LANDASAN TEORI
2.1 Beton
Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir dan
batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan pengikat
semen dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses
pengerasan dan perawatan beton . beton mempunyai sifat yang bagus yaitu mempunyai
kapasitas tekan yang tinggi, akan tetapi beton lemah terhadap gaya tarik.
Dalam SNI 03-2847-2002 beton adalah campuran antara semen portland atau semen
hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membentuk masa padat.
Faktor-faktor yang membuat beton sebagai material yang sering digunakan adalah
kemudahan pengelolahannya yaitu alam keadaan plastis beton dapat diendapkan dan diisi
dalam cetakan atau bekisting yang hampir mempunyai semua bentuk yang praktis. Daya
tahannya yang tinggi terhadap api dan cuaca merupakan bukti kelebihannya. Sebagian besar
dari material-material pembentuknya kecuali semen biasanya tersedia dilokasi dengan harga
murah atau pada tempat yang tidak terlalu jauh dari lokasi Konstruksi.
Secara sederhana beton dibentuk oleh perkerasan campuran antara semen,air, agregat
halus (pasir) dan agregat kasar (batu pecah atau kerikil) kadang-kadang di tambahkan pula
campuran bahan lain (admixture) untuk memperbaiki kualitas beton. Campuran dari bahan
susun (semen, pasir, kerikil dan air) yang masi plastis ini dicor kedalam acuan dan dirwat
untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran semen air yang memyebabkan pengerasa beton.
Bahan yang terbentuk ini mempunyai ekuatan tekan yang tinggi tetapi ketahanan terhadap
tarik rendah.
Campuran antara semen dan air akan membentuk pasta semen, yang berfungsi sebagai
bahan pengikat. Sedangkan pasir dan kerikil merupakan bahan agregat yang berfungsi
sebagai bahan pengisi dan sekaligus sebagai bahan yang diikat oleh pasta semen. Ikatan
antara pasta semen dan agregat ini menjadi satu kesatuan yang kompak dan akhirnya dengan
berjalnnya waktu akan menjadi keras serta padat yang disebut beton.
Kualitas beton sangat ditentukan oleh kualitas bahan susunnya. Oleh karena itu agar
diperoleh beton yang baik maka harus dipilih bahan susun yang berkualitas baik juga. Bahan
ssusn yang baik ini mempunyai persyaratan tertentu yang harus dipenuhi.
a. Persyaratan air.
Air untuk pembuatan beton sebaiknya digunakan air bersih yang dapat diminum. Air
yang diambil dari dalam tanah (air sumur) atau air yang berasal dari perusahaan air minum,
pada umumnya cukup baik bila dipakai untuk pembuatan beton.
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia Tahun 1971 (PBI-1971) air yang
digunakan untuk pembuatan dan perawatan beton tersebut harus tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan lain yang merusak beton dan/
baja tulangan.
b. Persyaratan semen.
Menurut SII 0031-81 (Tjokrodimuljo, 1996) semen ( sering disebut semen portland)
yang dipakai di Indonesia dibagi menjadi lima jenis yaitu :
1). Jenis I: semen portland untuk penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan khusus.
2). Jenis II: semen portland untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang.
3). Jenis III : semen portland untuk beton dengan kekutan awal tinggi (cepat mengeras).
4). Jenis IV : semen portland untuk beton yang memerlukan panas hidrasi yang rendah.
5). Jenis V : semen portland untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.
Semen portland yang digunakan untuk pembuatan beton, yaitu semen yang berbutir halus.
Kehalusan butir semen ini dapat diraba/dirasakan dengan tangan. Semen yang tercampur
mengandung gumpalan-gumpalan (meskipun kecil), tidak baik untuk pembuatan beton.
c. Persyaratan pasir.
Pasir merupakan agregat halus yang mempunyai ukuran diameter 1 mm sampai 5 mm. Pasir
yang digunakan sebagai bahan beton, harus memenuhi syarat berikut :
2) Bersifat kekal yaitu tidak mudah lapuk/hancur oleh perubahan cuaca, seperti terik
matahari dan hujan.
3) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya. Jika kandungan
lumpur lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci.
4) Tidak boleh digunakan pasir laut ( kecuali dengan petunjuk staf ahli, karena pasir laut
ini banyak mengandung garam yang dapat merusak beton/baja tulangan.
d. Persyaratan kerikil
Kerikil merupakan agregat kasar yang mempunyai ukuran diameter 5 mm-40 mm.
Sebagai pengganti kerikil dapat pula dipakai batu pecah (split). Kerikil atau batu pecah
mempunyai ukuran diameter lebih dari ukuran 40 mm tidak baik untuk pembuatan beton.
Kerikil tau batu pecah yang digunakan sebagai bahan beton, harus memenuhi syarat berikut :
2) Harus bersih, tidak boleh menggandung lumpur lebih dari 1%. Jika kandungan lumpur
lebih dari 1% maka kerikil atau batu pecah harus dicuci.
Namun dekian tulangan juga digunakan untuk memikul gaya tekan terutama pada
tempat-tempat dimana diinginkan adanya peggurangan dimensi dari penampang dari elemen
struktur tekan seperti pada kolom lantai bawah pada bangunan bertingkat banyak.wlaupun
dalam perhitungan tidak ditemukan tulangan seperti dikemukakan diatas, suatu jumlah
minimum dari tulangan ditempatkan pada elemen struktur tekan untuk melindunginya
terhadap efek momen lentur yang terjadi secara tiba-tiba yang dapat meretakan hingga
meruntuhkan bagian yang tidak diberi tulangan.
Supaya pemakaian tulangan bisa berjalan dengan efektif harus diusahakan agar
tulangan dan beton dapat mengalami deformasi bersama-sama yaitu agar terdapat ikatan yang
cukup kuat diantara kedua material tersebut untuk memastikan tidak terjadinya gerakan
relative (slip) dari tulangan dan beton dari sekelilingnya.
Baja tulangan untuk beton terdiri dari batang, kawat, dan jaring kawat baja las yang
seluruhnya dirakit sesuai standar ASTM. Sifat-sifat terpenting baja tulangan adalah sebagai
berikut :
Untuk menambah lekatan antara beton dengan baja dibuat bentuk ulir pada permukaan
sesuai dengan spesifikasi ASTM. Pembentukan ulir tersebut harus sesuai spesifikasi ASTM
A16-76 agar dapat diterima sebagai batang ulir, untuk memperoleh batang ulir maka batang
dililiti kawat sesuai dengan bentuk yang diinginkan kemudian dipres kecuali kawat yang
dipakai sebagai tulangan spiral pada kolom, hanya batang ulir, kawat ulir, atau kawat
bentukan dari kawat ulir maupun polos yang dapat digunakan dalam beton bertulang.
Jenis baja tulangan yaang tersedia di pasaran ada dua jenis yaitu baja tulangan polos
(BJTP) dan baja tulangan ulir atau deform ( BJTD). Tulangan polos biasanya digunakan
untuk tulangan geser atau begel atau sengkang dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal
sebesar 240 Mpa (disebut BJTP-24) dengan ukuran ø 6, ø 8, ø 10, ø 12, ø 14, ø 16.
Tulangan ulir/deform digunakan untuk tulangan longitudinal atau tulangan memanjang dan
mempunyai tulangan leleh (fy) minimal 300 Mpa (disebut BJTD-30), ukuran diameter
tulangan ulir yaitu ø 10, ø 13, ø 16, ø 19, ø 22, ø 25, ø 29, ø 32, ø 36. Yang disebut
diameter nominal tulangan ulir yang disamakan dengan diameter tulangan polos dengan
syarat kedua tulangan mempunyai berat persatuan panjang sama.
Sifat utama dari beton yaitu sangat kuat terhadap beban tekan tetapi juga bersifat
getas/mudah patah atau rusak terhadap beban tarik. Dalam perhitungan struktur kuat tarik
beton biasanya diabaikan. Sifat utama dari baja tulangan, yaitu sangat kuat terhadap beban
tarik maupun beban tekan. Karena baja tulangan harganya mahal, maka sedapat mungkin
dihindari penggunaan baja tulangan untuk memikul beban tekan.
Dari sifat utama tersebut maka jika kedua bahan (beton dan baja tulangan) dipadukan
menjadi satu kesatuan secara komposit akan diperoleh bahan baru yang disebut beton
bertulang. Beton bertulang ini mempunyai sifat bahan penyusunnya, yaitu sangat kuat
terhadap beban tarik dan beban tekan. Bebn tarik pada beton bertulang ditahan oleh baja
tulangan sedangkan beban tekan ditahan oleh beton.
Pada sekarang ini bahan beton bertulang sangatlah penting dalam berbagai
pembangunan baik untuk gedung bertingkat tinggi, jembatan, jembatan bertingkat ( jembatan
layang), bendungan, jalan raya, maupun dermaga pelabuhan.
Menurut SNI 03-2847-2002, pada perhitungan struktur beton bertulang ada beberapa
istilah untuk menyatakan kekuatan suatu penampang sebagai berikut :
Kuat nominal (Rn) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang
yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan
dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai. Pada penampang beton bertulang nilai kuat
nominal tergantung pada dimensi penampang, jumlah dan letak tulangan serta mutu beton
dan baja tulangan. Jadi pada dasarnya kuat nominal ini adalah hasil hitungan kekuatan yang
sebenarnya dari keadaan struktur beton bertulang pada keadaan normal. Kuat nominal ini
biasanya dituis dengan simbol Mn, Vn, Tn dan Pn dengan subscript n menunjukan bahwa
nilai-nilai momen M, gaya geser V, torsi (momen puntir) T, dan gaya aksial P diperoleh dari
beban nominal suatu struktur atau komponen struktur.
Kuat rencana (Rr) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang
yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal Rn dan faktor reduksi kekuatan ø.
Kuat rencana ini juga dapat ditulis dengan simbol-simbol Mr, Vr, Tr dan Pr, dengan subscript
r menunjukan bahwa nilai nilai momen M, gaya geser V, torsi (momen puntir) T, dan gaya
aksial P diperoleh dari beban rencana yang bekerja pada suatu struktur atau komponen
struktur.
Kuat perlu (Ru) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang
yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan
dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi beban U. Kuat perlu juga biasa ditulis dengan
simbol-simbol Mu, Vu, Tu, dan Pu dengan subscript u diperoleh dari beban terfaktor U.
Karena pada dasarnya kuat rencana Rr, merupakan kekuatan gaya dalam (berada didalam
struktur), sedangkan kuat perlu Ru merupakan kekuatan gaya luar (diluar struktur) maka agar
perencanaan struktur dapat dijamin keadaannya harus dipenuhi syarat sebagai berikut :
Kuat rencana Rr harus ≥ kuat perlu Ru
2.4 Kolom.
Pada suatu konstruksi bangunan gedung, kolom berfungsi sebagai pendukung beban dari
balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah melalui pondasi. Beban dari balok dan pelat ini
berupa beban aksial tekan serta momen lentur (akibat kontinuitas konstruksi). Oleh karena itu
dapat didefinisikan, kolom ialah suatu struktur yang mendukung beban aksial dengan/tanpa
momen lentur.
Struktur bangunan gedung terdiri atas 2 bangunan utama, yaitu struktur bangunan bawah
dan struktur bangunan atas. Struktur bangunan bawah yaitu struktur bangunan yang berada
dibawah permukaan tanah yang lazim disebut pondasi, sedangkan struktur bangunan atas
yaitu struktur bangunan yang berada diatas permukan tanah yang meliputi kolom, balok, pelat
lantai, dinding dan struktur atap. Balok dan kolom menjadi satu kesatuan yang kokoh dan
sering disebut sebagai kerangka (portal) dari suatu gedung, karena itu kolom merupakan
komponen struktur yang paling penting untuk diperhatikan, karena apabila kolom ini
mengalami kegagalan maka dapat berakibat keruntuhan struktur dari gedung secara
keseluruhan.
Kolom di bedakan beberapa jenis menurut bentuk dan susunan tulangan, serta letak atau
posisi beban aksial pada penampang kolom. Disamping itu juga dapat dibedakan menurut
panjang-pendeknya kolom dalam hubungannya dengan dimensi lateral.
Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan, kolom di bedakan menjadi 3 macam yaitu :
1). Kolom segi empat, baik berbentuk empat persegi panjang maupun bujur sangkar
dengan tulangan memanjang dan sengkang.
2). Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan sengkang atau spiral.
3). Kolom komposit, yaitu kolom ang terdiri atas beton dan profil baja struktural yang
berada di dalam beton.
Berdasarkan letak beban aksial yang bekerja pda penampang kolom, kolom di bedakan
menjadi 2 macam yaitu kolom dengan posisi beban sentris dan kolom dengan posisi beban
eksentris. Untuk kolom dengan posisi beban sentris, berarti kolom ini menahan beban aksial
tepat pada sumbu kolom, pada keaadaan ini seluruh permukaan penampang beton beserta
tulangan kolom menahan beban tekan.
Untuk kolom dengan posisi beban eksentris berarti beban aksial bekerja di luar sumbu
kolom dengan ensentrisitas sebesar sebesar e. Beban aksial P dan eksentrisitas e ini akan
menimbulkan momen (M) sebesar M = P.e , dengan demikian kolom yang menahan beban
akasial eksentris ini pengaruhnya sama dengan kolom yang menahan beban aksial sentris P
serta momen M .
Keadaan lebih lanjut pada kolom dengan beban aksial eksentris masih dibeakan lagi
menjadi 4 macam berdasarkan nilai eksentrisitas e , yaitu :
Untuk nilai eksentrisias e kecil, maka momen M yang di timbulkan juga kecil. Pada
keadaan ini kolom akan melengkung sesuai dengan arah momen lentur ( lihat gambar
2.2(c)) , sehingga ada sebagian kecil beton serta baja tulangan di sebelah kiri menahan
tegangan tarik dan sebagian besar beton serta baja tulangan di sebelah kanan akan menahan
gaya tekan. Karena tegangan tarik yang terjadi pada baja tulangan sebelah kiri cukup kecil,
maka keggalan kolo akan di tentukan oleh hancurny material beton tekan pada sebelah kanan.
Keadaan ini di sebut kolom pada kondisi beton tekan menentukan atau klom pada kondisi
patah tekan.
Untuk nilai e sedang, maka momen Myang di timbulkan juga tidak begitu besar. Pada
keadaan ini sebagian beton serta baja tulangan menahan tegangan tarik sedangkan sebagian
beton serta baja tulangan sebelah kanan akan menahan tegangan tekan. Tengan tarik yang
terjadi pada baja tulangan sebelah kiri dapat mencapai leleh pada saat yang bersamaan
dengan hancurnya material beton sebelah kanan yang menahan tegangan tekan, kedn ini
sering disebut kolom pada kondisi seimbang ( balance ).
Untuk nilai e besar, maka momen M yang di timbulkan juga besar. Pada keadaan ini,
keadaan tark pada baja tulangan sebelah kiri makin besar sehingga mencapai leleh, tetapi
material beton sebelah kanan masih kuat menahan beban tekan. Maka kegagalan yang terjadi
di tentukan olehlelehnya baja tulangan tersebut. Keadaan ini serig disebut kolo pada kondisi
tulangan tarik menentukan atau kolom kondisi patah tarik.
Karena nilai e sangat besar, maka momen M yang i timbulkan juga sangat besar,
sehingga beban aksial P dpat di abaikan (relatif kecil terhadap momen M). Pada keadaan ini
seolah-olah kolom hanya menahan momen M lentur saja sehingga dapat dihitung seperti pada
balok biasa.
Berdasarkan ukuran panjang dan pendeknya, kolom dibedakan atas 2 macam yaitu :
kolom panjang (sering pula disebut kolom langsing atau kolom kurus), dan kolom pendek
(sering pula disebut kolom tidak langsing atau kolom gemuk). Beban yang bekerja pada
kolom panjang dapat menyebabkan terjadi kegagalan atau keruntuhan kolom akibat
kehilangan stabilitas lateral karena bahaya tekuk. Tetapi pada kolom pendek kehilangan
stabilitas lateral karena tekuk tidak pernah dijumpai, jadi kegagalan atau keruntuhan pada
kolom pendek sering disebabkan oleh kegagalan material (lelehnya baja tulangan atau
hancurnya beton.
2.4.4 Kolom utama dan kolom praktis.
a. Kolom utama.
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah
beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama
adalah 3.5m, agar dimensi balok untuk menopang lantai tidak begitu besar, dan apabila jarak
antara kolom dibuat lebih dari 3.5m, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan
dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20,
dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton
diameter 12mm 8 buah, 8-10cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10cm).
b. Kolom praktis.
Kolom praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5m, atau pada pertemuan
pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10
begel d 8-20.
Pada perencanaan kolom terdapat beberapa asumsi dasar yang digunakan yaitu sebagai
berikut :
a. Pasal 12.2.2 SNI 03-2484-2002 : Distribusi rengangan sepanjang tebal kolom dianggap
berupa garis lurus (linear)
b. Pasal 12.2.2 SNI 03-2484-2002 : Tidak terjadi slip antara beton dan baja tulangan
c. Pasal 12.2.3 SNI 03-2484-2002 : Regangan tekan maksimal beton di batasi pada kondisi
e. Pasal 12.2.4 SNI 03-2484-2002 : Tegangan baja tulangan tarik maupun tekan (f s maupun
fs’) yang belum mencapai leleh ( < fy) dihitung sebesar madulus elastisitas baja tulangan
g. Pasal 12.27.1 SNI 03-2484-2002 : Bila hubungan antara distribusi tegangan dan
regangan beton diasumsukan berbentuk tegangan beton persegi ekuivalen, maka dapat
dipakai nilai tegangan beton sebesar 0,85.fc’ yang terdistribusi secara merata pada daerah
tekan ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus yang sejajar
garis netral sejarak a = β1.c dari serat tekan maksimal.
2.5 Perancah.
2.5.1 Pengertian perancah.
Struktur penunjang sangat penting untuk keberhasilan acuan beton adalah struktur
perancah (scafold). Sebagai struktur vertikal berfungsi sebagai penyangga yang bertugas
meneruskan seluruh gaya dan beban ke bawah. Diharapkan penerusan gaya-gaya dapat
berlangsung merata, dengan melalui perantaraan acuan struktur vertikal menyangga balok
balok induk dan anak, plat lantai, plat atap, plat jembatan dan bagian struktur lain , selama
bagian-bagian struktur beton terseut belum cukup mampu untuk dapat menopang dirinya
sendiri.
Dari berbagai jenis dan ukuran yang tersedia, dapat dipilih sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Bila unsur vertikal tersebut diperhitungkan untuk secara optimal dapat
mendukung seluruh beban yang bekerja padanya dengan mengingat kapasits yang disediakan
terdapat dua hal pokok yang harus diperhatikan, yang pertama ialah bahwa kedua ujungnya
(atas dan bawah) harus disambung dengan baik pada ujung struktur acuan lain, untuk
mencegah terjadinya pergerakan dan perpingahan selama digunakan , kemudian karena
kapasitas optimal akan sangat dipenggaruhi oleh slenderness ratio, penyokong datar ataupun
diagonal harus dipasang pada kedua arah sumbu bangunan. Bagi struktur vertikal yang
cukup panjang hendaknya dipilih satu atau lebih ditempat yang disokong sedemikian
sehingga terhindar dari efek tekuk.
2.5.2 Jenis-jenis perancah.
a. perancah kayu.
Di Indonesia umumnya menggunakan bahan dari kayu untuk struktur perancah ini,
batang kayu lurus denga berpenampang bulat dengan garis tengah 6 cm - 8 cm yang
dipasaran disebut sebagai kayu dolken. Batang-batang perancah di pasang dengan jarak
tertentu membentuk struktur rangka dengan diberi perkuatan penyokong secukupnya agar
berfungsi sebagai rangka kaku. Jarak antar batang harus diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan untuk dipakai sebagai jalan masuk pada waktu mengadakan pemeriksaan
pekerjaan. Untuk mengatur ketinggian digunakan baji pada bagian bawah dan pada landasan
dudukannya diberi lapis alas lebar agar tidak terjadi pemusatan tegangan.
Dengan menggunakan bahan perancah kayu akan didapat keuntungan dan kerugian
tersendiri, yang antara lain ialah :
6) Bila dibandingkan dengan pelaksanaan jenis bahn lain upah pekerja akan lebih tinggi.
Selain bahan kayu saat sekarang ini juga telah banyak digunakan perancah baja atau
besi (scafolding) yang berupa rangka batang pipa dengan modul ukuran tertentu yang dapat
disusun menjadi satu kesatuan rangka kaku. Penyusunan dilakukan dengan cara
menyambung dan menghubungkan batang batang pipa kemudian diikat dengan baut. Pada
bagian kaki dipasang suatu alas dudukan sekaligus alat pengatur ketinggian yang diperlukan.
2.6 Bekisting kolom.
Bakesting Kolom adalah salah satu alat atau benda yang terbuat dari papan atau tripleks
yang dirangkaikan sedemikian rupa sehingga menjadi tempat atau wadah yang membentuk
kolom itu sendiri yang berfungsi sementara untuk memikul, menopang, dan menahan beton
yang akan dicetak atau dicor sesuai dengan bentuk dan kebutuhan sampai campuran beton itu
betul-betul mengikat dan memenuhi persyaratan yang diharapkan.
Memenuhi persyaratan teknis maka pembuatan bekesting kolom harus: tegak, kuat, siku,
dan lurus guna tercapainya persyaraan perencana dan persyratan dari beton bertulang itu
sendiri. Akibat yang disebabkan kesalahan pembuatan bekisting kolom antara lain:
permukaan beton kasar, kolom yang dihasilkan miring, tidak siku, terdapat rongga pada
kolom yang akhirnya semua harus dilakukan finishing tambahan yang akhirnya juga dapat
menguragi kekuatan kolom tersebut.
Dalam proses mewujudkan bentuk kolom yang diinginkan maka dalam hal ini tidak
terlepas dari pekerjaan acuan dan perancah atau bekisting. Sesuai dengan sifat pekerjaan
bekisting yang bersifat sementara, maka pekerjaan bekisting harus dibuat dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Cukup kuat dan dapat dipasang dengan mudah.
b. Bekisting mudah dibongkar tanpa menimbulkan kerusakan pada beton itu sendiri.
c. Setelah bekisting dilepas, harus menghasilkan ukuran dan bentuk yang diinginkan.
d. Bekisting yang telah selesai dipergunakan hendaknya disimpan sehingga dapat
dipergunakan lagi pada tempat yang lain.
a. Bekisting kayu.
Terdiri dari papan kayu ukuran 2/20 cm sampai 3/20 cm yang dirangkai atau dapat juga
multiplex 9 mm – 12 mm yang diberi perkuatan dan penyokong untuk bisa membentuk
beton dengan ukuran yang telah di tetapkan. Kadang-kadang juga merupakan kombinasi
papan kayu dengan tripleks 3 mm bila keadaan papan-papan kayu tidak memungkinkan
untuk membentuk permukaan beton dengan baik. Peranaan teknik perkuatan, penyokong,
dan sambungan kayu yang pada umumnya dikerjakan langsung dilapangan, akan sangat
menentukan keberhasilan. Merangkai papan kayu atau multiplex dapat dilakukan dengan
cara pabrikasi dengan memperhitungkan kemungkinan penggunaan ulang.
b. Bekisting metal.
Pada waktu sekarang ini telah dikembangkan berbagai macam acuan beton dengan
bahan baku metal yang pada umumnya dilindunggi oleh hak patent bagi penciptanya,
macam-macam bentuk acuan metal yaitu ;
Terdiri dari panel-panel pat baja tipis yang diberi perkuatan dengan ukuran modul
standar ataupun dibuat berdasarkan pesanan. Bahan yang digunakan ialah plt baja gulung
dingin. Pada umumnya bekisting plat baja dibuat dan distel dipabrik secara pabrikasi yang
kemudian di asembling dilapangan. Hubungan antara komponen dan sambungan antar bagian
menggunakan baut dan klem pengunci.
Bahan jenis ini sangat menunjang pada pelaksanaan beton pracetak dan beton
arsitektural, akan didapat hasil cetakan beton dengan permukaan halus sehingga tidak
memerlukan perbaikan atau finishing. Umumnya digunakan ketebalan antara 3 mm sampai
dengan 15 mm dan dapat pula dikerjakan untuk bentuk lengkung-lengkung. Penyambungan
dilakukan dengan cara melekatkan menggunakan resin (lem) dan kemudian diberi perkuatan.
Pengerjaan acuan jenis ini umumnya dilakukan di pabrik dengan pengendalian suhu
kelembaban udara.
Semakin hari semakin banyak pemakaian acuan jenis ini, hal tersebut dikarenakan :
Dari definisi diatas terlahat bahwa konsep manajemen proyek mengandung hal-hal
pokok berikut :
a. Pemilik proyek.
Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah orang atau badan yang memiliki proyek dan
memberikan pekerjaan jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Pengguna jasa
dapat berupa perseorangan, badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta.
2) Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksaan pekerjaan yang telah dilakukan
oleh penyedia jasa.
3) Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak
penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
5) Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah biaya
yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
8) Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dikerjakan oleh penyedia jasa
jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.
2) Dapat mengmbil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahukan secara
tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal diluar kontrak yang ditetapkan.
b. Konsultan perencana.
Konsultan perencana adalah orang atau badan usaha yang membuat perencanaan
pembangunan baik dalam bidang arsitektur, sipil, maupun bidang lain yang melekat erat dan
membentuk sebuah sistem bangunan.Hak dan kewajiban konsultan perencana :
1) Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja
dan syarat-syarat, hitungan struktur, dan rencana anggaran biaya.
2) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas
dalam gambar renana kerja dan syarat-syarat.
3) Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak kontraktor
tentang pelaksanaan pekerjaan.
4) Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
5) Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
c. Konsultan pengawas.
Konsultan pengawas adalah orang atau badan yang ditunjuk oleh pengguna jasa untuk
membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan, mulai dari awal hingga
berakhirnya pekerjaan tersebut. Tugas dan tanggung jawab konsultan pengawas adalah:
Disamping itu, seorang konsultan pengawas harus mempunyai pengetahuan dan keahlian yang
khusus dalam bidang konstruksi.
d. Kontraktor.
Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima dan menyelesaikan pekerjaan proyek
menurut biaya yang telah tersedia, dan melaksanakan sesuai dengan peraturan dan syarat-
syarat serta gambar-gambar yang telah ditetapkan. kontraktor dapat berupa badan atau
perusahaan yang bersifat perorangan dan berbadan hukum dalam bidang pelaksanaan
pekerjaan bangunan. Tugas dan tanggung jawab kontraktor pelaksana adalah:
PEMILIK PROYEK
KONTRAKTOR
KONSULTAN
Hubungan Fungsional
Hubungan yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan dan kontraktor adalah sebagai
berikut:
Menurut Soekirno (1999), bentuk dan struktur organisasi merupakan susunan yang
terdiri dari fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan
untuk mencapai sasaran. Secara fisik, bentuk organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk
gambaran grafik (bagan) yang memperlihatkan hubungan unit-unit organisasi dan garis
wewenang yang ada.
Adapun bentuk atau type organisasi dapat dikelompokan menjadi empat bentuk yaitu:
a. Organisasi Garis
Karakteristik organisasi garis adalah :
1) Keunggulan:
2) Kekurangan:
Dalam organisasi staf ini, terdapat dua kelompok orang yang berpengaruh dalam
menjalankan organisasi, yaitu :
1) Orang yang menjalankan tugas pokok untuk pencapaian tujuan.
2) Orang yang menjalankan tugas berdasarkan keahlian yang dimiliki, berfungsi
memberikan saran kepada unit operasional.
Keunggulan dan kekurangan bentuk organisasi garis dan staf.
1) Keunggulan:
- Pembagian tugasnya jelas (antara orang yang menjalankan tugas pokok dan pemberi
saran).
- Pengambilan keputusan lebih matang.
- Dikembangkannya spesialisasi keahlian.
- Adanya staf ahli yang memungkinkan pencapaian pekerjaan lebih baik.
2) Kekurangan:
- Saran dari staf mungkin sulit dilaksanakan karena kurang adanya tanggung jawab
pekerjaan.
- Jika pejabat garis mengabaikan gagasan dari staf maka gagasan menjadi tidak
berguna.
- Bagi pelaksana operasional, perbedaan antara perintah dengan saran tidak selalu jelas.
c. Organisasi Fungsional.
d. Organisasi Matriks