Anda di halaman 1dari 20

F.

Fungsi pengendalian (Controlling)


a. Program pengendalian mutu
1) Indikator mutu pelayanan
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU, pelaksanaan evaluasi
indikator mutu pelayanan sudah optimal, dilakukan setiap bulan di ruangan.
Evaluasi akhir indikator mutu pelayanan Rumah Sakit dilakukan pada akhir
tahun, meliputi BOR, ALOS, TOI,Angka kejadian Lari, Skabies, Resiko
Cidera. Dari hasil observasi didapatkan data bahwa sudah dilakukan evaluasi
dan perhitungan untuk indikator mutu RS, setiap satu bulan sekali.
a) Indikator mutu secara umum
Dari hasil observasi didapatkan perhitungan mutu secara umum yang
dihitung terakhir pada bulan September - Desember 2013.

a. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate)

∑ pasien dirawat dalam sehari x ∑ hari dalam satuan bulan


BOR = X 100 %
Jumlah TT ∑ hari per satuan waktu

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh perawat


Bangsal Madukara terkait masalah BOR yaitu berdasarkan persentase
pemakean tempat tidur pada satu satuan waktu, di dapatkan hasil bahwa
dalam 4 bulan terakir terdapat penurunan dan peningkatan yang tidak
signifikan yaitu bulan September 2013 BOR sebanyak 48,5 %, Oktober
2013 sebanyak 37 %, November 2013 sebanyak 31 %, sedangkan pada
bulan Desember 2013 sebanyak 59 %. Secara umum BOR yang ideal
antara 70 – 80%. Jadi berdasarkan perhitungan tempat tidur terpakai dari
bulan September 2013 sampai Desember 2013 dapat disimpulkan baik.

b. Perhitungan ALOS (Average Length Of Stay)

Dari hasil observasi Ruang Madukara, perhitungan ALOS sudah


dilakukan setiap bulannya, dan berdasarkan hasil observasi, wisma
Madukara sudah mempunyai buku mutasi indikator mutu. Dari buku
tersebut, berisi informasi mengenai tanggal pasien mulai dirawat dan
tanggal pasien pulang, sehingga dari data tersebut dapat dihitung jumlah
ALOS tiap bulannya dengan rumus yaitu :

∑ hari perawatan pasien keluar


ALOS =
∑ pasien keluar (hidup /mati)
Keterangan :
 Jumlah hari perawat pasien keluar adalah : jumlah hari perawatan
pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode.
 Jumlah pasien keluar (hidup/mati) : adalah jumlah pasien yang pulang
atau meninggal dalam satu periode waktu.
Berdasarkan hasil perhitungan yang di lakukan oleh perawat
Bangsal Madukara terkait masalah ALOS rata-rata lama rawat seorang
pasien di bangsal Madukara di dapatkan hasil bahwa 4 bulan terakhir
terdapat penurunan dan peningkatan yang tidak signifikan yaitu September
2013 ALOS sebanyak 12 Hari, Oktober 2013 sebanyak 15 hari, November
2013 sebanyak 15 hari, sedangkan pada bulan Desember 2013 terjadi
peningkatan hanya 1 point saja yaitu 16 hari. dilihat dari ideal perhitungan
rata-rata lama rawat terlalu tinggi dari ideal yaitu 6-9 hari. Jadi
berdasarkan perhitungan rata-rata rawat seorang pasien dari bulan
September-desember 2013 disimpulkan kurang baik.

c. Perhitungan TOI (Trun Over Interval)

Dari hasil observasi di Wisma Madukara hasil perhitungan TOI


sudah dilakukan setiap bulannya dengan menggunakan rumus:

(∑ TT x hari) - ∑ perawatan pasien keluar


TOI =
∑ pasien keluar (hidup /mati)

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh perawat


Bangsal Madukara terkait masalah TOI, yaitu berdasarkan rata-rata hari
tempat tidur tidak dipakai dari saat terisi kesaat terisi berikutnya di
dapatkan hasil bahwa dalam 4 blan terakhir. September 2013 TOI
sebanyak 7, 5 hari, Oktober 2013 sebanyak 29 hari, November 2013 37
hari, dan pada bulan Desember 2013 terjadi penurunan yang sangat
signifikan yaitu sebanyak 4 hari. Secara umum idealnya tempat tidur
kosong hanya dalam waktu 1-3 hari. Jadi berdasarkan perhitungan rata-rata
rawat seorang pasien dari bulan September - Desember 2013 disimpulkan
kurang baik.
b) Indicator mutu jiwa
a. Indikator mutu Rumah sakit Jiwa

Perhitungan indikator dihitung pada 4 bulan terakhir mulai bulan


September sampai bulan Desember 2013 sebagai berikut

b. Angka kejadian Lari

∑ pasien lari dalam satu bulan


Angka Lari= x 100
∑ pasien total pasien yang di rawat dalam satu bulan

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang Madukara, bahwa dalam 3


bulan terahir tidak terdapat angka kejadian pasien lari, namun dalam
rentang satu tahun terdapat angka kejadian pasien lari yaitu 7 orang.

c. Angka kejadian cidera

∑ pasien yang mengalami cidra


Angka cidra = x 100
∑ total pasien yang di rawat dalam satu bulan

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang Madukara. Dalam rentang


satu tahun terahir terdapat 1 angka kejadian pasien cidra yaitu pada bulan
Oktober 2013.

d. Angka kejadian infeksi nosokomial (skabies)

∑ pasien yang mengalami INOS


Angka INOS= x 100
∑ total pasien yang di rawat dalam satu bulan

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang Madukara. Dalam


rentang 1tahun tidak terdapat angka kejadian INOS ( Infeksi Nosokomial )
di ruangan.

2) Kegiatan mutu
a. Audit dokumentasi
Pelaksanaan Audit Dokumentasi menurut kepala ruang Wisma
Madukara, pelaksanaan audit dokumentasi sudah dilakukan secara
incidental dan dilakukan rutin setiap evaluasi kegiatan asuhan
keperawatan oleh semua anggota perawat baik kepala tim, kepala ruangan
dan perawat pelaksana dan membuat rekapan setiap satu bulan oleh
kepala ruangan.
b. Survey Kepuasan
Pelaksanaan survey kepuasaan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan (perawat) tetap dilakukan sehingga dapat diketahui untuk
tingkat kepuasan dengan mengunakan instrumen yang mengukur tingkat
kepuasan bagi pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain baik. Karu,
katim dan perawat pelaksana mengatakan sudah ada instrumen yang
mengukur tingkat kepuasan perawat, pasien dan keluarga.
c. Survey masalah kesehatan/keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara di ruangan sudah dilakukan
pendokumentasian tentang survey masalah keperawatan, dan survey
masalah keperawatan ini sudah optimal.

d. Audit dokumentasi asuhan keperawatan


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Wisma
Madukara, audit dokumentasi asuhan keperawatan pernah terlaksanakan
dan ada pendokumentasian audit dokumentasi secara pertahun. Laporan
dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan perbulan. Karu dan katim
mengatakan audit dokumentasi dapat dilakukan karena motivasi dari
perawat yang dapat melakukan audit tetapi tidak ada sekretaris sehingga
semua pengurus yang ada di bangsal dan semua kegiatan yang ada
dibangsal dikerjakan oleh perawat.

e. Pengembangan staf
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Ruang didapatkan bahwa
untuk memberikan ijin kepada katim dan perawat pelaksana untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, pemberian kesempatan
pada katim dan perawat pelaksana untuk mengikuti pelatihan atau
seminar. Karu mengatakan jika ada perawat yang ingin meningkatkan
jenjang pendidikan maka harus mendapatkan ijin dari karu dan
menyelesaikan beberapa syarat dari bidang keperawatan. Selama ini
pengembangan karir di wisma madukara sudah berjalan, karu mengatakan
di wisma Madukara terdapat mayoritas lulusan D3 Keperawatan yaitu
sebanyak 6 orang (60%), sedangkan lulusan sarjana keperawatan 3 orang
(10%), Ners sebanyak 1 orang (5%),SPRB 1 orang (5%) dan 1 orang
cleaning service berpendidikan SMA.
Hasil wawancara dengan katim bahwa tingkat pendidikan anggota
tim rata – rata D3 keperawatan, dalam pengembangan staff kepala ruang
memberikan ijin kepada katim dan perawat pelaksana untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dengan syarat tidak mengganggu
dinas.

f. Recruitment
Berdasarkan hasil wawancara dengan katim didapatkan data
bahwa sudah terdapat protap atau surat permintaan tentang permintaan
tenaga keperawatan sehingga rekruitmen tenaga kerja sepenuhnya
ditentukan oleh pihak rumah sakit, dan ruangan siap menerima perawat
yang telah direkrut oleh RS. Ruangan tidak diberikan kesempatan untuk
mengajukan tenaga perawat. Kepala bidang keperawatan yang mengatur
dan mengurus proses rekruitmen. Karu mengatakan perawat yang masuk
dan bekerja di wisma Madukara berdasarkan dari pembagian oleh kepala
bidang keperawatan dan karu.

g. Kontrak kerja perawat


Berdasarkan wawancara dengan Kepala ruang wisma Madukara
mengatakan bahwa terdapat kontrak kerja perawat yang di tetapkan
secara terinci untuk menetapkan status kepegawaian, di wisma Madukara
terdapat 3 orang perawat kontrak kerja dan sebagiannya perawat yang
bertugas sudah pegawai negeri sehingga mudah untuk mengalokasikan
dan mengatur kontrak kerjanya. Jika ada perawat yang masih magang
maka yang mengatur kontrak kerja adalah bidang keperawatan.
h. Orientasi perawat
Hasil wawancara dengan kepala ruang wisma Madukara, orientasi
program pengenalan kerja perawat baru terhadap tugas, tanggung jawab,
wewenang, peran dan fungsi yang harus dilakukan saat ditempatkan di
ruangan sudah terlaksana dan dilaksanakan secara konsisten. karu
mengatakan karu dan katim serta perawat associate yang langsung
menjelaskan tentang orientasi dan jadwal ruangan.

b. Pelaksanaan standar (SAK SOP)


a. Dokumentasi keperawatan
Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan sudah disediakan
formulir pengkajian dan catatan perawatan. Asuhan keperawatan yang digunakan
sesuai dengan kondisi pasien, sehingga pelaksanaan dokumentasi keperawatan ini
seharusnya sudah maksimal.
Dari hasil observasi pendokumentasian asuhan keperawatan mulai dari
Pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi pada status pasien,
masih jarang dilaksanakan/ atau jarang di isi oleh perawat ruangan. Sehingga
dalam pendokumentasian asuahan keperawatan.

a. Pengkajian
Hasil wawancara dengan karu didapatkan bahwa pengkajian
dilakukan sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang
meliputi data fokus (data subjektif dan data objektif) dan masalah
keperawatan, sedangkan alasan masuk, faktor presipitasi dan predisposisi,
hubungan social, konsep diri, kondisi fisik, status mental, mekanisme
koping, kebutuhan persiapan pulang, pengetahuan klien dan terapi yang
diberikan dikaji oleh bagian UPI atau poli RS. Pengkajian data dasar
terdokumentasi jadi satu dengan rekam medis, sedangkan pengkajian
fokus terdokumentasi dalam rekam keperawatan.,
Format pengkajian di ruang MPKP meliputi aspek-aspek identitas
pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental,
kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial, dan
lingkungan, pengetahuan, dan aspek medik. Format pengkajian ini dibuat
agar semua data relevan tentang masalah pasien saat ini, yang lampau atau
yang potensial didapatkan sehingga diperoleh suatu data dasar yang
lengkap. Berdasarkan lembar catatan medic di wisma Madukara dapatkan
100% ( Catatan Medik) yang sudah lengkap pengkajiannya dan dituliskan
dalam lembar pengkajian.

b. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua tim di wisma
Madukara didapatkan hasil pada aspek diagnosa sudah sesuai dengan
kondisi pasien, dimana perumusan diagnosa keperawatan sudah sesuai
dengan SOP yaitu ada diagnosa aktual dan resiko. Dalam perumusan
diagnosa keperawatan tidak ada evaluasi terhadap MK klien, diagnosa
masih mengikuti catatan medis yang diisi pada saat di UPI. Katim dan
perawat pelaksana mengatakan, walaupun pembagian tim sudah dilakukan
akan tetapi pendokumentasian terhadap perkembangan klien kadang-
kadang tidak dilakukan sehingga menjadi penghambat bagi pemberi
asuhan yang masih baru, baik bagi perawat operan ataupun mahasiswa
praktikan untuk memunculkan masalah keperawatan yang baru.
Berdasarkan lembar catatan medik di wisma Madukara di dapatkan 100%
diagnosanya ada dan sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul,
dan mencerminkan PE/PES.

c. Perencanaan
Berdasarkan Hasil wawancara dengan perawat pelaksana,
perencanaan keperawatan jiwa berdasarkan consensus nasional tidak
dibuat sendiri oleh perawat, tapi sudah berupa TUM (Tujuan umum) dan
TUK (tujuan khusus) yang sudah baku dan berdasarkan SP (strategi
perawatan). Selama ini pelaksanaan perencanaan keperawatan sudah
dilakukan pada setiap pasien sesuai dengan MK yang muncul akan tetapi
jika perkembangan pasien tersebut memunculkan MK baru maka sulit
untuk meninjau ulang perencanaan karena dokumentasi perkembangan
pasien belum berjalan optimal. Berdasarkan observasi semua perawat
melakukan pendokumentasian terhadap perkembangan pasien pada rekam
medis pasien. Berdasarkan catatan medis pasien diwisma Madukara
terdapat 100% perencanaan sudah ada, serta Intervensi keperawatan yang
sesuai dengan diagnosa keperawatan.
d. Tindakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua tim di wisma
Madukara didapatkan hasil bahwa aspek tindakan sudah sesuai TUM dan
TUK tiap masing-masing masalah keperawatan (MK), dan dengan
menggunakan strategi pelaksanaan yang sudah sesuai SOP, tetapi
berdasarkan observasi tindakan sudah sesuai tetapi jika ditemukan masalah
keperawatan baru pada pasien, masih digunakan tindakan yang sama dan
hasil evaluasi dan pendokumentasian masih sama atau tidak dilakukan
validasi kembali. Berdasarkan lembar catatan medis pasien di wisma
Madukara didapatkan 100% impementasi sudah sesuai dengan rencana
asuhan keperawatan.

e. Evaluasi
Berdasarkan hasil observasi dari beberapa dokumentasi asuhan
keperawatan didapatkan hasil evaluasi dari tindakan keperawatan sudah
mengacu pada tujuan yang dilakukan dan SOAP sudah relevan dengan
masalah keperawatan yang ada.

b. Pelaksanaan TAK/terapi aktivitas kelompok


Hasil wawancara dengan Karu, Katim dan PA wisma Madukara didapatkan
data bahwa dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di bangsal salah satunya
dilakukan dengan pemberian terapi aktivitas kelompok. Diruangan belum
dilakukan penjadwalan untuk petugas dan tema TAK setiap harinya, dan
pelaksanaannya masih belum sesuai dan belum maksimal karena kurangnya SDM
di ruangan.
Dari hasil observasi didapatkan data:
a) Sebagian besar TAK masih lebih banyak dilakukan oleh mahasiwa praktikan
(seharusnya oleh Perawat pelaksana yang telah dijadwalkan). Hal ini terjadi
karena memberikan kesempatan sepenuhnya kepada mahasiswa praktikan
untuk mendapatkan pengalaman dalam menjalani TAK.

b) Penjadwalan tugas yang hanya berfokus pada leader dan co-leader, sehingga
didalam pelaksanaan TAK tidak ada petugas yang berperan sebagai observer
dan fasilitator.

c) Tidak ada seleksi peserta yang sesuai dengan tema dari MK yang ada,
sehingga semua peserta diikutsertakan walaupun tidak sesuai dengan kondisi
atau MK klien.

d) Sudah ada SOP dan SAK yang mengatur tentang TAK tetapi pelaksanaannya
belum sesuai dengan SOP yang telah ada, dimana dari hasil observasi selama
3 hari dalam pelaksanaan TAK tidak melalui setiap fase, tetapi langsung pada
fase kerja, dan pada fase terminasi tidak ada validasi hasil kegiatan, dan
kurangnya reinforcement positif terhadap klien.
e) Setelah melakukan TAK, kemudian dilakukan pendokumentasian TAK pada
buku yang sudah disediakan untuk pendokumentasian TAK, tetapi selama
observasi selama 3 hari pendokumentasian dilakukan oleh mahasiswa
praktikan ini dikarenakan karena kurangnya motivasi perawat serta kurangnya
kesadaran perawat akan pentingnya pendokumentasian TAK.

f) TAK sering dilakukan di ruangan rehabilitasi secara bersama-sama dengan


bangsal lain.

c. Pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan jiwa


Hasil dari wawancara dengan KATIM didapatkan data bahwa penkes keluarga
tidak dijadwalkan tetapi hanya dilakukan ketika ada klien yang direkomendasikan
boleh pulang oleh dokter, dan psikolog, dimana yang memberikan penkes
keluarga disesuakan dengan anggota TIM yang memiliki klien kelolaan, yang
bertugas hanya satu orang yaitu dari salah satu PA ataupun oleh KATIM.
Dari hasil wawancara oleh PA didapatkan data bahwa dalam pelaksanaannya
tidak sesuai dengan tahapan penkes yang sesuai dengan SOP, dimana langsung
pada tahap kerja dan terminasi. Pada penkes keluarga yang dijelaskan kepada
keluarga klien meliputi menjelaskan keadaan klien agar keluarga mampu
memahami kondisi yang sedang dialami oleh klien, menjelaskan jenis dan cara
pemberian obat, menjelaskan kepada keluarga untuk melakukan kontrol ulang di
RS sebelum obat habis, dimana tujuannya agar tidak terjadi putus obat ataupun
kekambuhan.
Dari hasil observasi didapatkan data bahwa, dalam pelaksanaan penkes media
yang digunakan tidak ada yang digunakan hanya komunikasi tanpa media dan
setiap melakukan penkes keluarga perawat tidak pernah melakukan
pendokumentasian walaupun buku dokumentasi tentang hasil penkes keluarga
sudah ada, hal ini dikarenakan karena kurangnya kurangnya motivasi klien dan
kurangnya pemahaman tentang pentingnya pendokumentasian hasil pelaksanaan
penkes keluarga untuk dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan dari penkes
yang diberikan.

d. Interaksi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)


Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU dan PA, serta hasil observasi
ditemukan bahwa kegiatan interaksi sudah tercantum pada SOP, tidak ada
penjadwalan untuk interaksi karena interaksi kepada klien sudah termasuk dari
pelaksanaan tindakan keperawatan dan harus dilakukan setiap hari.
Berdasarkan hasil observasi, diruangan telah ada standar acuan strategi
pelaksanaan yang dipakai untuk melakukan asuhan keperawatan yang mengarah
pada SP dengan masing-masing MK. Tetapi dalam pelaksanaan interaksi masih
tidak sesuai dengan fase-fase dalam SOP, dimana masih adanya fase-fase dalam
interaksi yang tidak dilakukan seperti fase orientasi dan terminasi serta tidak
dicantumkan hasil kegiatan harian di lembar hasil kegiatan yang telah disediakan
setelah interaksi selesai dilakukan.
e. SOP dan SAK
Kepala ruang mengatakan sudah memiliki SOP dan SAK untuk tindakan
pemberian prosedur asuhan keperawatan. Selama ini wisma Madukara masih
mengacu pada SAK yang ada, dan hasil pelatihan (seminar), dalam memberikan
asuhan keperawatan, khususnya sebagai panduan interaksi untuk masalah
keperawatan yang sering muncul. Setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
sudah berdasar pada SOP karena SOP yang mengatur tindakan keperawatan
seperti TAK, Penkes, Pendokumentasian, dan lain-lain.

c. Penilaian penampilan kerja


1. Cara Penilaian penampilan kerja
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan data bahwa,
cara penilaian kinerja dilakukan oleh bidang keprawatan, untuk penilaian kinerja
PNS dengan menggunakan format DP3, untuk perawat honorer memiliki format
penilaian kinerja tersendiri yang telah disediakan oleh pihak RS.
Penilaian penampilan kerja masing – masing perawat pelaksana dan ketua tim
dinilai oleh kepala ruang , namun ketua tim juga melakukan penilaian kinerja
terhadap anggota tim, penilaian kinerja yang dilakukan terhadap anggota tim
tidak ada standar baku yang digunakan hanya sebatas dari hasil observasi saja,
yang nantinya akan dilaporkan kepada kepala ruang.

2). Alat penilaian penampilan kerja


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, alat penilaian kerja
dengan cara sekoring, di wisma madukara sudah terdapat Form evaluasi penilaian
kinerja perawat.
Skoring penilaian kinerja:
Nilai 1 : cukup
Nilai 2: sedang
Nilai 3: baik
Nilai 4: baik sekali

3). Waktu penilaian kinerja

Berdasarkan wawancara dengan KARU didapatkan bahwa untuk waktu


penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sekali yaitu pada ahir tahun pada
masing-masing perawat.
BAB 1V
SIKLUS PEMECAHAN MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Analisis SWOT
Aspek yang di Strength Weakness Opportunity Threat
kaji (kelebihan) (kekurangan) (peluang) (ancaman)
Pengendalian  Sudah ada rencana  Tidak berlaku sistem  Adanya  Kecendrungan tidak
mutu dan pelaksanaan punishment pada kesempatan tenaga terlaksananya
pengembangan staff tindakan indisipliner keperawatan untuk pendidikan kesehatan
 Perawat memiliki ringan seperti melanjutkan dan TAK
motivasi untuk terlambat datang pendidikan atau
melanjutkan ataupun malas ketika peningkatan SDM
pendidikan bertugas atau dinas baik S1
kejenjang yang lebih keperawatan atau
tinggi D III Keperawatn
 Perawat sudah
mendapatkan jasa
pelayanan sesuai
dengan kriteria yang
telah ditentukan oleh
RS
 Adanya sistem
reward bagi perawat

10
yaitu melalui verbal
 Adanya kepuasan
pada perawat
dengan kepuasan
tunjangan gaji yang
diberikan

Penilaian  KARU sudah  Tidak terselenggara  terdapatnya 


penampilan kerja memimpin operan secara rutin dan peluang bagi
setiap pagi dan optimal rapat tim perawat ruangan
memimpin rapat kesehatan untuk
bulanan  sudah ada meningkatkan
 Komunikasi bersifat penjadwalan pendidikan jika
2 arah konferensi kasus mendapatkan
 Adanya pelaksanaan tetapi belum penilaian yang
rapat evaluasi terselenggaranya baik dari ruangan
bulanan yang konferensi kasus melalui DP3
dipimpin oleh secara optimal
KARU  tidak adanya
 Rapat bulanan pendokumrntasian
dihadiri oleh seluruh
perawat ruangan
 Hubungan
kolaborasi yang baik

11
antara tim medis dan
keperawatan
Pelaksanaan  Pendokumentasian  Sebagai sarana  Kecendrungan tidak
standar (SAK  Perawat pelaksana ASKEP tidak optimal atau lahan praktik melakukan ASKEP
SOP) mampu melakukan begitu juga dengan keperawatan jiwa sesuai dengan yang
ASKEP pada pasien RTL bagi Institusi telah di atur di SOP,
dengan MK yang  Pelaksanaan TAK sekolah kesehatan SAK.
ada diruangan tidak sesuai dengan (baik mahasiswa
SOP Profesi Ners
 Adanya hubungan  Pelaksanaan penkes maupun DIII kep)
serta mampu keluarga tidak sesuai  RS memfasilitasi
berkolaborasi antara dengan SOP kegiatan pasien
perawat dalam diruangan,
melaksanakan misalnya
ASKEP keterampilan atau
rehabilitasi,
pengajian,
olahraga, rekreasi
serta hiburan
Pengendalian  Sudah ada rencana  Tidak berlaku sistem  Adanya  Kecendrungan tidak
mutu dan pelaksanaan punishment pada kesempatan tenaga terlaksananya
pengembangan staff tindakan indisipliner keperawatan untuk pendidikan kesehatan
 Perawat memiliki ringan seperti melanjutkan dan TAK
motivasi untuk terlambat datang pendidikan atau

12
melanjutkan ataupun malas ketika peningkatan SDM
pendidikan bertugas atau dinas baik S1
kejenjang yang lebih keperawatan.
tinggi
 Perawat sudah
mendapatkan jasa
pelayanan sesuai
dengan kriteria yang
telah ditentukan oleh
RS
 Adanya sistem
reward bagi perawat
yaitu melalui verbal
 Adanya kepuasan
pada perawat
dengan kepuasan
tunjangan gaji yang
diberikan

13
B. Identifikasi Masalah Dan Analisa Data
Identifikasi masalah dilakukan berdasarkan hasil pengkajian yang
diperoleh melalui hasil wawancara dan observasi. Selanjutnya data tersbut di
analisis untuk merumuskan masalah manajemen.

No Data Fokus Masalah

1. Wawancara : Pelaksanaan case


conference belum optimal
a. Ketua tim bangsal Madukara
mengatakan konfrensi kasus belum
berjalan secara rutin
b. Ketua tim bangsal Madukara
mengatakan konfrensi kasus hanya
dilakukan jika ada kasus-kasus besar
c. Perawat pelaksana mengatakan tidak
setiap bulan konferensi kasus
dilaksanakan dan sudah lama tidak
berjalan.

Observasi :

a. Sesuai dengan dokumentasi case


conference dilakukan hanya sekali.

2. Wawancara : kurang maksimalnya dalam


pendokumentasian
a. Kepala Ruang Mengatakan Belum indikator Mutu Rumah
maksimalnya dalam penerapan SOP dan Sakit Jiwa dan kepathan
SAK. melaksanakan SOP dan
b. Kepala ruang mengatakan belum SAK
maksimalnya dalam pendokumentasian
indikator mutu jiwa.
c. Kepala ruang mengatakan belum
optimalnya dalam pelaksanaan SOP dan
SAK.

Observasi :

a. Belum maksimalnya pendokumentasian


dalam (ASKEP pasien)

14
b. Belum terdapat pendokumentasian
indikator mutu Rumah Sakit Jiw.
c. Belum terdapat buku kusus untuk
pendokumentasian indikator mutu
Rumh Sakit Jiwa
3. Wawancara: Kurangnya SDM di
ruangan
a. Karu mengatakan kurangnya SDM di
ruangan sehingga karu, katim dan
perawat melakukan pekerjaaan di luar
bidang keperawatan seperti
administrasi.
b. Perawat mengatakan bahwa TAK
jarang di lakukan di ruangan akan tetapi
pasien di bawa ke rehabilitas.
Observasi

a. Kurangnya interaksi perawat dengan


pasien karena sibuknya perawat
b. Kadang di lakukan TAK di ruangan
tetapi oleh mahasiswa.

15
Importancy JUM
NO MASALAH T R PRIORITAS
P S RI DU SB PB PC
IxTxR
Kurang
optimalnya
Pelaksanaana. case
1
conference di
Wisma Madukara

Dan kurang
maksimalnya
dalam
pendokumentasia
n indikator Mutu
Rumah Sakitb.Jiwa
dan kepathan
melaksanakan
SOP dan SAK

Kerja double
perawat karna
kurangnya c.SDM
di ruangan

C. PRIORITAS MASALAH

Keterangan :

I : Importancy (prioritas masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang di timbulkan oleh masalah)

RI : Rate of Increase (kenaikan besarnya masalah)


16
DU : Degree of unmeet need (derajat keinginan masyarakat yang tidak

terpenuhi)

SB : Social benefit (keuntungan social karena selesainya masalah)

PB : Public concern (rasa prihatin masyarakat terhadap masalah)

PC : Political Climate (suasana politik)

T : Technologi

R : Resources availability (sumber daya)

ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH


1. Kurang optimalnya Pelaksanaan case conference di Wisma Madukara
No Penyebab Rencana Penyelesaian Masalah

1 a. konfrensi kasus Mendiskusikan dengan KARU tentang penyebab tidak


belum berjalan berjalannya konfrensi rutin bulanan Wisma Madukara.
secara rutin
b. konfrensi kasuas
bulanan belum
berjalan secara
maksimal di
ruangan.

2. kurang maksimalnya dalam pendokumentasian indikator Mutu Rumah Sakit


Jiwa dan kepathan melaksanakan SOP dan SAK

No Penyebab Rencana Penyelesaian Masalah

1 a. Belum Melakukan pengadaan buku indicator mutu jiwa di


maksimalnya dalam Wisma Madukara
penerapan SOP dan
SAK. Mendiskusikan pada KARU agar melakukan
b. belum maksimalnya
pendokumentasian indicator mutu jiwa pada buku yang
dalam
pendokumentasian

17
indikator mutu jiwa. sudah di sediakan.
c. Belum
maksimalnya dalam
penerapan sistem
yang ada di SOP
dan SAK

3. Kerja double perawat karna kurangnya SDM di ruangan

No Penyebab Rencana Penyelesaian Masalah

1 a. kurangnya SDM di Mendiskusikan dengan KARU tentang kebutuhan


ruangan sehingga perawat ideal di ruangan Madukara
karu, katim dan
perawat melakukan
pekerjaaan di luar
bidang keperawatan
seperti administrasi.

18
Diagram Fishbone

- Buku penulisan
indikator mutu
jiwa belum ada
- Buku penulisan
indikator mutu
umum ada

- Belum - Penulisan indikator


maksimalnya mutu dilakukan pada
penulisan di akhir bulan baik
dalam buku umum ataupun jiwa
- Ada sop tetapi
penulisan belum

19
RENCANA PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH

POA

NO Rencana Tindakan Metode Sasaran Bahan waktu tempat pelaksanaan


dan
alat
1. Pendokumentasian Pendokumentasian Perawat -Buku Setiap Wisma Bulan
indikator mutu di lakukan setiap Wisma ahir Madukara februari
jiwa dan umum di akir bulan Madukara bulan 2014
Wisma Madukara Penerapan sesuai
dengan SOP dan
SAK
2. Mendiskusikan Diskusi dan Tanya Perawat - 30 Wisma Bulan
dengan KARU jawab Wisma menit Madukara februari
agar Madukara 2014
pendokumentasian
diruangan sesuai
dengan yang ada
di SOP dan SAK

20

Anda mungkin juga menyukai