Anda di halaman 1dari 9

Journal Reading

Vitamin C Requirement in Surgical Patients

Pembimbing

dr. Erica Gilda M. Simanjuntak Sp.An.KIC

Disusun Oleh :

Raninda Riani 1261050034

Calvin Prasetio 1361050005

Eunike Intan Parulian Tua Malau 1361050191

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI

PERIODE 10 NOVEMBER – 9 DESEMBER 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
KEBUTUHAN VITAMIN C PADA PASIEN OPERASI
Ryoji Fukushima and Eriko Yamazaki

Tujuan ulasan

Untuk merangkum temuan terkini mengenai status vitamin C dan menilai kebutuhan dan dosis
optimal suplementasinya pada pasien operasi.

Temuan terkini

Kadar vitamin C dalam darah turun setelah operasi tanpa komplikasi dan terus menurun pada pasien
operasi yang dirawat di ICU. Penurunan ini kemungkinan dikarenakan peningkatan konsumsi karena
stres oksidatif. Untuk mengembalikan kadar vitamin C darah menjadi normal, dibutuhkan tambahan
dosis vitamin C yang jauh lebih tinggi dari kebutuhan harian. Pada pasien operasi tanpa komplikasi,
kebutuhan dapat melebihi 500 mg/hari, dan lebih tinggi pada pasien operasi yang dirawat di ICU.
Pada pasien pasca operasi gastrointestinal tanpa komplikasi, pemberian vitamin C 500 mg/hari tanpa
putus menurunkan stres oksidatif pasca operasi yang bermanifestasi sebagai penurunan ekskresi
isoprostan melalui urin. Pada beberapa studi, fibrilasi atrium pasca operasi dapat dicegah dengan
pemberian suplementasi vitamin C sebelum operasi. Pada pasien dengan sakit parah, beberapa RCT
prospektif mendukung pemberian suplementasi dosis tinggi vitamin C, vitamin E, dan elemen mikro.

Kesimpulan

Kebutuhan vitamin C pada pasien pasca operasi meningkat, dan manfaat potensial dari suplementasi
adalah untuk meningkatkan kadar vitamin C di darah dan jaringan sehingga menurunkan stres
oksidatif. Meski manfaat klnis dari suplementasi vitamin C dosis tinggi tampak pada pasien dengan
sakit parah, dosis optimal sebagai suplemen dan manfaat klinis pada pasien pasca operasi masih perlu
diteliti.

Kata kunci: asam askorbat, operasi, vitamin C

PENDAHULUAN

Vitamin C (asam askorbat, askorbat) adalah senyawa organik larut air yang diidentifikasi pertama kali
pada tahun 1932. Vitamin C adalah mikonutrien esensial yang berperan sebagai ko-faktor pada
bermacam-macam jalur enzimatik dan kimiawi. Vitamin C berperan sebagai ko-faktor untuk berbagai
enzim termasuk yang terkait dengan hidroksilasi kolagen dan karnitin, dan biosintesis norepinefrin,
metabolisme kolesterol menjadi asam empedu, dan hidroksilasi kortisol [1*]. Defisiensi vitamin C
dapat berpengaruh negatif pada berbagai aspek dari kemampuan fisik seperti lemas dan mudah lelah
[2]. Defisiensi vitamin C juga dapat menyebabkan scurvy, yang memiliki tanda-tanda klinis seperti
pteki, memar, gusi berdarah dan inflamasi, atralgia, dan gangguan perbaikan luka. Pada bayi, dapat
terjadi gangguan pertumbuhan tulang dan osifikasi [3].

Vitamin C bekerja sebagai antioksidan fase cair yang sangat kuat [4]. Sebagai antioksidan, ia
mengambil reactive oxygen species (ROS) dan nitrogen species dalam suasana cair. Karena fungsi
biokimia tersebut, vitamin C bukan hanya mikornutrien esensial untuk menjaga kesehatan, namun
juga suplemen terapetik penting pada berbagai kondisi klinis. Artikel ini berfokus pada kebutuhan
vitamin C pada pasien operasi.
KINETIK DARI VITAMIN C DAN DOSIS REKOMENDASI

Karena tubuh manusia tidak bisa mensintesis vitamin C, sumber utama vitamin C adalah dari
konsumsi buah dan sayur [5]. Jumlah pasti vitamin C dalam sayur atau buah bervariasi tergantung
jumlah yang dimakan, musim, transportasi, lamanya sebelum dibeli, penyimpanan, dan cara
memasaknya. Jika seseorang mengonsumsi 5 sajian standar buah dan sayur per hari, jumlah vitamin C
yang terserap adalah sekitar 210-280 mg [4].

Vitamin C dianggap diserap dengan baik hingga 500 mg/hari. Telah dilaporkan abhwa bioavailabilitas
(tolok ukur efisiensi absorbsi di saluran pencernaan) adalah 89% untuk 15 mg/hari, 80% untuk 100
mg/hari, 72% untuk 200 mg/hari, 63% untuk 500 mg/hari, dan 46% untuk 1250%/hari, menggunakan
model multikompartemen [6]. Setelah pemberian per oral, kadar vitamin C dalam darah terkontrol
dengan ketat pada 70-85 μmol/L untuk jumlah yang didapat dari makanan (sebanyak 300 mg/hari)
[7].

Ekskresi vitamin C melalui urin telah diukur dalam kondisi terkontrol oleh studi di National Institutes
of Health [7]. Pada 6 dari 7 sukarelawan, ekskresi vitamin C tidak terjadi pada dosis kurang dari
100mg/hari. Pada dosis 100 mg/hari, kurang lebih 25% dari dosis diekskresi. Pada dosis yang lebih
tinggi (500 dan 1250 mg/hari) hampir semuanya dieksresikan. Pada studi di Jepang yang dilakukan
pada 6 mahasiswi, eksresi vitamin C dan metabolitnya adalah 45.2% pada dosis 115 mg/hari, 57.3%
pada dosis 213 mg/hari, 83.6% pada dosis 411 mg/hari, dan 111.2% pada dosis 715 mg/hari [8].

Dari data tersebut, di mana variabel dependen sudah tidak menyebabkan efek pada variabel
independen, vitamin C melebihi dosis 500 mg/hari memiliki pengaruh kecil pada kadarnya di plasma
dan jaringan penyimpanan. Ambang dari eksresi vitamin C tampaknya adalah 100 mg/hari, dan
ambang kadar plasma untuk memunculkan eksresi adalah 55--μmol/L. Kebutuhan harian
(recommended daily allowance [RDA]) di Amerika Serikat ditentukan sebanyak 75 mg/hari untuk
wanita dan 90 mg/hari untuk pria [9]. RDA di Jepang menyatakan dosis 100 mg/hari untuk pria dan
wanita (Ministry of Health, Labor and Welfare: dietary reference intakes for Japanese 2010.
http://www.mhlw.go.jp/shingi/2009/05/dl/s0529-4x.pdf).

Dengan pemberian intravena, kadar puncak vitamin C di plasma dan ekresinya di urin meningkat.
Padayatty et al. [10] melaporkan kadar vitamin C plasma dan eksresinya pada pemberian per oral dan
intravena pada 17 sukarelawan sehat. Mereka menemukan bahwa dosis 1.25 g vitamin C per oral
menyebabkan meningkatnya kadar vitamin C di plasma hingga rata-rata 134.8 ± 20.6 μmol/L,
dibadingkan dengan intravena, meningkatkan hingga 885 ± 201.2 μmol/L (250 mg/menit). Dosis oral
maksimal yang dapat ditoleransi adalah 3g per 4 jam, model farmakokinetik memprediksi kadar
puncak vitamin C plasma adalah 220 μmol/L. Namun pada pemberian intravena, kadar puncak
vitamin C plasma adalh 1760 mol/L untuk 3g pemberian, 2870 mol/L untuk 5 g pemberian, 5580
mol/L untuk 10 g pemberian, 13.350 μmol/L untuk 50 g, dan 15.380 μmol/L untuk 100 g pemberian.

Rekomendasi nutrisi parenteral 'normal' dari Panduan American Society of Parenteral and Enteral
Nutrition 2002 adalah 100 mg/hari [11], lalu diikuti dengan rekomendasi American Medical
Association (AMA) 1975, dan rekomendasi dari USA Food and Drug Administration 2000 adalah
200 mg/hari, dan sediaan multivitamin yang tersedia di Amerika Serikat sejak tahun 2000
mengandung 200 mg vitamin C. Paduan The European Society for Clinical Nutrition and Metabolism
(ESPEN) untuk nutrisi parenteral pada pasien operasi yang dipublikasikan tahun 2009 mengadopsi
angka ini (200 mg/hari) [12]. Sediaan multivitamin yang tersedia di Jepang sesuai dengan
rekomendasi AMA 1975. Dosis rekomendasi parenteral untuk berbagai penyakit masih belum jelas,
namun telah diakui bahwa dosis yang lebih tinggi diperlukan untuk pasien operasi, terutama pada
kondisi dengan stres tinggi.

STATUS VITAMIN C SAAT OPERASI

Penilaian status vitamin C pada kondisi stabil dapat diambil dari pengukuran kadar vitamin C plasma.
Penilaiannya lebih sulit dilakukan pada pasien dengan sakit akut karena redistribusi dapat terjadi pada
masa akut dan kadar plasma tidak selalu merepresentasikan status vitamin C di seluruh tubuh. Masih
belum ada indikator pasti terjadinya defisiensi vitamin C. Bisa diasumsikan bahwa peningkatan
kebutuhan pada jaringan menyebabkan penurunan kadar plasma. Jumlah eksresi vitamin C dalam urin
juga bisa menjadi petanda untuk menilai status [8]. Untuk tujuan penelitian, kadar vitamin C leukosit
dapat digunakan dan dianggap sebagai indikator status vitamin C yang baik. Namun, pengukuran ini
rumit dan laporan prosedur standar yang masih kurang mempersulit interpretasinya [13].

Kami meneliti status vitamin C pada 10 pasien yang telah menjalani gastrektomi tanpa komplikasi
karena kanker lambung [14]. Pasien hanya diperbolehkan mendapat nutrisi parenteral perifer (PPN
solution) yang tidak mengandung vitamin apapun kecuali B1. Kadar vitamin C darah menurun pasca
operasi dan penurunannya signifikan setelah 7 hari (44.3-17.0 μmol/ml). Tidak hanya kadarnya dalam
darah, ekskresi melalui urin juga di bawah normal pada hari ke-3 dan 5 pasca operasi (3.12 dan 1.94
mg/hari), mengindikasikan status defisiensi yang mungkin terjadi pada pasien-pasien ini.

Studi-studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa kadar vitamin C darah turun pada respon fase akut
seperti setelah operasi, trauma, sepsis, dan luka bakar [15-20]. Dengan onset dari komplikasi pasca
operasi, kadar vitamin C terus menurun, dan Borelli et al. [21], menyatakan defisiensi vitamin C
menjadi risiko komplikasi pasca operasi.

Penurunan telah dianggap sebagai hasil dari redistribusi vitamin C dan konsumsi (peningkatan
kebutuhan) yang dikarenakan peningkatan stres oksidatif. Rumelin et al. [22] meneliti clearance
metabolit vitamin C plasma pasca operasi setelah injeksi bolus vitamin C 6 mg/kgBB pada pasien
operasi maxillofacial mayor. Mereka menemukan bahwa clearance metabolit meningkat signifikan
pada hari pertama pasca operasi dibanding sebelum operasi. Menurut studi tersebut, peningkatan
clearance plasma bukan dikarenakan peningkatan ekskresi renal atau hemodilusi, melainkan karena
peningkatan kebutuhan vitamin C.

Pada beberapa pasien operasi, status penurunan vitamin C berpengaruh buruk pada luaran klinis,
seperti menyebabkan hemoragi, anemia [23] dan ekimosis [24]. Tanda-tanda ini dilaporkan mereda
setelah diberi vitamin C. Lainnya mengindikasikan bahwa fibrilasi atrial pasca operasi jantung dapat
dicegah dengan pemberian suplemen vitamin C sebelum operasi (yang akan didiskusikan
selanjutnya).

SUPLEMEN VITAMIN C PADA PASIEN BEDAH TANPA KOMPLIKASI

Meskipun data dari beberapa uji coba prospektif acak terkontrol mendukung suplementasi nutrisi
parenteral dengan vitamin dan unsur-unsur dalam keadaan kritis, hanya sedikit data yang ada untuk
pasien dengan kursus tanpa komplikasi (Tabel 1).

Kami berusaha untuk menentukan dosis vitamin C yang cukup selama PPN pada pasien setelah
operasi gastrointestinal yang tidak rumit dengan mengukur konsentrasi darah dan ekskresi vitamin C
di urin [25]. Dalam uji coba secara acak, 2 hari setelah menjalani operasi gastrointestinal, 5 hari
dilanjutkan infus vitamin C, baik di 100 atau 500 mg / hari, dimulai pada 16 pasien. Pasien-pasien ini
tidak mengambil makanan oral atau suplemen. Menunjukkan konsentrasi vitamin C darah menurun
tajam setelah operasi. Ini akan kembali normal dalam 3 dan 5 hari setelah memulai pemberian vitamin
C (hari 3 hari 5) pada kelompok 500 mg; namun, itu normal hanya pada hari 5 dalam kelompok 100
mg. Konsentrasi berbeda secara signifikan antara kelompok pada hari 3 hari 5 (P=0,001 untuk kedua
hari). Ekskresi vitamin C di atas normal pada kedua hari pada kelompok 500 mg, tetapi tidak pernah
mencapai normal dalam kelompok 100 mg (P<0,001 untuk kedua hari). Rerata ekskresi delapan-
isoprostan, penanda stres oksidatif, secara signifikan lebih rendah dalam kelompok 500 mg daripada
100 mg pada hari 3. Data ini menunjukkan bahwa pada pasien pascaoperasi tidak rumit, AMA
merekomendasikan dosis 100 mg/hari tidak cukup, tapi 500 mg/hari dapat mempertahankan status
vitamin C.

Demikian pula ketika formulasi nutrisi parenteral mengandung vitamin C 200 mg/hari diberikan
selama 7 hari untuk pasien ICU pasca operasi, plasma vitamin C tetap rendah hampir satu setengah
dari pasien [26]. Baines dan Shenkin [18] mengukur kadar plasma antioksidan total sebelum dan
sesudah operasi dan menyimpulkan bahwa, dalam pertimbangan pemberian antioksidan, standar gizi
intravena yang mengandung α-tokoferol, vitamin C dan jejak elemen disarankan tidak cukup untuk
melawan jumlah stres oksidatif dan beban oksidatif tambahan yang terjadi karena operasi.

Dalam studi lain, konsentrasi plasma perioperatif vitamin C dalam berbagai pasien bedah elektif
diamati sampai hari ke-3 pasca operasi. Mereka melaporkan bahwa untuk menormalkan pasca
operasi vitamin plasma C, administrasi iv asam askorbat 500 mg sampai empat kali dalam waktu 12
jam tergantung pada awal vitamin C con-centration diperlukan: ketika vitamin C plasma concen-
trasi kurang dari 34,1 mmol / l, empat dosis 500 mg diberikan; kurang dari 56,8 mmol / l, dua dosis
500 mg; dan kurang dari 68,2 mmol / l, satu dosis 500 mg [27]. Memang, tidak mudah atau layak
untuk secara rutin mengukur perioperatif vitamin plasma C, dan mereka menyimpulkan bahwa dosis
awal 500 mg diberikan empat kali dalam 12 jam diikuti oleh 500 mg dua kali sehari selama hari-hari
berikutnya mungkin memberikan manfaat potensial. Manfaat klinis suplementasi tidak ditentukan
dalam penelitian ini.

Dari sudut pandang praktis, berdasarkan studi dan lain-lain kita sendiri seperti yang disebutkan di
atas, dan juga data dari ICU bedah yang 300 mg tidak cukup [17] (Yang dibahas kemudian), kami
menganggap bahwa infus kontinyu dari 500 mg / hari vitamin C mungkin layak untuk pasien bedah
uncompli-berdedikasi untuk mempertahankan konsentrasi plasma yang memadai. Data dari
laboratorium afiliasi kami menunjukkan bahwa stabilitas solusi vitamin C (500 mg dalam 500 ml
garam fisiologis) setelah 24 jam adalah 100% (data tidak dipublikasikan). Hal ini dapat diasumsikan
bahwa bolus infus dapat menghasilkan konsentrasi tinggi plasma sementara dan mengakibatkan
kerugian kemih yang lebih besar, dan dosis demikian lebih tinggi mungkin diperlukan untuk
menormalkan konsentrasi plasma steady state. Meskipun tidak jelas apakah atau tidak dosis
pemuatan akan diperlukan pada periode pasca operasi awal, mungkin berkontribusi terhadap
pemulihan awal.

PENCEGAHAN FIBRILASI ATRIUM PASCA OPERASI

Ada beberapa bukti eksperimental dan klinis untuk mendukung suplementasi vitamin C yang dapat
mencegah fibrilasi atrium pasca operasi pada pasien bedah jantung (Tabel 1). Fibrilasi atrium pasca
operasi telah dilaporkan terjadi pada 20-40% pasien bahkan dengan penggunaan obat pencegahan
seperti b-blocker dan amiodarone [28].

Dalam penelitian oleh Carnes dkk. [29], 43 pasien yang menjalani bypass arteri koroner diberi 2 g
vitamin C sehari sebelum operasi, diikuti 500mg setiap hari sampai hari kelima pasca operasi, dan
dibandingkan secara retrospektif dengan kontrol sesuai usia dan jenis kelamin. Kejadian fibrilasi
atrium pasca operasi pada kelompok yang diobati dengan vitamin C adalah 16 vs 35% pada
kelompok kontrol.
Baru-baru ini, ditunjukkan bahwa vitamin C oral yang berasosiasi dengan β-blocker lebih efektif
dalam mencegah fibrilasi atrium pasca operasi daripada β-blocker saja. Seratus pasien yang
menjalani cangkok bypass arteri koroner dibagi menjadi kelompok β-blocker dan kelompok β-
blocker vitamin C, yang menerima vitamin C dosis 2 g pada malam sebelum operasi dan 2 g sehari
selama 5 hari setelah operasi. Insidensi fibrilasi atrium pasca operasi adalah 4% pada kelompok
vitamin C dan 26% pada kelompok kontrol [30].

MANFAAT POTENSIAL UNTUK PENYEMBUHAN LUKA OPERASI

Meskipun ada sedikit bukti klinis yang baik untuk penyembuhan luka operasi dengan suplemen
vitamin C tunggal [31●], beberapa penelitian pada hewan menyarankan perbaikan penyembuhan
luka anastomosis usus [32-35]. Dalam penelitian pada hewan dengan eksperimen reseksi usus,
dengan pemberian vitamin C dosis tinggi 100 atau 200 mg / kg melalui jalur intramuskular, tekanan
anastomosis meningkat secara signifikan pada 7 hari setelah operasi. Selain itu, tingkat
hidroksiprolin yang lebih tinggi dan peningkatan skor histopatologis menunjukkan penyembuhan
yang meningkat dengan suplementasi vitamin C dosis tinggi [34].

SUPLEMENTASI DOSIS TINGGI DI UNIT PERAWATAN INTENSIF BEDAH

Pasien ICU bedah yang kritis mungkin memerlukan dosis vitamin C yang lebih tinggi untuk
menormalkan kadar vitamin C plasma. Konsentrasi vitamin C plasma turun di bawah normal dalam
24 jam setelah cedera akut [36] dan sangat menurun pada pasien, dengan kegagalan beberapa organ
selama penerimaan ICU [21,37]. Long et al. [17] melengkapi nutrisi parenteral total dengan
peningkatan dosis vitamin C pada pasien bedah kritis selama periode 6 hari. Konsentrasi plasma
tidak normal setelah 2 hari dengan suplementasi 300mg/hari dan hanya mendekati kadar plasma
normal rendah setelah 2 hari pada 1000mg/hari. Akhirnya, kenaikan yang signifikan dicatat setelah 2
hari dengan 3000mg / hari.

Keuntungan potensial dari vitamin C dosis tinggi untuk pasien bedah yang kritis adalah
meningkatkan kadar vitamin C plasma dan jaringan dan dengan demikian mengurangi stres
oksidatif. Stres oksidatif mengacu pada generasi spesies oksigen reaktif dan spesies nitrogen reaktif,
yang terutama dihasilkan oleh pengaktifan sel inflamasi dan sel imun. Ada peningkatan bukti
eksperimental bahwa stres oksidatif adalah mediator disfungsi endotel dan vasohiporeaktivitas [38].
Setelah trauma berat dan sepsis, disfungsi endotel akut berkontribusi secara signifikan terhadap
ketidakstabilan hemodinamik dan gangguan mikrosirkulasi yang menyebabkan kerusakan jaringan
dan kegagalan organ multipel [39,40]. Telah dilaporkan bahwa vitamin C dosis tinggi menghambat
disfungsi endotel dengan mendukung bioavailabilitas sintetase nitrat oksida endotel, melindungi
oksida nitrat dari penguapan oksidatif, dan sebaliknya menghambat produksi sintetase nitrat oksida
yang dapat diinduksi pada sel endotel untuk mencegah vasoreaktivitas inflamasi sehingga
memudahkan pemulihan stabilitas peredaran darah oleh vasopresor [41]. Induksi sintetase oksida
nitrat inducible telah dikenal sebagai faktor patofisiologis dalam pengembangan syok septik dan
kegagalan organ yang diinduksi oleh sepsis. Studi farmakologis terkini menekankan perlunya dosis
supra fisiologis vitamin C untuk mengembalikan fungsi endotel dan konsentrasi supra fisiologis
vitamin C dapat dicapai dengan administrasi i.v. [41].

Kombinasi beberapa agen antioksidan termasuk vitamin C dosis tinggi (1-3 g/hari) diberikan kepada
pasien ICU dalam beberapa uji klinis, dengan hasil yang menguntungkan [42-45] (Tabel 2). Hasil
utama yang menguntungkan adalah pengurangan infeksi dan komplikasi paru, disfungsi organ dan
pemendekan waktu rawat di ICU dan/atau rumah sakit. Dalam penelitian ini, gabungan pemberian
zat terapi antioksidan seperti vitamin E, selenium, dan seng membuat interpretasi peran murni
vitamin C agak sulit.

Pada luka bakar, dosis yang sangat tinggi telah diuji pada hewan dan manusia dan terbukti
bermanfaat [46-48]. Tanaka dkk. [48] memberikan 66 mg/kg/jam (95 g/hari pada berat badan 60 kg)
vitamin C kepada pasien yang terbakar berat pada 24 jam pertama dan menemukan penurunan yang
signifikan dalam kebutuhan volume resusitasi cairan, penambahan berat badan dan luka edema
(Tabel 2). Dalam penelitian terbaru tentang anak-anak yang terbakar, suplementasi dengan 1,35-2
kali, tingkat asupan vitamin E, vitamin C dan seng yang lebih tinggi juga mengurangi tekanan
oksidatif dan mempersingkat waktu penyembuhan luka [49] (Tabel 2).

TOKSISITAS

Karena vitamin C larut dalam air dan mudah diekskresikan dalam urin, dianggap bahwa
suplementasi dosis tinggi memiliki sedikit efek samping bila diberikan secara oral atau parenteral.
Sebagai hasil bioavailabilitas oral terbatas, dosis oral tunggal 5-10 g menghasilkan ketidaknyamanan
usus sementara yang disebabkan oleh diare osmotik. Batas atas asupan di Amerika Serikat
ditetapkan pada 2 g (2000 mg) setiap hari pada orang dewasa, untuk mengurangi risiko diare dan
gangguan gastrointestinal [9].

Vitamin C biasanya dimetabolisme sampai tingkat kecil menjadi ok salat [50], yang merupakan
komponen utama batu ginjal. Ada beberapa laporan kasus langka gagal ginjal karena oksalosis
selama suplementasi vitamin C oral atau parenteral dengan pemberian dosis tinggi dan/atau
penggunaan jangka panjang; misalnya 60 g i.v. [51] atau lebih dari 5 g secara oral [52]. Bagi pasien
dengan insufisiensi ginjal, 1 g i.v. setiap hari selama 3 bulan dilaporkan menghasilkan oksalosis
[53].

Beberapa penelitian in-vitro telah menyarankan bahwa berbeda dengan sifat antioksidan dari dosis
rendah vitamin C, vitamin C dosis tinggi dapat memberikan efek pro-oksidatif dan terkadang
merusak DNA pada model hewan [54]. Namun, bukti bahwa vitamin C tambahan mendorong
kerusakan oksidatif di bawah kondisi fisiologis pada manusia belum ditunjukkan [55]. Muhlhofer
[56] juga melaporkan baru-baru ini bahwa efek pro oksidatif tidak diinduksi pada sukarelawan sehat
yang diberikan oleh i.v. vitamin C dosis tinggi sampai 7,5 g / hari selama 7 hari.

KESIMPULAN

Meskipun saat ini hanya beberapa makalah yangtelah diterbitkan mengenai persyaratan vitamin C
pada pasien bedah, jelas bahwa konsentrasi vitamin C plasma berkurang setelah operasi. Kebutuhan
Vitamin C pasca operasi yang meningkat mungkin karena meningkatnya kebutuhan dan RDA atau
dosis yang direkomendasikan dalam pedoman nutrisi parenteral mungkin tidak cukup untuk
mempertahankan konsentrasi plasma yang adekuat. Lebih dari 500 mg/hari dibutuhkan untuk pasien
operasi tanpa komplikasi dan dosis yang lebih tinggi untuk pasien dengan stres berat. Dosis optimal
untuk suplementasi dan manfaat klinis masih terus dipelajari.
Tabel 1 Suplementasi Vitamin C Pada Pembedahan Tanpa Komplikasi

Penyidik Utama
Metode Referensi
dan Tahun Pasien Pengaturan N Hasil
Suplementasi Jumlah
Penerbitan
pasien bedah
studi observasional. Bagian dari solusi
elektif (saluran status antioksidan
Baines dan Dievaluasi harian PN standar. 100
pencernaan, 30 pasca operasi tidak [18]
Shenkin total pascaoperasi mg / hari selama
pankreas dan memuaskan.
status antioksidan. 4-26 hari.
lain-lain).

Untuk
menormalkan
konsentrasi
plasma, 500 mg
500 mg iv dalam
VC hingga empat
100 ml, 5%
kali dalam waktu
glukosa selama 30
12 jam tergantung
pasien bedah RCT, VC vs menit pada 4 h
Rumelin et al. 55 pada konsentrasi [27]
elektif. kontrol. interval hingga 4
awal adalah wajib.
kali hari
500 mg, empat kali
tergantung pada
di 12 h diikuti oleh
VC konsentrasi.
500 mg harian
yang
direkomendasikan
oleh penulis.

Operasi RCT di ICU bedah


pankreas, dengan atau tanpa Bagian dari solusi VC tetap rendah di [26]
Luo et al. jantung, GLN, VC adalah 59 PN 200 mg / hari sekitar onehalf
pembuluh darah menambahkan pada selama 7 hari. pasien yang POD7.
dan kolon. kedua kelompok.

Konsentrasi darah
dari VC
dinormalisasi pada
100 atau 500 mg, POD4 hanya dalam
[25]
Gastrektomi dan RCT, 100 vs 500 24 h iv terus kelompok 500 mg.
Yamazaki et al. 16
kolektomi. mg /hari. menerus dari Kemih ekskresi
POD2 ke POD6. penanda oksidatif
rendah secara
signifikan di 500
kelompok mg.

Berturut-turut VC-
dilengkapi pasien
2 g sehari sebelum
dibandingkan
operasi, diikuti Insiden fibrilasi
bypass arteri dengan retrospektif
Carnes et al. 86 oleh 500 mg setiap atrium adalah 16 vs [29]
koroner. yang dipilih usia
hari sampai 35%.
yang sama dan jenis
POD5.
kelamin kontrol
cocok.

Oral vitamin C
dengan dosis dari
2 g pada malam
RCT, bblocker þ Insiden fibrilasi
bypass arteri sebelum untuk
Eslami et al. VC vs ß-blocker 100 atrium adalah 4 vs [30]
koroner. operasi dan 2 g
saja. 26% (P <0,002).
sehari selama 5
hari setelah
operasi.
Tabel 2 Suplementasi Vitamin C Dosis Tinggi pada Bedah ICU dan Luka Bakar Mayor

Penyidik
Dosis dan Referensi
utama dan Lainnya
Pasien Pengaturan N metode Hasil jumlah
tahun ditambah zat
suplementasi
penerbitan

Pengurangan
morbiditas paru
dan kegagalan
Trauma (n = 1 g iv setiap h
organ multiple.
542) dan 8 untuk icu
Athens et al. Rct. 595 3 g tokoferol. Durasi yang lebih [42]
penyakit kritis tinggal atau
singkat mekanik
lainnya. 28 hari.
ventilasi dan
panjang rawat di
icu.
Pemuatan
dosis awal
(2,7 g)
Jantung sakit selama 2 hari Selenium 270
Pengurangan
kritis diikuti oleh 3 mg, seng 30
respon inflamasi
pembedahan hari dari mg, vitamin b1
(crp).
(n = 113), dosis terapi 100 mg. Dosis
Berger et al . Rct. 200 Pemendekan [43]
trauma besar (1,6 g). ganda selama 2
waktu rawat di rs
(n = 66), dan Kontrol hari dan dosis
dengan
subarachnoid kelompok terapi untuk 3
antioksidan pada
(n = 21). menerima hari.
pasien trauma.
0,5g terus
menerus 10
jam iv
Retrospektif Vitamin e 3000
1 g iv setiap h 8 Pengurangan risiko
Collier et al. Trauma. penelitian 4294 iu selenium
untuk 7 hari. relatif 28% di
kohort. 200mg.
mortalitas dan [44]
penurunan yang
signifikan di kedua
rs dan icu.
Penurunan yang
signifikan dalam
Trauma acs (2,9 vs 0,7%),
(pasien yang Retrospektif ssi (2,7 vs 1,3%),
Sama seperti Sama seperti di
Giladi et al. sama seperti penelitian 4294 kegagalan paru
di atas. atas.
di atas kohort. (27,6 vs 17,4%), [45]
digunakan). dan ventilator
tergantung
kegagalan
pernapasan (10,8
vs 7,1%)
Secara signifikan
66 mg/kg mengurangi
/jam terus resusitasi
Luka bakar [48]
Tanaka et al. Rct. 37 menerus iv kebutuhan volume
utama.
selama 24 cairan tubuh, bb
jam. dan luka edema.
1,5 kali
asupan atas
tingkat, 3 kali
Luka bakar Vitamin e 1,25
sehari secara
Barbosa et al. utama Rct. 32 kali ul, zinc 2,0
lisan atau [49]
pediatric. kali rda.
enteral
selama
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai