Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN


“Jembatan Cable Stayed”

OLEH:

NAMA : MUHAMAD FADLI

NIM : E1A1 14 013

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
JEMBATAN CABLE STAYED

A. GAMBARAN SINGKAT

Jembatan cable-stayed adalah salah satu jembatan yang memliki struktur


lantai kendaraan pada satu atau beberapa titik digantung secara elastik pada kabel.
Jembatan ini menggunakan sistem kabel sebagai salah satu tumpuannya. Jembatan
ini semakin populer seiring kemampuannya mengatasi bentang yang panjang.
Kekhususan jembatan ini ditandai dengan daya tarik estetika, penggunaan material
struktur secara lebih efisien dan kecepatan cara konsruksinya dan elemen stuktural
yang dimensinya relatif semakin kecil.
Elemen struktur jembatan-jembatan cable-stayed yang penting adalah
kabel, menara/pylon dan dek.

Gambar 1. Gambaran umum jembatan cable-stayed

Jembatan cable stayed sudah dikenal sejak lebih dari 200 tahun yang lalu
(Walther, 1988) yang pada awal era tersebut umumnya dibangun dengan
menggunakan kabel vertical dan miring seperti di Skotlandia yang dibangun tahun
1817. Pada umumnya jembatan cable stayed menggunakan gelagar baja, rangka,
beton, atau beton pratekan sabagai gelagar utama (Zarkasi & Rosliansjah, 1995)

Kelebihan dan Kekurangan Jembatan Cable-stayed

Menurut Fadly Sutrisno (2010), kelebihan dan kekurangan jembatan


cablestayed adalah :
a. Kelebihan
 Kabel lurus memberikan kekakuan yang lebih besar dari kabel melengkung.
Disamping itu, analisis non-linier tidak perlu dilakukan untuk geometri
kabel lurus.
 Kabel diangkur pada lantai jembatan dan menimbulkan gaya aksial tekan yang
menguntungkan secara ekonomis dan teknis.
 Tiap–tiap kabel penggantung lebih pendek dari panjang jembatan secara
keseluruhan dan dapat diganti satu persatu.
b. Kekurangan
 Diperlukan metode pelaksanaan yang cukup teliti jika jembatan cablestayed
dibangun dengan bentang yang lebih panjang, bagian yang terkantilever
sangat rentan terhadap getaran akibat angin selama masa konstruksinya.
 Diperlukan perawatan yang intensif untuk melindungi dari karat.

B. TIPE DAN BENTUK JEMBATAN CABLE STAYED

Dalam jembatan cable stayed ini memiliki tipe dan bentuk baik tipe pada
dek, menara/pylon, kabel maupun pada blok angkur.

a. Gelagar (Dek)

Menurut Podolny dan Scalzi, (1976), Bentuk gelagar jembatan Cable


Stayed sangat bervariasi namun yang paling sering digunakan ada dua jenis
yaitu stiffening truss dan solid web. Pada awal perkembangan jembatan Cable
Stayed modern, stiffening truss banyak digunakan tetapi sekarang sudah mulai
ditinggalkan dan jarang digunakan dalam desain, karena mempunyai banyak
kekurangan. Kekurangannya adalah membutuhkan pabrikasi yang besar,
perawatan yang relatif sulit, dan kurang menarik dari segi estetika. Meskipun
demikian dapat digunakan sebagai gelagar dengan alasan yang memiliki sifat
aero dinamik yang baik. Dalam keadaan jembatan jalan raya disatukan dengan
jembatan jalan rel dan biasanya menggunakan deck ganda yang bertingkat,
stiffening truss dapat dipertimbangkan sebagai elemen utama deck (Supriyadi
dan Muntohar, 2007:205). Berikut adalah contoh gambar stiffeningtruss:
Gambar 2. Gelagar stiffening truss (Troitsky, 1977)
Sumber: buku “Jembatan” Cetakan ke-4 oleh Supriyadi dan Muntohar (2007)

Gelagar yang tersusun dari solid web yang terbuat dari baja atau beton
cenderung terbagi atas dua tipe yaitu:
a) Gelagar pelat (plate girder), dapat terdiri atas dua atau banyak gelagar,
b) Gelagar box (box girder), dapat terdiri atas satu atau susunan box yang
dapat berbentuk persegi panjang atau trapesium.

Susunan dek yang tersusun dari gelagar pelat tidak memiliki kekakuan
torsi yang besar sehingga tidak dapat digunakan untuk jembatan yang
bentangnya panjang dan lebar atau jembatan yang direncanakan hanya
menggunakan satu bidang kabel penggantung. Dek jembatan yang
menggunakan satu atau susunan box akan memiliki kekakuan torsi yang sangat
besar sehingga sangat cocok untuk jembatan yang mengalami torsi sangat
besar. Jembatan yang menggunakan satu bidang kabel penggantung biasanya
menggunakan gelagar box tunggal, sedangkan jembatan yang lebar
menggunakan susunan gelagar box. Gelagar pelat atau box mempunyai
masalah seperti pada truss berupa perawatan terhadap korosi yang relatif mahal
meskipun biaya konstruksinya lebih murah. Perkembangan teknologi beton
yang sangat cepat membuat baja mulai ditinggalkan dan beralih ke gelagar
beton yang dapat berupa beton precast atau cetak setempat. Gelagar beton
umumnya berupa gelagar box tunggal yang diberi pengaku lateral pada jarak
tertentu (Supriyadi dan Muntohar, 2007:206). Berikut adalah gambar gelagar
solid web:
Gambar 3. Gelagar solid web
Sumber: buku “Jembatan” Cetakan ke-4 oleh Supriyadi dan Muntohar (2007)

Solid web yang terbuat dari beton precast mempunyai banyak


keuntungan (Zarkasi dan Rosliansjah, 1995) antara lain:
a) Struktur dek beton cenderung untuk tidak bergetar dan dapat berbentuk
aerodinamis yang menguntungkan,
b) Komponen gaya horizontal pada kabel akan mengaktifkan gaya tekan pada
sistem dek dimana beton sangat cocok untuk menahan gaya desak,
c) Beton mempunyai berat yang sangat besar sehingga perbandingan beban
hidup dan beban mati menjadi kecil, sehingga perbandingan lendutan
akibat beban hidup dan beban mati tidak terlalu besar,
d) Pemasangan bangunan atas dan kabel yang relatif mudah dengan teknik
prestressing masa kini, prefabrikasi, segmental dan mempunyai kandungan
lokal yang tinggi,
e) Pemeliharaan lebih mudah karena beton tidak berkarat seperti baja.

Pengalaman dalam perancangan jembatan Cable Stayed (Troitsky,


1 1
1977) menunjukkan bahwa tinggi gelagar dapat digunakan antara -
15 18
1 1
panjang panel atau - panjang bentang utama. Sedangkan menurut
100 200
Leonart (dalam Zarkasi dan Rosliansjah, 1995), perbandingan antara tinggi
gelagar dengan bentang utama jembatan sangat tergantung pada rasio lendutan
maksimum akibat beban hidup dan beban mati, dan memberikan nilai yang
1 1
ekonomis jika nilainya berkisar antara - . Khusus untuk jembatan Cable
10 90
Stayed beton dengan sistem kabel dua bidang, pada kolom ujung tidak
menunjukkan gejala aerodinamis yang mengkhawatirkan bila memenuhi
persyaratan:
𝐿
B ≥ 10H atau B ≥ 30
Dengan: B = lebar jembatan
H = tinggi gelagar
L = panjang bentang

Untuk jembatan baja yang relatif ringan dan bentang diatas 400 meter
sehingga cenderung mudah bergetar, persyaratan diatas masih berlaku namun
1
sebaiknya digantung ke menara bentuk A dan harus mempunyai B ≥ 25.

.
b. Kabel

Sistem kabel merupakan salah satu hal mendasar dalam perencanaan


jembatan Cable Stayed. Kabel digunakan untuk menopang gelagar diantara dua
tumpuan dan memindahkan beban tersebut ke menara/pylon. Sistem kabel
terbagi menjadi empat bentuk dasar, yaitu: a) sistem radiating; b) sistem harp;
c) sistem fan; d) sistem star.

Gambar 4. Sistem Kabel (Troitsky, 1977)


Sumber: buku “Jembatan” Cetakan ke-4 oleh Supriyadi dan Muntohar (2007)
Dari gambar di atas, dapat dilihat perbedaan dari setiap sistem kabel.
Pada sistem kabel radiating, kabel dipusatkan pada ujung atas menara dan
disebar sepanjang bentang pada gelagar. Pada sistem harp, kabel-kabel
penggantung dipasang sejajar dan disambungkan ke menara dengan ketinggian
yang berbeda pada satu kabel dengan kabel lainnya. Sistem kabel fan
merupakan kombinasi antara sistem radiating dan sistem harp, dimana kabel
disebar pada bagian atas menara dan pada dek sepanjang bentang, sehingga
kabel tidak sejajar. Sedangkan pada sistem kabel star, bentuknya berlawanan
dengan sistem radiating dimana kabel terpusat pada gelagar.

Pada perencanaan struktur jembatan cable-stayed memiliki beberapa


bentuk penampang kabel yang biasa digunakan. Adapun Bentuk-bentuk
penampang kabel pada jembatan cable-stayed dapat diihat pada gambar di
bawah ini:

Gambar 5. penampang kabel untuk jembatan cable stayed

c. Menara (Pylon)

Pemilihan menara sangat dipengaruhi oleh konfigurasi kabel, estetika,


dan kebutuhan perencanaan serta pertimbangan biaya. Bentuk-bentuk menara
dapat berupa rangka portal trapezoid, menara kembar, menara A, atau menara
tunggal (Supriyadi dan Muntohar, 2007:204).
Gambar 6. Jenis-jenis Pylon/Menara
Sumber: buku “Jembatan” Cetakan ke-4 oleh Supriyadi dan Muntohar
(2007)

Menurut Troitsky (1977:33), tinggi pylon adalah:

Dengan: L = bentang jembatan


n = jumlah kabel
a = jarak kabel antar gelagar
H = tinggi pylon

Sedangkan menurut Gimsing (2012:353):

Menurut podolny (1976), tinggi menara ditentukan dari beberapa hal


seperti tipe sistem kabel, jumlah kabel dan perbandingan estetika dalam tinggi
menara dan panjang bentang, untuk itu direkomendasikan perbandingan antara
bentang terpanjang dan tinggi menara antara 0,19 – 0,25.
d. Blok Angkur

Angkur pada jembatan kabel berfungsi sebagai dudukan vertikal bagi


gelagar sehingga berfungsi menerima hampir semua beban vertikal yang
bekerja. Karena itu tegangan yang diijinkan terjadi pada angkur jembatan
beruji kabel adalah relatif kecil. Angkur ruji kabel standar mampu
memfasilitasi penggunaan 9 – 108 untaian kabel. Tipe angkur dibagi menjadi
dua yaitu:
a) Angkur hidup : terletak di ujung kabel ketika dilakukan pemberian
tegangan, biasanya pada pylon.
b) Angkur mati : terletak di ujung kabel ketika tidak dilakukan pemberian
tegangan, biasanya di dek jembatan.

Gambar 7. Angkur mati (atas) dan angkur hidup (bawah)


Sumber SEM PUPR 2015 “Pedoman Pelaksanaan Teknis Jembatan
Beruji Kabel”

Dari pylon, ruji kabel akan memancar ke arah bentang utama


jembatan (main span) pada masing-masing sisi jembatan dan jumlah yang
sama ke arah bentang samping jembatan (side span). Ruji kabel tersebut
dipasang dengan angkur di sisi atas di kepala menara dan di sisi bawah di balok
tepi lantai kendaraan. Penarikan kabel dilakukan pada angkur hidup yang
terletak pada pylon.
Bagian dari kabel yang masuk ke dalam pylon ditempatkan di dalam
suatu pipa pengarah (guide pipe) dari konstruksi baja menembus dari sisi main
span ke sisi side span dan sebaliknya. Berikut adalah beberapa alternatif
pengangkuran pada pylon:
Gambar 8. Alternatif Pengangkuran pada Pylon ((a), (b), (c), (d), (e), (f))
Sumber : SEM PUPR 2015 “Pedoman Pelaksanaan Teknis Jembatan
Beruji Kabel”

Berikut adalah lokasi angkur pada dek jembatan:


Gambar 9. Alternatif lokasi angkur pada dek jembatan
Sumber : SEM PUPR 2015 “Pedoman Pelaksanaan Teknis Jembatan
Beruji Kabel”

C. METODE KONSTRUKSI JEMBATAN CABLE STAYED

1. Pelaksanaan Pekerjaan Platform

Platform merupakan konstruksi pendukung sementara yang berfungsi sebagai


tempat untuk menginstalasi batching plan, menyimpan material seperti tiang
pancang serta sebagai tempat bagi berbagai aktivitas di tengah laut selama
kegiatan konstruksi berlangsung.
Gambar 10. Penyimpanan Tiang pancang sementara

Sumber: Wikipedia

2. Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile


 Pemasangan Casing Baja.
 Pengeboran sampai kedelaman yang diinginkan.
 Pemasangan tulangan Pengecoran lubang bored pile dengan beton.
Gambar 11. Pelaksanaan BordPile
Sumber: Wikipedia

3. Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap


 Setelah pekerjaan bored pile selesai dikerjakan, semua komponen platform
yang menumpu ke steel casing di bongkar.
 Caisson baja yang berfungsi sebagai bekisting bawah pile cap kemudian
dipasang.
 Pengecoran lapisan sealing concrete untuk menahan masukkan air laut ke
pile cap Pemasangan tulangan pile cap.
 Pengecoran beton pile cap yang dilakukan tiga lapis.

Gambar 12. Pengerjaan Pile Cap


Sumber: Wikipedia
4. Pelaksanaan Pekerjaan Pylon
 Konstruksi dasar pylon dan lengan bawah dari pylon.
 Instalasi elevator pada pylon.
 Konstruksi balok pengikat pylon bagian bawah.
 Konstruksi lengah pylon di tengah.
 Konstruksi balok pengikat tengah.
 Konstruksi lengan atas pylon.
 Konstruksi balok pengikat atas.

5. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas


 Pemasangan struktur bantu sementara di atas pile cap.
 Pemasangan segmen girder baja pertama dengan crane barge, hubungan
antara segmen dengan pylon dibuat tetap (fix) untuk sementara.
 Pemasangan cantilever crane pada lantai jembatan untuk mengakat segmen
berikutnya.
 Pemasangan girder baja dengan mneggunakan cantilever crane diikiti
dengan penenganan kabel.
 Pemasangan pelat lantai jembatan pada segmen pertama dan kedua
dilanjutkan dengan pengecoran sambungan.
 Pemasangan girder baja selanjutnya dengan menggunakan cantilever crane
diikuti dengan peregangan kabel. Pada saat bersamaan dipasang pilar
sementara di dekat pilar V.

Gambar 13. Pengerjaan Pemasangan Gelagar Atau Dek Jembatan


Sumber: Wikipedia
D. SISTEM STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYED

Kabel Transversal

Tatanan kabel transversal terhadap arah sumbu longitudinal jembatan


dapat dibuat satu atau dua bidang dan sebaliknya ditempatkan secara simetri. Ada
juga perencana yang menggunakan tiga bidang kabel sampai sekarang belum
diterapkan di lapangan. Secara tatanan kabel transversal dapat dilihat pada gambar
berikut.

a. Sistem satu bidang

Sistem ini sangat menguntungkan dari segi estetika karena tidak


terjadi kabel bersilangan yang terlihat oleh pandangan sehingga terlihat
penampilan struktur yang indah. Kabel ditempatkan ditengah-tengah dek dan
membatasi dua arah jalur lalulintas. Untuk jembatan bentang panjang biasanya
memerlukan menara yang tinggi menyebabkan lebar menara di bawah dek
sangat besar. Secara umum jembatan yang sangat panjang atau sangat lebar
tidak cocok dengan penggantung kabel satu bidang.

Gambar Sunshine Skyway Bridge, St. Petersburg and Bradenton, Florida

b. Sistem dua bidang

Penggantung dengan dua bidang dapat berupa dua bidang vertikal


sejajar atau dua bidang miring yang pada sisi atas lebih sempit.
Gambar suspension bridge over savannah georgia usa

c. Sistem tiga bidang

Pada perencanaan jembatan yang sangat lebar atau membutuhkan jalur


lalulintas yang banyak, akan ditemui torsi yang sangat besar bila menggunakan
sistem kabel satu bidang dan momen lentur yang besar pada tengah balok
melintang bila menggunakan sistem dua bidang. Kejadian ini menyebabkan
gelagar sangat besar dan menjadi tidak ekonomis lagi. Penggunaan
penggantung tiga bidang dapat mengurangi torsi, momen lentur, dan gaya geser
yang berlebihan. Penggunaan penggantung tiga bidang sampai saat ini masih
berupa inovasi dan baru sampai pada tahap desain (Walther,1988)

Kabel Longitudinal

Tatanan kabel longitudinal jembatan mempunyai banyak variasi


tergantung pada pengalaman perencana menentukan perbandingan antara bentang
dengan tinggi menara. Untuk bentang yang lebih pendek kabel tunggal mungkin
sudah cukup untuk menahan beban rencana. Untuk bentang utama yang panjang
dan bentang tidak simetris yang menggunakan angker, variasi tatanan kabel tidak
cukup dengan kebutuhan secara teknis tetapi harus menghasilkan konfigurasi dasar
tatanan kabel longitudinal yaitu radiating, harp, fan dan star (Podolny dan Scalzi,
1976)
Gambar tatanan kabel longitudinal, a) radiating, b) harp, c) fan dan star
(sumber: Troisky, 1977)

a) Tipe Radiating
Merupakan sebuah susunan dimana kabel dipusatkan pada ujung atas
menara dan disebar sepanjang bentang pada gelagar. Kelebihan tipe ini adalah
kemiringan rata-rata kabel cukup besar sehingga komponen gaya horizontal
tidak terlalu besar kabel yang terkumpul di atas kepala menara menyulitkan
dalam perencanaan dan pendetailan sambungan.
b) Tipe Harp
Terdiri atas kabel-kebel pengantung yang dipasang sejajar dan
disambungkan ke menara dengan ketinggian yang berbeda-beda satu terhadap
yang lainnya. Susunan kabel yang sejajar memberikan efek estetika yang
sangat indah namun terjadi lentur yang besar pada menara.
c) Tipe fan
Merupakan solusi tengah antara tipe radiating dengan tipe harp. Kabel
disebar pada bagian atas menara dan pada dek sepanjang bentang,
menghasilkan kabel tidak sejajar. Penyebaran kabel pada menara akan
memudahkan pendetailan tulangan.
d) Tipe Star
Memiliki bentuk yang berlawanan dengan tipe radiating dimana kabel
terpusat pada gelagar. Bentuk ini memberikan efek estetika yang baik namun
menyulitkan pendetailan sambungan pada gelagar. Dukungan antara dua
tumpuan tetap jembatan hanya ada pada pertemuan kabel sehingga momen
lentur yang akan terjadi menjadi lebih besar.
E. MATERIAL DAN PROPERTIS JEMBATAN CABLE STAYED

Dalam perencanaan perencanaan jembatan cable stayed mepunyai


beberapa komponen penyusun material maupun propertisnya. Adapun komponen-
komponennya adalah sebagai berikut:

1. Beton
Mutu beton sesuai dengan SNI 03-1974-1990 seperti tampak pada Tabel.
Tabel Mutu beton dan pedoman proporsi takaran campuran

2. Baja
Baja yang digunakan sebagai bagian struktur baja harus mempunyai sifat
mekanis baja struktural seperti dalam tabel berikut:
Tabel - Sifat mekanis baja structural

3. Kabel
 Kabel utama yang digunakan berupa untaian (strand). Jenis-jenis kabel
ditunjukkan dalam Gambar kabel dibawah.
 Kabel dengan inti yang lunak tidak diizinkan digunakan pada jembatan cable
stayed ini.
 Kabel harus memiliki tegangan leleh minimal sebesar 1500 Mpa.
Table Spesifikasi kabel jembatan cable stayed

Anda mungkin juga menyukai