Anda di halaman 1dari 8

Abstrak

Gunung batur merupakan

Pendahuluan

Metode penelitian

Hasil dan pembahasan

 Geologi
 GEOLOGI
 Sejarah pembentukan G. Batur dan kalderanya dimulai dengan pertumbuhan kerucut
gunungapi purba dengan ketinggian lk. 300 m di atas muka laut. Sekitar 29.300 tahun
yang lalu terjadi letusan awan panas yang mengandung batuapung berkomposisi dasit,
setelah letusan tersebut terjadilah amblasan pada bagian atas kerucut yang membentuk
Kaldera Batur I, dengan G. Ambang (+2152 m) merupakan sisa tubuh kerucut purba.
 Letusan besar kedua terjadi sekitar 20.150 tahun yang lalu dengan komposisi yang sama
dengan yang pertama, letusan ini diikuti dengan pembentukan beberapa kerucut dan
kubah seperti G. Payang dang dan G. Bunbulan. Amblasan kedua terjadi dan
membentuk Kaldera Batur II dengan kerucut G. Payang dan G. Bunbulan ikut amblas
hampir separuhnya.
 Kegiatan purba kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G. Batur hingga kini
terbentuk. Kegiatan ini diawali sekitar 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan kerucut G.
Batur berkomposisi basal sampai andesit basalan.
 Struktur Geologi
 Kaldera G. Batur tertutup dari segala arah, merupakan salah satu kaldera terbesar dan
terindah di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m
2152 m (Puncak G. Abang). Di dalam Kaldera I terbentuk Kaldera II yang berbentuk
melingkar dengan garis tengah lk. 7 km. Dasar Kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih
rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau
yang berbentuk bulan sabit. Menurut van Bemmelen (1949) danau tersebut diperkirakan
terbentuk bersamaan dengan pembentukan Kaldera II.

 Stratigrafi

Stratigrafi G. Batur
Penyebaran batuan yang dihasilkan dari G. Batur dapat dibagi menjadi 5 periode yaitu:
Periode I Zaman tersier
Periode II Zaman Kuarter (Pra Kaldera)
Periode III Zaman Pembentukan Kaldera I (29.300 tahun yang lalu)
Periode IV Zaman Pembentukan Kaldera II (20.150 tahun yang lalu)
Periode V Zaman Purna Kaldera (5500 tahun yang lalu)

Periode I Zaman Tersier


Batuan tertua yang tersingkap adalah Endapan aliran piroklastik Bukit Jangkrik, batuan ini
tersingkap di bagian selatan. Batuan selanjutnya yang tersingkap adalah Lava Cempaga yang
berkomposisi basal olivin, batuan ini tersingkap sedikit di bagian selatan.
Batuan mudanya adalah Lava Tejakulak yang tersingkap di bagian utara, tersusun dari basal
olivin porfiritik, abu-abu cerah, fenokris (sekitar 40 %) dicirikan oleh olivin besar berbentuk
euhedral - subhedral dengan plagioklas subhedral (kurang dari 2 mm).

Gambar Peta Geologi Kaldera Batur, Bali (I.S. Sutawidjaja, dkk., 1992)
Gambar 3. Peta Geologi Dalam Kaldera Batur, Bali (I.S. Sutawidjaja, dkk., 1992).
Gambar Legenda Peta Geologi Kaldera Batur, Bali (I.S. Widjaja, dkk., 1992).
 Geomorfologi

 Jenis erupsi

Karakter Letusan
Junghun 1850, mencatat letusan dan aliran lava tahun 1849 yang mengalir ke arah selatan
sampai Danau Batur. Beberapa letusan seperti pada tahun 1888, 1904 dan 1905. Pada tahun
1926 letusan G. Batur mengeluarkan leleran lava yang menimbun Desa Batur namun tidak
menimbulkan korban jiwa. Erupsi berupa leleran lava terjadi kembali pada tahun 1963 dan 1964
ke arah barat, selatan dan baratdaya.
Gambar Letusan G. Batur, 29 Agustus 1994.

Tahun 1968 G. Batur meletus berupa lontaran bahan vulkanik pijar setelah sebelumnya didahului
leleran lava. Dalam tahun 1969 dilaporkan bau belerang di permukaan Danau Batur, warna
airnya berubah dari hijau menjadi putih. Kejadian ini berlangsung selama dua hari. Berbeda
dengan aktivitas sebelumnya erupsi Mei 1971 berupa letusan abu yang menyebar di dalam
kaldera dan hujan abu tipis di Kintamani, kemudian disusul oleh erupsi 1974 berupa letusan
yang mengeluarkan leleran lava ke arah barat, sekitar Yehmampeh.
Letusan periode tahun 1994 - 1995 didominasi oleh letusan strombolian, kemudian periode 1997
- 1999 letusan-letusannya dominan bersifat letusan gas/asap, sedangkan letusan 7 juli 2000
berupa letusan strombolian.

 Sejarah letusan

 SEJARAH LETUSAN
 Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah dimulai tahun 1804 dan terakhir
tahun 2000, secara singkat kegiatan letusannya seperti tabel berikut.
 Tabel Tahun erupsi G. Batur yang tercatat dalam sejarah kegiatannya.
Tahun Keterangan
1804 Terjadi erupsi dari kawah utamanya.
1821 Terjadi erupsi dari kawah utamanya.
1849 Letusan dengan aliran lava ke jurusan selatan sampai danau.
1888 Terjadi letusan celah pada lereng tenggara, lava mengalir ke jurusan tenggara
sampai danau.
1897 Terjadi lerupsi dari kawah utamanya
1904 Erupsi parasit di sebelah barat, yaitu sekitar G. Anti dan G. Pandang, lavanya
tersebar di sekitarnya.
1905 Erupsi dari Kawah Batur I, Batur II dan Batur III. Lavanya mengalir ke jurusan
selatan, baratdaya dan selatan.
1921 Erupsi dimulai 29 januari dan berakhir 17 April, aliran lavanya ke arah baratdaya
dan selatan.
1922 30 Agustus terjadi Erupsi dari kawah utamanya.
1923 Peningkatan kegiatan selama 2 hari.
1924 Letusan abu terjadi pada bulan Maret.
1925 Awal Januari terjadi letusan abu, diikuti leleran lava pijar selama 1 hari.
1926 Erupsi dimulai 2 Agustus dan berakhir 21 September.
1963 Erupsi dimulai 5 September dan berakhir 10 Mei 1964, letusan disertai leleran lava.
1965 Pada 18 Agustus terjadi letusan abu.
1966 Pada 28 April terjadi letusan abu.
1968 Erupsi dimulai 23 Januari dan berakhir 15 Februari, leleran lava ke arah selatan.
1970 Akhir januari terjadi letusan abu sangat tipis sampai di Kintamani.
1971 Mulai 11 Maret tejadi letusan abu, letusan berlangsung sampai Mei.
1974 Erupsi terjadi pada 12 maret, leleran lava terjadi pada 17 Maret ke arah barat
sekitar Yehmampeh.
1994 Erupsi dimulai tgl. 7 Agustus 1994, kegiatan letusan 1994 bersifat eksplosif yang
pada awal letusan berupa letusan abu (Foto 3), kemudian letusan-letusan
berikutnya disertai lontaran material pijar (Foto 4), mengahsilkan kawah baru
(Kawah 1994). Produk letusan lapili dan bom vulkanik hanya mengendap sekitar
kawah dengan radius lebih kurang 300 m dari pusat letusan, sedangkan abu
letusan mengendap ke arah barat sampai di Kintamani. Tinggi asap letusan
berkisar antara 25 - 300 m di atas bibir kawah.
1995 Erupsi 26 Mei 1995, pusat letusan dari Kawah 1994, kegiatannya berupa letusan-
letusan eksplosif disertai lontaran metrial pijar. Sifat erupsinya sama dengan
kegiatan erupsi 1994.
1997 Erupsi terjadi mulai 8 November 1997, pusat erupsi dari Kawah Batur III. Kegiatan
erupsi berupa pelepasan gas kering yang teramati kebiru-biruan yang dikeluarkan
dari Kawah Batur III.
1998 Erupsi dimulai 2 Juni 1998, menghasilkan kawah baru (Kawah 1998), yang
lokasinya terletak di antara Kawah Batur III dengan Kawah 1994. Letusa-letusan
selama Juni 1998 dicirikan oleh letusan-letusan gas kering yang teramati kebiru-
biruan, yang pada malam hari termati sebagai semburan /sinar api (Foto 5).
1999 Erupsi dimulai 1 Pebruari 1999, menghasilkan kawah baru (Kawah 1999), kegiatan
vulkanik dari kawah ini berupa letusan/hembusan asap (Foto 6). Pada tgl. 15 Maret
1999 pematang yang memisahkan Kawah 1998 dengan Kawah 1999 amblas,
sehingga kedua kawah tersebut menjadi satu.
2000 Pada tgl. 7 Juli 2000, pkl 12:16 Wita, kembali terjadi letusan sebanyak 3 kejadian,
pusat letusan dari Kawah 1999. Tinggi asap letusan mencapai maksimum 300 m di
atas bibir kawah, condong ke arah baratlaut. Asap letusan berwarna abu-abu
kehitaman. Letusan disertai lontaran piroklastik seperti pasir, lapili dan bongkah,
mengendap dengan radius lk. 100 m dari pusat letusan. Kejadian letusan kali ini
telah mengakibatkan korban 1 orang langsung meninggal dan 1 orang luka-luka,
korban tersebut adalah wistawan asing yang mendaki tanpa pemandu wisata. Pada
saat letusan 7 Juli 2000, kondisi G. Batur masih dalam status Waspada, dengan
saran wisatwan dilarang mendekati pusat letusan dengan radius 500 m dari pusat
kegiatan (Kawah 1994).

 Potensi ancaman

 KAWASAN RAWAN BENCANA
 Pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) G. Batur adalah sebagai salah satu
sarana (data acuan) dalam pelaksanaan penanggulangan mitigasi bencana letusan G.
Batur. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Batur (Gambar 24) dibagi menjadi tiga satuan
yaitu : Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan
Bencana I.
 Kawasan Rawan Bencana III
 Kawasan Rawan Bencana III G. Batur adalah kawasan yang sering terlanda aliran lava,
lontaran batu pijar, hujan abu lebat dan kemungkinan gas beracun. Kawasan ini meliputi
daerah puncak G. Batur dan lereng bagian tenggara, selatan, baratdaya, barat dan
baratlaut. Ke arah tenggara Kawasan Rawan Bencana III ini dibatasi oleh Danau Batur,
sedangkan ke arah lainnya dibatasi oleh dinding kaldera dalam. Karena tingginya tingkat
kerawanan bencana di kawasan ini maka pemukiman dan usaha jasa pariwisata yang
bersifat menetap seperti mendirikan dan rumah makan tidak diperbolehkan. Pada saat
terjadi peningkatan kegiatan/letusan masyarakat juga tidak boleh melakukan kegiatan
apapun di kawasan ini.
 Kawasan Rawan Bencana II
 Kawasan Rawan Bencana II G. Batur adalah kawasan yang berpotensi terlanda hujan
abu lebat dan kemungkinan perluasan aliran lava serta lontaran batu pijar. Daerah ini
mencakup kaki sebelah utara, timurlautdan timur G. Batur, hingga berbatasan dengan
didinding kaldera dalam Batur dan Danau Batur.
 Kawasan rawan bencana hujan abu lebat dan lontaran batu pijar meliputi wilayah hingga
jari-jari lk. 3 km dari puncak G. Batur. Pada peningkatan kegiatan atau erupsi,
pernyataan atau saran apakah penduduk harus mengungsi atau tetap tinggal di tempat,
wisatawan dilarang memasuki kawasan rawan bencana, serta keadaan telah aman
kembali diputuskan oleh pemerintah daerah setempat atas saran dari Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi.
 Kawasan Rawan Bencana I
 Kawasan ini hanya akan terancam oleh hujan abu dan kemungkinan lontaran batu pijar,
meliputi kawasan Kaldera Batur dengan radius lk. 6 km dari puncak G. Batur. Karena
tingkat letusan G. Batur lemah, maka KRB I ini umumnya hanya terjadi hujan abu tipis,
dengan demikian secara relatif wilayah ini cukup layak untuk pemukiman dan kegiatan
usaha. Kewaspadaan sangat diperlukan apabila mendirikan bangunan di kaki kaldera
yang berlereng sangat terjal, karena daerah tersebut rawan tanah longsordan batu
guling. Bila terjadi letusan G. Batur, pengungsian dan kebijaksanaan lainnya hanya
dilakukan atas perintah pemerintah daerah setempat berdasarkan saran dari Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.


 Peta Kawasan Rawan Bencana G. Batur

 Mitigasi

Kesimpulan

Ucapan terimakasih

Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai