PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ini belum terselesaikan. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2005
diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta jiwa atau 6,3%
dari 3,8 miliar penduduk dunia dengan usia diabetesi berkisar antara 20 hingga 79
data angka kasus diabetes di Indonesia berdasarkan hasil survei tahun 2008
menempati urutan ke empat tertinggi di dunia setelah Cina, India dan Amerika,
yaitu 8,4 juta jiwa dan diperkirakan jumlahnya melebihi 21 juta jiwa pada tahun
yaitu 5,7% setelah stroke, TB paru, hipertensi, cedera, dan perinatal. Pada tahun
diabetes mellitus tipe lain (ADA, 2010). Hampir 80% hingga 90% dari seluruh
kejadian diabetes adalah DM tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
organ seperti ginjal, saraf, mata, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2010).
Salah satu komplikasi yang paling ditakutkan adalah gangren diabetikum atau
kaki diabetes. Hasil pengelolaan kaki diabetes sering mengecewakan baik bagi
2.1 Definisi
mengalihkan”. Mellitus berasal dari bahasa Latin yang berarti “manis atau madu.
Secara harfiah diartikan individu yang mengalirkan volume urin yang banyak
ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin),
sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau keduanya (PAPDI, 2006).
(2008), yaitu :
absolut karena destruksi sel beta (β) pankreas, penyebabnya karena autoimun
dan idiopatik. Tipe ini disebut juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus
insulin dan disfungsi sel β menyebabkan defisiensi relatif insulin. Tipe ini
disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes
Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI). Sekitar 80% hingga 90% pasien
penyebabnya yaitu :
DNA.
Defek pada konversi proinsulin, mutasi gen insulin, dan mutasi reseptor
insulin.
d. Endokrinopati
glukagonoma.
f. Infeksi
tidak mengindap diabetes mellitus. Meskipun dibetes tipe ini sering membaik
setelah persalinan. Sekitar 50% wanita pengindap kelainan ini tidak akan
berikut :
Bentuk diabetes ini terjadi karena kekurangan insulin yang berat akibat
a. Limfosit T (sel T CD4+, sel T CD8+ sitotoksik) bereaksi terhadap antigen sel
b. Sitokin yang diproduksi secara lokal merusak sel-sel β. Diantara sitokin yang
terlibat dalam jejas sel adalah IFN-γ, dihasilkan oleh sel 7 dan TNF serta IL1
yang diproduksi oleh sel-sel makrofag yang diaktifkan selama reaksi imun.
dalam darah pada 70% hingga 80% pasien. Autoantibodi tersebut bersifat
reaktif dengan sejumlah antigen sel β, yang meliputi enzim glutamic acid
DMTI.
Diabetes mellitus tipe 2 sejauh ini merupakan tipe yang lebih sering
a. Resistensi insulin
reseptor insulin serta aktivitas tirosin kinase, dan berkurangnya kadar zat-zat
yang paling kuat. Resistensi insulin pada obesitas dikarenakan kadar asam
lemak bebas yang tinggi dalam darah serta di intrasel. Hal ini dapat
dan resistin.
b. Disfungsi sel-β
sebagai berikut :
1. Berat badan lebih (BB >120% BB ideal atau IMT > 23 kg/m3) dan ratio
lingkar pinggang pinggul untuk laki-laki > 90 cm dan perempuan > 80 cm.
250 mg/dl)
5. Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT).
yaitu :
a. Poliuria
(poliuria).
b. Polidipsia
sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi
c. Polifagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel akibat kurangnya kadar
makan (polifagia).
Karena glukosa tidak dapat ditransport ke dalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme. Akibat dari itu maka sel
akan menciut sehingga seluruh jaringan terutama akan menglami atrofi dan
a. kesemutan
e. penglihatan kabur
f. cepat lelah
g. suka mengantuk
2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L). Puasa
dalam air.
(2009) :
anak), dilarutkan dalam air 250mL dan diminum dalam waktu 5 menit.
g. Selama proses pemeriksaan subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
yaitu :
haemoglobin adalah protein yang terbentuk dari perpaduan antara gula dan
haemoglobin dalam sel darah merah. Nilai yang dianjurkan oleh PERKENI
Tabel 2.1. Konsentrasi Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan
Penyaring dan Diagnosis DM
a. Edukasi
mengenai DM. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan
1. Karbohidrat 60-70%
2. Protein 10-15%
3. Lemak 20-25%
akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah
kalori dipakai rumus Broca yaitu Berat Badan Ideal (BBI) = (TB cm - 100) -
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BBI dikali kelebihan kalori
basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian
aktivitas sedang + 20%, dan aktivitas berat + 30%. Koreksi status gizi (gemuk
dikurangi 20%, kurus ditambah 20%) dan kalori untuk menghadapi stress akut
2. Terapi farmakologis
namun tidak dimetabolisme dan secara cepat dikeluarkan melalui ginjal. Oleh
karena itu, biasanya diberikan 2-3 kali sehari kecuali dalam bentuk extended
release. Efek samping yang dapat terjadi yaitu asidosis laktat, oleh karena itu
sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, atau
pada gangguan fungsi hati dan gagal jantung, serta harus diberikan hati-hati
terhadap kerja insulin di tingkat seluler, distal reseptor insulin dan menurunkan
farmakologis untuk meningkatkan sensitivitas insulin. Selain itu, obat ini juga
dapat diberikan secara oral dan secara kimiawi maupun fungsional tidak
sangat poten. Reseptor PPAR gamma terdapat di jaringan target kerja insulin
seperti sel adipose, otot skeletal, dan hati, sedang reseptor pada organ tersebut
(Soegondo, 2009).
digunakan sebagai terapi farmakologis pada awal dimulai terapi DM, terutama
bila konsentrasi glukosa tinggi dan sudah terjadi gangguan pada sekresi
channel K+ yang tergantung pada ATP dari sel beta pankreas. Bila sulfonilurea
pada membran sel beta, terjadi depolarisasi membran dan membuka channel
sulfonilurea, namun sama sama bekerja pada reseptor SUR, yang mana
Nama : Ny. N
Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Aceh
No. CM : 07
3.2 ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Lemas seluruh badan
DM, pasien mengeluh lemas seluruh badan yang sudah dialami ± 3 hari.
merasakan penurunan berat badan. Pasien juga merasa mudah lapar dan
sering buang air kecil, tetapi mudah merasa haus pasien kurang
memperhatikannya.
pada saat sarapan pagi, pasien juga lebih menyukai makanan yang manis-
manis. Selain itu pasien tidak pernah melakukan aktivitas fisik seperti
berolahraga.
kaki. Selain itu pasien juga mengeluh pusing dan nafsu makan berkurang.
seperti pasien. Namun pasien juga tidak bisa memastikannya karena tidak
1. Jenis kelamin
2. Umur
3. Genetik
a. Status Present
Temperatur : 370C
TB : 150cm
BB : 51 Kg
Kulit
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Edema : (-)
Kepala
Mulut
Thorax
Thorax depan
1. Inspeksi
Retraksi : (-)
2. Palpasi
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
SuaraPokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
SuaraTambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru bawah Rh (-) Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Thoraks Belakang
1. Inspeksi
Retraksi : (-)
2. Palpasi
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Jantung
Abdomen
Genetalia : perempuan
Ekstremitas
Superior Inferior
Ekstremitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Sensibilitas N N N N
Atrofi otot - - - -
3.4 RESUME
DM, pasien mengeluh lemas seluruh badan yang sudah dialami ± 3 hari.
merasakan penurunan berat badan. Pasien juga merasa mudah lapar dan
sering buang air kecil, tetapi mudah merasa haus pasien kurang
memperhatikannya.
pada saat sarapan pagi, pasien juga lebih menyukai makanan yang manis-
manis. Selain itu pasien tidak pernah melakukan aktivitas fisik seperti
berolahraga.
kaki. Selain itu pasien juga mengeluh pusing dan nafsu makan berkurang.
3.7 PENATALAKSANAAN
Umum
Kalori perhari
BB x 30 kak/kgBB
= 51 kg x 30 kak/kgBB
= 1530 kal
15% 𝑥 1530
Protein =
4
= 57,37 gr
25% 𝑥 1530
Lemak =
9
= 42,5 gr
60% 𝑥 1530
Karbohidrat =
4
= 229,5 gr
2. Kurangi makanan dan minuman yang manis
Bisa dilakukan dalam posisi duduk tegak diatas bangku dan kaki
menyentuh kelantai.
Letakkan tumit kaki dilantai, jari-jari dari kedua belah kaki diluruskan
Letakkan salah satu tumit kaki dilantai, angkatlah telapak kaki ke atas
lalu pada kaki lainnya, jari-jari pada kaki diletakkan kelantai dengan
tumit kaki yang diangkatkan keatas, cara seperti ini dilakukan secara
bersamaan yakni pada kaki kiri dan juga kanan secara bergantian serta
Letakkan tumit kaki kelantai, yang dimana bagian ujung kaki diangkat
Angkatlah salah satu lutut kaki lalu luruskan , kemudian gerakkan jari-
Luruskanlah salah satu kaki kelantai lalu angkat kaki dan gerakkan
Luruskanlah salah satu kaki dan angkat, lalu putar pergelangan kaki,
seperti bola dengan kedua kaki, lalu buka kembali bentukkan koran
tersebut, kemudian robek koran menjadi dua bagian dan satu bagian
yang utuh simpan dahulu, satu bagiannya lagi robek kecil-kecil dengan
kedua kaki ,setelah itu kumpulkan kembali sobekan koran tersebut dan
letakkan pada koran yang masih utuh, bungkus kembali dengan kedua
Khusus
2. Darah rutin
3. Urin rutin
4. Lipid Profil
5. HBA1C
6. EKG
3.9 PROGNOSIS
2. Olahraga teratur
sulit berkonsentrasi.
BAB 4
ANALISA KASUS
Lemas seluruh badan, penurunan berat badan, mudah lapar, sering buang
air kecil, kesemutan pada kedua kakinya yang dirasakan hilang timbul.
Riwayat kebiasaan sering minum teh manis ketika pagi hari, terutama
sering sarapan pagi dengan nasi dan teh manis dan tidak pernah berolahraga. Hal
ini merupakan faktor risiko terjadinya DM yang diakibatkan oleh life style
ini belum terselesaikan. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2005
diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta jiwa atau 6,3%
dari 3,8 miliar penduduk dunia dengan usia diabetesi berkisar antara 20 hingga 79
data angka kasus diabetes di Indonesia berdasarkan hasil survei tahun 2008
menempati urutan ke empat tertinggi di dunia setelah Cina, India dan Amerika,
yaitu 8,4 juta jiwa dan diperkirakan jumlahnya melebihi 21 juta jiwa pada tahun
2030 mendatang.
glukosa darah puasa, dalam darah. Ada 4 pilar dalam penatalaksanaan DM, yaitu
Robbins dan Cotran, 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta:
EGC
Soegondo, Sidartawan., 2009. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia
Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III,
Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.
Waspadji, Sarwono., 2009. Kaki Diabetes dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid III, Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.
Yunir, E dan Soebardi, S., 2009. Terapi Non Farmakologis pada Diabetes Melitus
dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing.