Anda di halaman 1dari 23

GNAPS

(GLOMERULONEFRITIS
AKUT PASCA
STREPTOKOKUS)
DEFINISI

Suatu bentuk peradangan glomelurus yang secara


histopatologis menunjukan proliferasi & inflamasi
glomeruli yang didahului oleh infeksi group A β
hemolytic streptococci (GHABS) ditandai dengan gejala
nefritik : Hematuri, Edema, Hipertensi, oliguria yang
terjadi secara akut
AGENT

ENVIRONMEN
HOST
T

• Lebih sering pada anak usia 2,5 – 15 tahun


• Didahului oleh infeksi GABHS melalui infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) /
infeksi kulit 9 piodermi
• Sering terjadi di negara berekonomi rendah dan negara di daerah tropis.
• Penyebaran penyakit ini dapat melalui ISPA ( tonsilitis / faringitis)
dan kulit (piodermi)
PATOGENESIS

• Merupakan penyakit kompleks imun


• Adanya periode laten antara infeksi streptokokus dan gejala klinik
• Aktivasi plasminogen menjadi streptokinase yang kemudian diikuti oleh
aktivasi kaskade komplemen
• Kompleks imun terjadi dalam sirkulasi NAPLr sebagai ag – ab anti
NAPLr larut dalam darah dan mengendap pada glomerulus
MANIFESTASI KLINIK
1. Periode laten
Pada GNAPS khas harus ada periode laten yaitu antara infeksi streptokokus
sampai tibul gejala
1-3 Minggu. 1-2 minggu didahului ISPA. 4 Minggu didahului piodermi
2. Edema
Gejala paling sering timbul pertama kali. Hilang pada
akhir minggu pertama. Terjadi Edema palpebra, disusul
di tungkai. Jika ada retensi cairan hebat bisa timbul
edem di daerah perut (asites) dan genitalia eksterna (
edema skrotum / vulva)
3. Hematuria
Terdapat pada 30-70 % kasus GNAPS.
Urin tampak coklat kemerah – merahan / teh pekat, air cucian daging /
berwarna seperti cola
Hematuria makroskopik timbul beberapa hari – minggu. Hematuria mikroskopik
dapat berlangsung lama, bisa 6 bulan.
4. Hipertensi
Terdapat sekitar 60-70% kasus GNAPS. Terjadi dalam minggu pertama dan
menghilang bersama gejala klinik lain. Kebanyakan kasus adalah hipertensi
ringan ( Tekanan diastolik 80-90 mmHg)
5. Oliguria
Jarang dijumpai. Hanya 5-10% kasus. Produksi urin < 350 ml/m2LPB/ Hari.
Terjadi bila fungsi ginjal menurun/ kegagalan ginjal akut, Timbul di mingu
pertama dan menghilang bersamaan dengan timbulnya diuresis pada akhir
minggu pertama
5. Gejala Cardiovaskular
Edema paru : terjadi akibat bendungan sirkulasi. Bersifat asimtomatik
( hanya terlihat secara radiologik). Gejala klinik : batuk, sesak napas, sianosis.
Terdengar ronki basah kasar/ basah halus. Kelainan radiologik dapat berupa :
kardiomegali, edema paru, dan efusi pleura.

6. Gejala – gejala lain


Pucat, malaise, letargi dan anoreksi. Pucat bisa terjadi karena peregangan
jaringan subkutan akibat edema / hematuria makroskopik yang berlangsung
lama
DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan bila dijumpai hematuria, hipertensi, edema,


oliguri yang merupakan gejala-gejala khas GNAPS

Pemeriksaan Laboratorium berupa ASTO (meningkat) & C3


(menurun) serta pemeriksaan lain berupa adanya torak eritrosit,
hematuria & proteinuria

Diagnosis pasti ditegakkan: biakan positif untuk streptokokus ß


hemolitikus grup A
LABORATORIUM

• Urin
• Hematura mikroskopik
• Adanya eritrosit dalam urin. Terdapat torak eritrosit. Menunjukan
adanya suatu peradangan glomerulus (glomerulonefritis)
• Proteinuria
• Berkisar antara – sampai dengan ++.
• Bila terjadi +++ pertimbangkan gejala sindrom nefrotik / hematuria
makroskopik.
• Proteinuria biasanya , 2gram/ m2 LPB/ 24 jam.
• Darah
• Reaksi serologis
• Timbul antibodi seperti antistreptolisin O (ASO) dimana paling sering
diperiksa, antihialuronidase ( AH ase) dan antideoksiribonuklease (AD Nase –
B)
• Kenaikan titer terjadi hari ke 10 hingga 14 sesudah infeksi streptokokus dan
mencapai punckanya di minggu ke 3-5, menurun pada bulan ke 2 – 6
• Aktivitas komplemen
• Komplemen serum hampir selalu menurun pada GNAPS karena berperan
dalam proses ag – ab sesudah infeksi streptokokus.
• Yang sering diperiksa komplemen C3 (B1 C Globulin. Kadar C3 menurun
selama fase akut dalam minggu pertama, lalu normal sesudah 4-8 minggu
timbulnya gejala – gejala penyakit.
• Laju endap darah
• Meninggi pada fase akut. Menurun setelah gejala klinik
menghilang.
• Tidak dapat digunakan sebagai parameter kesembuhan GNAPS
DIAGNOSIS BANDING

Glomerulonefritis
Rapid progressive
kronik
glomerulonefritis
eksaserbasi akut

IgA Nefropati Purpura Henoch-


Schὂenlein
DIAGNOSIS BANDING
Glomerulonefritis Rapid progressive IgA Nefropati Henoch- Schὂenlein
kronik eksaserbasi glomerulonefritis Purpura
akut
• Pada anamnesis • Lebih sering terjadi • Penyakit ini tidak • Pada HSP dapat
terdapat penyakit pada orang dewasa disertai edema atau dijumpai purpura,
ginjal sebelumnya dan • Titer ASO, AH ase, AD hipertensi nyeri abdomen dan
peroide laten yang Nase B normal • Hematuria mikroskopik artralgia
terlalu singkat, terjadi biasanya
biasanya 1-3 hari berulang dan timbul
bersamaan dengan
infeksi saluran napas
tanpa periode laten
ataupun jika ada
berlangsung sangat
singkat
TATALAKSANA

• Tatalaksana bersifat suportif dan simptomatik


• Perawatan dibutuhkan jika:
• Penurunan fungsi ginjal sedang sampai berat (klirens kreatinin < 60 ml/1
menit/ 1,73 m2
• BUN > 50 mg
• Anak dengan tanda gejala uremia, muntah, letargi, hipertensi ensefalopati,
anuria atau oliguria menetap.
TATALAKSANA

Istirahat

Diet

Antibiotik

Simptomatik
TATALAKSANA
1. Istirahat
2. Diet
 edema berat -> diberikan makanan tanpa garam
 edema ringan, pemberian garam dibatasi sebanyak 0,5-1 g/hari
 Protein dibatasi bila kadar ureum meninggi, yaitu sebanyak 0,5-1 g/kgbb/hari

3. Antibiotik
golongan penisilin diberikan untuk eradikasi kuman, yaitu Amoksisilin 50
mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
Jika terdapat alergi terhadap golongan penisilin, dapat diberi eritromisin dosis 30
mg/kgbb/hari.
TATALAKSANA

4. Simptomatik
- Bendungan sirkulasi
Bila terjadi edema berat atau tanda-tanda edema paru akut, harus diberi diuretic, misalnya furosemide. Bila tidak berhasil, maka
dilakukan dialysis peritoneal

- Hipertensi
Hipertensi ringan: istirahat cukup dan pembatasan cairan yang baik, tekana darah bias kembali normal dalam waktu 1 minggu.
Hipertensi sedang/ berat (tanpa tanda-tanda serebral): Captopril (0,3 – 2 mg/kgbb/hari) atau furosemide atau kombinasi keduanya.
Hipertensi berat/hipertensi dengan gejala serebral (ensefalopati hipertensi): klonidin (0,002-0,006 mg/kgbb) dapat diulangi hingga
3 kali diazoxide 5 mg/ kgbb/hari secara intravena (I.V). Kedua obat tersebut dapat digabung dengan furosemid (1 – 3 mg/kgbb).
KOMPLIKASI
Ensefalopati Hipertensi

Gangguan ginjal akut

Edema Paru

Posterior leukoencephalopathy
PROGNOSIS

5-10%
85-95% (Anak)
(Glomerulonefritis
Sembuh sempurna
Prognosis kronik)
GNAPS
50-75% (Dewasa) 15-30%
Sembuh sempurna (kronik)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai