Anda di halaman 1dari 14

FIBROADENOMA (FAM)

PENDAHULUAN

Tumor payudara mempunyai andil terbesar dalam kematian wanita di Nederland


karenatumor-tumor maligna. Insidensi karinoma payudara di kebanyakan negara meningkat
1-2% tiapt a h u n , s e h i n g g a m u l a i t a h u n 2 0 0 0 k i r a - k i r a 1 j u t a w a n i t a t i a p
t a h u n m e n d a p a t k a n p e n ya k i t i n i . u n t u k N e d e r l a n d i n i b e r a r t i k i r a - k i r a
1 0 . 0 0 0 p e n d e r i t a b a r u t i a p t a h u n . s e t i a p w a n i t a belanda, selama hidupnya sejak
lahir mempunyai 10% kemungkinan untuk selama hidupnyamendapat kanker payudara.
kematian karena karsinoma payudara berkat perbaikan diognotik dan terapi,
meskipun insidennya meningkat, tetap tidak berubah. Tetapi untuk wanita pada umur a n t a r a
3 5 - 5 0 t a h u n k a n k e r p a yu d a r a m e r u p a k a n p e n ye b a b k e m a t i a n t e r p e n t i n g .
Terobosanterakhir dalam penelitian moleku lar genetik memungkinkan
sekarang wanita dengan r i s i k o ge n e t i k ya n g meningkat dapat
didefinisikan dengan pasti. diagnostik dini dengan skrining
m a m o g r a f i k m e m b a n t u p e n g e n a l a n p e n ya k i t ini pada stadiu m dini.
P e r k e m b a n g a n d a l a m kemoterapi dan radioterapi, kebanyakan dalam kombinasi
dengan pembedahan, merupakan kemungkinan terapi baru dengan memungkinkan
penyembuhan yang lebih besar .

A. PENGERTIAN
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang
meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat.
Fibroadenoma Mammae adalah benjolan padat yang kecil dan jinak pada payudara
yang teridiri dari jaringan kelenjar dan fibrosa, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan
yang dapat digerakkan Benjolan ini biasanya ditemukan pada wanita muda, seringkali
ditemukan pada remaja putri.
B. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui, namun ada faktor predisposisi dan resiko terjadinya
tumor payudara, diantaranya :
1. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
2. Genetik
3. Faktor-faktor predisposisi :Usia : < 30 tahun, Jenis kelamin, Stress

C. KLASIFIKASI FIBROADENOMA
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang
berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis
menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga
kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian
fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
2. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk
panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.

Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat
menopause terjadi regresi.

D. PATOFISIOLOGI
Sampai saat ini penyebab dari tumor jinak payudara belum diketahui (idiopatik).
Namun, ada faktor predisposisi yang mendukung terjadinya tumor pada payudara adalah
siklus menstruasi yang tidak teratur. Suatu teori menyatakan bahwa pada fase luteal
dalam siklus menstruasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen dan penurunan kadar
hormon progesteron. Sedangkan secara fisiologisnya pada saat menstruasi hormon
estrogen dan progesteron meningkat dan dua hari sebelum menstruasi berakhir hormon
estrogen dan progesteron menurun. Secara normalnya, fungsi estrogen untuk
perkembangan jaringan stroma pada payudara, pertumbuhan sistem duktus yang luas,
dan untuk deposit lemak pada payudara. Sedangkan progesteron berfungsi untuk
peningkatan perkembanagn dari lobulus dan alveoli payudara, menyebabkan sel-sel
alveolar berproliferasi, membesar dan bersifat sekretorik.
Pembesaran jaringan payudara terjadi akibat meningkatnya kadar estrogen dan
defisiensi kadar hormon progesteron dari ketidakteraturan siklus menstruasi. Sehingga
terjadi peningkatan deposit lemak dan perkembangan jaringan payudara. Dan juga
penurunan pembentukan lobulus dan alveoli. Apabila kejadian ini berlangsung secara
terus-menerus dapat mengakibatkan tumor payudara.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Biopsi
2. Pembedahan
3. Hormonal
4. PET ( Positron Emision Tomografi )
5. Mammografi
6. Angiografi
7. MRI
8. CT – Scan
9. Foto Rontqen ( x – ray )
10. Blood Study

F. PENATALAKSANAAN
Fibroadenoma seringkali berhenti tumbuh atau bahkan mengecil dengan sendirinya.
Pada kasus seperti ini, tumor biasanya tidak diangkat. Jika fibroadenoma terus
membesar, maka harus dibuang melalui pembedahan.
1. Pembekuan Cryoablation
Teknik baru operasi tumor jinak payudara dilakukan dengan teknik beku
cryoablation (Visica Treatment System). Dengan teknik baru ini, selain tanpa perlu
dibius umum (narkose), sayatan yang dibuat pun tak perlu lebar, cukup sekadar
untuk memasukkan semacam instrumen jarum khusus yang ditusukkan mencapai
lokasi tumornya. Sayatannya itu mungkin cuma 3 milimeter saja.
Agar jarum yang dimasukkan ke dalam jaringan payudara lebih akurat mencapai
sasaran tumornya, memasukkan arah jarumnya perlu dipandu dengan bantuan USG
(Ultrasonography). Pada saat ujung jarumnya sudah menyentuh bagian tumornya,
instrumen tersebut melakukan proses pembekuan (cryoablation) terhadap tumornya,
sehingga jaringan tumornya menjadi hancur. Oleh karena yang berlangsung proses
membekuan jaringan (freezing), tentu tak terasakan nyeri apapun. Setelah jaringan
tumornya hancur, instrumen kemudian dicabut, dan oleh karena sayatannya hanya
minimal, bekas sayatan tak memerlukan jahitan sebagaimana lazimnya pembedahan
umumnya, melainkan cukup diberi plester khusus untuk merapatkan kembali bekas
luka sayat yang minimal itu. Proses operasi dengan teknik ini rata-rata
menghabiskan waktu sekitar 30 menit saja.
Jaringan tumor yang sudah hancur oleh proses pembekuan dibiarkan tak
dikeluarkan dari dalam payudara. Diharapkan dalam beberapa bulan kemudian sisa-
sisa jaringan tumor yang hancur itu akan diserap sendiri oleh tubuh tanpa bersisa.
(Copyright @ PT. Kompas Cyber Media, 2004)
2. Teknik Pemanasaan (heating)
Teknik pemanasaan (heating) memakai alat ultrasound yang dipandu oleh MRI
(Magnetic Resonance Imaging). Teknik ini dinamakan Magnetic Resonance guided
Focus Ultrasound Therapy (RgFUS). Dengan teknik ini malah sama sekali tidak
memerlukan sayatan pada payudara, namun perlu waktu operasi sampai 2-3 jam.

Dengan pemidaian MRI, selain untuk melihat di mana persis lokasi jaringan
tumor payudaranya, juga untuk mengetahui apakah pada jaringan tumornya sudah
berlangsung proses pemanasan yang dilakukan oleh efek ultrasound. Cara
pemanasan ini yang akan menghancurkan jaringan tumornya. Sama halnya dengan
teknik cryoablation, jaringan tumor yang sudah dihancurkan itu juga akan diserap
sendiri oleh tubuh.

G. MANIFESTASI KLINIS
1. Secara makroskopik : berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak
jaringan ikat berwarna putih, kenyal
2. Ada bagian yang menonjol ke permukaanBenjolan mudah digerakkan, batasnya jelas
dan bisa dirasakan pada SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
3. Ada penekanan pada jaringan sekitar
4. Ada batas yang tegasTeraba kenyal karena mengandung kolagen (serat protein yan
gkuat yang ditemukan di dalam tulang rawan, urat daging dan kulit).
5. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant
Fibroadenoma )
6. Biasanya tidak terasa nyeri tekan, mungkin bulat / lobular, kerasdan tidak terikat
pada jaringan payudara atau dinding dada.
7. Pertumbuhannya lambat
8. Mudah diangkat dengan lokal surgery

H. KOMPLIKASI
Bila pengangkatan tumor tidak sempurna, maka sisa dari tumor akan menyebabkan
terjadinya sistosarkoma Filoides.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data subjektif
- Nyeri luka operasi
- Ansietas
- Sesak napas
- Mual, muntah efek anastesi
- Nafsu makan berkurang
b. Data Objektif
- Palpasi abdomen didapatkan tumor
- Sesak nafas
- Takikardia, bradikardi
- Sianosis, kulit dingin dan pucat
- Nyeri takan pada abdomen
- Perdarahan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1. Cemas b.d. ancaman kematian, perubahan gambaran diri, kurang informasi
tentang prosedur tindakan operasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia, pembatasan
intake oral sekunder persiapan pembedahan
b. Intra Operatif
1. Cidera intra operatif b.d. kebutuhan posisi pembedahan, pemasangan elektro
medik dan kehilangan sensori protektif sekunder terhadap anastesi
c. Post Operatif
1. Aspirasi b.d. tingkat kesadaran sekunder akibat anastesi, adanya batuk/reflek
vagal
2. Pola nafas tidak efektif b.d. kelemahan/penurunan energi efek sekunder
anastesi, peningkatan ekspansi paru
3. Nyeri b.d. terputusnya kontinuitas jaringan efek insisi pembedahan
4. Defisit perawatan diri b.d. adanya kelemahan fisik pasca operasi, penurunan
kekuatan, keterbatasan aktivitas efek sekunder anastesi

5. Kekurangan volume cairan b.d. perpindahan cairandari ekstra seluler, intra


vaskuler, dan area interstitial ke dalam usus, muntah, demam, pembatasan diet
6. Injuri b.d. kelemahan fisik pasca anastesi dan pembedahan
7. Infeksi luka operasi b.d. masuknya mikroorganisme sekunder akibat insisi
pembedahan
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pasca operasi b.d. kurang
informasi, tidak mengenal sumber informasi
3. Intervensi (terlampir)
4. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan keperawatan dan
juga diartikan dengan memberikan asuhan keperawatan secara nyata dan
langsung. Tindakan keperawata pada pasien dengan FAM sesuai dengan
perencanaan yang dibuat dan berdasarkan prioritas.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan yang telah dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi dapat menunjukan empat
kemungkinan yang akan menentukan langkah asuhan keperawatan selanjutnya :
a. Masalah teratasi seluruhnya
b. Masalah teratasi sebagian
c. Masalah tidak teratasi
d. Timbul masalah baru
TGL PERENCANAAN TGL NAMA
NO DIAGNOSA
DITEGAKAN TUJUAN KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN TERATASI PERAWAT
PRE OPERASI

Ansietas b.d. kurang Setelah dilakukan 1. TTV dalam batas normal1. Kaji tingkat ansietas
pengetahuan tentang tindakan 2. Pasien menunjukan sikap
2. Berikan lingkungan yang tenang,
prosedur tindakan operasi keperawatan rileks dan anjurkan tetap rileks
dengan kriteria 3. Melaporkan ansietas 3. Berikan kesempatan untuk
DS : Pasien mengatakan takut waktu yang telah dapat ditangani mengungkapkan pertanyaan, dan
akan dioperasi ditentukan 4. Pasien mengatakan siap berikan umpan balik
DO : ansietas dapat untuk di operasi 4. Bantu pasien dalam menemukan
- TTV berkurang atau mekanisme koping yang efektif
- Ekspresi wajah pasien hilang untuk menghadapi ansietas
tampak tegang 5. Libatkan keluarga/orang terdekat
- Pasien tidak dapat untuk memberikan perhatian
istirahat/tidur 6. Jelaskan mengenai prosedur
- Pasien bertanya mengenai persiapan pembedahan, dan
operasi yang akan dilakukan berikan penjelasan secara akurat
7. Kolaborasi pemberian obat sedatif
sesuai indikasi
Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Pasien menunjukan tidak 1. Tinjau penyebab terjadi resiko
kebutuhan tubuh b.d. tindakan terjadi tanda-tanda malnutrisi, misalnya puasa,
anoreksia, pembatasan intake keperawatan malnutrisi mual/muntah
oral sekunder persiapan dengan kriteria 2. Berat badan dalam batas 2. Timbang berat badan pasien sesuai
pembedahan waktu yang telah normal dengan indikasi dan kondisi pasien
ditentukan 3. Observasi keadaan mual/muntah
perubahan nutrisi dan lama puasa
DS : Pasien mengatakan tidak kurang dari 4. Jelaskan mengenai prosedur
nafsu makan kebutuhan tidak puasa/pembatasan intake oral
terjadi kepada pasien
DO : 5. Jelaskan mengenai prosedur
- TTV puasa/pembatasan intake oral
- Mukosa mulut kering kepada pasien
- Pasien tampak lemah 6. Kolaborasi mengenai pemeriksaan
lab dan pemberian cairan
intravena
INTRA OPERATIVE

Cidera intra operatif b.d. Setelah dilakukan Pasien bebas dari cidera 1. Kaji apakah pasien mempunyai
kebutuhan posisi tindakan selama operasi, seperti faktor resiko sebelumnya,
pembedahan, pemasangan keperawatan luka bakar, injury, dislokasi misalnya kedinginan, luka bakar,
elektro medik dan kehilangan dengan kriteria sendi dan lai-lain injury
sensori protektif sekunder waktu yang telah 2. Kaji kondisi pasien seperti
terhadap anastesi ditentukan cidera kemampuan rentang gerak,
tidak terjadi abnormalitas fisik, status sirkulasi
DS : 3. Kurangi kerentaan terhadap
DO : anggota tubuh
- Terpasangnya alat-alat 4. Selalu minta ijin kepada ahli
elektromedik saat anastesi, untuk memindahkan
pembedahan pasien/merubah posisi pasien yang
- Posisi pasien saat operasi sudah dianastesi
- Adanya luka bakar 5. Observasi selama operasi
- Kehilangan sensori berlangsung apakah ada
- Terdapat kelemahan pada penekanan pada anggota tubuh
organ pasien dengan alat-alat, dan
penekanan dari anggota tubuh tim
operasi
6. Bila mungkin selalu kaji dan
tanyakan kepada pasien apakah
ada rasa terbakar, pamas, nyeri
selama operasi
7. Libatkan keluarga dalam
penjelasan resiko pembedahan
8. Pindahkan pasien dengan brankar
pre dan post operasi sesuai
dengan prosedur
9. Kaji ulang kondisi dan keluhan
paien post operasi
10.Kolaborasi dengan dokter anastesi
untuk memindahkan pasien ke RR
POST OPERATIVE

Aspirasi b.d. tingkat kesadaran Setelah dilakukan 1. Tidak terjadi aspirasi 1. Kaji respon dan kesadaran pasien
sekunder akibat anastesi tindakan 2. Ventilasi adekuat, 2. Auskultasi dada untuk mendengar
keperawatan batuk/menelan dengan suara pernapasan
DS : dengan kriteria efektif 3. Lakukan pengisapan jalan napas
DO : waktu yang telah bila ditemukan adanya sumbatan
- Keadaan umum ditentukan jalan nafas karena lendir atau
- Kesadaran aspirasi tidak saliva
- TTV terjadi 4. Ajaran pasien untuk latihan
- Perubahan pernapasan dengan efektif
kedalaman/kecepatan 5. Lakukan latihan pernapasan
pernapasan dengan efektif
- Dyspnoe, sianosis, apnoe, 6. Berikan penkes pada pasien dan
ansietas dan gelisah keluarga pentingnya nafas efektif
7. Libatken keluarga saat
mengajarkan batuk efektif
8. Kolaborasi pemberian oksigen
sesuai dengan kebutuhan
Pola nafas tidak efektif b.d. Setelah dilakukan 1. Pasien dapat 1. Kaji pola pernapasan (
kelemahan/penurunan energi tindakan mempertahankan kecepatan/kedalaman)
efek sekunder anastesi, keperawatan ventilasi yang adeuat 2. Auskultasi bunyi napas, perhatikan
peningkatan ekspansi paru dengan kriteria 2. Tidak adanya cyanosis, adanya cyanosis, gelisah atau
waktu yang telah gelisah atau bingung bingung
DS: Pasien mengatakan sesak ditentukan 3. Tidak adanya tanda- 3. Berikan ganjalan/bantalan pada
nafas kerusakan pola tanda hipoksia lainnya bahu bila diindikasikan
DO : nafas tidak efektif 4. Pasien tampak tenang 4. Pertahankan jalan nafas dengan
- Keadaan umum tidak terjadi triple airway manuver
- TTV 5. Ubah posisi secara peiodik dan
- Kesadaran ambulasikan sedini mungkin sesuai
- Spo2 dengan indikasi
- Bunyi napas tidak normal 6. Pantau tanda-tanda vital secara
- Adanya sianosis berkala/pasang monitoring
- Pasien tampak sulit 7. Anjurkan pasien latihan nafas/
bernapas batuk efektif
- Perubahan 8. Libatkan keluarga saaat
kedalaman/kecepatan memberikan latihan batuk efektif
pernapasan 9. Kolaorasi pemberian oksigen
- Pengunaan otot pernapasan tambahan
- Napas belum spontan
Nyeri b.d. terputusnya Setelah dilakukan 1. Pasien menyatakan nyeri 1. Kaji nyeri, catat lokasi,
kontinuitas jaringan efek insisi tindakan berkurang/hilang karakteristik, beratnya (0-10)
pembedahan dan spasme otot keperawatan 2. Pasien rileks, dapat 2. Pertahankan istirahat dengan
dengan kriteria istirahat dengan tenang posisi semi fowler
DS : Pasien mengatakan nyeri waktu yang telah 3. Menunjukan pengnaan 3. Berikan aktivitas hiburan bila
pada daerah operasi ditentukan nyeri keterampilan relaksasi memungkinkan
DO : tidak terjadi dan aktivitas teraupetik 4. Bantu melakukan ambulasi dini
- Expresi wajah pasien tampak sesuai dengan indikasi sesuai kondisi
tegang untuk situasi individu 5. Ajarkan tehnik relaksasi dan
- Tampak pasien kesakitan 4. Skala nyeri 1-3 distraksi
- Skala nyeri 5. Tidak memegang daerah 6. Libatkan keluarga saat
- Sikap tubuh yang kaku operasi mengajarkan tehnik relaksasi dan
- Memegang daerah operasi 6. TTV normal distraksi
- TTV 7. Kolaborasi pemberian obat
analgetik sesuai indikasi
Defisit perawatan diri b.d. Setelah dilakukan 1. Berpartisipasi pada 1. Kaji kemampuan pasien dalam
adanya kelemahan fisik pasca tindakan aktivitas yang diinginkan melakukan perawatan diri
operasi, penurunan kekuatan, keperawatan 2. Memenuhi kebutuhan 2. Observasi TTV sevelum melakukan
keterbatasan aktivitas efek dengan kriteria perawatan diri secara ADL
sekunder anastesi waktu yang telah aman seperti mandi, 3. Jadwalkan kegiatan tertentu untuk
ditentukan defisit berpakaian, menyisir dan ADL
DS : pertawatan diri makan 4. Jaga privasi dan keamanan pasien
- Pasien mengatakan pusing dapat teratasi selama memberikan perawatan
- Pasien mengatakan badan 5. Berikan pendidikan kesehatan
masih lemas pada pasien tentang perawatan
DO : diri
- Pasien tampak lemah 6. Libatkan keluarga saat pemberian
- Terpasang alat-alat infasive penkes tentang perawatan diri
- Pasien mampu melakukan 7. Kolaborasi dalam pemberian obat
aktifitas sehari-hari dan ahli gizi untuk diit tinggi
- Pasien mengalami protein
kelemahan otot
Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan 1. TTV normal 1. Kaji TTV
b.d. perpindahan cairandari tindakan 2. Mukosa bibir lembab 2. Kaji membran mukosa dan turgor
ekstra seluler, intra vaskuler, keperawatan 3. Berat badan dalam kulit
dan area interstitial ke dalam dengan kriteria rentang normal 3. Observasi intake dan output, cacat
usus, muntah, demam, waktu yang telah 4. Turgor kulit elastis konsistensi dan warna urine
pembatasan diet ditentukan 5. Diuresisi normal 4. Lakukan perawatan kebersihan
kekurangan mulut
DS : volume cairan 5. Observasi bising usus secara
- Pasien mengatakan tidak terjadi periodik
mual/muntah 6. Kolaborasi pemberian cairan infus
- Pasien mengatakan makan dan cairan elektrolit, therapi
tidak habis, tidak napsu diuretik sesuai dengan indikasi
makan
DO :
- TTV
- Mukosa mulut kering
Injuri b.d. kelemahan fisik Setelah dilakukan Pasien bebas dari injury 1. Kaji tingkat aktivitas/kemampuan
pasca anastesi dan tindakan (jatuh, terpeleset) mobilisasi pasien
pembedahan keperawatan 2. Observasi TTV
dengan kriteria 3. Pasang penghalang tempat tidur,
DS : Pasien mengatakan waktu yang telah jangan tingalkan pasien sendiri
badan lemas ditentukan injuri 4. Kunci roda tempat tidur atau
DO : tidak terjadi kereta dorong
- Keadaan umum lemah 5. Bantu pasien dalam mobilisasi
- Kesadaran belum stabil 6. Libatkan keluarga untuk tidak
meningalkan pasien sendirian
7. Berikan penerangan yang cukup
pada malam hari
8. Kolaborasi dengan dokter bila ada
gangguan persepsi
Infeksi b.d. masuknya Setelah dilakukan 1. TTV dalam batas normal 1. Kaji adanya eksudat dan rembesan
mikroorganisme sekunder tindakan 2. Dapat mencapai 2. Observasi TTV
akibat insisi pembedahan keperawatan kesembuahan luka 3. Lakukan perawatan luka/ganti
dengan kriteria dengan tepat waktu perban dengan tehnik septik
DS : waktu yang telah 3. Pasien bebas dari aseptik
DO: ditentukan eritema serta demam 4. Libatkan keluarga untuk menjaga
- TTV kerusakan infeksi 4. Hasil lab dalam batas luka agar tetap kering
- Tanda infeksi pada luka tidak terjadi normal 5. Berikan penjelasan kepada
operasi pasien/keluarga mengenai
- Hasil lab meningkat manfaat makan makanan yang
bergizi dan tingg protein
6. Kolaborasi pemberian antibiotik,
Kurang pengetahuan pasien Setelah dilakukan 1. Pasien memahami 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
b.d. kurangnya informasi tindakan proses penyakit 2. Dorong aktivitas sesuai toleransi
keperawatan 2. Pasien memahami dengan periode istirahat
DS : dengan kriteria prosedur pengobatan 3. Diskusikan dan ajarkan perawatan
waktu yang telah 3. Pasien dapat secara luka operasi, cara menganti
ditentukan aktif/kooperatif dalam balutan
kurang melakukan perawatan
Do : pengetahuan pasca operasi 4. Libatkan keluarga saat
- Tampak pasien selalu dapat teratasi mengajarkan cara perawatan luka
bertanya dan bingung 5. Jadwalkan kontrol ke dokter sesuai
- Pernyataan salah persepsi instruksi
- Kurang kooperatif saat
mengikuti instruksi

Anda mungkin juga menyukai