Anda di halaman 1dari 32

BILANGAN REAL

Pada tulisan ini akan dibahas sifat-sifat aljabar penting sistem bilangan real. Dalam
uraiannya terlebih dahulu akan dibahas sifat-sifat dasar yang berkaitan dengan bilangan
real dan dilanjutkan dengan menunjukkan bagaimana sifat-sifat lainnya dapat dideduksi
dari sifat-sifat dasar tersebut.

Untuk selanjutnya, R menyatakan himpunan semua bilangan real dan bilangan real
dinyatakan sebagai unsur di R.

A. Sifat-sifat Aljabar

Pada bagian ini akan dibahas tentang struktur aljabar dari sistem bilangan real. Dimulai
dengan menguraikan sifat-sifat dasar penjumlahan dan perkalian pada bilangan real. Sifat
dasar ini merupakan dasar bagi semua sifat aljabar yang penting dari bilangan real. Ini
berarti bahwa semua sifat aljabr yang lainnya dapat dideduksi sebagai teorema-teorema.
Dalam istilah alajabar abstrak, sistem bilangan real mempunyai field terhadap operasi
penjumlahan atau perkalian bias ditulis dengan notasi ( R , + , . ) merupakan field.

Pada R terhadap dua operasi biner masing-masing disebut penjumlahan dan perkalian
yang biasa dinyatakan dengan “ + “ dan “ . “ . kedua operasi ini memenuhi sifat-sifat
berikut.

( J1 ) Sifat komutatif penjumlahan

a + b = b + a untuk semua a dan b di R.

( J2 ) Sifat assosiatif penjumlahan

a + ( b + c ) = ( a + b ) + c untuk semua a, b, c di R.

1
( J3 ) Eksistensi unsur nol

Ada 0 di R sehingga a + 0 = a untuk semua a di R.

( J4 ) Eksistensi unsur-unsur negative

Untuk setiap a di R ada –a di R sehingga a + ( -a ) = 0

( K1 ) Sifat komutatif perkalian

a . b = b . a untuk semua a dan b di R.

( K2 ) Sifat assosiatif perkalian

a . ( b . c ) = ( a . b ) . c untuk semua a, b, c di R.

( K3 ) Eksistensi unsur satuan

Ada 1 di R sehingga a . 1 = a untuk setiap a di R.

( K4 ) Eksistensi unsur-unsur balikan

Untuk setiap a di R , a  0 , ada 1 di R sehingga a. 1  1


a a
 
(D) Sifat distributive perkalian terhadap penjumlahan

Untuk semua a, b, c di R berlaku

a . ( b + c ) = a . b + a . c dan ( a + b ) . c = a . c + b . c

Ke-9 sifat di atas dikenal sebagai aksioma filed. Untuk itu R dengan operasi penjumlahan
dan perkalian yang memenuhi aksioma tersebut di atas dikatakan merupakan sebuah field
( lapangan ).

Berikut ini akan dibahas sifat-sifat aljabar bilangan real lainnya. Pertama tentang
ketunggalan unsur nol dan unsur satuan.

2
Teorema 1. ( i ) Jika z dan a adalah unsur-unsur di R sehingga z + a = a, maka z =0

( ii ) Jika u dan b  0 adalah unsur-unsur di R sehingga u . b = b, maka


u = 1.

Bukti .

( i ) Diberikan z , a sebarang dua unsur di R yang memenuhi z + a = a . Menurut ( J4 )


ada –a di R sehingga a + ( -a ) = 0 dan bila –a ditambahkan pada kedua ruas z + a
= a diperoleh ( z + a ) = a + ( -a ). Dengan memakai ( J2 ), ( J4 ) dan ( J3 ) pada
ruas kiri akan diperoleh z  a  a  z  a   a  z  0  z

Pada ruas kanan dengan memakai ( J4 ) diperoleh a   a  0

Jadi, dapat disimpulkan bahwa z = 0

( ii ) Latihan !!!

Berikut ini dibahas tentang ketunggalan unsur negatif dan unsur balikan bilangan real.

Teorema 2. ( i ) Jika a dan b adalah unsur-unsur di R sehingga a + b = 0, maka b -a

( ii ) Jika a  0 dan b adalah unsur-unsur di R sehingga a . b = 1, maka

b 1
a

Bukti.

( i ) Diberikan a dan b sebarang dua unsur di R yang memenuhi a + b = 0. Berarti ada


–a di R sehingga bila ditambahkan pada kedua ruas a  b  0 akan diperoleh
( -a ) + ( a + b ) = ( -a ) + 0

Dengan memakai ( J2 ), ( J4 ) dan ( J3 ) pada ruas kiri diperoleh


 a  a  b  0  b  b dan memakai ( J3 ) pada ruas kanan diperoleh (-a)+0=-a
jadi b = -a.

3
( ii ) Latihan !!!

Berikut dibahas tentang eksistensi dan ketunggalan solusi suatu persamaan yang

berkaitan dengan bilangan real.

Teorema 3. Diketahui a, b sebarang dua unsur di R.

(i) Persamaan a + x = b memiliki solusi tunggal x = (-a) + b

( ii )  
Jika a  0, persamaan a . x = b memiliki solusi tunggal x  1 .b
a

Bukti. Diberikan a, b sebarang dua unsur di R.

( i ) Dengan memakai ( J2 ), ( J4 ) dan ( J3 ) diperoleh a+((-a)+b) = (a+(-a))+b


= 0+b = b yang mengakibatkan x=(-a)+b merupakan solusi persamaan
a  x  b.

Untuk menunjukkan bahwa solusi tersebut tunggal, misalkan saja bahwa x1

merupakan solusi lainnya. Ini berarti akan memenuhi persamaan a  x1  b .

Bila ditambahkan (a) pada kedua ruas diperoleh

(a)  (a  x1 )  (a)  b .Dengan memakai (J2), (J4) dan (J3) pada ruas
diperoleh :

 a  a  x1    a  a  x1  0  x1  x1

Jadi x1   a   b

(ii) Latihan !

4
Sifat-sifat lain unsur nol dan unsur satuan negatif.

Teorema 4. Jika a adalah suatu unsur di R, maka

(i) a.0 = 0

(ii) (-1) .a = -a

(iii) –(-a) = a

(iv) (-1).(-1) = 1

Bukti.

(i) Dari (K3) diketahui a.1 = a sehingga

a + a.0 = a.1 + a.0 = a. (1 + 0) = a.1 = a

Menurut Teorema 1 (i) disimpulkan bahwa a.0  0

(ii) Dengan memakai (D), (K3) dan (i) diperoleh

a  (1).a  1.a  (1).a  (1  (1)).a  0.a  0

Menurut Teorema 2. dapat disimpulkan bahwa  1.a  a

(iii) Dari (J4) diketahui bahwa  a   a  0 karena itu menurut Teorema 2

dapat disimupulkan bahwa   a   a

(iv) Pada (ii) disubstitusikan a  1, diperoleh  1


.  1   1

Selanjutnya, menurut (iii) akan diperoleh   1  1

Jadi  1
.  1  1

5
Sifat lain unsur balikan

Teorema 5. Diketahui a, b, c merupakan unsur-unsur di R

(i) Jika a  0 , maka 1 a  0 dan 1 a


1
a

(ii) Jika a.b  a.c dan a  0 , maka b = c

(iii) Jika a.b  0 , maka a  0 atau b  0

Bukti.

(i) Diberikan a  0 merupakan unsur di R, akibatnya ada 1 di R


a

Jika 1  0 akan berakibat a. 1  a.0  0 ini bertentangan dengan


a a
(K3).

Jadi haruslah 1  0
a

a
 
Selanjutnya, karena 1 .a  1 dan Teorema 2 berakibat 1
1
a

(ii) Diberikan a, b, c merupakan unsur-unsur di R dan a  0

Berarti ada 1 di R dan bila dikalikan pada kedua ruas a.b  a.c akan
a

diperoleh 1 .a.b   1 .a.c 


a a

1a .a.b  1a .a.c


1.b  1.c

Jadi b = c

6
(iii) Cukup diasumsikan bahwa jika a  0 maka b  0

Karena a.b  0  a.0 dengan memakai (ii) untuk a.b  a.0

Disimpulkan bahwa b  0

Operasi lain di R

Pengurangan didefinisikan oleh a  b  a   b untuk a, b di R


a
Pembagian didefinisikan oleh  a 1 untuk a, b di R dengan b  0
b b

Bilangan rasional adalah bilangan real yang dapat dinyatakan sebagai hasil bagi
dua bilangan bulat dengan pembagi tak nol. Berikut ini dibahas tentang eksistensi
bahwa himpunan bilangan rasional merupakan bagian dari himpunan bilangan
real.

Teorema 6. Tidak ada bilangan rasional r sehingga r2 = 2 ( Tugas )

Bukti.

2
Diandaikan ada bilangan rasional p dengan p, q bilangan bulat dan  p   2
q  q

Dimisalkan pula bahwa p, q bilangan positif dan tidak memiliki faktor


2
persekutuan bilangan bulat selain 1. Karena p  2 berarti p 2  2q 2 dan dari
q2
pengertian genap diperoleh bahwa p2 merupakan bilangan genap, akibatnya p juga

bilangan genap (sebab jika p  2n  1 ganjil maka

 
p 2  2n  1  4n 2  4n  1  2 2n 2  2n  1 juga ganjil ).
2

Karena itu p dan q tidak memiliki faktor persekutuan 2 dan akibatnya q mesti
berupa bilangan ganjil.

7
p genap maka p = 2m untuk suatu bilangan asli m.

Karena 4m 2  2q 2 diperoleh 2m 2  q 2 yang berarti q 2 genap dan dengan


argumen serupa seperti di atas disimpulkan bahwa q merupakan bilangan genap.

Hal ini bertentangan dengan fakta bahwa tidak ada bilangan asli yang genap dan
sekaligus ganjil. Dengan demikian teorema terbukti.

B. Sifat Urutan

Di dalam R terdapat suatu himpunan tak kosong, katakanlah P yang memenuhi


sifat-sifat berikut :

i. Jika a,b  P, maka a + b  P

ii. Jika a,b  P, maka a,b  P

iii. Jika a  R, maka di antara berikut ini hanya satu yang berlaku :

a  P , a = 0 , -a  P ( Sifat Trichotomi)

Unsur-unsur di P biasa disebut sebagai bilangan real positif dan akan


didefinisikan sebagai bilangan real yang lebih dari 0 seperti berikut ini :

Definisi 1.

a  P , dikatakan bahwa a adalah bilangan real positif dan ditulis a > 0

-a  P , dikatakan bahwa a adalah bilangan real negative dan ditulis a < 0

Definisi 2. Diberikan a,b  R

i. Jika a – b  P , maka a > b atau b > a

ii. Jika a – b  P  0 , maka a  b atau b  a

8
Teorema 3. Diberikan a,b,c  R

(i) Jika a > b dan b > c , maka a > c

(ii) Tepat satu yang berlaku : a > b , a = b , a < b

(iii) Jika a  b dan b  a , maka a = b

Bukti.

(i) a > b dan b > c berarti a – b  P dan b – c  P sehingga diperoleh

a – c = ( a – b ) + ( b – c )  P ( menurut sifat bilangan positif )

Jadi a > c

(ii) Diberikan a,b  R akibatnya a – b = a + (-b)  R dan menurut sifat

Trichotomi hanya satu yang satu berlaku di antara berikut ini,

a – b  P , a – b = 0 atau b – a = - ( a – b )  R

Jadi a > b , a = b , a < b

(iii) Diberikan a  b dan b  a

Jika a  b maka a – b  0 dan menurut (ii) berarti

a – b  P atau b – a  P

Diperoleh a > b atau b > a hal ini bertentangan dengan yang diberikan

di atas. Dengan demikian haruslah a = b

Teorema 4. i. Jika a  R dan a  0 , maka a 2 > 0

ii. 1>0

iii. Jika n  N , maka n > 0

9
Bukti. (i) Menurut sifat Trichotomi, jika a  0 maka a  P atau -a  P

Untuk a  P menurut sifat bilangan positif berlaku bahwa a 2  a.a  P

Untuk -a  P akan berlaku pula bahwa (-a).(-a)  P dan


 a.  a =  1.a . 1.a    1 1.a 2 berarti bahwa a 2  P

Jadi a 2  0

(ii) Karena 1 = 12 dari (i) di atas diperoleh bahwa 1 > 0

(iii) Menggunakan induksi matematika

Untuk n = 1 , jelas berlaku 1 > 0

Jika untuk n = k berlaku bahwa k > 0 , maka berarti k  P

Dan karena 1  P maka diperoleh bahwa k + 1  P

Jadi n > 0 untuk setiap n  N

Teorema 5. Diberikan a,b,c,d  R

(i) Jika a > b , maka a + c > b + c

(ii) Jika a > b dan c > d , maka a + c > b + d

(iii)Jika a > b dan c > 0, maka ca > cb

Jika a > b dan c < 0, maka ca < cb

(iv) Jika a > 0 , maka 1/a > 0

Jika a < 0, maka 1/a < 0

10
Bukti.

(i) Dari fakta a – b  P diperoleh bahwa (a + c) – (b+c) = a – b  P

(ii) a  b  P dan c  d  P berakibat bahwa

a  c  b  d   a  b  c  d   P

Jadi a  c > b  d

(iii) a  b  P dan c  P berakibat bahwa c.a  c.b  c.a  b  P

Jadi c.a > c.b

a  b  P dan  c  P berakibat bahwa c.b  c.a   c


. a  b  P

Jadi c.a < c.b

(iv) Untuk a > 0 berarti bahwa a  0 sehingga 1  0


a

Jika 1
a a
 
< 0 maka 1  1  a < 0 bertentangan dengan fakta bahwa

1 > 0 ini berarti haruslah 1 > 0


a

Untuk a < 0 berarti bahwa a  0 sehingga 1  0


a

Jika 1
a a
 
> 0 maka 1  1  a < 0 bertentangan dengan fakta bahwa

1 > 0 ini berarti haruslah 1 < 0


a

11
Teorema 6. Jika a dan b di R dan a > b, maka a>
1
a  b  >b
2

Bukti.

Karena a > b menurut Teorema 5.(i), berlaku 2a  a  a > a + b dan a + b >

b+ b = 2b atau dengan kata lain 2a > a + b > 2b

1
Karena 2 > 0 diperoleh bahwa >0
2

Jadi a 
1
2a  > 1 a  b  > 1 2b   b
2 2 2

Sifat-sifat elementer dari urutan yang telah diuraikan telah cukup memperlihatkan bahwa
tidak ada bilangan real positif terkecil. Seperti yang akan dinyatakan berikut ini.

1
Teorema 7. Jika a di R dan a > 0, maka a > a>0
2

Bukti. Dengan menerapkan teorema 6. dan mengganti b  0

Untuk membuktikan suatu bilangan tak negatif a adalah 0, cukup ditunjukkan bahwa
bilangan a tersebut kurang dari bilangan positif sebarang. Seperti dinyatakan dalam
teorema berikut.

Teorema 8. Jika a R sehingga 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0 di R , maka a = 0

Bukti.

1
Diandaikan a > 0 sehingga menurut teorema 7 berlaku a > a>0
2

1
Selanjutnya bila diambil  0  a akan diperoleh bahwa a >  0 > 0. Hal ini
2
bertentangan dengan pernyataan bahwa 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0 di R

12
Ini berarti pengandaian a > 0 diatas merupakan pernyataan salah. Dengan
demikian haruslah a = 0

Teorema 9. Diberikan a, b unsur-unsur di R

Jika a > b – ε untuk setiap bilangn real ε > 0, maka a ≥ b

Bukti.

Diandaikan a < b dan diambil  0 


1
b  a  sehingga  > 0
2

Diperoleh bahwa b    b 
1
b  a   1 a  b  dan diketahui bahwa
2 2

a<
1
a  b  < b. Karena itu berarti bahwa a < b – ε. Hal ini bertentangan dengan
2
peryataan bahwa a > b – ε untuk setiap bilangan real ε > 0 jadi haruslah a ≥ b

Hasilkali dua bilangan real positif adalah bilangan real positif. Kepositifan hasilkali dua
bilangan real tidak berarti bahwa kedua bilangan real tersebut positif. Tetapi yang benar
adalah bahwa kedua bilangan real tersebut bertanda sama. Seperti yang dinyatakan dalam
teorema berikut ini.

Teorema 10. Jika ab > 0, maka i. a > 0, b > 0 atau

ii. a < 0, b < 0

Bukti.

Diberikan ab > 0 berakibat a  0 dan b  0 (ini disebabkan jika a  0 atau


b  0 , maka ab  0 )

Dari sifat Trichotomi diperoleh a > 0 atau a < 0

13
Untuk a > 0 maka 1 > 0 dan karena itu diperoleh
a

   
b  1  b  1  a  b  1  ab > 0
a a

Untuk a < 0 maka 1 < 0 dan karena itu diperoleh


a

   
b  1  b  1  a  b  1  ab < 0
a a

Akibat 11. Jika ab < 0, maka i. a < 0 , b > 0 atau

ii. a > 0 , b < 0

Bukti. Diberikan ab < 0 berakibat a  0 dan b  0 (ini disebabkan jika a = 0 atau b = 0,


maka ab = 0 )

Dari sifat Trichotomi diperoleh a < 0 atau a > 0

Untuk a < 0 maka 1 < 0 sehingga diperoleh :


a

   
b = 1.b = 1 .a .b  1 .a.b  0
a a

Untuk a > 0 maka 1  0 sehingga diperoleh


a

   
b  1.b  1 .a .b  1 .a.b  0
a a

Contoh penggunaan sifat-sifat urutan dalam menyelesaikan ketaksamaan

1. Tentukanlah A merupakan himpunan semua bilangan real yang memenuhi 3x  5  7

Penyelesaian:

14
x  A  3x  5  7  3x  5   5  7   5  3x  2  x 
2
3

2
Jadi A={x  R | x≤ }
3

2. Tentukan B = {x  R| x 2  x > 2 }

Penyelesaian:

x  B  x 2  x > 2  x 2  x  2 > 0  x  2x  1 > 0

 ((x + 2) > 0 dan x – 1 > 0 ) atau ( x + 2 < 0 dan x – 1 < 0 )

 ( x > -2 dan x > 1 ) atau ( x < -2 dan x < 1 )

 x > 1 atau x < -2

Jadi B = { x  R| x > 1 atau x < -2 }

2x  1
3. Tentukan C = { x  R | <1}
x2

Penyelesaian:

2x  1
xC  <1
x2

2x  1
 1 < 0
x2

2 x  1  x  2
 <0
x2

x 1
 <0
x2

 ( x -1 < 0 dan x + 2 > 0 ) atau ( x – 1 > 0 dan x  2  0 )

15
 ( x < 1 dan x > -2 ) atau ( x > 1 dan x < -2 )

 2  x  1

Jadi C = { x  R |  2  x  1 }

Selanjutnya, berikut ini disajikan contoh-contoh yang menggambarkan pemakaian


sifat-sifat urutan didalam membuktikan ketaksamaan. Perikasalah langkah-langkah
dalam argumen dengan mengenali sifat-sifat yang dipakai.

4. Diberikan: a  0 dan b  0

Maka berlaku: a  b  a 2  b 2  a  b

Bukti:

Pandang kasus a  0 dan b  0

Diperoleh a  b  0

Diketahui b 2  a 2  b  a b  a  dan a  b berarti b  a  0

Akibatnya b 2  a 2  0

Begitu pula jika b 2  a 2  0 maka b  a  0

Jadi a  b  a 2  b 2

Selanjutnya, a  0 dan b  0 berakibat a  0 dan b 0

Karena a   a2
dan b   b
2

Diperoleh bahwa a  b ab

16
2. Jika a dan b merupakan bilangan real positif, maka rata-rata hitung dan rata-rata

ukurnya masing-masing adalah


1
a  b  dan ab serta berlaku ab 
1
a  b 
2 2
Kesamaan terjadi jika dan hanya jika a = b

Untuk membuktikannya, perlu diingat bahwa jika a  0, b  0 dan a  b maka

a  0, b  0 dan a  b.

Dari Teorema 4(i), berlaku  a b 


2
0

Selanjutnya, diperoleh a  2 ab  b  0

Karena itu berlaku ab 


1
a  b 
2

Jika a = b maka aa  a 
1
a  a 
2

1
Untuk a  0, b  0 dan ab  ( a  b)
2

Diperoleh bahwa 4ab  a 2  2ab  b 2

Sehingga 0  a 2  2ab  b 2  a  b 
2

Yang berakibat a = b

3. Ketaksamaan Bernoulli

Jika x  1, maka 1  x n  a  nx untuk semua bilangan asli n. Buktinya


menggunakan induksi matematika untuk n = 1 maka ( 1 + x )1 = 1 + x

Selanjutnya jika untuk n = k berlaku 1  x   1  kx


k

Maka diperoleh 1  x   1  x 1  x   1  x 1  kx


k 1 k

17
 1  k  1x  kx2

 1  k  1x

Jadi 1  x   1  nx  untuk semua n  


n

Nilai Mutlak

Dari Sifat Trichotomi diketahui bahwa jika a R dan a  0 maka hanya satu diantara
berikut ini yang berlaku :

a positif atau  a positif.

Nilai mutlak a  0 didefinisikan merupakan salah satu diantara bilangan positif tersebut.
Nilai mutlak 0 didefinisikan merupakan 0.

Secara formal dinyatakan sebagai berikut :

Definisi 12. Diberikan a R. Nilai mutlak a, ditulis dengan a didefinisikan oleh :

 a jika a  0

a   0 jika a  0
 a jika a  0

Contoh : 6  6 ,  8   8  8 .

Dari definisi tampak bahwa a  0 untuk semua a R.

Berikut ini beberapa sifat dasar.

Teorema 13. (i) a  0 jika dan hanya jika a = 0

(ii) a  a

(iii) a.b  a . b

18
(iv) Jika c  0 maka a  c jhj  c  a  c

(v) Untuk semua a R,  a  a  a

Bukti.

(i) Jika a  0 maka a  0

Jika a  0 berarti juga  a  0 , akibatnya a  0

Jadi a  0 maka a  0

(ii) Untuk a  0 maka 0  0   0

Untuk a  0 maka  a  0 sehingga a  a   a    a

Untuk a  0 maka  a  0 sehingga a  a   a

(iii) Untuk a  0 atau b  0 , maka ab  0  a . b

Untuk a  0, b  0 maka ab  0 sehingga ab  ab  a . b

Untuk a  0, b  0 maka ab  0 sehingga ab  ab  a b  a . b

Untuk a  0, b  0 maka ab  0 sehingga ab  ab   a .b  a . b

Untuk a  0, b  0 maka ab  0 sehingga ab  ab   a  b  a . b

(iv) Dimisalkan a  c , berarti a  c dan  a  c

Sehingga diperoleh a  c dan  c  a yang berarti  c  a  c

Dimisalkan  c  a  c berarti  c  a dan a  c

19
Sehingga diperoleh  a  c dan a  c yang berarti a  c

(v) Untuk c  a pada (iv) diperoleh  a  a  a

Berikut ini sifat nilai mutlak untuk jmlah dan bilangan real yang lebih dikenal dengan
istilah Ketaksamaan Segitiga.

Teorema 14.

Untuk semua a, b di R , a  b  a  b

Bukti.

a, b R maka  a  a  a dan  b  b  b

Sehingga diperoleh  a  b  a  b  a  b

atau   a  b   a  b  a  b

yang berarti a  b  a  b

Akibat 15.

Untuk setiap a,b di R, berlaku :

(i) ab  ab

(ii) a b  a  b

Bukti.

(i) Diberikan a,b di R . Dapat ditulis a  a  b  b

Dengan Ketaksamaan Segitiga , a  a  b  b  a  b  b

20
Mengurangkan b pada kedua ruas diperoleh

a  b  a b

Begitu pula b  b  a   a  b  a  a dan  a  b  ba atau

 a b  b  a  a  b

Jadi a  b  a  b .

(ii) a  b  a   b  a   b  a  b

Dengan memanfaatkan induksi matematika, Ketaksamaan Segitiga dapat diperluas


untuk sejumlah berhingga unsur-unsur di R.

Akibat 16. Untuk setiap a1 , a2 ,..., an di R ,

a1  a2  ...  an  a1  a2  ...  an

Contoh pemakaian sifat-sifat nilai mutlak.

1. Tentukan himpunan penyelesaian 2 x  3  6

Jawab. 2x  3  6  6  2x  3  6

 9  2x  3

9 3
 x
2 2

 9 3
Jadi himpunan penyelesaian :  x  R   x  
 2 2

2. Tentukan himpunan penyelesaian x 1  x

21
Jawab.

Cara pertama, dengan membagi menjadi tiga kasus

(i) Untuk x  1 , maka x 1  x dan akibatnya -1 < 0

Berarti x  1 merupakan penyelesaian.

Untuk 0  x  1 , maka  x  1  x akibatnya


1
(ii) x
2

1
Berarti  x  1 merupakan penyelesaian.
2

(iii) Untuk x  0 maka  x  1   x berakibat 1 < 0

Berarti x  0 tidak merupakan penyelesaian.

Dari (i), (ii), dan (iii) disimpulkan bahwa himpunan penyelesaian adalah
 1
x  R x  
 2

Cara lain untuk menyelesaikan soal ini adalah didasarkan pada fakta bahwa
a  b  a 2  b 2 bilamana a  0, b  0 .

Dengan demikian, x  1  x  x  1  x
2 2

 x 2  2x  1  x 2

1
x
2

 1
Jadi himpunan penyelesaian :  x  R x  
 2

2 x 2  3x  1
3. Diketahui f x   untuk 2  x  3
2x  1

22
Dicari konstanta sehingga f x   M untuk 2  x  3

Penyelesaian :

2 x 2  3x  1 2 x 2 3 x  1
f x   
2x  1 2 x 1

Untuk x  3 diperoleh 2 x  3 x  1  28
2

Untuk x  2 diperoleh 2 x  1  3

Karena itu f  x  
28
3

28
Dengan demikian dapat dipilih bahwa M 
3

28
Meskipun demikian bukan berarti bahwa merupakan bilangan terkecil
3
sehingga f x   M .

Garis Real

Interpretasi geometri yang cocok untuk sistem bilangan real adalah garis real. Dalam
interpretasi ini , nilai mutlak a dari unsur a di R dipandang sebagai jarak a ke titik 0.

Secara umum, jarak antara a dan b di R adalah a  b .

Berikut ini akan dibahas pengertian bilangan-bilangan real yang dekat dengan bilangan
real tertentu. Jika a sebuah bilangan real, maka dikatakan bahwa bilangan real x yang
dekat dengan a diartikan sebagai x  a , yaitu jarak keduanya adalah cukup kecil.

Konteks agar ide dapat dibicarakan diberikan istilah Persekitaran (neighborhoods).

23
Seperti yang didefinisikan berikut ini.

Definisi. Diberikan a  R dan   0

Persekitaran   dari a adalah himpunan V a   x  R / x  a   

x di V a  berarti    x  a   atau a    x  a  

a  a a 

Teorema 17. Diberikan a R, jika untuk setiap   0 , x termuat di dalam persekitaran
V a  , maka x  a

Bukti. x termuat di dalam V a  untuk setiap   0 , berarti x  a   untuk setiap

  0 . Menurut Teorema 8. berlaku x  a  0 . Karena itu x = a.

Contoh.

1. Diketahui U  x  R / 0  x  1

Jika a U dan dipilih  sebagai bilangan terkecil di antara a dan 1  a , maka


V a  termuat di dalam U.

Dengan demikian setiap bilangan di U memiliki persekitaran   yang termuat di


dalam U.

2. Diketahui I  x  R / 0  x  1

24

Untuk setiap   0 , V 0  tidak termuat di dalam I sebab   V 0 tetapi
2

 I .
2

3. Jika x  a   dan y  b   , maka akan diperoleh

x  y   a  b  x  a   y  b  x a  y b

     2

Artinya, jika x  V a  dan y  V b  , maka x  y  V2 a  b  .

Tentukan V a  yang tak termuat di dalam ( 0 , 1 ).

Soal – soal latihan

1. Jika a, b   maka buktikanlah hal-hal berikut ini :

i.  a  b   a   b iii. 1
 a  
1 , a0
a

ii.  a.  b  ab iv.  a b    ab , b0

1 1 1
2. Jika a, b   , a  0 , b  0 , maka  . . Buktikan !
ab a b

3. Jika x dan y bilangan rasional, maka buktikanlah bahwa x  y dan xy juga bilangan
rasional !

4. Buktikan a  0, b  0, a  b  a 2  b 2  a  b

Jika x  1 maka 1  x   1  nx , untuk semua n  N . Buktikan !


n
5.

6. Jika 0  a  b dan 0  c  d , maka 0  ac  bd . Buktikan !

25
7. Jika 0  a  b maka a  ab  b dan 0  1  1 . Buktikan !
b a

8. Carilah bilangan real x yang memenuhi ketaksamaan berikut :

i. x 2  3x  4 iii. 1  x
x

ii. 1  x 2  4 iv. 1 2  x2
x

a a
9. Jika a, b   dan b  0 , tunjukkanlah bahwa 
b b

10. Jika a, b   tunjukkan bahwa a  b  a  b jika dan hanya jika ab  0

11. Carilah bilangan real x yang memenuhi ketaksamaan berikut :

i. 4 x  5  13 iii. x  1  x  1

ii. x2 1  3 iv. x  x  1  2

C. Sifat Kelengkapan R

Sifat kelengkapan R menjamin eksistensi unsur-unsur di R di bawah hipotesis tertentu.


Sistem bilangan rasional, Q memenuhi dua sifat terdahulu yaitu sifat aljabar dan sifat

urutan, tetapi telah terbukti bahwa 2 tidak dapat disajikan sebagai bilangan rasional.
Karena itu 2 tidak termuat di dalam Q . Observasi ini menunjukkan bahwa perlu suatu
sifat tambahan untuk mengetahui karakteristik sistem bilangan real. Sifat ini tak lain
adalah Sifat Kelengkapan ( Sifat Supremum) yang merupakan sifat esensial dari R.

Terdapat beberapa versi berbeda sifat sifat kelengkapan. Di sini diuraikan metode yang
efisien, yaitu dengan menganggap bahwa setiap himpunan terbatas yang tak kosong di R
memiliki Supremum.

26
Berikut ini dikenalkan pengertian sebuah batas atas suatu himpunan bilangan real.

Definisi 1. Diberikan H merupakan himpunan bagian dari R.

(i). Sebuah bilangan u R dikatakan merupakan batas atas H apabila x  U untuk


semua x H.

(ii). Sebuah bilangan v R dikatakan merupakan batas bawah H apabila v  x untuk


semua x H.

Sebuah bilangan p bukan batas atas H jika dan hanya jika terdapat suatu y  H sehingga
p  y.

Sebuah bilangan q bukan batas bawah H jika dan hanya jika terdapat suatu z  H
sehingga z  q .

Perlu dicatat bahwa himpunan bilangan real biasa tidak memiliki batas atas, contohnya :
R. Karena itu jika H memiliki batas atas, maka H akan memiliki tak terhingga batas atas
sebab jika u merupakan batas atas H maka setiap bilangan w yang lebih besar dari u akan
merupakan batas atas H juga.(Hal ini berlaku juga untuk batas bawah).

Suatu himpunan biasa hanya memiliki batas atas saja atau batas bawah saja. Contoh
H1 = x  R / x  0 dan H2 = x  R / x  0.

Sebuah himpunan di R dikatakan terbatas di atas apabila himpunan tersebut memiliki


batas atas. Begitu pula sebuah himpunan di R memiliki batas atas dan batas bawah maka
dikatakan bahwa himpunan tersebut terbatas.

Himpunan di R dikatakan tak terbatas apabila himpunan tersebut tidak memiliki batas
atas atau batas bawah.

Definisi 2.

27
(i). Jika H terbatas di atas, maka suatu batas atas H, misal saja u dikatakan merupakan
supremum (batas atas terkecil) H apabila tidak ada batas atas H yang lain yang
kurang dari u.

(ii). Jika H terbatas di bawah, maka suatu batas bawah H, misal saja w dikatakan
merupakan infimum (batas bawah terbesar) H, apabila tidak ada batas bawah H
lain yang lebih dari w.

Definisi di atas dapat dirumuskan kembali agar lebih operasional.

Lemma 3.

Sebuah bilangan u adalah supremum himpunan bilangan real H jika dan hanya jika
u memenuhi dua syarat : (1) h  u untuk semua h H

(2) Jika v < u, maka ada k H sehingga v < k.

Untuk bukti Lemma 3 silahkan mencoba sendiri menguraikannya. Selanjutnya


tulis/rumuskan kembali untuk definisi infimum. Supremum suatu himpunan bilangan real
H adalah tunggal. Untuk menunjukkan ketunggalan supremum, misalkan saja u1 dan u2
merupakan supremum H.

Berarti u1 dan u2 merupakan batas atas H.

Jika u1 < u2 maka hipotesis bahwa u2 merupakan supremum H mengakibatkan u1 bukan


batas atas H. Begitu pula jika u2 < u1 hipotesis bahwa u1 merupakan supremum H
mengakibatkan u2 bukan batas atas H. Karena itu haruslah u1 = u2.

28
Untuk selanjutnya apabila supremum atau infimum himpunan H ada, akan dinyatakan
masing-masing dengan supH dan infH. Jika u merupakan suatu batas atas H, maka supH
 u atau jika h  u untuk semua h H, maka supH  u .

Kriteria berikut bermanfaat untuk menguji bahwa suatu batas atas himpunan
adalah/merupakan supremum.0

Lemma 4.

Suatu u batas atas himpunan tak kosong H (di R ) adalah supremum H jika dan
hanya jika untuk setiap   0 terdapat h  H sehingga u    h .

Bukti.

 Dimisalkan u = SupH dan diambil sebarang   0 . Karena u    u


berarti u   bukan batas atas H. Akibatnya terdapat suatu h  H

sehingga u    h .

 Dimisalkan u merupakan batas atas H yang memenuhi syarat pada

Lemma.Jika v  u , diambil   u  v maka   0 , karena itu ada h  H

sehingga v  u    h berarti v bukan batas atas H.

Karena v merupakan bilangan sebarang yang kurang dari u disimpulkan


bahwa u = SupH.

Contoh.

1. Jika suatu himpunan tak kosong H1 memiliki sejumlah berhingga unsur, maka
dapat ditunjukkan bahwa H1 memiliki unsur terbesar u dan unsur terkecil w dan
u = SupH1 dan w = InfH1.

2. Himpunan H2 = x / 0  x  1.

Di sini jelas bahwa 1 merupakan batas atas H2.

29
Untuk menunjukkan bahwa 1 = SupH2, dilakukan hal berikut :

Jika v < 1, terdapat h  1 H2 sehingga v < h.

Karena itu v berarti bukan batas atas H2 dan karena v merupakan sebarang
bilangan yang kurang dari 1, disimpulkan bahwa SupH2=1.

Begitupula, dapat ditunjukkna bahwa InfH2 = 0. di sini supH2 dan InfH2


keduanya termuat di H2.

3. Himpunan H3 = x / 0  x  1

Jelas 1 merupakan batas atas H3 dan dengan argumen yang sama seperti 2
diperoleh SupH3 = 1 dan InfH3 = 0.

Di sini SupH3 dan InfH3 keduanya tak termuat di H3.

Berikut ini dinyatakan sifat supremum atau disebut juga sifat kelengkapan R .
Dengan demikian R adalah suatu field terurut yang lengkap.

Sifat supremum R .

Teorema 5. Setiap himpunan bilangan real yang tak kosong dan memiliki batas
atas memiliki supremum di R.

Sifat Infimum R.

Setiap himpunan bilangan real yang tak kosong dan memiliki batas
bawah memiliki infimum di R.

Berikut ini contoh-contoh yang menggambarkan tehnik bekerja dengan supremum


dan infimum.

1. Diberikan H suatu himpunan bilangan real yang tak kosong dan terbatas diatas
serta a sebuah bilangan real. Didefinisikan himpunan a+H = a  x / x  H .

30
Akan ditunjukkan bahwa Sup (a+H) = a + SupH.

Pertama, dimisalkan bahwa u = SupH, sehingga karena x  u untuk setiap


x  H maka diperoleh a  x  a  u untuk setiap x  H .

Berarti a+u merupakan batas atas a+H.

Selanjutnya, jika v merupakan batas atas a+H berarti a  x  v untuk setiap


x  H diperoleh x  v  a untuk setiap x  H .

Berarti v – a merupakan batas atas H. Akibatnya u = SupH  v  a atau


a  u  v . Jadi Sup (a+H) = a + u = a + SupH.

2. Diketahui f dan g merupakan dua fungsi dengan domain D  R

f D   f x / x  D dan g D  g x / x  D

Masing-masing merupakan himpunan terbatas.

(i). Jika f x   g x  untuk setiap x  D maka Sup f D   Sup g D

Buktinya.

f x   g x  untuk setiap x  D berakibat f x   Sup g D untuk setiap


xD.

Berarti Sup g D merupakan batas atas f D  . Sehingga berakibat Sup

f D  Sup g D .

(ii). Jika f x  g  y  untuk setiap x, y  D , maka Sup f D   Inf g D .

Bukti.

Pertama, untuk setiap y  D berlaku f x  g  y  untuk setiap x  D .

31
Ini berarti bahwa g  y  merupakan batas atas f D  dan akibatnya Sup

f D  g  y  untuk setiap y  D . Artinya Sup f D  merupakan batas


bawah g D jadi Sup f D   Inf g D .

Sifat Archimedean

Akibat penting sifat supremum adalah bahwa himpunan semua bilangan asli tidak
terbatas di atas R . Ini berarti untuk setiap bilangan real x terdapat bilangan asli n
(bergantung pada x) sehingga x < n. Dalam pembuktiannya memakai sifat supremum.

Sifat Archimedean (Teorema 6). Jika x  R , maka ada n x  N sehingga x  n x .

Bukti. Diberikan x  R

Jika tidak ada n  N sehingga x  n berarti untuk setiap n  N , n  x ,


dengan kata lain x merupakan batas atas N.

Menurut sifat supremum, N memiliki supremum. Tulis u = SupN.

Karena u 1  u , maka menurut Lemma 4. ada m  N sehingga u 1  m .

Tetapi u  m  1 dan karena m 1  N , berarti u bukan batas atas N.

Ini bertentangan dengan u merupakan batas atas N. Jadi haruslah ada n x  N

sehingga x  n x .

Akibat 7.

Diberikan y dan z dua bilangan real positif, maka

(i) Ada n  N sehingga z < ny

(ii) Ada n  N sehingga 0  1  y


n

(iii) Ada n  N sehingga n 1  z  n

32

Anda mungkin juga menyukai