Oligouria
Edema
hingga anuria
Hipertensi Hematuria
cardio
vaskuler
Edema paru.
Gejala klinik : batuk, sesak napas, sianosis, ronki basah kasar atau
basah halus pada auskultasi paru. Keadaan ini disebut acute
pulmonary edema.
Hematuria Kompleme
mikroskopik n
LED
Pemeriksaan Laboratorium: Urine
Proteinuria :
Kualitatif : +/++/+++. Bila didapatkan +++, dipertimbangkan
kelainan sindrom nefrotik atau hematuria makroskopik.
Kuantitatif : berkisar 2 gram/m2 LPB/24 jam atau lebih.
Proteinuria yang menetap > 6 bulan menunjukkan kemungkinan
suatu glomerulonefritis kronik → indikasi biopsi ginjal.
Hematuria mikroskopik :
adanya eritrosit dan torak eritrosit dalam urin menunjukkan
adanya peradangan glomerulus. Torak eritrosit dapat pula
dijumpai pada penyakit ginjal lain, seperti nekrosis tubular akut.
Pemeriksaan Laboratorium: Darah
1. Reaksi Serologis
Antistreptolysin O (ASTO) meningkat 70-80% pada GNAPS
menunjukkan adanya infeksi streptokokus sebelumnya. Kenaikan
titer ini dimulai pada hari ke-10 hingga 14 sesudah infeksi
streptokokus dan mencapai puncaknya pada minggu ke- 3 hingga
5 dan mulai menurun pada bulan ke-2 hingga 6. Titer ASTO jelas
meningkat pada GNAPS setelah infeksi saluran pernapasan oleh
streptokokus. Sebaliknya titer ASO jarang meningkat setelah
piodermi. Hal ini diduga karena adanya jaringan lemak subkutan
yang menghalangi pembentukan antibodi terhadap streptokokus
sehingga infeksi streptokokus melalui kulit hanya sekitar 50%
kasus menyebabkan titer ASTO meningkat.
2. Aktivitas Komplemen
Aktivitas komplemen C3 serum menurun pada GNAPS, karena turut serta
berperan dalam proses antigen-antibodi sesudah terjadi infeksi
streptokokus yang nefritogenik. Umumnya kadar C3 mulai menurun
selama fase akut atau dalam minggu pertama perjalanan penyakit,
kemudian menjadi normal sesudah 4-8 minggu timbulnya gejala-gejala
penyakit.