SP - 1225
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STUDI PUSTAKA
Lapisan permukaan
1 22,0 2245
beraspal (bituminous
2 Besi tuang (cast iron) 71,0 7240
Timbunan tanah
3 17,2 1755
dipadatkan
Kerikil dipadatkan (rolled
4 18,8-22,7 1920-2315
gravel, macadam or ballast)
5 Beton aspal (asphalt concrete) 22,0 2245
6 Beton ringan (low density) 12,25-19,6 1250-2000
Beton f’c < 35 MPa 22,0-25,0 2320
7
35 < f‘c<105 MPa 22 + 0,022 f’c 2240 + 2,29 f‘c
8 Baja (steel) 78,5 7850
9 Kayu (ringan) 7,8 800
10 Kayu keras (hard) 11,0 1125
Sumber : SNI 1725-2016 Pembebanan untuk Jembatan
Berat sendiri adalah berat bagian tersebut dan elemen-elemen struktural lain
yang dipikulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian
jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen
nonstruktural yang dianggap tetap. Adapun faktor beban yang digunakan
untuk berat sendiri dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tetap
Umum 1,00(1) 2,00 0,70
Khusus (terawasi) 1,00 1,40 0,80
Catatan (1) : Faktor beban layan sebesar 1,3 digunakan untuk berat utilitas
Sumber : SNI 1725-2016 Pembebanan untuk Jembatan
diperoleh data yang cukup maka karakteristik tanah dapat ditentukan sesuai
dengan ketentuan pada pasal ini. Tekanan tanah lateral mempunyai
hubungan yang tidak linier dengan sifat-sifat bahan tanah. Tekanan tanah
lateral pada keadaan batas daya layan dihitung berdasarkan nilai nominal dari
s, c dan f.
Tabel 2. 4 Faktor Beban Akibat Tekanan Tanah
Faktor beban ( PL )
Tipe beban
Keadaan Batas Layan ( S
PL) Keadaan Batas Ultimit ( S
PL)
Biasa Terkurangi
13,750 ≤ w ≤ 16,250 5
Dua Arah,
w ≥ 16,500 6
dengan Median
Catatan(1) : Untuk jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu lintas rencana
harusditentukan oleh instansi yangberwenang.
Catatan(2) : Lebar jalur kendaraan adalah jarak minimum
antarakerbataurintangan untuk satu arah atau jarak antara kerb/rintangan/median dan
median untuk banyak arah.
Sumber : SNI 1725-2016 Pembebanan untuk Jembatan
c. Distribusi Beban D
Beban "D" harus disusun pada arah melintang sedemikian rupa sehingga
menimbulkan momen maksimum. Penyusunan komponen-komponen BTR
dan BGT dari beban "D" secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.2
Kemudian untuk alternatif penempatan dalam arah memanjang dapat dilihat
pada Gambar 2.2
Faktor beban ( TT )
S Keadaan Batas Ultimit
Tipe beban Jembatan Keadaan Batas Layan ( TT)
U
( TT)
Beton
1,00 1,80
Transien
Boks Girder
1,00 2,00
Baja
Sumber : SNI 1725-2016 Pembebanan untuk Jembatan
1 1,2
≥2 1
Sumber : SNI 1725-2016 Pembebanan untuk Jembatan
dengan pilar sangat tinggi dianggap tidak ekonomis. Ada tiga macam tipe
jembatan bergerak yaitu:
1. Jembatan Terbuka (bascule bridges)
2. Jembatan Terangkat Vertikal (verticalift bridges),
3. Jembatan Berputar (swing bridges).
Jembatan terbuka atau bascule bridges biasanya digunakan untuk bentang yang
tidak terlalu panjang dengan bentang maksimum 100 m. Jembatan terangkat
vertical atau vertical lift bridges biasanya digunakan untuk bentang yang lebih
panjang yaitu sekitar 175m, tetapi jarak bersih yang didapat tergantung dari
seberapa tinggi jembatan dapat dinaikan. Pada umumnya ketinggian maksimum
untuk mendapatkan jarak bersih adalah sekitar 40 m. Jembatan berputar
mempunyai keuntungan karena kapal yang akan lewattidak dibatasi
ketinggiannya. Jembatan berputar dapat digunakan dengan bentang sampai
dengan 160 m
8. Jembatan terapung (floating bridges)
Jembatan terapung dibuat dengan mengikatkan dek jembatan pada
ponton-ponton. Ponton-ponton ini biasanya jumlahnya banyak sehingga jika
salah satu ponton terjadi kebocoran maka tidak begitu mempengaruhi atau
membahayakan kestabilan jembatan apung secara keseluruhan. Kemudian
ponton yang terjadi kebocoran ini dapat diperbaiki. Jembatan terapung pada
mulanya banyak digunakan sebagai jembatan sementara oleh militer. Akan kini
jembatan terapung banyak digunakan apabila kedalaman air yang akan dibuat
jembatan cukup dalam dan kondisi tanah dasar sangat jelek sehingga sangat sulit
untuk membuat fondasi jembatan. Saat ini ponton-ponton yang digunakan pada
jembatan terapung dapat dibuat dari beton dimana bentang total dapat mencapai
sebesar 2 km
9. Jembatan kombinasi (combination bridges)
Jembatan kombinasi adalah jembatan yang menggunakan lebih dari satu
jenis jembatan. Hal ini terutama untuk jembatan dengan bentang sangat besar
dimana penggunaan satujenis jembatan tidak ekonomis.
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
Mulai
Pengumpulan Data
- Data Primer
- Data Sekunder
Dimensi Jembatan
Perancangan Geometrik
Gambar Rencana
Selesai
BAB IV
PERHITUNGAN STRUKTUR
b. Pembebanan
Beban yang bekerja pada lantai kendaraan struktur jembatan diinputkan
pada desain SAP2000 antara lain,
1. SIDL
Beban SIDL yang dimodelkan adalah perkerasan aspal dengan tebal 10
cm. Permodelan beban SIDL dapat dilihat pada gambar 4.3
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 analisa SAP2000 maka diperoleh data-data
sebagai berikut dalam satuan N-m
Mu 32554,3 Nmm
H
200 Mm
dc
40 Mm
D
10 Mm
B
1000 Mm
f’c
25 MPa
Fy
210 MPa
Ecu
23500 MPa
Es
200000 MPa
ecu
0,003
Sumber : Data Analisis
1. Perhitungan As pakai
As n D
n = jumlah tulangan
D = luas diameter tulangan
2. Dilakukan trial and error penggunaan jumlah dan diameter tulangan, dan
didapatkan tulangan 4D13 (As = 530,66 mm2)
3. Perhitungan spacing (Jarak Antar Tulangan)
Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 7.6 jarak bersih antar tulangan yaitu
kurang dari 40 mm.
b 2.dc 1000 2.40
Spacing yang digunakan 306,667mm
n 1 3 1
Max Spacing = 38 mm
Spacing > Max Spacing, OK!
4. Pengecekan As minimum dan As maximum
As min = 0,0018b.h = 360 mm2
a
M n As f y d
2
M n 13584625.24 N.mm
Maka Mu Mn OK!
Maka tulangan tarik untuk arah melintang pelat digunakan 4D13.
Mu 46542,2 Nmm
h
200 mm
dc
40 mm
d
10 mm
b
1000 mm
f’c
25 MPa
fy
210 MPa
Ecu
23500 MPa
Es
200000 MPa
ecu
0,003
Sumber : Data Analisis
1. Perhitungan As pakai
As n D
n = jumlah tulangan
D = luas diameter tulangan
2. Dilakukan trial and error penggunaan jumlah dan diameter tulangan, dan
didapatkan tulangan 4D13 (As = 530,929 mm2)
3. Perhitungan spacing (Jarak Antar Tulangan)
Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 7.6 jarak bersih antar tulangan yaitu
kurang dari 40 mm.
b 2.dc 1000 2.40
Spacing yang digunakan 306,667mm
n 1 3 1
Max Spacing = 38 mm
Spacing > Max Spacing, OK!
4. Pengecekan As minimum dan As maximum
As min = 0,0018b.h = 360 mm2
a
M n As f y d
2
M n 11801607.64 N.mm
Maka Mu Mn OK!
Maka tulangan tekan untuk arah melintang pelat digunakan 4D13.
Mu 9972,4 Nmm
h
200 mm
dc
40 mm
d
10 mm
b
1000 mm
f’c
25 MPa
fy
210 MPa
Ecu
23500 MPa
Es
200000 MPa
ecu
0,003
Sumber : Data Analisis
1. Perhitungan As pakai
As n D
n = jumlah tulangan
D = luas diameter tulangan
2. Dilakukan trial and error penggunaan jumlah dan diameter tulangan, dan
didapatkan tulangan 4D13 (As = 530,929 mm2)
3. Perhitungan spacing (Jarak Antar Tulangan)
Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 7.6 jarak bersih antar tulangan yaitu
kurang dari 40 mm.
b 2.dc 1000 2.40
Spacing yang digunakan 306,667mm
n 1 3 1
Max Spacing = 38 mm
Spacing > Max Spacing, OK!
4. Pengecekan As minimum dan As maximum
As min = 0,0018b.h = 360 mm2
As f y
a
f ' c b
a 5,24 mm
6. Kapasitas momen terhadap nilai Mu
a
M n As f y d
2
M n 13584625.24 N.mm
Maka Mu Mn OK!
Maka tulangan tarik untuk arah memanjang pelat digunakan 4D13.
Mu 23988,8 Nmm
h
200 mm
dc
40 mm
d
10 mm
b
1000 mm
f’c
25 MPa
fy
210 MPa
Ecu
23500 MPa
Es
200000 MPa
ecu
0,003
Sumber : Data Analisis
1. Perhitungan As pakai
As n D
n = jumlah tulangan
D = luas diameter tulangan
2. Dilakukan trial and error penggunaan jumlah dan diameter tulangan, dan
didapatkan tulangan 4D13 (As = 530,929 mm2)
3. Perhitungan spacing (Jarak Antar Tulangan)
Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 7.6 jarak bersih antar tulangan yaitu
kurang dari 40 mm.
b 2.dc 1000 2.40
Spacing yang digunakan 306,667mm
n 1 3 1
Max Spacing = 38 mm
Spacing > Max Spacing, OK!
4. Pengecekan As minimum dan As maximum
As min = 0,0018b.h = 360 mm2
As f y
a
f ' c b
a 5,24 mm
6. Kapasitas momen terhadap nilai Mu
a
M n As f y d
2
M n 13584625.24 N.mm
Maka Mu Mn OK!
Maka tulangan tarik untuk arah memanjang pelat digunakan 4D13.
e. Kontrol Geser
Nilai gaya geser yang bekerja pada pelat lantai kendaraan dapat dilihat pada
tabel 4.2. Dimana nilai tersebut sangat kecil, sehingga pelat lantai masih dapat
menahan gaya geser. Seperti pada perhitungan berikut.
2
Vc f ' c bw d
12
Vc 137500 N
Vu Vc
Karena gaya geser lebih kecil dari kapasitas geser, maka kapasitas geser
dapat menahan gaya geser ultimate yang terjadi pada pelat.
a. Pembebanan
Pembebanan yang bekerja pada gelagar memanjang antara lain sebagai
berikut.
1. Angin Kendaraan
Angin kendaran didistribusikan ke gelagar memanjang dalam bentuk
beban momen sebesar 26,28 kN.m. Gambar beban angin kendaraan dapat
dilihat gambar 4.7 berikut.
h 1680
λp
tw fy
h 500
50 ≤ 98 .65
tw 10
Mp = Fy x Z
Mp = Fy x Sx x 1,12
Mp = 620368000 N.mm
Mp = 620,37 kN.m
E
Lp = 1.76 × iy ×
fy
200000
Lp 1.76 44 ,3
290
π EGJA
X1 =
Sx 2
X 1 12912,92
Iy
Iw H 2
4
11 6
Iw 13,38 10 mm
2
Iw Sx
X2 4
Iy GJ
11 2
13,38 10 1910000
X2 4
2,14 10
7
76923.08 702133,33
X2 0,00031264 7
FL = 80% fy
FL = 80% x 290
FL = 232 MPa
X1
Lr = iy [1 + ( 1 + X2 × FL2 )]
FL
Lr 5634,71 mm
Dengan Mr = S x FL
c. Bentang Panjang
2
Mn Mcr Cb E Iy G J Iw E
L L
Lr - L
Mn Cb Mr - (Mp - Mr)
Lr - Lp
Mn = 474,48 kN.m
Mu Mn
304,531kN.m 427,03kN.m
d. Kontrol Lendutan
Berdasarkan SNI 03-1729-2002 pasal 6.4.3 batas lendutan izin maksimum
yang di perbolehkan untuk gelagar memanjang adalah :
L 50m
Lendutan izin ( f izin ) 0,1389m 13,89cm
360 360
Berikut ini merupakan hasil lendutan maksimum yang didapatkan dari
SAP2000 adalah 9,002 cm pada gambar XX.
Kn E
1,1 68,09
Fy
Dari hasil perhitungan diatas didapat
h Kn E
1,1
tw Fy
5. Menentukan nilai Vn
Vn = 0,6 Fy Aw dengan Aw = h x tw
Vn = 0,6 x 290 x 500 x 10 = 870000 N = 870 kN
Vn = 0.9 x 870 = 783 kN
6. Cek Vn terhadap Vu
Vu Vn
292,19 kN ≤ 783 kN
P V2 V3 M2 M3
N N N Nmm Nmm
238563.58 507144.82 29429.58 16092595 1076847459
Sumber: Analisa SAP2000
a = 153.1mm
ts = tebal pelat beton = 200 mm
Karena a t s , maka sumbu netral plastis jatuh pada pelat beton
d. Kontrol Geser
1. Memperhitungkan perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel.
h 900
56,25
tw 16
2. Menentukan penampang membutuhkan pengaku lokal atau tidak
h E
6,36
tw Fy
56,25 196,25
Maka profil tidak membutuhkan pengaku lokal
3. Menentukan nilai Kn
5
Kn 5
2
a
h
Kn E
1,1 80,013
Fy
𝑉𝑛 = 0,6 𝑓𝑦 𝐴𝑤 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑤 = ℎ 𝑥 𝑡𝑤
Vn = 0,6 x 210 MPa x 900 x 16
Vn = 1814,4 KN
6. Cek Vn terhadap Vu
Vn terfaktor = ∅𝑉𝑛 = 0,9 𝑥 1814,4 = 1632,96 𝐾𝑁
Vu ≤ ∅Vn
507,15 Kn ≤ 0,9 x 1814,4 Kn
507,15 Kn ≤ 1632,96 Kn
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan kekuatan geser nominal
penampang lebih besar dari geser ultimate yang terjadi. Maka penampang
IWF 900.300.16.28 kuat dalam menahan gaya geser ultimate yang
terjadi.
Berikut ini merupakan gaya dalam maksimum yang diterima oleh Ikatan
Angin yang dihasilkan dari analisis SAP2000 pada tabel 4.X berikut.
Tabel 4.xx Rekapitulasi Gaya Dalam Maksimum Pada Ikatan angin
P Tekan P Tarik V2 V3 M2 M3
N N N N Nmm Nmm
-93370.2 143065.35 1720.67 167.49 397358.55 4401031.19
Sumber: Analisa SAP2000
A. Batang Tekan
1. Pengecekan Syarat Kelangsingan Elemen Penampang (Tekuk Lokal)
Berdasarkan SNI 03-1729-20002 halaman 30 dan 31 tabel kelangsingan
penampang dapat di cek menggunakan :
a. Sayap (Flange)
b
𝜆f
2 xtf
125
𝜆f 6,94
2 x9
250 250
𝜆pf 0.5
17,25
( fy) (210) 0.5
𝜆pf > 𝜆f = 17.25 > 6,94…OK!
b. Web (Badan)
h (2 xtf )
𝜆w
tw
250 (2 x9)
𝜆w 38,67
6
665 665
𝜆rw 0.5
45,89
( fy) (210) 0.5
λc ≤ 0.25 maka ω = 1
1,43
0.25 < λc <1.2 maka ω
1,6 0,67c
λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25 λc2
Penentuan nilai λc seperti yang disebutkan sebelumnya
1 Lk fy
λc dengan k = 1 (struktur sendi-sendi)
r E
4720 x1 210
λc = 1,75
3,14 x27,9 200000
Karena nilai λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25 λc2 = 1,25x1,752 = 3,81
4. Menghitung nilai Nn
Dari hasil perhitungan diatas dapat kita simpulkan bahwa Profil IWF
250x125x6x9 yang digunakan kuat menahan gaya ultimate batang
tekan yang terjadi pada bangunan.
B. Batang Tarik
Pada batang tarik, pengecekan yang harus dilakukan adalah dua macam,
yaitu pengecekan bila kegagalan leleh (yielding), kegagalan retak (fraktur),
Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1, berikut ini adalah prosedur dalam
menghitung kekuatan batan tarik untuk kondisi kegagalan retak (fraktur) :
1. Menentukan Nilai A
Nilai A didapat dari tabel profil
A= 37,66 cm2 = 3766 mm2
2. Menentukan Nilai Nn
∅Nn = 0,9 Ag x (0,75fy)
Sehingga didapatkan Nn = 533830,5 N= 533,8305 KN
Beban truk yang dimodelkan adalah beban terpusat pada roda truk yang
didistribusikan ke area pada pelat sebesar 500 kN untuk satu truk. Permodelan
beban truk dapat dilihat pada gambar 4.xx
Berikut ini merupakan rekapan gaya dalam maksimum yang diterima oleh
rangka utama yang dihasilkan dari kombinasi envelope service yang terdapat
pada analisis SAP2000 pada tabel 4.X berikut.
Tabel 4.xx Rekapitulasi Gaya Dalam Maksimum Pada Rangka Utama
Diagonal
380488.84 2653006.9 2132.15 402.85 1645932 3331481.8
Atas
Diagonal
2655781.4 0 5831.46 2359.43 14915929 9111662.8
Bawah
Horizontal 5775047.7 1687347.3 31548.96 1705.76 5936314 42531830
Sumber : Analisis SAP2000
A. Batang Tekan
1. Pengecekan Syarat Kelangsingan Elemen Penampang (Tekuk Lokal)
Berdasarkan SNI 03-1729-20002 halaman 30 dan 31 tabel kelangsingan
penampang dapat di cek menggunakan :
a. Sayap (Flange)
b
𝜆f
2 xtf
300
𝜆f 6,25
2 x 24
250 250
𝜆pf 12,35
fy 410
b. Web (Badan)
h (2 xtf )
𝜆w
tw
700 (2 x 24)
𝜆w 50,13
13
1680 1680
𝜆rw 82,97
( fy) 410
3. Menghitung nilai ω
Sebelum mendapatkan nilai ω, penentuan parameter kelangsingan
rangka utama vertical λc terlebih dahulu harus dilakukan. Selanjutnya, nilai
λc akan menentukan rumus yang akan digunakan untuk menghitung nilai ω
seperti persamaan berikut
λc ≤ 0.25 maka ω = 1
1,43
0.25 < λc <1.2 maka ω
1,6 0,67c
λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25 λc2
Penentuan nilai λc seperti yang disebutkan sebelumnya
1 Lk fy
λc dengan k = 1 (struktur sendi-sendi)
r E
7500 x1 410
λc = 1,6
3,14 x67,8 200000
B. Batang Tarik
Pada batang tarik, pengecekan yang harus dilakukan adalah dua macam,
yaitu pengecekan bila kegagalan leleh (yielding), kegagalan retak (fraktur),
Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1, berikut ini adalah prosedur
dalam menghitung kekuatan batan tarik untuk kondisi kegagalan retak
(fraktur) :
1. Menentukan Nilai A
Nilai A didapat dari tabel profil
A= 235,5 cm2 = 23550 mm2
2. Menentukan Nilai Nn
∅Nn = 0,9 Ag x (0,75fy)
Sehingga didapatkan Nn = 6517462.5 N= 6517,4625 KN
2. Batang Diagonal
A. Batang Diagonal Atas
Pada batang horizontal terdapat beberapa pengecekan kapasitas yaitu
kapasitas pada elemen tekan dan elemen tariknya. Berikut adalah data-data
yang dibutuhkan dalam menganalisa batang horizontal, seperti terlihat pada
tabel 4.xx dibawah ini:
Tabel 4.xx Data Spesifikasi Profil IWF 500x200x10x16 (tabel PT. Gunung Garuda)
H 500 mm fy 410 N/mm2
B 200 mm fr 82 N/mm2
tw (t1) 10 mm fl 328 N/mm2
tf (t2) 16 mm fu 550 N/mm2
r 20 poison 0.3
A 11420 mm2 J 702133.333 mm4
Ix 478000000 mm4 E 200000 N/mm2
Iy 21400000 mm4 G 76923.08
ix 205 mm L 6250 cm
iy 43.3 mm Iw 1337500000000
Sx 1910000 mm3 X1 12911.22508
Sy 214000 mm3 X2 0.000312647
Sumber : Tabel PT. Gunung Garuda
A. Batang Tekan
1. Pengecekan Syarat Kelangsingan Elemen Penampang (Tekuk Lokal)
b
𝜆f
2 xtf
200
𝜆f 6,25
2 x16
250 250
𝜆pf 12,35
fy 410
b. Web (Badan)
h (2 xtf )
𝜆w
tw
500 (2 * 16)
𝜆w 46,8
10
1680 1680
𝜆rw 82,97
( fy) 410
Lk 6250
𝜆 144,3 200
iy 67,8
Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan nilai kelangsingan struktur,
yaitu 𝜆 = 144,3 Dengan nilai kelangsingan seperti diatas, kelangsingan
profil memenuhi syarat. Syarat kelangsingan profil adalah kurang dari 200.
Maka, penggunaan profil IWF 500x200x10x16 diijinkan.
6. Menghitung nilai ω
Sebelum mendapatkan nilai ω, penentuan parameter kelangsingan
rangka utama horizontal λc terlebih dahulu harus dilakukan. Selanjutnya,
nilai λc akan menentukan rumus yang akan digunakan untuk menghitung
nilai ω seperti persamaan berikut
λc ≤ 0.25 maka ω = 1
1,43
0.25 < λc <1.2 maka ω
1,6 0,67c
λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25 λc2
Penentuan nilai λc seperti yang disebutkan sebelumnya
1 Lk fy
λc dengan k = 1 (struktur sendi-sendi)
r E
6250 x1 410
λc = 2,08
3,14 x 43,3 200000
Karena nilai λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25 λc2 = 5,41
7. Menghitung nilai Nn
Daya dukung nominal komponen sturktur tekan dapat dihitung
menggunakan perumusan sebagai berikut :
fy
Nn AgxFcr Agx
410
Nn 11420 x 864691.40 N
5,41
Sehingga didapat nilai Nn = 864,69 kN
∅Nn 778,22kN
B. Batang Tarik
Pada batang tarik, pengecekan yang harus dilakukan adalah dua macam,
yaitu pengecekan bila kegagalan leleh (yielding), kegagalan retak (fraktur),
Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1, berikut ini adalah prosedur
dalam menghitung kekuatan batan tarik untuk kondisi kegagalan retak
(fraktur) :
1. Menentukan Nilai A
Nilai A didapat dari tabel profil
A= 114,2cm2 = 11420 mm2
2. Menentukan Nilai Nn
∅Nn = 0,9 Ag x (0,75fy)
Sehingga didapatkan Nn = 3160485 N= 3160,485KN
iy 63.9 mm Iw 25515000000000
Sx 9140000 mm3 X1 12485.75442
Sy 843000 mm3 X2 0.000372233
Sumber : Tabel PT. Gunung Garuda
A. Batang Tekan
1. Pengecekan Syarat Kelangsingan Elemen Penampang (Tekuk Lokal)
Berdasarkan SNI 03-1729-20002 halaman 30 dan 31 tabel kelangsingan
penampang dapat di cek menggunakan :
a. Sayap (Flange)
b
𝜆f
2 xtf
300
𝜆f 5,35
2 x 28
250 250
𝜆pf 12,35
fy 410
b. Web (Badan)
h (2 xtf )
𝜆w
tw
900 (2 x 28)
𝜆w 52,75
16
1680 1680
𝜆rw 82,97
( fy) 410
Lk
𝜆 200
iy
Dapat diketahui bahwa pada rangka utama horizontal yang digunakan
dikedua ujung tumpuan adalah sendi-sendi pada semua arah sumbu
penampang, sehingga Lk = L, dan terdapat 1 jenis panjang bentang rangka
diagonal bawah, yaitu berupa 625 cm ikatan angin atas pada perhitungan
kelangsingan sturktur, yaitu:
Lk 6250
𝜆 97,8 200
iy 67,8
Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan nilai kelangsingan struktur,
yaitu 𝜆 = 9,78. Dengan nilai kelangsingan seperti diatas, kelangsingan profil
memenuhi syarat. Syarat kelangsingan profil adalah kurang dari 200. Maka,
penggunaan profil IWF 700x300x13x24 diijinkan.
3. Menghitung nilai ω
Sebelum mendapatkan nilai ω, penentuan parameter kelangsingan
rangka utama horizontal λc terlebih dahulu harus dilakukan. Selanjutnya,
nilai λc akan menentukan rumus yang akan digunakan untuk menghitung
nilai ω seperti persamaan berikut
λc ≤ 0.25 maka ω = 1
1,43
0.25 < λc <1.2 maka ω
1,6 0,67c
λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25 λc2
Penentuan nilai λc seperti yang disebutkan sebelumnya
1 Lk fy
λc dengan k = 1 (struktur sendi-sendi)
r E
6250 x1 410
λc = 1,41
3,14 x63,9 200000
Karena nilai λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25 λc2= 2,49
4. Menghitung nilai Nn
B. Batang Tarik
Pada batang tarik, pengecekan yang harus dilakukan adalah dua macam,
yaitu pengecekan bila kegagalan leleh (yielding), kegagalan retak (fraktur),
Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1, berikut ini adalah prosedur
dalam menghitung kekuatan batan tarik untuk kondisi kegagalan retak
(fraktur) :
1. Menentukan Nilai A
Nilai A didapat dari tabel profil
A= 309,8 cm2 = 30980 mm2
2. Menentukan Nilai Nn
∅Nn = 0,9 Ag x (0,75fy)
Sehingga didapatkan Nn = 8573715 N= 8573,715 KN
3. Batang Horizontal
Pada batang horizontal terdapat beberapa pengecekan kapasitas yaitu
kapasitas pada elemen tekan dan elemen tariknya. Berikut adalah data-data
yang dibutuhkan dalam menganalisa batang horizontal, seperti terlihat pada
tabel 4.xx dibawah ini:
Tabel 4.xx Data Spesifikasi Profil IWF 900x300x16x28 (tabel PT. Gunung Garuda)
H 900 mm fy 410 N/mm2
B 300 mm fr 82 N/mm2
tw (t1) 16 mm fl 328 N/mm2
tf (t2) 28 mm fu 550 N/mm2
r 28 poison 0.3
A 30980 mm2 J 5542741.333 mm4
Ix 4110000000 mm4 E 200000 N/mm2
Iy 126000000 mm4 G 76923.08
ix 364 mm L 5000 cm
iy 63.9 mm Iw 25515000000000
Sx 9140000 mm3 X1 12485.75442
Sy 843000 mm3 X2 0.000372233
Sumber : Tabel PT. Gunung Garuda
A. Batang Tekan
1. Pengecekan Syarat Kelangsingan Elemen Penampang (Tekuk Lokal)
Berdasarkan SNI 03-1729-2002 halaman 30 dan 31 tabel kelangsingan
penampang dapat di cek menggunakan :
a. Sayap (Flange)
b
𝜆f
2 xtf
300
𝜆f 5,35
2 x 28
250 250
𝜆pf 12,35
fy 410
b. Web (Badan)
h (2 xtf )
𝜆w
tw
900 (2 x 28)
𝜆w 52,75
16
1680 1680
𝜆rw 82,97
( fy) 410
nilai 𝜆rf > 𝜆f dan nilai 𝜆rw > 𝜆w, sehingga Profil 900x300x16x28 tidak
terjadi tekuk lokal
3. Menghitung nilai ω
Sebelum mendapatkan nilai ω, penentuan parameter kelangsingan
rangka utama horizontal λc terlebih dahulu harus dilakukan. Selanjutnya,
nilai λc akan menentukan rumus yang akan digunakan untuk menghitung
nilai ω seperti persamaan berikut
λc ≤ 0.25 maka ω = 1
1,43
0.25 < λc <1.2 maka ω
1,6 0,67c
λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25 λc2
Penentuan nilai λc seperti yang disebutkan sebelumnya
1 Lk fy
λc dengan k = 1 (struktur sendi-sendi)
r E
5000 x1 410
λc = 1,13
3,14 x63,9 200000
1,43
Karena nilai maka 0.25 < λc <1.2 maka ω = 1,69
1,6 0,67c
4. Menghitung nilai Nn
Daya dukung nominal komponen sturktur tekan dapat dihitung
menggunakan perumusan sebagai berikut :
fy
Nn AgxFcr Agx
410
Nn 30980 x 7497199.281N
1,69
Sehingga didapat nilai Nn = 7497,199281 kN
∅Nn = 6747,48 kN
Kemudian, didapatkan nilai ∅Nn = 6747,48 kN, dibandingkan dengan
besar nilai Nu =5775.04767 kN, Nn.> Nu …OK!
Dari hasil perhitungan diatas dapat kita simpulkan bahwa Profil IWF
900x300x16x28 yang digunakan kuat menahan gaya ultimate batang
tekan yang terjadi pada bangunan.
B. Batang Tarik
Pada batang tarik, pengecekan yang harus dilakukan adalah dua macam,
yaitu pengecekan bila kegagalan leleh (yielding), kegagalan retak (fraktur),
Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1, berikut ini adalah prosedur
dalam menghitung kekuatan batan tarik untuk kondisi kegagalan retak
(fraktur) :
1. Menentukan Nilai A
Nilai A didapat dari tabel profil
A= 309,8 cm2 = 30980 mm2
2. Menentukan Nilai Nn
∅Nn = 0,9 Ag x (0,75fy)
Sehingga didapatkan Nn = 8573715 N= 8573,715 KN
f. Kontrol Lendutan
Berdasarkan SNI 03-1729-2002 pasal 6.4.3 batas lendutan izin maksimum
yang di perbolehkan untuk rangka utama adalah :
L 50m
Lendutan izin ( f izin ) 0,1389m 13,89cm
360 360
Sedangkan untuk hasil lendutan maksimum yang didapatkan dari SAP2000
adalah 7,99 cm seperti yang ditunjukkan pada gambar XX
P V2 V3
N N N
555963.32 292186.03 122.38
Sumber : Analisa SAP2000
Tabel XX Spesifikasi Baut Mutu Tinggi dan Pelat Penyambung BJ 55
Spesifikasi Baut A325 Mutu Tinggi
Fu Baut 830 MPa
Fy Baut 660 MPa
Diameter Baut 25 Mm
Pu
Baut
Rn
555963.32
Baut 2,43 4 buah baut. (untuk 2 flange)
229060.5
c. Kontrol syarat geser
Vu
f uv 0.5 fu b m
n Ab
2092186,03
f uv 0.5 0.75 830 2
4 490,625
f uv 198,52 622,5 N ……OK
d. Kontrol syarat tarik
Tu
Rnt ft Ab
n
0.8 555963,32
Rnt 0.75 807 1.5 198,52 490,625
4
Rnt 187381 111192.664N ……OK
Berdasarkan perhitungan di atas, maka sambungan gelagar melintang
dan gelagar memanjang, digunakan 4 buah baut dengan diameter 25
mm serta tebal pelat penyambung adalah 20 mm.
P V2 V3
N N N
238563.58 507144.82 29429.58
Sumber : Analisa SAP2000
Tabel XX Spesifikasi Baut Mutu Tinggi dan Pelat Penyambung BJ 55
Diameter Baut 25 Mm
Tebal Pelat 20 Mm
Sumber : SNI 03-2847-2013
Tipe sambungan gelagar melintang dan gelagar memanjang yang
direncanakan adalah tipe tumpu dengan menggunakan pelat tambahan, adapun
langkah-langkah perhitungannya menurut Agus Setiawan Bab 6 adalah sebagai
berikut
a. Tinjauan tahanan baut
Geser : Rn r 2 fu b m Ab
: Rn 0.75 0.4 830 2 490,625 305414,1 N/baut
Pu
Baut
Rn
507144,82
Baut 2,21 4 buah baut. (untuk 2 flange)
229060,5
c. Kontrol syarat geser
Vu
f uv 0.5 fu b m
n Ab
507144.82
f uv 0.5 0.75 830 2
2 490,625
f uv 516,84 622.5N ……OK
d. Kontrol syarat tarik
Tu
Rnt ft Ab
n
0.8 238563,58
Rnt 0.75 807 1.5 516,84 490,625
2
Rnt 11681,82 95425.432N ……OK
Berdasarkan perhitungan di atas, maka sambungan gelagar melintang
dan gelagar memanjang, digunakan 2 buah baut dengan diameter 25
mm serta tebal pelat penyambung adalah 20 mm.
P V2 V3
N N N
1687347.3 31548.96 1678.5
Sumber : Analisa SAP2000
Tabel XX Spesifikasi Baut Mutu Tinggi dan Pelat Penyambung BJ 55
Spesifikasi Baut A325 Mutu Tinggi
Fu Baut 830 MPa
Fy Baut 660 MPa
Diameter Baut 25 Mm
Abd 490,625 mm2
Tebal Pelat 20 Mm
Sumber : SNI 03-2847-2013
Tipe sambungan gelagar melintang dan gelagar memanjang yang
direncanakan adalah tipe tumpu dengan menggunakan pelat tambahan, adapun
langkah-langkah perhitungannya menurut Agus Setiawan Bab 6 adalah sebagai
berikut
a. Tinjauan tahanan baut
Geser : Rn r 2 fu b m Ab
: Rn 0.75 0.4 830 2 490,625 305414,1 N/baut
Pu
Baut
Rn
1687347.3
Baut 7,36 8 buah baut. (untuk 2 flange)
229060,5
c. Kontrol syarat geser
Vu
f uv 0.5 fu b m
n Ab
31548.96
f uv 0.5 0.75 830 2
8 490,625
f uv 8,04 622.5N ……OK
P V2 V3
N N N
705317.82 5831.46 162.67
Sumber : Analisa SAP2000
Tabel XX Spesifikasi Baut Mutu Tinggi dan Pelat Penyambung BJ 55
Spesifikasi Baut A325 Mutu Tinggi
Fu Baut 830 MPa
Fy Baut 660 MPa
Diameter Baut 29 Mm
Pu
Baut
Rn
705317.82
Baut 18,73 20 buah baut. (untuk 2 flange)
308223.88
c. Kontrol syarat geser
Vu
f uv 0.5 fu b m
n Ab
5831.46
f uv 0.5 0.75 830 2
20 660.185
f uv 0,46 622.5N ……OK
d. Kontrol syarat tarik
Tu
Rnt ft Ab
n
P V2 V3
N N N
1900142.3 0 7692.25
Sumber : Analisa SAP2000
Tabel XX Spesifikasi Baut Mutu Tinggi dan Pelat Penyambung BJ 55
Spesifikasi Baut A325 Mutu Tinggi
Fu Baut 830 MPa
Diameter Baut 25 Mm
Abd 490,625 mm2
Tebal Pelat 20 Mm
Sumber : SNI 03-2847-2013
Tipe sambungan gelagar melintang dan gelagar memanjang yang
direncanakan adalah tipe tumpu dengan menggunakan pelat tambahan, adapun
langkah-langkah perhitungannya menurut Agus Setiawan Bab 6 adalah sebagai
berikut
a. Tinjauan tahanan baut
Geser : Rn r 2 fu b m Ab
: Rn 0.75 0.4 830 2 490,625 305414,1 N/baut
Pu
Baut
Rn
1900142.3
Baut 8,3 10 buah baut. (untuk 2 flange)
49500
c. Kontrol syarat geser
Vu
f uv 0.5 fu b m
n Ab
0,6.1900142.3
f uv 0.5 0.75 830 2
10 490,625
f uv 198,51 622.5N ……OK
d. Kontrol syarat tarik
Tu
Rnt ft Ab
n
0.8 1900142.3
Rnt 0.75 807 1.5 198,51 490,625
10
Rnt 154440.1 152011.38N ……OK
Berdasarkan perhitungan di atas, maka sambungan gelagar melintang
dan gelagar memanjang, digunakan 10 buah baut dengan diameter 25
mm serta tebal pelat penyambung adalah 20 mm.
P V2 V3
N N N
2653006.9 2132.15 402.85
Sumber : Analisa SAP2000
Tabel XX Spesifikasi Baut Mutu Tinggi dan Pelat Penyambung BJ 55
Spesifikasi Baut A325 Mutu Tinggi
Fu Baut 830 MPa
Diameter Baut 25 Mm
Tebal Pelat 20 Mm
Sumber : SNI 03-2847-2013
Tipe sambungan gelagar melintang dan gelagar memanjang yang
direncanakan adalah tipe tumpu dengan menggunakan pelat tambahan, adapun
langkah-langkah perhitungannya menurut Agus Setiawan Bab 6 adalah sebagai
berikut
a. Tinjauan tahanan baut
Geser : Rn r 2 fu b m Ab
: Rn 0.75 0.4 830 2 490,625 305414,1 N/baut
Pu
Baut
Rn
2653006.9
Baut 11,58 12 buah baut. (untuk 2 flange)
229060,5
c. Kontrol syarat geser
Vu
f uv 0.5 fu b m
n Ab
2132.15
f uv 0.5 0.75 830 2
12 490,625
f uv 0,36 622.5N ……OK
d. Kontrol syarat tarik
Tu
Rnt ft Ab
n
0.8 2653006.9
Rnt 0.75 807 1.5 036 490,625
12
Rnt 296750.9 176867.13N ……OK
Berdasarkan perhitungan di atas, maka sambungan gelagar melintang
dan gelagar memanjang, digunakan 12 buah baut dengan diameter 25
mm serta tebal pelat penyambung adalah 20 mm.
P V2 V3
N N N
2655781.4 5831.46 2267.51
Sumber : Analisa SAP2000
Tabel XX Spesifikasi Baut Mutu Tinggi dan Pelat Penyambung BJ 55
Spesifikasi Baut A325 Mutu Tinggi
Fu Baut 830 MPa
Tebal Pelat 20 Mm
Sumber : SNI 03-2847-2013
Tipe sambungan gelagar melintang dan gelagar memanjang yang
direncanakan adalah tipe tumpu dengan menggunakan pelat tambahan, adapun
langkah-langkah perhitungannya menurut Agus Setiawan Bab 6 adalah sebagai
berikut
a. Tinjauan tahanan baut
Geser : Rn r 2 fu b m Ab
: Rn 0.75 0.4 830 2 490,625 305414,1 N/baut
Pu
Baut
Rn
2655781.4
Baut 11,59 12 buah baut. (untuk 2 flange)
49500
c. Kontrol syarat geser
Vu
f uv 0.5 fu b m
n Ab
2132.15
f uv 0.5 0.75 830 2
12 490,625
f uv 0,99 622.5N ……OK
d. Kontrol syarat tarik
Tu
Rnt ft Ab
n
0.8 2655781.4
Rnt 0.75 807 1.5 0,99 490,625
12
Rnt 296404.1 84985.01N ……OK
Berdasarkan perhitungan di atas, maka sambungan gelagar melintang
dan gelagar memanjang, digunakan 12 buah baut dengan diameter 25
mm serta tebal pelat penyambung adalah 20 mm.
PLL 907.61
s 2.33
A 39000
s 7 MPa => 4.93 < 7, Maka OK!
G 0.7
A 14,76 > s , maka OK!
2 A B 2(0.034) 0.021
Perhitungan extension
Ls = 50000 mm
= 0.0003
= 0.8
= 0.000011
Tmin = 12
Tmax = 38
Tinstall = 25
T = 26
= 0
mm
temp .Ls .T 1000. ; temp 14.3
m
mm
shrink ..Ls 1000. ; shrink 12
m
shrink temp
58,44mm
0.45
T T
4 shrink install min x temp 76,6mm
Tmax Tmin
W=80mm
Tinstall = 25oC, W25 = 0.6W= 48
25 Tinstall
Tinstall = 12oC, W12 = 0.6 xW .
Tmax Tmin temp
W12 = 55,15
Tinstall 25
Tinstall = 38oC, W38 = 0.6 xW .
Tmax Tmin temp
W38 = 40,85