Contoh Kasus:
Seorang mahasiswa bernama Andi melakukan penelitian dengan
menggunakan skala untuk mengetahui atau mengungkap prestasi belajar
seseorang. Andi membuat 10 butir pertanyaan dengan menggunakan skala
Likert, yaitu angka 1 = Sangat tidak setuju, 2 = Tidak setuju, 3 = Setuju dan 4 =
Sangat Setuju. Setelah membagikan skala kepada 12 responden didapatlah
tabulasi data-data sebagai berikut:
Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor
total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari
pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 12, maka didapat
r tabel sebesar 0,576 (lihat pada lampiran tabel r).
Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai korelasi untuk item 1, 9 dan 10
nilai kurang dari 0,576. Karena koefisien korelasi pada item 1, 9 dan 10
nilainya kurang dari 0,576 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut
tidak berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan tidak valid)
sehingga harus dikeluarkan atau diperbaiki. Sedangkan pada item-item
lainnya nilainya lebih dari 0,576 dan dapat disimpulkan bahwa butir
instrumen tersebut valid.
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
Reliability Coefficients
N of Cases = 12.0 N of Items = 10
Alpha = .8384
Dari output di atas bisa dilihat pada Corrected Item – Total Correlation,
inilah nilai korelasi yang didapat. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan
nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah
data (n) = 12, maka didapat r tabel sebesar 0,576 (lihat pada lampiran tabel r).
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa untuk item 1, 5, 9 dan 10 nilai kurang dari
0,576. Karena koefisien korelasi pada item 1, 5, 9 dan 10 nilainya kurang dari
0,576 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid.
Sedangkan pada item-item lainnya nilainya lebih dari 0,576 dan dapat
disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.
Sebagai catatan: analisis korelasi pada contoh kasus di atas hanya dilakukan satu
kali, untuk mendapatkan hasil validitas yang lebih memuaskan maka bisa
dilakukan analisis kembali sampai 2 atau 3 kali, sebagai contoh pada kasus di
atas setelah di dapat 6 item yang valid, maka dilakukan analisis korelasi lagi
untuk menguji 6 item tersebut, jika masih ada item yang tidak signifikan
maka digugurkan, kemudian dianalisis lagi sampai didapat tidak ada yang
gugur lagi.