Anjarsari I.R.D.
Abstract Indonesia tea is known for having umur daun, serta jenis petikan. Dipandang dari sisi
catechin content (natural antioxidants) is the kesehatan, makin tinggi katekin berarti makin
highest in the world. Catechins are a derivative of bermanfaat buat kesehatan. Akan tetapi
poliphenol which have high antioxidant proper- sebaliknya, ditinjau dari sisi rasa, memiliki
ties. Factor that affecting the levels of catechins are perbandingan yang terbalik. Katekin berperan
tea varieties and clones, altitude, age of leaves, and penting di dalam menentukan aroma dan rasa.
plucking type. Considered from the standpoint of Katekin merupakan senyawa tidak berwarna dan
health, the higher catechin mean more beneficial to larut dalam air serta membawa sifat pahit dan
health. But otherwise, in terms of the taste, has a sepat pada seduhan teh. Senyawa ini paling
reverse ratio. Catechins, also plays an important penting dalam daun teh karena dapat menentukan
role in determining the flavour and flavor. Bitter kualitas teh dalam pengolahanya. Katekin dalam
taste from tea is strongly influenced by these teh merupakan senyawa kompleks yang tersusun
substances. It means that the higher catechin, will atas epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epi-
lead to higher the bitterness. Catechins are galokatekin (EGC), epigalokatekin galat (EGCG),
colorless compound, soluble in water, carrying of dan galokatekin (GC). Komponen yang mendo-
bitter taste and astringent properties in steeping minasi yaitu epigalokatekin dan epigalokatekin
tea. The compound is the most important thing in galat. Kandungan katekin berkisar antara 20-30%
tea leaves because it can determine the quality in dari seluruh berat kering daun. Dalam pengolahan,
tea processed. Catechin in tea are complex secara langsung atau tidak langsung, perubahan
compounds composed of epicatechin (EC), katekin selalu dihubungkan dengan semua sifat teh
epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), jadi, yaitu rasa, warna, dan aroma. Katekin yang
epigallocatechin gallate (EGCG), and galokatekin mendominasi 20% berat kering teh merupakan
(GC). The dominant component namely substansi utama yang menyebabkan teh memenuhi
epigallocatechin, and epigallocatechin gallate. persyaratan sebagai minuman fungsional
Catechin tea is the main substance that causes tea
qualify as functional beverages, content ranges Kata kunci : Katekin ∙ Poliphenol ∙
between 20-30% of the dry weight of the leaves. In Minuman fungsional
the processing, directly or indirectly, catechins
change is always associated with all properties of ___________________________________________
tea included the taste, color and flavour.
Pendahuluan
Keywords: Catechin ∙ Poliphenol ∙
Functional beverages Teh di Indonesia. Perkebunan sebagai salah satu
sub sektor pertanian, memiliki peran yang cukup
Sari Teh Indonesia dikenal karena memiliki penting dalam pembangunan pertanian Indonesia.
kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di Perkebunan teh merupakan salah satu bentuk
dunia Katekin adalah salah satu turunan dari perkebunan yang sudah lama dibudidayakan di
poliphenol yang memiliki khasiat antioxidant yang Indonesia. Teh adalah bahan minuman penyegar
tinggi. Faktor yang mempengaruhi kadar katekin yang sudah lama dikenal dan sudah membudaya
adalah varietas dan klon teh, ketinggian tempat, dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Beberapa
kandungan senyawa kimia dalam teh dapat
Dikomunikasikan oleh Tati Nurmala memberi kesan warna, rasa dan aroma yang
Anjarsari I.R.D. memuaskan peminumnya. Sehingga sampai saat
Padjadjaran University Doctoral Student, ini, teh adalah salah satu minuman penyegar yang
Agricultural Faculty, UNPAD Jatinangor, West Java, banyak diminati. Selain sebagai bahan minuman,
Indonesia Korespondensi: intan.ratna@unpad.ac.id
teh juga banyak dimanfaatkan untuk obat-obatan sekunder memiliki struktur yang lebih komplek
dan kosmetika (Diah Indarti, 2015) Selain sebagai dan sulit disintesa, jarang dijumpai di pasaran
produsen, Indonesia juga merupakan negara karena masih sedikit (15%) yang telah berhasil
eksportir teh pada urutan kelima di dunia dari segi diisolasi sehingga memiliki nilai ekonomi tinggi
volume setelah Sri Lanka, Kenya Cina dan India. (mahal harganya).
Perkembangan produktivitas teh di Indo- Katekin merupakan salah satu senyawa
nesia selama tahun 2003-2014 cenderung berfluk- utama dari substansi teh hijau dan paling
tuasi. Produktivitas teh nasional tertinggi terjadi berpengaruh terhadap mutu daun teh. Dalam
pada tahun 2009 sebesar 1.571 kg/ha, namun pada pengolahannya, senyawa tidak berwarna ini,
tahun 2010 menurun menjadi 1.533 kg/ha dan baik langsung maupun tidak langsung selalu
pada tahun 2014 menjadi 1.464 kg/ha (Direktorat dihubungkan dengan semua sifat produk teh.
Jenderal Perkebunan, 2014) Pola perkembangan yaitu rasa, warna dan aroma. Tabel 1 adalah
produksi teh nasional serupa dengan pola gambaran kadar katekin pada beberapa jenis teh
perkembangan produksi teh PBN. Hal ini tidak di beberapa produsen teh.
luput dari besarnya kontribusi produksi teh dari
PBN terhadap produksi teh nasional walaupun Tabel 1. Katekin pada Beberapa Jenis Teh
kontribusinya semakin meningkat. Sementara itu Berdasarkan Negara Penghasil.
perkembangan produksi teh yang berasal dari PR
Negara Jenis Teh Substansi
dan PBS juga cenderung meningkat demikian juga
katekin (% b.k)
dengan kontribusinya. Berdasarkan kontribusinya
Indonesia Teh hitam 8,24
selama tahun 2010-2014, PBN menguasai 42,41%
ortodox
total produksi teh Indonesia, diikuti oleh PR
Teh hitam CTC 7,02
dengan kontribusi sebesar 34,64% dan PBS sebesar
Teh hijau ekspor 11,60
22,95% Pada tahun 2012 terjadi penurunan
Teh hijau lokal 10,61
konsumsi teh per kapita per tahun yang cukup
Teh wangi 9,28
signifikan, konsumsi per kapita pada tahun
Jepang Sencha 5,06
tersebut sebesar 0,52 kg/tahun. Agar tidak terjadi
Cina Teh oolong 6,73
penurunan konsumsi terus menerus maka Teh wangi 7,47
pemerintah mengambil tindakan dengan melaku- Sri lanka Teh hitam BOP 7,39
kan promosi teh di dalam negeri yang berguna
untuk mendongkrak tingkat konsumsi masyarakat Sumber : (Bambang et al. , 1995)
untuk minum teh. Pada tahun 2014 konsumsi teh
di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,61
Faktor yang mempengaruhi kadar katekin
kg/kapita/tahun, dalam hal ini upaya pemerintah
adalah varietas dan klon teh, ketinggian tempat,
berhasil (Sekjen Kementan, 2015)
waktu panen teh. Pucuk pertama daun teh,
kandungan katekinnya lebih tinggi dibanding
Katekin Penentu Kualitas Perdagangan.
daun teh yang lainnya. Begitu juga waktu
Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandu-
panen. Teh Jepang yang dipanen pertama
ngan katekin (antioksidan alami) tertinggi di
kandungan katekinnya paling rendah dibanding
dunia. Kebanyakan produksi teh Indonesia
dengan panen-panen pada bulan berikutnya,
adalah teh hitam, diikuti oleh teh hijau
kecuali untuk teh putih, teh ini memiliki
(http://www.indonesia-investments.com, 2015).
kandungan katekin yang paling tinggi, karena
Katekin merupakan salah satu bentuk metabolit
selain mengalami proses yang sangat singkat,
sekunder yang terkandung dalam daun teh.
daun yang digunakan adalah pucuk daun yang
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang
benar-benar sangat muda (peko saja). Pada
dihasilkan atau disintesa pada sel dan group
Tabel 2 berikut ini menggambarkan kandungan
taksonomi tertentu pada tingkat pertumbuhan
atau stress tertentu. Senyawa metabolit katekin yang terdegradasi pada pengolahan teh
oolong, teh hijau dan teh hitam.
Tabel 2. Senyawa Katekin yang Terdegradasi pada Pengolahan Berbagai Jenis Teh.
Jenis Teh Kandungan katekin Kandungan katekin Katekin terdegradasi
sebelum pengolahan (%) setelah pengolahan (%) dalam pengolahan (%)
Teh oolong 13,76 9,49 31,03
Teh hijau 13,76 10,04 27,03
Teh hitam 13,76 5,91 57,70
Sumber : Karori et al (2007)
Dilihat dati Tabel 2 diatas, tampak jelas Kafein merupakan senyawa purin alkaloid,
bahwa kadar katekin teh hijau masih di atas juga merupakan komponen penting dalam
kadar katekin teh hitam. Khasiat yang dimiliki menentukan citarasa teh terutama rasa pahit/
oleh teh berasal dari kandungan senyawa kimia sepetnya. Tetapi karena sifat pharmatologi dari
yang terdapat dalam daun teh. Senyawa kimia kafein yang merangsang sistem syaraf sentral,
yang terkandung dalam daun teh terdiri dari kafein yang tinggi pada daun teh kurang
empat kelompok besar yaitu golongan fenol, diinginkan (Takeda, 1994 dalam Mitrowihardjo,
bukan fenol, aromatis dan enzim. Keempat 2012). Kandungan katekin mencapai 30% dari
kelompok senyawa kimia tersebut bersama- berat kering, sedangkan kandungan kafein
sama mendukung terjadinya sifat-sifat yang baik hanya 5 % dari berat kering (Graham, 1992).
pada seduhan daun teh, apabila pengen- Dalam pembuatan teh hitam daun harus
daliannya selama pengolahan dapat dilakukan dipecah menjadi bagian-bagian kecil. Hal ini
dengan tepat. Katekin merupakan kelompok memungkinkan sito-plasmik polifenol oksidase
terbesar dari komponen daun teh, terutama untuk mengoksidasi flavan-3-ols di vakuola.
kelompok katekin flavanol. Akibat utama dari proses enzim oksidasi ini,
Gambar 1 adalah rumus bangun katekin, secara resmi dikenal sebagai proses fermentasi,
sedangkan Gambar 2 menjelaskan jalur biosin- adalah polimerisasi dari mono-mer flavan-3-ol
tesis katekin. untuk bentuk thearubigins (TRs) dan theaflavins
(TFs). Zat kimia yang terkandung dalam TRs
belum diketahui dan sulit untuk dianalisis
(Whitehead and Temple, 1992). Sedangkan TFs
sangat berkorelasi dengan kualitas teh. Seperti
dijelaskan oleh Owour dan Obanda (1995),
bahwa theaflavins digallat sangat penting untuk
memprediksi kualitas teh hitam di Kenya.
Gambar 1. Rumus Bangun Katekin. Konsentrasi katekin sangat tergantung umur
daun. Pucuk dan daun pertama paling kaya
Katekin tersintesis dalam daun teh melalui katekin galat. Kadar katekin bervariasi
empat jalur yaitu isoprene pathway, polyketide tergantung pada varietas tanaman tehnya (Andi
pathway, shikimate pathway, dan amino acid Nur Alam Syah, 2006).
pathway. Sebagian besar flavanoins/polyphenol Oksidasi enzimatis daun teh segar meng-
di daun teh terdiri atas katekin seperti induksi terjadinya enzymatic oxidation flavan-3-ol
epicatechin (EC), epigallocatechin (EGC), epica- (katekin) menghasilkan dua pigmen utama dalam
techin gallate (ECG) dan epigallocachin gallate teh hitam yaitu theaflavin (TF) dan thearubigin (TR).
(EGCG). Epicatechin (EC) dan epigallocatechin Theaflavin terdiri atas empat jenis yaitu nongallated
(EGC) memunculkan rasa sedikit sepet (pahit) theaflavin (TF), mono-gallated theaflavin (TF-3g dan
dengan sedikit manis setelah diminum, sedang- TF-3’g), dan digallated theaflavin (TF-3,3’dg) (Menet
kan bentuk gallatenya (EGC dan EGCG) et al., 2004 cit Mitrowihardjo, 2012). Keberadaan
memunculkan rasa sepet yang kuat (Yamanishi, theaflavin dalam teh hitam akan ditentukan oleh
1991 dalam Mitrowihardjo, 2012).Senyawa- komposisi flavan-3-ol (katekin) pada pucuk daun
senyawa katekin tersebut mempunyai manfaat teh yang diolah (Wright et al., 2002 dalam
karena sifatnya dalam meniadakan bau, sebagai Mitrowihardjo, 2012). Perubahan dari flavan-3-ol
antioxidant berkemampuan untuk menghambat (katekin) menjadi theaflavin (TF) dapat dilihat pada
pertumbuhan jamur, tumor dan virus. Tabel 3 berikut ini.
Theaflavin banyak dikaitkan dengan kua- dan C. sinensis var. sinensis menunjukkan kan-
litas karena pengaruhnya pada astringency, dungan kafein yang rendah, tetapi kandungan
brightness dan briskness, sedang thearubigin flavanoidnyanya juga rendah (Takeda, 1994).
terkait dengan kualitas karena kontribusinya Pada kebun Pagilaran, beberapa klon telah diuji
pada warna, kekuatan (strength), dan rasa di kandungan katekinnya guna menduga mutu
mulut (mouthfell) (Sud and Asha, 2000 ) dari klon teh tersebut.Total katekin klon GMB 9,
PGL 10, TRI 2025 lebih tinggi dibanding dengan
___________________________________________ klon yang laindi lokasi dengan ketinggian 1346
Teknologi Budidaya untuk mdpl, sedangkan klon PGL 15, GMB 9 lebih
Meningkatkan Katekin dalam Teh tinggi dibanding dengan klon yang lain di lokasi
dengan ketinggian 889-925 m dpl. Mutu teh
Kadar katekin dalam daun teh sanagt dipenga- berkorelasi sangat nyata dengan berat peko per
ruhi oleh banyak faktor, diantaranya jenis petak, jumlah peko per tanaman, berat pucuk
varietas dan klon teh, ketinggian tempat dimana peko dan burung per petak dan berkorelasi
pucuk dihasilkan, pengaruh petikan, serta nyata dengan rasa (Mitrowihardjo, 2012).
proses selama pengolahan di pabrik. Ketinggian tempat. Intensitas sinar mata-
hari dan suhu berpengaruh terhadap pertum-
Varietas dan klon teh. Kandungan katekin
pada pucuk teh varietas Assamica lebih banyak buhan pucuk, sehingga semakin tinggi tempat
dibandingkan dengan varietas sinensis (Andi teh dibudidayakan diperkirakan pertumbuhan
Nur Alam Syah 2006) Namun varietas sinensis pucuk semakin lambat dan total katekin
memiliki aroma lebih baik karena kandungan semakin bertambah. Logika tersebut sejalan
asam aminonya lebih tinggi. Tanaman teh yang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
dibudidayakan di Indonesia hampir 100% Mahanta dan Baruah (1988) bahwa perbedaan
merupakan varietas Assamica ekosistem (ketinggian) cenderung berpengaruh
terhadap kualitas teh utamanya aroma, namun
demikian tidak terlalu nyata berbeda. Kondisi
Tabel 6. Kandungan Katekin pada Pucuk
iklim untuk pertumbuhan teh yang baik di
Teh (Camellia sinensis) Varietas Assamica
Jepang adalah suhu rata-rata sepanjang tahun
dan Varietas Sinensis.
11,5o – 18,0 oC dengan rerata hujan 1.500 – 2.000
Varietas Katekin (%) Katekin mm per tahun. Umumnya hasilnya tinggi di
C EC EGC ECG EGCG Total wilayah dengan suhu lebih dari 16 oC, dan
Assamica 0,02 1,44 0,35 0,35 12,10 17,26 rendah di wilayah dengan temperatur kurang
Sinensis 0,07 1,13 2,38 2,38 8,59 13,52 dari 14 oC, sedang kualitas mempunyai tendensi
Sumber : Yamamoto et al. 1997 yang berkebalikan dengan hasil tadi (Hara,
1999). Hara (1999) menyatakan bahwa
Teh hijau dari klon berdaun sempit (C. umumnya hasil teh tinggi di wilayah dengan
sinensis var. sinensis) menunjukkan epigallo- suhu lebih dari 16 oC dan rendah di wilayah
catechin gallate (EGCG) dan epigallocatechin dengan suhu kurang dari 14 oC, sedang kualitas
(EGC) yang tinggi, sedang teh hijau dari klon mempunyai tendensi yang berkebalikan dengan
berdaun lebar (C. sinensis var assamica) hasil tadi. Dapat diartikan bahwa bahwa hasil
menunjukkan epicatechin gallate (ECG) dan teh akan tinggi di lokasi yang rendah, dan hasil
epicatechin (EC) yang tinggi (Zhonghua et al., teh akan rendah pada lokasi yang tinggi, sedang
1995 dalam Mitrowihardjo, 2012). Hal yang kualitas teh (katekin) mempunyai tendensi yang
berbeda dilaporkan oleh Nakagawa (1970) berkebalikan dengan hasil teh tersebut. Hasil
bahwa klon yang biasa digunakan untuk penelitian Santoso dkk. (2009), bahwa kisaran
memproduksi teh hitam (klon berdaun lebar) total katekin GMB 1 sampai dengan GMB 11
kaya akan kandungan katekin terutama ECG yang ditanam di Gambung berkisar antara 13,9
dan EGCG (bentuk gallatenya). Kandungan sampai dengan 17,1 % berat kering, sedang total
katekin TRI 2025 adalah 15,7 % berat kering.
dengan flavanoid yang tinggi dan kafein redah
Besar kemungkinan perbedaan pengelolaan
sangat diperlukan dalam pemuliaan tanaman
tanaman, kesuburan lahan, kondisi lingkungan,
teh. Kultivar teh dengan flavanoid tinggi banyak
serta perbedaantinggi tempat berpengaruh
ditemukan dari C. sinensis var assamica yang
terhadap total katekin yang dihasilkan
umumnya ditanam di India, namun kafein juga
Umur daun. Semakin muda umur daun
tinggi. Kultivar dari Jepang yang umumnya
akan semakin tinggi pula kadar katekinnya.
merupakan hibrid dari C. sinensis var assamica
Artinya bagian pucuk peko memiliki kandu- dikatalisa oleh enzim polifenol oksidase.Proses
ngan katekin tertinggi dibandingan daun bagian oksidasi senyawa katekin sangat mudah terjadi
bawahnya. Sebagai gambaran dalam Tabel 1 karena enzim polifenol oksidase tersimpan
berikut ini disajikan daftar kandungan zat dalam sitoplasma, sedangkan katekin ada dalam
katekin dan caffein pada bagian-bagian pucuk vakuola. Pemisah vakuola dan sitoplasma
teh Indonesia adalah sebuah membran yang disebut tonoplas.
Membran tonoplas ini mampu mencegah
Tabel 1. Kandungan Katekin dan Kafein pada pergerakan bebas substansi antara kedua bagian
Bagian-bagian Pucuk Teh dalam % Berat Kering sel tersebut. Oksidasi senyawa katekin tidak
terjadi dalam sel daun teh sampai enzim poli-
Bagian pucuk Katekin(%) Kafein (%)
fenoloksidase dan katekinnya terbawa masuk
Peko 26,5 4,.7
dan bertemu dengan percampuran isi sel
Daun pertama 25,9 4.2
tersebut.Sekali katekin bertemu dengan enzim
Daun kedua 20,7 3.5
polifenol oksidase, keduanya akan cepat teroksi-
Daun ketiga 17,1 2,9
dasi oleh oksigen dari atmosfer. Pada Gambar 4
Tangkai atas 11,7 2,5
Menjelaskan letak polifenol dalam daun.
Sumber : PPTK Gambung, 2006
Indonesia menjadi minuman fungsional dengan inaktivasi enzim yang lebih baik dengan uap
kadar katekin yang tinggi. Pengamatan terhadap panas, diikuti dengan proses penggilingan yang
beberapa produk teh hijau asal pabrik pengolahan kuat dan cepat, dan diakhiri dengan proses
berbahan baku pucuk teh rakyat menunjukkan pengeringan berkesinambungan yang singkat.
bahwa kadar katekinnya lebih rendah bila Proses demikian diharapkan dapat memper-
dibandingkan dengan kadar katekin pucuk teh tahankan secara maksimal katekin yang
segar. Selain disebabkan oleh inaktivasi ensim dikandung pucuk teh, walaupun kenampakan
yang kurang sempurna, kemungkinan besar teh kering konvensional (bentuk keriting
rendahnya kadar katekin juga disebabkan mutu terpelintir) tidak akan dijumpai.
bahan bakunya yang kasar (daun tua). Rekayasa produksi minuman fungsional
Kadar katekin produk teh Indonesia masih teh kaya katekin juga dapat dilakukan melalui
dapat ditingkatkan agar lebih potensial menjadi upaya pemuliaan tanaman dan tindakan
bahan minuman fungsional. Upaya peningkatan agronomis di kebun. Perolehan klon-klon baru
kadar katekin pada produk teh Indonesia kaya katekin dan miskin kafein sangat
diharapkan dapat memacu kemajuan industri mendukung keberhasilan program ini, demikian
teh rakyat berbahan baku lebih baik dengan pula beberapa tindakan agronomis yang dapat
sistem pengolahan yang menjamin inaktivasi memacu biosintesis katekin dan menekan
ensim yang sempurna. Sebagai minuman produksi kafein.
fungsional, teh Indonesia yang kaya katekin
masih akan menghadapi kendala rasa yang ___________________________________________
kurang disukai. Teh ini memiliki rasa pahit dan Rangkuman
sepet yang menonjol yang membedakannya
dengan teh hijau Cina dan Jepang. Rasa pahit 1. Katekin berubah menjadi theaflavin dan
dan sepet pada teh hijau Indonesia dapat thearubigin ketika mengalami proses
dikurangi dengan proses pemanasan seperti pengolahan (teh hitam) sehingga kadar
terjadi pada produk pengolahan teh wangi katekin mengalami penurunan.
(Bambang, 1985). Oleh karena itu, walaupun 2. Katekin dipengaruhi oleh musim, ketinggian
kadar katekin pada teh wangi lebih rendah tempat, pemupukan N, dan umur daun.
daripada teh hijau, pasokan katekin dari teh 3. Sebagai penghasil produk teh berbahan
wangi dalam tubuh dapat ditingkatkan dengan baku pucuk teh varietas assamica, Indonesia
konsumsi yang lebih banyak. Kemampuan berpeluang menghasilkan bahan minuman
mengkonsumsi lebih banyak teh wangi sangat fungsional teh kaya katekin. Rekayasa
dimungkinkan karena rasanya yang lebih baik proses produksi teh kaya katekin telah dan
daripada teh hijau (Arifin dan Bambang, 1994). akan terus dilakukan untuk dapat merebut
Budaya minum teh wangi pada sebagian besar peluang pasar minuman fungsional.
penduduk di Pulau Jawa dan lebih disukainya Keberhasilan rekayasa produksi minuman
minum teh hitam di Pulau Sumatera sangat fungsional teh kaya katekin diharapkan
mendukung cerahnya prospek teh Indonesia dapat memacu perkembangan industri teh
menjadi minuman fungsional yang menyehat- Indonesia pada umumnya dan industri teh
kan. Walaupun tingkat konsumsi teh di rakyat pada khususnya.
Indonesia tergolong rendah (0,250 kg per kapita
per tahun) dan mendapat saingan keras dari ___________________________________________
jenis minuman penyegar lain, diharapkan Daftar Pustaka
konsumsi teh Indonesia sebagai minuman
fungsional akan meningkat pada masa Bambang K., dan T. Suhartika .1995. Potensi teh
mendatang. Indonesia ditinjau dari aspek kesehatan.
Dengan melihat potensi bahan baku teh Laporan Hasil Litbang Teknik Produksi
yang ada di Indonesia, peluang Indonesia untuk dan Pasca Panen Teh dan Kina, 1994/1995.
menghasilkan minuman fungsional teh kaya Bambang, K. 1985. "Adsorpsi bau bunga pada
katekin terbuka luas. Peluang ini sudah mulai pengolahan teh wangi, pengaruh tingkat
dimanfaatkan melalui rekayasa proses penggosongan dan tingkat gulung". Tesis
pengolahan teh berkatekin tinggi serta rancang Program Pascasarjana Univ. Gadjah Mada
bangun prototipe alat pengolahannya (Bambang Diplock A, Aggett PJ, Ashwell M, Bornet F, Fern
dan Suhartika , 1995). Prinsip dasar rekayasa EB, Roberfroid MB, ed. (1999). "Scientific
pengolahan teh berkatekin tinggi adalah proses Concepts of Functional Foods in Europe