BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ketergantungan dan penyalahgunaan NAPZA adalah istilah
kedokteran. Seseorang disebut ketergantungan dan mengalami penyalahgunaan
NAPZA, bila memenuhi kriteria diagnostik tertentu. Menurut PPDGJ-III,
Gangguan Penggunaan NAPZA terdiri atas 2 bentuk:
1. Penyalahgunaan, yaitu yang mempunyai harmful effects terhadap kehidupan
orang, menimbulkan problem kerja, mengganggu hubungan dengan orang lain
(relationship) serta mempunyai aspek legal.
2. Adiksi atau ketergantungan, yaitu yang mengalami toleransi, putus zat, tidak
mampu menghentikan kebiasaan menggunakan, menggunakan dosis NAPZA
lebih dari yang diinginkan.
Orang dengan gangguan yang berhubungan penggunaan suatu zat dapat
menimbulkan efek samping sesuai dengan jenis zat/subtances yang digunakan.
Zat-zat berupa alcohol, kafein, kanabis, halusinogen (phencyclidine atau yang
serupa dengan arylcyclohexylamines), halusinogen lainnya seperti LSD, inhalan,
opioid, sedative, hipnotik, anxiolityk, stimulant (termasuk amphetamine-
typesubtances, kokain dan stimulant lainnya), tembakau dan zat lain yang tidak
diketahui. Jadi ketika ditemui zat dan efeknya serupa dengan zat lainnya dalam
kelompok, maka ia termasuk dalam gangguan terkait zat atau gangguan adiksi.
DSM-V menyatakan bahwa zat ini mengaktifkan system reward di otak.
Perasaan mendapatkan kesenangan sebagai umpan balik penggunaan demikian
dirasakan, sehingga keinginan mengulang penggunaan menjadi besar, membesar
dan kemudian sulit dikendalikan. Kesulitan mengendalikan penggunaan, membuat
penggunanya megabdikan hampir seluruh waktunya untuk mencari, menggunakan
dan mengatasi rasa tak nyaman jika tidak menggunakan. Dengan demikian waktu
bekerja/sekolah, bersosialisasi, menikmati masa santai/liburan terabaikan,
bersama dengan terabaikan hampir semua kewajiban dalam hidupnya. Pengaktifan
pusat system reward, membuat penggunanya eforia dan oleh kelompok mereka
disebut “high”.
21
4.2 Saran
Perlu ditingkatkan kembali pembahasan mengenai gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan zat dengan gejala psikotik.