan dikelompokkan
menjadi (Morimura dan Noerbambang, 2000), yaitu :
1. Sistem sambungan langsung
Pada sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung
langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih. karena
terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinnya ukuran
pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama
dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan
rendah.

Gambar 2.2 sistem sambungan langsung


2. Sistem tangki atap
Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki
bawah ( dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah
muka tanah ), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang
biasanya diapasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi
bangunan. Dari tangki air ini didistribusikan ke seluruh bangunan.

8
Gambar 2.3 sistem dengan tangki atap
3. Sistem tangki tekan
Prinsip kerja sistem ini adalah sebagai berikut. Air yang telah
ditampung pada tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana
tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki
tersebut di alirkan kedalam sistem distribusi bangunan.

Gambar 2.4 sistem tangki tekan


4. Sistem Tanpa Tangki (Booster System)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki
bawah, tangki tekan, ataupun tangki atap. Air dipompakan
langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa penghisap air
langsung dari pipa utama (misalnya pipa utama perusahaan air
minum).

9
Sistem ini terdapat dua sistem dikaitkan dengan kecepatan
pompa, yaitu :
1. Sistem kecepatan putaran pompa konstan, pompa utama selalu
bekerja sedangkan pompa lain akan bekerja secara otomatik
yang diatur oleh tekanan.
2. Sistem kecepatan putaran pompa variabel, sistem ini untuk
mengubah kecepatan atau laju aliran diatur dengan mengubah
kecepatan putaran pompa secara otomatik.
Sistem kecepatan putaran pompa variabel mempunyai
keuntungan/ kerugiannya antara lain :
a. Mengurangi tingkat pencemaran air karena tidak menggunakan
tangki.
b. Mengurangi terjadinya karat karena tidak kontak udara
langsung.
c. Beban struktur semakin ringan karena tidak ada tangki atas
d. Biaya pemakaian daya listrik besar.
e. Penyediaan air bersih tergantung pada sumberdayanya .
f. Investasi awal besar.

Gambar 2.5 Kombinasi tangki penampang air minum (dari


PDAM), pompa dan tangki tekan.
2.4.2 Laju aliran air
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menaksir besarnya
laju aliran air, yaitu :
1. Berdasarkan jumlah pemakai (penghuni)
Penaksiran berdasarkan jumlah pemakai (penghuni) adalah
metode yang didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari
setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian

10
jumlah pemakaian air sehari dapat diperkirakan, walaupun jenis
maupun jumlah alat plambing belum ditentukan. Metode ini praktis
untuk tahap perencanaan atau juga perancangan.
Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini
biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah,
tangki atap, pompa, dan sebagainya. Sedangkan untuk ukuran pipa
yang diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa penyediaan air.
2. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Penaksiran ini adalah metode yang digunakan apabila kondisi
pemakaian alat plambing dapat diketahui. Juga harus diketahui
jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung ini.
3. Berdasarkan unit beban alat plambing
Pada penaksiran unit beban alat plambing adalah dengan
metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban
(fixture unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit
beban dari semua alat plumbing yang dilayaninya, dan kemudian
dicari besarnya laju aliran air dengan kurva. Kurva ini memberikan
hubungan antara jumlah unit beban alat plumbing dengan laju
aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan
serempak dari alat-alat plambing.

Gambar 2.6. Kurva perkiraan beban kebutuhan alat plambing


(sampai 3000).

11
Gambar 2.7 Kurva perkiraan beban kebutuhan air (sampai 250).

Tabel 2.2. Nilai unit beban alat plambing


No. Jenis alat plambing UBAP UBAP
pribadi Umum
1 Bak Mandi 2 4
2 Bedpan Washer - 10
3 Bidet 2 4
4 Pancaran air minum 1 2
5 Bak cuci tangan 1 2
6 Bak cuci dapur 2 2
7 Service sink 2 4
8 Peturasan pedestial berkaki - 10
9 Peturasan, wall lip - 5
10 Peturasan, palung - 5
11 Peturasan dengan tangki penggelontor - 3
12 Bak cuci, bulat atau jamak (setiap kran) - 2
13 Kloset dengan katup penggelontor 6 10
14 Kloset dengan tangki penggelontor 3 5
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (2005)

12
2.4.3 Tekanan Air Dan Kecepatan Aliran
Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan
dalam pemakaian air. Tekan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa
sakit terkena pancaran air serta memepercepat kerusakan peralatan
plambing, dan menambah kemungkinan timbulnya pukulan air.
Sedangkan kecepatan aliran yang terlampau tingi akan dapat
menambah kemungkinan timbulnya pukulan air, dan menimbulkan
suara berisik dan kadang menyebabkan ausnya permukaan dalam dari
pipa.
2.5 Sistem Jaringan Air Bersih
Menurut Lowa 1993, mengatakan bahwa sitem jaringan air bersih
mempunyai 3 sistem jaringan antara lain :
1. Sistem cabang
Distribusinya dilakukan dari semua saluran utama kemudia
didistribusikan ketempat konsumen yang berbeda, sitem ini kadang
menyebabkan air berhenti pada ujung pipa, artinya bahwa pada saluran
tersebut pendistribusian air tidak terjadi lagi ke konsumen atau pemakai
air.
Sumber
Air

Gambar 2.8 Sistem distribusi air bersih dengan sistem cabang


2. Sistem garpu
Sistem ini sama denga sistem cabang tetapi ujungnya yang buntu
bersambung bersama-sama sehingga sirkulasi jauh lebih baik dan
kemungkinan air berhenti kurang.

Gambar 2.9 Sistem distribusi air bersih dengan sistem garpu

13
3. Sistem tertutup
Pada sistem pipa ditribusi dibuat mengelilingi daerah yang akan
distribusikan.

Gambar 2.10 Sistem distribusi air bersih dengan sistem tertutup.


2.5.1 Sistem Transmisi Air Bersih
Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan dari bangunan
pengambilan air baku ke bangunan pengolahan air bersih atau suatu
jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan air bersih dari sumber air ke
resevoir. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem
transmisi adalah :
a. Tipe pengaliran jaringan pipa transmisi
b. Menentukan tempat bak pelepas tekan
c. Menghitung panjang dan diameter pipa
d. Jalur pipa.
2.5.2 Sistem Distribusi Air Bersih
Sistem distribusi air bersih dapat dilakukan dengan cara gravitasi,
pemompaan, ataupun kombinasi dari kedua cara tersebut. Berikut
penjelasan dan gambar dari masing-masing sistem pengaliran distribusi
air bersih (Al Layla,1980) :
1. Cara Gravitasi
Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air
mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan,
sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan.
2. Cara Pemompaan
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang
diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke
konsumen.

14
3. Cara Gabungan
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan
tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada
kondisi darurat, misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya
energi.
2.5.3 Jaringan Pipa
Pipa merupakan komponen utama dalam jaringan perpipaan meliputi
distribusi dan transmisi. Pipa yang digunakan dalam berbagai macam
jenisnya, misalnya bambu, pipa PVC, besi galvanis, baja, beton dan
sebagainya.
Tabel 2.3 Keuntungan dan Kerugian beberapa Pipa
No Jenis Keuntungan Kerugian
Pipa

1 Bambu Murah, terdapat di pelosok cepat rusak,


banyak bocoran

Ringan, mudah diangkut dan


2 PVC dipasang, tidak bereaksi dengan air Tekanan rendah

Ringan, mudah diangkut dan


3 HDPE dipasang, tidak bereaksi dengan air, Tekanan rendah
mencapai 100 m tanpa sambungan
untuk diameter kecil
Besi Tekanan Tinggi Berat, transportasi
4 Galvanis dan instalasi lebih
mahal
Sumber : Radianta Triatmadja
1. Jaringan Pipa Distribusi
Menurut Triatmodjo (1995), sistem jaringan pipa distribusi
merupakan bagian yang paling mahal dari sistem penyediaan air suatu
perusahaan air minum. Oleh karena itu harus dibuat perencanaan yang
teliti untuk mendapatkan sistem distribusi yang efesien. Jumlah debit
air yang disediakan tergantung pada jumlah penduduk dan jenis
industri yang dilayani.
Ada tiga metode dalam jaringan pipa yaitu (Al Layla,1980) :
a. Sistem cabang
Sistem ini sama seperti cabang pada pohon dengan pipa utama,
pipa sekunder yang dihubungkan dengan gedung.

15
b. Sistem gridiron
Pada metode ini semua pipa tersambung dan tidak ada yang
terputus pada ujungnya. Air dapat menjangkau lebih seluruh
tempat.
c. Sistem melingkar
Loop dapat menambah tekanan pada daerah pelayanan. Pada
daerah yang strategis seperti kota sehingga tekanannya dapat
bertambah.
2. Jaringan Pipa Transmisi
Sistem perpipaan transmisi ini bertujuan untuk menyalurkan air
dari sumber air baku, misalnya mata air menuju ke bangunan
pengolahan, serta mengalirkan air hasil olahan menuju ke reservoir
induk. Sistem transmisi air bersih dapat dilakukan dengan beberapa
cara tergantung kondisi topografi yang menghubungkan sumber air
dengan reservoir induk. Sistem perpipaan yang digunakan tergantung
topografi dari wilayahnya, dan dapat dilakukan secara gravitasi,
pemompaan maupun kombinasi pemompaan dan gravitasi (Peavy,
1985).
3. Jenis-Jenis Alat Sambung Pipa
Penyambungan pipa atau aksesoris merupakan keterbatasan
panjang dan pipa yang dijual dipasaran maka dalam pekerjaan suatu
instalasi tidak terlepas dari penyambungan-penyambungan.
Adapun macam-macam alat sambung atau aksesoris tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tee, berfungsi untuk mengalirkan air secara menyilang.
2. Elbow, digunakan pada arah berbingkai atau lingkaran.
3. Socket, berfungsi sebagai penyambung dua pipa berdiameter
sama.
4. Valve, berfungsi untuk mengatur aliran, menutup dan membuka
aliran serta mengontrol tekanan aliran.
5. Reducer, berfungsi untuk menyambung dua pipa dengan diameter
yang berbeda.

16
2.6 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih suatu gedung adalah jumlah air bersih yang akan
digunakan dalam gedung tersebut. Untuk mengetahui besarnya jumlah
kebutuhan air dalam gedung, perlu diperhitungkan terlebih dahulu jumlah
pemakai air pada gedung, banyaknya alat-alat plambing yang ada, dan
kebutuhan tambahan yang diakibatkan oleh kebocoran maupun hal-hal
yang tak terduga lainnya sebagai safety factor. Kebutuhan air bersih suatu
bangunan ditentukan dengan persamaan berikut ini (Morimura dan
Noerbambang, 2000):
Dalam perancangan ini digunakan pemakaian air rata-rata sehari per
orang sebesar 50 liter/hari/orang, dengan jangka waktu pemakaian air rata-
rata dalam sehari yaitu 8 jam (SNI 03-7065, 2005).
Adapun langkah-langkah perhitungan kebutuhan air bersih dalam
gedung pada penulisan ini menurut (Noerbambang & Morimura, 2005)
adalah sebagai berikut:
2.6.1 Penentuan Debit Pemkaian Air Dalam Gedung
1. Pemakaian air dalam satu hari
Qd = jumlah penghuni x pemakaian air per orang per hari…...(2.1)
2. Kebutuhan air rata-rata pemakaian per hari
𝑄𝑑
Qh = ……………………...……………….………....……(2.2)
𝑇
Dimana:
Qh = pemakaian air rata-rata (l/jam)
Qd = pemakaan air rata-rata (l/hari)
T = pemakaian rata-rata (jam/hari)
3. Pemakaian air pada jam puncak
Qh-maks = C1 x Qh…………………………………………..…(2.3)
Dimana:
Qh-maks = pemakaian air (l/jam)
C1 = konstata berkisar antara 1,5 sampai 2,0
Qh = pemakaian rata-rata (l/jam)
4. Pemakaian air pada menit puncak
Qm-maks = C2 x (Qh/60) …………………………………...…(2.4)

17
Dimana:
Qm-maks = pemakaian air (l/menit)
C2 = konstata 3,0 sampai 4,0.
Qh = pemakaian rata-rata (l/jam)
2.6.2 Penentuan Kapasitas Alat
Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya
digunakan untuk menetukan volume tangki bawah, tangki atap,
pompa dan sebagainya, adapun untuk menentukan perhitungan
dimensi bak air bawah (Ground Water Tank) berdasarkan rumus
menurut (Noerbambang & Morimura, 2005) yaitu:
1) Penentuan Besarnya Kapasitas Pipa Dinas
Qs = 2/3 × Qh…………………………………………….….(2.5)
Dimana:
Qh = pemakaian air rata-rata (m3/jam)
Qs = kapasitas pipa dinas (m3/jam)
2) Penentuan Volume Tangki Untuk Pemadaman Kebakaran
Untuk merencanakan volume tangki yang berfungsi
menyimpan air untuk kebutuhan air bersih dan pemadaman
kebakaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
VR = Qd – Qs× T……………………………………………(2.6)
Keterangan :
Qd = Jumlah kebutuhan air per hari (m3/hari).
Qs = Kapasitas pipa (m3/hari).
T = Rata-rata pemakaian per hari (jam/hari).
VR = Volume tangki air minum (m3)
3) Penentuan Kapasitas Tangki Air Bawah
Volume air yang terlalu besar dibandingkan dengan
pemakaian air akan menyebabkan “pergantian” air dalam tangki
terlalu lambat. Untuk mencegah hal itu biasanya tangki air dibuat
untuk melayani kebutuhan air sehari saja.
Rumus-rumus di bawah ini memberikan hubungan antara
kapasitas tangki air bawah dengan kapasitas dinas :

18
Volume GWT = Qd - Qs x t  x T…………………..........…(2.7)
Keterangan:
Qd = pemakaian air rata-rata (m3/jam).
Qs = kapasitas pipa dinas (m3/jam).
t = pemakaian air 1 hari (jam/hari)
T = waktu penampungan (hari)
4) Penentuan Kapasitas Tangki Air Atas
Tangki atas dimaksudkan untuk menampung kebutuhan puncak,
disediakan dengan kapasitas cukup untuk jangka waktu puncak
selama 30 menit. Untuk mengantisipasi kejadian kebutuhan puncak
pada saat muka air terendah dalam tangki atas, perlu
diperhitungkan jumlah air yang dapat dimasukan dalam waktu 10
sampai 15 menit oleh pompa-angkat (dari tangki bawah ke tangki
atap).
Kapasitas tangki atas dinyatakan oleh rumus:
VE = (Qp - Qmaks) Tp – (Qpu x Tpu)……………………....(2.8)
Dimana:
VE = kapasitas efektif tangki atas (liter)
Qp = kebutuhan puncak (liter/menit)
Qmaks = kebutuhan air jam puncak
Qpu = kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
Tp = jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
Tpu = Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)
Kapasitas pompa diusahakan sebesar Qpu = Qmaks
air yang diambil dari tangki atas melalui pipa pembagi utama
dianggap sebesar Qp, makin dekat Qpu dengan Qp makin kecil
ukuran tangki atas.
Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa kalau Qpu = Qp, maka
volume tangki adalah : VE = Qpu x Tp
5) Penentuan Kapasitas Pompa
Tinggi angkat pompa
tinggi angkat pompa dapat dinyatakan dengan rumus berikut :

19
H  H s + H d = H f s d + v 2 / 2g………………….……..…...(2.9)

H = H a + H f s d + V 2 / 2 g ..………………..….………..……(2.10)
dimana:
H = tinggi angkat total (m)
HS = tinggi hisap (m)
Hd = Tinggi tekan (m)
Ha = Tinggi potensial (m)
Hfsd = kerugian gesek dalam pipa hisap dan pipa tekan (m)
V2/2g = tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa (m)
Daya yang dibutuhkan pompa :
𝑄×𝐻×𝛾
D= ……………………….….……………(2.11)
75𝜂

Dimana :
D = kapasitas pompa ( Hp )
H = Tinggi Angkat Total (m)
Q = Kapasitas pompa m3/menit
𝛾 = berat spesifik kg/liter
η = Nilai efisiensi pompa
2.6.3 Penentuan Dimensi Pipa
Ditentukan berdasarkan laju aliran puncak, dipertimbangkan
batas kerugian gesek atau gradien hidraulik yang diizinkan, dan
dipertimbangkan batas kecepatan tertinggi, biasanya 2m/detik atau
kurang
Tabel 2.4 Koefisien kecepatan untuk berbagai jenis pipa
C Jenis Pipa
Pipa baru : kuningan, tembaga, timah hitam, besi tuang, baja
(dilas atau ditarik), baja atau besi dilapis semen.
140 Pipa asbes-semen (selalu “licin” dan sangat lurus)
Pipa baja baru (lurus tanpa perlengkapan, dilas atau ditarik), pipa
besi tuang baru (biasanya angka ini yang dipakai), pipa tua:
130 kuningan, tembaga, timah hitam.
Pipa PVC keras

20
110 Pipa dengan lapisan semen yang sudah tua, pipa keramik yang
masih baik
100 Pipa besi tuang atau pipa baja yang sudah tua

1. Penentuan Laju Aliran Air


Rumus (HAZEN-WILLIAM ) :
Q  (1,67) (c) (d 2,63 ) (i 0,54 )(10000) ……….………..…....……(2.12)
Dimana:
Q = laju aliran air (liter/menit)
c = koefisien kecepatan aliran (lihat tabel)
d = diameter dalam pipa (m)
i = gradien hidraulik (m/m)
2. Penentuan Kerugian Gesek
Rumus( ‘Darcy-Weisbach’ )
Kerugian gesek (friction loss) menimbulkan tekanan terhadap
aliran akibat adanya gesekan air terhadap dinding pipa, dapat
dinyatakan dengan rumus DARCY-WEISBACH sebagai berikut :
h  ()(l/d)(v2/2 g ) … … … … … … … … … … … … … … … ( 2 . 1 3 )
Dimana:
h = kerugian gesek pipa lurus (m) koefisien gesekan
l = panjang pipa lurus (m)
d = diameter dalam (m)
v = kecepatan rata-rata aliran air ( m/detik)
g = percepatan gravitasi = 980 (m/det/det)
3. Kerugian Gesek Yang Dizinkan
Kerugian gesek yang diizinkan dapat dihitung dengan rumus
(untuk pipa dengan laju aliran tertinggi, lantai tertinggi):
Menurut “HASS 206-1976, Plumbing Code” :
R = (1000) (H-H1)(K)(L+1) …………………………...………(2.14)
Dimana :
R = kerugian gesek yang diizinkan (mm/m)

21
H = Head statik pada alat plambing (m)
H1 = Head standar pada alat plambing (m), lihat tabel
K = Koefisien sistem pipa
L = panjang pipa lurus, pipa utama (m)
l = panjang pipa lurus, pipa cabang (m)
4. Kerugian Gesek Untuk Lantai ke-n
𝐻𝑛 − 𝑅𝑛 (𝐿𝑛−1 +𝐿𝑛−1 −𝑅𝑛−2 (𝐿𝑛−2 −𝐿𝑛−2 )−𝐻1𝑛
Rn = x 1000………….…(2.15)
𝐾(𝐿𝑛 +𝑙𝑛 )

Dimana:
Rn = Kerugian gesek diizinkan pada lantai ke-n
Rn-1 = kerugian gesek pada lantai ke (n-1)
Rn-2 = kerugian gesek pada lantai ke (n-2)
Hn = head statik pada alat plambing pada lantai ke (n)
H1n = head statik standar alat plambing pada lantai ke (n)
K = koefisien sistim pipa
Ln = panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n)
Ln-1 = panjang lurus pipa utama dari lantai ke (n-2) sampai lantai ke
(n-1) Ln-2 = panjang lurus pipa utama dari lantai ke (n-2) sampai
lantai ke (n-2)
ln = panjang lurus pipa-pipa cabang pada lantai ke n
2.7 Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya adalah perhitungan banyaknya biaya yang
diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya biaya lainnya yang
berhubungan dengan pelaksanaan bangunan yang dihitung dengan teliti,
cermat, dan memenuhi syarat ( Ibrahim 1993 ). Salah satu faktor penting
sekali membuat rencana anggaran biaya atau yang dinamakan “analisa harga
satuan pekerjaan.” Analisa ini mencakup mengenai suatu uraian perhitungan
yang teliti dimana dicantumkan harga bahan, upah dan alat tambahan serta
faktor-faktor lain untuk menyelesaikan pekerjaan sehingga didapat jumlah
biaya untuk suatu pekerjaan.
2.7.1 Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Menurut Wulfram Ervianto, 2005 : (141-143) kegiatan estimasi dalam
proyek konstruksi dialakukan dengan tujuan tertentu, tergantung pada

22
siapa/pihak yang membuatnya. Pihak owner membuat perhitungan atau
estimasi dengan tujuan untuk mendapat informasi sejelas – jelasnya
tentang biaya yang harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya.
Hasil estimasi ini disebut dengan OE ( Owner Estimate ) dan hasil
estimasi yang dilakukan olek konsultan perencana disebut EE (Engineer
Estimate). Sedangkan pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan
untuk kegiatan penawaran terhadap proyek konstruksi pada saat
pelelangan atau tender. Kontraktor akan memenangkan lelang yang
diajukan jika penawaran yang diajukan mendekati nilai Owner Estimate
(OE) atau EE (Engineer Estimate). Dalam menetukan harga penawaran
kontraktor harus memasukan aspek lain yang sekiranya berpengaruh
terhadap biaya proyek nantinya. Aspek tersebut antara lain : Cuaca,
Poduktifitas, SDM, ketersediaan material dan peralatan, sistem
pengendalian dan kemampuan manajemen (Wulfram Ervianto, 2002 ).
2.7.2 Komponen Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
1. Volume pekerjaan
Menurut Bachtiar Ibrahim, (1993: 23-24), yang dimaksud dengan
volume pekerjaan ialah menghitung jumlah banyaknya volume
pekerjaan dalam satuan. Volume juga sering disebut kubikasi
pekerjaan.Volume pekerjaan yang dihitung sangat berpengaruh
terhadap besarnya biaya yang akan digunakan unutk menyelesaikan
volume dari item tersebut.
Satuan yang umumnya digunakan dalam menghitung anggaran
biaya bangunan adalah :
Tabel 2.5 satuan pengukuran
No Pengukuran Satuan Simbol
1 Panjang Meter M
2 Luas Meter-persegi M2
3 Isi padat Meter kubik M3
4 isi cair Liter Ltr
5 Berat Kilogram, Ton Kg, Ton

23
6 Waktu Jam, Hari Jam, Hari

Sumber : A.Z. Zainal, 1992


Dan satuan yang digunakan lainya adalah Lump Sum (Ls) yaitu
satuan yang nilai pengukuranya adalah sama dengan satu.
Tabel 2.6 Rumus dasar perhitungan kuantitas
No Nama Luas (M2) Volume(M3)
1 Persegi PxL p x l x t(p)
2 Segitiga ½ x a.t L xt
3 Trapesium ½ x (a+b).t L x t(p)
4 Lingkaran r2 atau ¼ d2 ¼ d2 x t

Kuantitas (volume) item pekerjaan adalah banyaknya pekerjaan


yang harus diselesaikan/ dikerjakan untuk memenuhi fungsi atau
sebagian fungsi dari bangunan karena sangat mempengaruhi
besarnya biaya proyek sehingga dibutuhkan ketelitian dalam
menghitung volume dari tiap item pekerjaan
2. Koefisien sumber daya (Tenaga kerja, Material, Peralatan)
a. Koefisien tenaga kerja
Koefisien tenaga kerja adalah penggunaan waktu tenaga kerja
untuk sekelompok tenaga kerja yang terdiri dari beberapa
kualifikasi tenaga kerja seperti mandor, kepala tukang, tukang,
dan pekerja.
b. Koefisien material
Koefisien material adalah jumlah material yang digunakan
untuk menyelesaikan satu satuan item pekerjaan. Ada dua
kelompok material yang dibedakan menurut asalnya yaitu material
yang berasal dari alam (material lokal) seperti pasir, batu,
sedangkan material yang berasal dari produk pabrik (material non
lokal) seperti semen, besi, dan sebagainya. Dalam perhitungan
biaya proyek, koefisien material pada umumnya digunakan
standar koefisien dalam SNI.
c. Koefisen peralatan

24
Koefisien peralatan adalah jumlah penggunaan waktu kerja
peralatan untuk menyelesaikan satu satuan item pekerjaan. Satuan
pekerjaan yang digunakan untuk mengukur koefisien peralatan
adalah waktu dalam jam.
3. Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan ialah jumlah harga bahan, upah tenaga
kerja dan alat berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat
di pasaran, dikumpulkan dalam satu daftar yang dinamakan “Daftar
Harga Satuan Bahan”.
a. Analisa Harga Satuan Upah
Upah merupakan suatu imbalan yang harus diberikan oleh
kontraktor kepada pekerja sebagai balas jasa terhadap hasil kerja.
Sedangkan Analisa upah pekerjaan ialah, menghitung banyaknya
tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk pekerjaan tersebut. Kebutuhan tenaga kerja adalah besarnya
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk suatu volume
pekerjaan tertentu yang dapat dicari dengan menggunanakan
rumus (Bachtiar Ibrahim, 1993):
∑ Tenaga Kerja = Volume Pekerjaan x Koefisen analisa tenaga
kerja ……………………………………………………....…(2.16)
b. Analisa Harga Satuan Bahan
Bahan yang disebut disini jenisnya tergantung pada material
pokok dan material penunjang. Bahan bangunan dapat berupa
bahan dasar (raw material) yang harus diproses proyek, atau
berupa bahan jadi/setengah jadi yang tinggal dipasang saja pada
saat pekerjaan di lapangan.
Dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu proyek, faktor waste
bahan sangat penting untuk dikendalikan. Yang dimaksud dengan
waste bahan dalah sejumlah bahan yang dipergunakan/telah
dibeli, tetapi tidak menambah nilai jual dari produknya.
Kebutuhan bahan/material ialah besarnya jumlah bahan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu

25
kesatuan pekerjaan. Kebutuhan bahan dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut (Bachtiar Ibrahim, 1993 ) :
∑ Bahan = Volume Pekerjaan x Koefisien Analisa Bahan….(2.17)
c. Analisa Harga Satuan Peralatan
Banyak jenis pekerjaan yang memerlukan peranan alat dalam
proses pelaksanaannya. Oleh karena itu bila dalam pelaksanaan
suatu item pekerjaan tertentu memerlukan alat-alat konstruksi,
terutama sekali alat-alat berat, maka sub harga satuan alat harus
dihitung tersendiri seperti halnya sub harga bahan. Dasar
perhitungan sub harga satuan alat ini sama dengan sub harga
satuan upah, yaitu mempertimbangkan tingkat produktivitas alat
tersebut.
2.7.3 Langkah-Langkah Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
1. Persiapan dan Pengecekan Gambar Kerja
Gambar kerja adalah dasar untuk menentukan pekerjaan apa
saja yang ada dalam komponen bangunan yang akan dikerjakan. Dari
gambar akan didapatkan ukuran bentuk, dan spesifikasi pekerjaan.
Pastikan gambar mengandung semua ukuran dan spesifikasi material
yang akan digunakan untuk mempermudah perhitungan volume
pekerjaan.
2. Perhitungan Volume
Langkah awal untuk menghitung volume pekerjaan yang perlu
dilakukan adalah mengurutkan seluruh item dan komponen
pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan harga kerja yang ada.
Jika item pekerjaan tertuang, selanjutnya mulai menghitung masing-
masing volume pekerjaan tersebut.
3. Membuat Harga Satuan Pekerjaan
Untuk menghitung harga satuan pekerjaan, yang perlu
dipersiapkan adalah : Indeks (Koefisien) analisa pekerjaan,
perhitungan jumlah biaya pekerjaan, rekapitulasi RAB.
Indeks (Koefisien) analisa pekerjaan berupa harga
material/bahan sesuai satuan, dan harga upah kerja per hari termasuk

26
mandor, kepala tukang dan pekerja. Untuk harga material dan upah
kerja, tinggal dimasukan harga berdasarkan harga yang ada di daerah
lokasi proyek (diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum), perlu
mengantisipasi nilai yang dimasukan bila mana kemungkinan akan
ada kenaikan harga jika pekerjaan masih untuk dimulai.
Perhitungan analisa harga satuan saat ini semakin berkembang,
dimana banyak terdapat metode perhitungannya. Bila mengecek
beberapa analisa harga satuan dari beberapa RAB yang ada,
kemungkinan akan dijumpai ada perbedaan harga dalam satu item
pekerjaan yang sama.
Dibawah ini contoh Analisa Harga Satuan Pekerjaan AHSP
2016 berkaitan dengan pekerjaan plumbing.
Tabel 2.7 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW diameter 1”
Harga Jumlah
Satuan Harga
Uraian Kode Satuan (Rp) (Rp)
No Koefisien
A TENAGA
Pekerja L.01 OH 0,036
Tukang batu L.02 OH 0,06
Kepala tukang L.03 OH 0,006
Mandor L.04 OH 0,002
JUMLAH TENAGA
KERJA
B BAHAN
Pipa PVC 1” M 1,20
Perlengkapan % 35,00
JUMLAH HARGA
BAHAN
C PERALATAN

JUMLAH HARGA ALAT

D Jumlah (A+B+C)
E Overhead & Profit (Contoh 15%) 15% x D (maksimum)
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E)
Sumber : AHSP cipta karya permen PUPR 28-2016

27
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Metode Pengumpulan Data Dan Teknik Analisa Data


1) Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam menyelesaikan proposal tugas akhir
ini adalah metode pengumpulan data yaitu terdiri dari :
a. Observasih
Observasi merupakan langkah kedua dalam melakukan pengumpulan
data setelah penulis melakukan studi pustaka. Observasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan tentang keadaan
yang ada di lapangan. Dengan melakukan observasi, penulis menjadi lebih
memahami tentang subyek dan obyek yang sedang diteliti.
b. Wawancara
Wawancara merupakan langkah yang diambil selanjutnya setelah
observasi dilakukan. Wawancara atau interview merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara bertatap muka secara langsung antara
pewawancara dengan informan. Wawancara dilakukan jika data yang
diperoleh melalui observasi kurang mendalam. Hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan (Sugiyono,2005:72) bahwa “wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peniliti ingin mengetahui hal-hal
dari informan yang lebih mendalam.”.
c. Studi Pustaka
Pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada
pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, foto-foto, gambar, maupun literatur-literatur yang berkaitan
dengan judul yang ditinjau, yang dapat mendukung dalam proses
penulisan.

28
2) Teknik Analisa Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan informasi dengan cara
bertanya langsung kepada responden.
Penulis mendapatkan data primer pada tanggal 26 Juni 2018 melalui
wawancara langsung di Gedung Puskesmas Alak dengan salah satu staf
Pegawai. Data tersebut adalah rata-rata jumlah penghuni per hari selama 1
bulan dan sumber air yang digunakan.
1. Jumlah penghuni gedung
Penghuni Gedung Jumlah
(org/hari)
Pasien BPJS 47
Pasien Umum 49
Pegawai 64
Total 160
2. Sumber air yang digunakan dalam gedung tersebut.
Sumber Air yang digunakan adalah : PDAM.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah
catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis
industri oleh media, situs Web, internet dan seterusnya (Uma Sekaran,
2011).
Data yang diperoleh terdiri dari :
a) Gambar Kerja
b) RAB Gedung.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
1) Lokasi Penelitian dan sketsa Lokasi
Lokasi proyek pembangunan terletak di jalan Sangkar Mas Nunbaun
Delha, Kecamatan Alak, Kota Kupang Nusa Tenggara Timur. Bangunan

29
yang ditinjau yakni bangunan Gedung Puskesmas Alak sebagaimana di
perjelas pada peta lokasi dibawah.
Secara geografis, letak Puskesmas Alak berbatasan dengan wilayah :
a. Utara : Teluk Kupang
b. Selatan : Kelurahan Penkasa Oeleta
c. Timur : Kelurahan Nunbaun Delha
d. Barat : Kelurahan Nomosain
Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar peta lokasi penelitian
dibawah ini :

Gambar 3.1 Lokasi penelitian

30
Gereja Baitel
Nunhila

Warung Sedap
Malam Lamongan

Warung
Nasi NBD

PUSKESMAS
Jl. Pahlawan ALAK

Jl. Sangkar Mas


Gereja Masehi
Musafir
Indonesia

Gambar 3.2. Sketsa Lokasi Penelitian

31
2) Waktu Penelitian
Berikut ini adalah rangkaian kegiatan dan jadwal pelaksanaan
kegiatan penulisan Proposal Tugas Akhir, yang disajikan dalam bentuk

Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan
Mar Apr Mei Jun Jul
1 Pembekalan Proposal Tugas Akhir

2 Pengajuan Judul Proposal Tugas Akhir


Pembagian Pembimbing Proposal
3
Tugas Akhir
4 Bimbingan Proposal Tugas Akhir
5 Seminar Proposal Tugas Akhir
7 Revisi Proposal TugasAkhir

8 Pemasukan Proposal TugasAkhir

Barchart :
Rencana Jadwal Pelaksanaan Penulisan Proposal Tugas Akhir
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penulisan Proposal Tugas Akhir
(Sumber : Penulis 2018)

32
33
3.3 Pengolahan Data
Langkah- langkah pengolahan data :
1. Menyusun data berdasarkan fungsinya.
2. Mengklasifikasikan data sesuai dengan jenisnya.
3. Menganalisis data.
3.4 Analisi Data
1. Menganalisis sistem penyediaan air bersih
2. Menghitung Rencana Anggaran Biaya untuk system Penyediaan Air
Bersih.

3.5 Diagram Alir Penelitian

MULAI

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


a. Data jumlah penghuni a. Gambar Rencana
gedung /hari b. AHSP SDA 2016
b. Sumber air bersih yang c. Harga Upah dan Bahan
akan digunakan Kota Kupang

Perhitungan
Analisa kebutuhan Air Bersih
a. Penentuan Debit Pemkaian Air Dalam
Gedung 34
b. Penentuan Kapasitas Alat
c. Penentuan Ukuran Pipa
Perhitungan
Rencana Anggaran Biaya

Evaluasi hasil hitungan

Kesimpulan dan saran

SELESAI

Gambar 3.2 Bagan Alir Penulisan Proposal Tugas Akhir

35

Anda mungkin juga menyukai