Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor kistik ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama
yang bersifat non neoplastik,seperti kista retensi yang berasal dari korpus
luteum.
Tumor neoplastik jinak yang mempunyai permukaan rata dan halus,biasanya
bertangkai,bilateral dan dapat menjadi besar.
( Sarwono P, 2006 : 351 )
Cystoma ovarii ini tebanyak ditemukan bersama- sama dengan
kistadenoma ovarii serosum.Kedua cysta kira- kira 60 %dari seluruh ovarium,
sedang kista denoma ovarii merupakan 40 % drai seluruh kelompok
neoplasma ovarium.
Di Indonesia Hariadi ( 1970 )menemukan frekuensi sebesar 27 %,
sedangkan Gunawan ( 1977 ) menemukan angka 29,9 % , Sapardan ( 1970 )
37,2 % dan Djaswadi 15,1 %.Cysta paling sering terdapat pada wanita berusia
antara 20-50 tahun , dan jarang sekali pada masa prapubertas.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum:
Mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata dalam menerapkan asuhan
kebidanan pada Penyakit Kandungan Cysta Ovarii sesuai masalah yang timbul
sesuai pendekatan masalah kebidanan.
Tujuan Khusus:
 Mampu mengkaji dan menganalisis data
 Mampu mengidentifikasi diagnosa kebidanan pada Penyakit Kandungan
Cysta Ovarii serta menentukan prioritas masalah.
 Mampu mengatasi masalah potensial yang akan timbul pada Penyakit
Kandungan Cysta Ovarii.

1
 Mampu memberikan kebutuhan segera pada Penyakit Kandungan Cysta
Ovarii.
 Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada Penyakit Kandungan
Cysta Ovarii.
 Mampu melaksanakan rencana yang dibuat serta mampu
mengevaluasinya.

1.3 Manfaat
a) Bagi Mahasiswa
 Mahasiswa mempunyai tanggung jawab atas tugas profesinya
 Mahasiswa mempunyai pegangan etik kebidanan
 Mahasiswa dapat bertindak cepat tanggap dalam menghadapi
permasalahan pada Penyakit Kandungan Cysta Ovarii.

b) Bagi Tenaga Kesehatan


 Bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya dapat lebih terampil
dalam memberikan asuhan kebidanan terutama pada Penyakit
Kandungan Cysta Ovarii

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Teori


2.1.1. Definisi
Tumor kistik ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi
terutama yang bersifat non neoplastik,seperti kista retensi yang berasal dari
korpus luteum.
Tumor neoplastik jinak yang mempunyai permukaan rata dan
halus,biasanya bertangkai,bilateral dan dapat menjadi besar.
( Sarwono P, 2006 : 351 )

2.1.2. Klasifikasi
1.Tumor non neo plastic
-tumor akibat radang
-tumor lain
a. kista folikel
b. kista korpus luteum
c. kista lutein
d. kista inklusi germinal
e. kista endometrium
f. kista stein levental
( Sarwono P, 2006 : 351-354 )
2. Tumor neoplastik jinak
- kistik
a. kistoma ovari simplek
b. kista denoma ovari serum
c. kista denoma ovari musinosum
d. kista endometroid
e. kista dermoid
( Sarwono P, 2006 : 355-360 )

3
- solid
a. fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfargioma,
b. tumor brinier
c. tumor sisa adrenal (maskulinova-blastoma)
( Sarwono P, 2006 : 362-365 )

2.1.3. Gambaran klinik


Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala antara lain :
1. gejala akibat pertumbuhan
menimbulkan rasa berat diabdomen bagian bawah.
2. laparaskopi
menentukan sifat tumor, neo plastic/non neoplasik
3. USG
a. Membedakan antara tumor dari uterus, ovarium, dan kandung
kemih
b. Menentukan letak batas tumor
c. Apakah timor kistik atau solid, dapat juga diberikan antara
cairan dalam rongga perut yang bebas atau tidak
d. Sonografi transvaginal,sebagai pelengkap pemeriksaan
bimanual, sangat membantu pada pemeriksaan pasien yang
gemuk oleh karena pemeriksaan bimanual lebih sulit. Dapat
ditentukan bentuk, ukuran, letak, organ atau masa yang tepat.
4. Foto Rontagent
- menentukan adanya hidrithorax
- pada kista dermoid kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor
5. parasintesis
fungsi acsites bergun untuk menentukan ascites dapat dilihat bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritoneum dengan isi
kista.
( Sarwono P, 2006 : 361 )

4
2.1.4. Penanganan
1) Tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non
neoplastik tidak.
2) Tidak operasi pada tumor yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung
tumor.
3) Jika tumornya besar atau komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, biasanya disertai pengangkatan tuba (salpingo oofeltomi)
4) Tumor ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk mengetahui
apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan perlu
dilakukan pemeriksaan sediaan yang dilakukan untuk mendapat
kepastian apakah tumor ganas atau tidak.
5) Jika terdapat keganasan operasi yang tepat adalah histerektomi dan
salpingo ooforektomi bilateral.
( Sarwono P , 2006 : 356 )

5
2.2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.2.1. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Biodata
- Usia : Paling sering terjadi pada wanita berusia antara 20-50 thn dan
jarang sekali pada masa pubertas.
- Status marital : Sering menyerang pada pasangan infertile.
- Alamat : Kurang lebih 10% mencapai ukuran yang besar terutama pada
penderita dari pedesaan.
( Sarwono P , 2006 : 355 )
- Keganasan pada cystoma ovariibsering dijumpai pada usia sebelum
menarche atau diatas usia 45 tahun. ( IGB.M anuaba , 1998 : 418 )

b. Keluhan
- Pada tumor yng besar dapat terjadi penurunan nafsu makan dan rasa
sesak.
( Sarwono P,2006 : 347 )
- Adanya pembesaran abdomen bagian bawah , teraba tumor dan terasa
berat
- Tekanan tumor dapat menyebabkan opstipasi , odema pada tungkai
bawah.
- Pasien mengalami gangguan miksi dan defekasi.
- Adanya gangguan terhadap pola menstruasi berupa hipermenorche dan
amenorche serta perdarahan intratumor sehingga pasien mengalami
nyeri abdomen mendadak.
( IGB.Manuaba, 1998 : 417 )
- Apabila disertai infeksi badan panas, nyeri abdomen mengganggu
aktivitas sehari –hari.
( IGB.Manuaba, 1998 : 418 )

6
c. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Untuk membedakan cysta dengan penyakit lain perlu dikaji apakah
klien menderita serosis hepatic atau carcinoma peritoneum yang
sekunder peritonitis TBC : Endometritis ,Myoma uteri, KE.
( Sulaiman S, 1994 : 191 )

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


- Adanya perubahan siklus haid hipermenorche , amenorche terdapat
benjolan pada perut bagian bawah , nyeri abdomen , terasa perasaan
berat, menggalami gangguan miksi, defekasi, odema pada tungkai
bawah.( IGB.Manuaba , 2006 : 417 )
- Apabila ibu mengalami infeksi seperti : Apendixitis dan salpingitis
akut akan menyebabkan infeksi pada tumor.
( Sarwono P, 2006 : 348 )

c.Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada hubungan antara penyakit cystoma ovarii dengan penyakit
Keturunan.

d. Riwayat Kebidanan
1. Haid
Haid kadang-kadang terlambat diikuti dengan perdarahan sedikit
yang terus menerus disertai rasa sakit pada perut bagian bawah.
( Sulaiman S, 1998 : 180 )
Tumor menimbulkan gangguan terhadap pla menstruasi berupa
hipermenorche sampai amenorche dan dismenorche.
( IGB.Manuaba ,1998 :348 )

7
2. Kahamilan, Persalinan dan nifas yang lalu
Pernah abortus, kelainan letak, persalinan dengan SC, karena
adanya tumor pada jalan lahir.
(Manuaba 1998 : 417)
Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga
menyebabkan abortus , partus prematurus.
Dapat menyebabkan kelainan letak pada janin
( Rustam Mochtar ,1998 : 136 )
Tumor yang beralokasi dibawah dapat menghalangi persalinan.
Ibu hamil dengan cystoma ovariiakan mengeluh nyeri perut pada
kehamilan muda <22 minggu, kehamilan lanjut > 22 minggu
berupa massa nyeri tekan diabdomen bawah.
( Syaifudin Abdul Bari , 2001 : 268 )
Ibu hamil apabila ditemukan cysta sejak pada kehamilan muda
pengangkatan ditunda sampai kehamilan mencapai 16 minggu, dan
saat operasi yang paling baik ialah dalam kehamilan antara 16-20
minggu.
( Sarwono P, 2006 : 427 )

3. Persalinan
Pernah mengalami SC karena adanya tumor pada organ reproduksi.
( IGB,Manuaba , 1998 : 217 )

4. Nifas
Pada tumor yang bertangkai, karena pembesaran atau pengecilan
uterus setelah persalinan akan mengalami torsi dan menyebabkan
rasa nyeri, nekrosis dan infeksi.
( Rustan Mochtar , 1998 : 136 )

8
5. Riwayat KB
Pemakaian KB hormonal dapat menimbulkan efek yang kurang
menguntungkan yaitu membesarnya cystoma ovarium dan tumor
lain yang lebih cepat.
( Hanafi Hartanto , 1996 : 109 )

e. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1. Pola Nutrisi
Kadang timbul anoreksia karena mual disebabkan oleh perasaan
penuh dan nyeri abdomen.
( Manuaba, 1998 : 417 )
2. Pola Eliminasi
Terjadi gangguan eliminasi, BAB/BAK karena penekanan kista
pada kandung dan rectum
( Manuaba, 1998 : 417 )
3. Pola Istrirahat
Pada tumor yang mengalami komplikasi torsi tungkai atau cysta
sering menimbulkan rasa nyeri akut, panas/ demam yang
berdampak pada istrirahat atau tidur penderita.
( IGB,Manuaba, 1998 : 417-418 )
4. Pola Aktifitas
Infeksi pada tumor, badan panas, nyeri abdomen, mengganggu
aktivitas sehari-hari
( Manuaba, 1998 : 418 )
5. Pola Personal Hygiene
Jika ada robekan cysta, terjadi perdarahan sehingga kebersihan
vulva khususnya genetalia eksternal penting diperhatikan, jika
dekat dengan tumor ada sumber kuman pathogen dapat menjadi
sumber infeeksi.
( Sarwono P , 2006 : 346 )

9
6. Pola hubungan seksual
Robekan dinding vagina terjadi lebih sering waktu persetubuhan
( Wikojosastro, 2005 : 348 )
Tidak ada yang menyebutkan adanya hubungan antara kejadian
cystoma ovarii dengan pola hubungan seksual akan tetapi
didapatkan adanya gangguan hubungan dengan adanya nyeri akibat
penekanan tumor maupun perputaran tumor.
( Lynda Jual Carponito, 1998 : 12 )

2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Perdarahan yang banyak menyebabkan keadaan umum menjadi lemah,
bila tidak ada perdarahan atau keluhan yang berat biasanya keadaan
umumnya baik.
( Sulaiman S, 1996 : 179 )
b. Tanda-tanda Vital
1. TD
Pada pasien dengan perdarahan banyak, dapat mengakibatkan
tekanan darah turun denyut nadi kecil dan dalam. Pada pasien
dengan perasaan cemas dapat menyebabkan kenaikan tekanan
darah, frekuensi denyut nadi dan pernapasan meningkat.
(Carpenito, 1998 : 110)
2. Nadi
Nadi akan meningkat seiring dengan perasaan nyeri abdomen yang
mendadak.
( Sarwono P, 2006 348 )
Nadi kecil apabila disertai perdarahan banyak.
( Carpenito, 1998 : 110 )

10
3. Respirasi
Frekuensi pernafasan meningkat sepintas karena rasa nyeri
Apabila tumor membesar bisa menimbulkan rasa sesak.
( Sarwono P ,2006 : 348 )
- BB dan TB dalam keadaan normal.
(Carpenito, 1998 : 110 )

b. Pemeriksaan Khusus
Dengan inspeksi, palpasi dan auskultasi
- Muka
 Pasa pasien yang disertai perdarahan yang banyak, conjungtiva
tampak anemis
 Pasien tampak cemas, tegang
 Tampak respon non verbal pasien yang kesakitan
- Abdomen
Terdapat pembesaran/ benjolan pada perut bagian terbawah,
kandung kencing penuh bila sulit BAB, rectum penuh bila terjadi
gangguan infeksi.
- Vulva
Apabila disertai perdarahan akan tampak adanya pengeluaran darah
- Tungkai
Terdapat oedome pada tungkai.
(Manuaba, 1998 : 417 - 418)

c. Pemeriksaan Penunjang
1. USG : tampak masa kista pada ovarium
2. Pemeriksaan makroskopik
Tampak dinding kista dilapisi oleh epitel thorax dengan intik pada
dasar sel terdapat diantaranya sel-sel, membuandar karena terisi
lendir.
(Winkjosastro, 2005 : 356)

11
2.2.2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dari data yang sudah dikumpulkan, baik data subyektif maupun
data obyektif dapat dianalisa untuk menentukan diagnosa, masalah
dan kemungkinan penyebab dari konsep dasar asuhan kebidanan.
Ny “……” umur ……… dengan indikasi cysta ovarii, keadaan
umum baik / buruk/ lemah prognosa…. dengan masalah :
1. Anemia sehubungan dengan perdarahan yang tidak normal
(Ida Bagus Gede Manuaba, 1998 : 110)
2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan torsi
(Ida Bagus Gede Manuaba, 1998 : 410)
3. Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan
penekanan cysta pada rectum.
(Ida Bagus Gede Manuaba, 1998 : 410 )

2.2.3 Antisipasi Masalah Potensial


Masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan apabila tidak
segera diatasi mengganggu keselamatan hidup klien.Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan .Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap- siap mencegah masalah potensial.
Apabila benar- benar terjadi, langkah ini penting sekali dalam melaksanakan
asuhan kebidanan yang aman.

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


Pada identifikasi ini merupakan pelunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke IV
mencerminkan kesinambungan dari proses manegemen kebidanan.

12
2.2.5 Intervensi
Merupakan langkah kelanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi terhadap kondisi klien secara menyeluruh
meliputi setiap masalah yang berkaitan, gambaran tentang apa yang terjadi
beserta pengajara, konseling dan rujukan untuk masalah social ekonomi
cultural serta masalah psikologis klien, karena klien mengambil keputusan
antara bidan dilaksanakan atau tidaknya rencan asuhan tersebut.
1. Dx I
Tujuan : Anemia teratasi
KH : Kadar Hb normal (11,5 – 16 gr %)
Konjungtiva merah muda
Ibu tidak pusing
Intervensi :
a. Jelaskan pada ibu untuk makan-makanan yang banyak mengandung zat
besi.
R/ Zat besi dapat meningkatkan kadar Hb
b. Pemberian diit TKTP
R/ Protein dapat membantu pembentukan hemoglobin
c. Lakukan cek HB sebelum dan sesudah transfusi
R/ Mengetahui perubahan kadar HB
d. Kolaborasi dengan tim media untuk pemberian transfusi darah
R/ Tranfusi dapat meningkatkan kadar Hb.
( Depkes RI , 1993 : 45 )

13
2. Dx 2
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x24 jam nyeri
berkurang.
KH : Px tidak menyeringai kesakitan
Px terlihat tenang
TTV : normal

T : 120/80 – 130-90 mmHg


N : 70 – 82 x / menit
S : 365 – 375 x / menit
RR : 16 – 24 x / menit
Intervensi :
a. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri
R/ Dengan memberikan penjelasan tentang penyebab nyeri, pasien
akan mengerti dan kooperatif dengan tindakan
b. Ajarkan pada klien tentang cara distruaksi dan relaksasi dengan
menarik nafas panjang
R/ Distraksi dapat membantu Px meluipakan rasa nyeri dan relaksasi
dengan menarik nafas panjang dapat meregangkan otot sehingga nyeri
berkurang.
c. Observasi tanda-tanda vital
R/ Nyeri hebat dapat dilihat dari kenaikan denyut nadi dan tekanan
darah.
d. Dukungan keluarga atau orang terdekat.
R/ Meningkatkan rasa nyaman dan percaya diri.
e. Kolaborasi dengan tim medis dan pemberian terapi analgetik.
R/ Analgenik akan merangsang syaraf dengan menekan rasa nyeri
sehingga nyeri berkurang
(Lynda Juall Carpenito, 1998 : 55)

14
3. Dx 3
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selam 1x24 jam tidak
terjadi gangguan BAB.
KH : Klien dapat buang air kecil dengan frekwensi normal
4 – 5 x/ hari
Intervensi :
a. Jelaskan pada pasien tentang penyebab keluhan
R/ Dengan diberikan penjelasan Ibu akan mengerti dan kooperatif
terhadap tindakan
b. Anjurkan ibu minum kurang lebih 2 liter perhari / 8-10 gelas perhari.
R/ Air akan melunakan feases sehingga memudahkan pengeluaran
feases.
c. Anjurkan pada klien untuk minum air hangat 30 menit sebelum sarapan
pada pagi hari.
R/ Air hangat dapat merangsang pengeluaran feases.
d. Anjurkanpada klien berposisi normal agak jongkok waktu BAB.
R/ Adanya penggunaan optimal otot abdomen dan efek gaya gravitasi.
e. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat.
R/ Makanan tinggi serat dapat melunakan feases sehingga mampu
mendorong feases keluar.
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian laxant.
R/ Mengubah konsisten feases lunak menjadi mudah keluar.

2.2.6 Implementasi
Sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien maka dilakukan implementasi
dari rencana tindakan yang telah disusun. Implementasi dari rencana
tindakan yang selalu diupayakan dalam waktu singkat, efektif dan
berkualitas.
(Dep Kes RI, 1995 : 11)

15
2.2.7 EVALUASI
 Evaluasi merupakan langkah aktif dari proses asuhan kebidanan
 Tindakan pengukuran kebersihan dan rencana
 Tujuan untuk mengetahui sejauhmana kebersihan tindakan kebidanan
yang dilakukan.
( Depkes RI, 1995 : 11)
Terdiri dari:
S : Data Subjektif
Menggambarkan pengumpulan data melalui anamnesa
O : Data Objektif
Menggambarkan pengumpulan data dari pemeriksaan fisik,
laboratorium, tes diagnostic dan dirumuskan dalam data focus
untuk mendukung assessment
A : Assesment
Menggambarkan hasil analisa dan interprestasi data subjektif dan
objektif dalam suatu identifikasi diagnosa dan antisipasi
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian, persamaan, tindakan evaluasi
berdasarkan assesment
( Depkes RI, 1995 : 7-10 )

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 21 – 7 – 2009
Pukul : 08.30 WIB
Register : 6203644

A. Data Subyektif
1) Biodata
Nama : Ny “T”
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : jl.Delima No.21 Madiun
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan ada benjolan pada perut bagian kiri bawah, dan adanya
pembesaran pada perut.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan bahwa di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit
menurun seperti darah tinggi (hipertensi), sesak nafas (asma), cepat
lelah, pusing (anemia), banyak makan, minum dan sering kencing
(DM), darah sukar membeku (hemofilia), atuk lama dan tidak sembuh-
sembuh (TBC), keputihan berlebih, berbau, gatal (PMS), sakit dan
terasa panas saat buang ait kecil (ISK).
4) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu tidak mempunyai penyakit seperti darah tinggi (hipertensi), sesak
nafas (asma), banyak minum, makam dan sering kencing (DM), batuk
lama dan tidak sembuh-sembuh (TBC), keputihan berlebih, berbau dan

17
gatal (PMS) mulai + 6 bulan yang lalu ibu merasakan perut bagian kiri
membesar tetapi tidak begitu besar dan tidak sakit, tetapi perut semakin
besar dan sakit, ibu juga mengatakan sebelumnya ibu pernah berhenti
mens + selama 6 tahun, kemudian 4 tahun terakhir mens lagi rutin
setiap bulan, kemudian tanggal 21 – 7 – 2009 jam 08.00 WIB ibu
berobat ke poliklinik RSUP Dr. Soedono
5) Riwayat Kebidanan
A.Haid
Manarche usia 13 tahun, teratur + 28 – 30 hari, lama menstruasi 5 –
6 hari, kadang disertao nyeri sebelum haid, flour albas sebelum dan
sesudah menstruasi tapi tidak gatal dan tidak berbau, ganti
pembalut 2x sehari
B.Riwayat Kehamilan dan Persalinan
-
C.Riwayat KB
-
6) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1. Nutrisi
Sebelum Sakit : Ibu makan 3x sehari dengan porsi / piring nasi
habis, lauk pauk bervariasi seperti tahu,
daging, telur, tempe, sayur mayur bervariasi
seperti kangkung, bayam, dll Ibu minum + 8 –
10 gelas ( + 2000 cc) perhari
Saat Sakit : Ibu makan ¾ porsi habis dengan komposisi
nasi, sayur (bayam, pohong, pepaya), lauk
(telur, tahu, daging,p tempe) kadang buah
(pepaya, pisang. Minum + 5 gelas ( + 1000 cc)
perhari.

18
2. Eliminasi
Sebelum Sakit : BAB 1x sehari, konsistensi padat, warna
kuning, bau khas, tidak ada keluhan. BAK 3 –
5 x sehari, warna kuning jernih, bau khas,
tidak ada keluhan
Saat Sakit : BAB 1x sehari kadang, keluarnya agak sulit,
konsistensi padat, warna kuning, bau khas,
BAK 3x sehari warna kuning, bau khas, tidak
ada keluhan
3. Istirahat dan tidur
Sebelum Sakit : Ibu tidur malam + mulai pukul 21.00 WIB,
bangun pagi pukul 04.50 WIB, tidak pernah
tidur siang
Saat Sakit : Ibu tidur siang pukul 12.30 – 13.30 WIB tidur
malam jam 21.00 WIB, akan tetapi ibu
terbangun setiap kali lewat tengah malam/
lebih dari pukul 24.00 WIB dan tidak bisa
tidur lagi karena rasa nyeri pada perutnya.
4. Aktifitas
Sebelum Sakit : Ibu melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga yaitu memasak, mencuci, menyapu,
dll. Selain itu ibu juga bekerja sebaai petani
Saat Sakit : Ibu masih bekerja dan melakukan pekerjaan
rumah seperti biasa, akan tetapi ibu
beristirahat saat perutnya terasa sakit
5. Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Ibu mandi 2x sehari memakai sabun dan air
bersih keramas 2x seminggu. Ganti baju 1x /
hari atau bila kotor, cebok setiap kali selesai
BAB / BAK gosok gigi 2x/hari bersamaan
dengan mandi

19
Saat Sakit : Ibu mandi 2x sehari memakai sabun dan air
bersih, keramas 2x seminggu, ganti baju dan
celana dalam setiap habis mandi atau bila
kotor, cebok setiap kali selesai BAB / BAK,
gosok gigi 2x/hari bersamaan dengan mandi
7) Riwayat Ketergantungan
Sebelum dan selama sakit, Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat tanpa
resep bidan / dokter, tidak merokok dan tidak minum-minuman yang
beralkohol.
8) Data Psikosisial
Hubungan klien dengan keluarganya baik, ibu khawatir dengan
penyakitnya, ibu selalu bertanya apakah penyakitnya dapat sembuh
atau tidak.

B. Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TTV : TD : 130 / 90 mmHg
N : 88 x / menit
S : 366 oC
RR : 24 x / menit

b) Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Rambut bersih, warna rambut hitam, tidak
rontok, tidak ada kelainan, bentuk simetris,
tidak ada luka, penyebaran merata.
- Muka : Tidak sembab, muka tampak cemas, tidak
pucat, tidak oedema.
- Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak
ada oedema pada kelopak mata

20
- Hidung : Bentuk simetris, normal, tidak ada polip, tidak
ada secret, fungsi normal
- Leher : Tidak ada pembendungan vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid maupun
limfe.
- Dada : Bentuk simetris, tidak ada benjolan abnormal,
pernafasan teratur, bunyi jantung teratur,
tidak ada ronchi dan whezing
- Payudara : Simetris, tidak ada benjolan abnormal, bentuk
simetris
- Abdomen : Teraba benjolan, nyeri tekan pada perut kiri
bagian bawah, pembesaran 1 jari dibawah
pusat
- Genetalia : Tidak ada oedema dan varises, tidak ada
perdarahan, tidak ada kondilomatolata
maupun akuminata, tidak terdapat fluor albus
- Anus : Normal, tidak ada varises
- Ekstremitas : Bentuk simetris, tidak terdapat varises dan
oedema, reflek parella +/+
c) Pemeriksaan luar
Teraba massa pada perut setinggi 1 jari dibawah pusat, konsistensi
keras.
d) Pemeriksaan penunjang
Hb 14,9%
Leukosit 5300/cmm
Eritrosit 4680000
Differensial count -/-/62/38/-
LED 15

21
Trombosit 215000
Hematokrit 44,9 %
MCV 94,9
MCH 31,8
MCHC 33,6
Blooding time 2100”
Clooting time 7100

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH


Tanggal 21 / 07 / 2009
Diagnosa : Ny “T” umur 48 tahun dengan Cystoma ovarii dengan masalah
nyeri
Ds : - Pasien mengatakan perutnya terasa mulas + 6 bulan yang
lalu, nyeri dan terasa benjolan semakin besar
- Ibu mengatakan tidurnya sering terganggu karena nyeri pada
perutnya terutama ketika nyeri itu datang pada malam hari.

Do : - Perut tampak tegang, teraba benjolan


- Muka tampak cemas
- Palpasi : terana benjolan pada perut, nyeri tekan,
pembesaran 1 jari dibawah pusat
- TTV :
TD : 130/90 mmHg
N : 88 x / menit
S : 366 oC
RR : 24 x / menit

III. ANTISIPASI DIAGNOSA MASALAH


POTENSIAL
a) Potensial terjadinya konstipasi + BAK
b) Potensial terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi

22
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
a) Asupan makanan yang mengandung serat
b) Asupan nutrisi secara teratur

V. INTERVENSI
Tanggal 21 – 7 – 2009 Jam: 09.10 WIB
Diagnosa : Ny “T” umur 48 tahun dengan Cystoma ovarii dengan masalah
nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2x 14 jam
KH :- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- TTV Normal TD : 100/60 – 130/90 mmHg
N : 80 – 100 x / menit
S : 365oC– 375 oC
RR : 16 – 24 x / menit
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Ekspresi wajah tidak tegang
- Cystoma Ovarii hilang / tidak ada

Intervasi :
1. Jelaskan pada ibu tentang penyakit yang ia derita dan cara penanganannya
R/ Ibu mengerti tentang penyakitnya dan kooperatif terhadap tindakan
yang dilakukan
2. Observasi TTV dan keluhan pasien
R/ Perubahan tanda-tanda vital dan keluhan pasien menggambarkan
keadaan pasiennya dan penyakitnya
3. Anjurkan makan-makanan TKTP
R/ Gizi baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan proses
penyembuhan post operasi yang baik
4. Kaji lokais, tipe, durasi dan frekuensi nyeri
R/ Mengetahui kualitas dan kuantitas nyeri

23
5. Jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri yang klien rasakan
R/ Klien mengerti penyebab nyeri
6. Jelaskan pada klien tentang cara distraksi dan relaksasi.
R/ Dapat membantu klien mengalihkan perhatian dan rasa nyeri
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan laborat, USG dan foto
thorax
R/ Sebagai persiapan sebelum operasi untuk mengetahui gambaran kondisi
klien dan penyakitnya.
8. Kolaborasi dengan tim medis untuk penentuan rencana operasi
R/ Menindaklanjuti penyakit sehingga dapat disembuhkan.

VI. IMPELEMENTASI
Tanggal 21 – 7 – 2009 Jam : 09.30 WIB
Diagnosa : Ny “T” umur 48 tahun dengan Cystoma ovarii dengan masalah
nyeri
Implementasi :
1) Menjelaskan pada ibu tentang penyakit cystoma ovarii yaitu suatu tumor
yang berisi cairan yang berada di ovarium ( tempat pembuatan sel telur
pada wanita). Pembesaran ini bisa jinak kadang- kadang berlangsung cepat
sehngga membutuhkan tindakan segera.Dan cara penanganan cystoma
ovarii yaitu harus dilakukan operasi dengan laparatomy yaitu pembedahan
perut, meskipun tumor yang berisi cairan tsb kadang- kadang langsung
diserap oleh tubuh.
2) Mengobservasi TTV klien denagn hasil:
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 84x/ mnt
T : 36,6 C
Rr : 24 x/mnt
3) Menganjurkan makan – makanan dengan TKTP dan istrirahat teratur
berfungsi menjaga stamina tubuhnya.

24
4) Mengkaji lokasi tipe, durasi dan frekuensi nyeri
- Lokasi berada diperut kiri bagian bawah, nyeri muncul dan hilang
bertambah bila dipakai aktivitas.
5) Menjelaskan pada klien tentang penyebab nyeri yaitu akibat perputaran
tangkai tumor, baik secara perlahan maupun mendadak.
6) Menjelaskan pada klien tentang cara distraksi dan relaksasi yaitu
 Metode distraksi selama nyeri akut dengan
cara :
- Penghangatan eksternal
- Titik focus visual dengan pola pernafasan
imajinasi , sentuhan.
- Massase punggung
 Metode relaksasi

- Menarik nafas panjang ditahan sampai 4 hitungan kemudian


dihembuskan nafas perlahan- lahanmelalui mulut.
- Mandi air hangat
7) Melakukan kolaborasi dengan media untuk pemeriksaan, laborat, USG dan
foto thorax.
8) Melakukan dengan tim medis untuk penentuan rencana operasi

25
VII. EVALUASI
Tanggal : 21 – 7 – 2009 Jam : 10.30 WIB
Diagnosa : Ny “T” umur 48 tahun dengan Cystoma ovarii dengan masalah
nyeri
S : Ibu mengatakan sudah mengerti atas penjelasan yang
diberikan petugas.
O : - Ku : baik
- Kesadaran composmentris
- TTV : TD : 130/90 mmHg
N : 88 x / menit
S : 366 oC
RR : 24 x / menit
- Ibu dapat mengulang penjelasan yang diberikan
A : Ny “T” umur 48 tahun dengan cystoma ovarii
P : - Menganjurkan klien untuk menjaga nutrisi dengan seimbang
- Menganjurkan ibu untuk terus menerapkan distraksi dan
relaksasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi dan
perencanaan operasi.

26

Anda mungkin juga menyukai