Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “NILAI PENDIDIKAN DARI
KEBUDAYAAN SULAWESI TENGAH” sebagai tugas final mata kuliah Filsafat
Pendidikan.

Makalah ilmiah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Palu, 07 Juni 2018

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
Latar Belakang .................................................................................................... 3
Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
Tujuan .................................................................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
Pengertian Pendidikan ......................................................................................... 5
Pengertian Kebudayaan ....................................................................................... 6
Nilai Pendidikan dalam Kebudayaan Sulawesi Tengah ...................................... 8
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUPAN ....................................................................................................... 13
Kesimpulan ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,
sementara itu pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri.
Sekalipun makhluk manusia akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan
diwariskan pada keturunannya, demikian seterusnya. Pewarisan kebudayaan
makhluk manusia, tidak selalu terjadi secara vertikal atau kepada anak-cucu
mereka; melainkan dapat pula secara horisontal yaitu manusia yang satu dapat
belajar kebudayaan dari manusia lainnya.

Berbagai pengalaman makhluk manusia dalam rangka kebudayaannya,


diteruskan dan dikomunikasikan kepada generasi berikutnya oleh indiividu lain.
Berbagai gagasannya dapat dikomunikasikannya kepada orang lain karena ia
mampu mengembangkan gagasan-gagasannya itu dalam bentuk lambang-lambang
vokal berupa bahasa, baik lisan maupun tertulis.

Dapat dikatakan, sistem persekolahan adalah salah satu pilar penting yang
menjadi riang penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam suatu tatanan
kehidupan masyarakat, untuk mewujudkan cita-cita kolektif. Maka, pendidikan
yang diselenggarakan melalui-meskipun tidak hanya terbatas pada-sistem
persekolahan semestinya dimaknai sebagai sebuah strategi kebudayaan (lihat
artikel Media Indonesia, 9/11/2009). Dalam hal ini, pendidikan merupakan medium
transformasi nilai-nilai budaya, penguatan ikatan-ikatan sosial antarwarga
masyarakat, dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk mengukuhkan peradaban
umat manusia.

Pada makalah kali ini akan disajikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat
didalam kebudayaan masyarakat Sulawesi Tengah
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan?
3. Bagaiamana nilai pendidikan yang terdapat di kebudayaan Sulawesi
Tengah?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari pendidikan.
2. Menjelaskan pengertian kebudayaan.
3. Menganalisis nilai pendidikan yang terkandung di dalam kebudayaan
Sulawesi Tengah
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’
dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses
atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)


menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.

Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang


terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia
yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada
Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusiaan dari manusia.

Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat


disimpulkan bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan
oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya
dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak
dengan bantuan orang lain.
Pendidikan artinya proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.

Menurut pengertian tersebut, pendidikan dimaknai sebagai upaya yang


dilakukan untuk mencapai tujuan melalui proses pelatihan dan cara mendidik.

Definisi di atas, menunjukkan bahwa pendidikan merupakan usaha sistematis


yang bertujuan agar setiap manusia mencapai satu tahapan tertentu di dalam
kehidupannya, yaitu tercapainya kebahagian lahir dan batin.

2.2 Pengertian Kebudayaan


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana
juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang yang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu di
pelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat abstrak,
kompleks, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaman Soemardi (1964: 113), kebudayaaan


adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang
diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebudayaan adalah sebagai pikiran,


akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan
dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah suatu sistem gagasan dan rasa,
tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat,
yang dijadikan miliknya dengan belajar

Menurut E.B. Taylor, kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang


meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta
kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota
masyarakat. Menurut Linton, kebudayaan adalah keseluruhan daripengetahuan,
sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan
oleh anggota suatu masyarakat tertentu.

Menurut Kluckhohn dan Kell, kebudayaan adalah semua rancangan hidup


yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional,
irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk
perilaku manusia

Dari berbagai pengertian menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian dari kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.3 Nilai Pendidikan dalam Kebudayaan Sulawesi Tengah
Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang
lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama
menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil
perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Proses
hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu
rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses tersebut mampu
melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Disini kebudayaan
dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam. Alam telah
mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal budi manusia untuk
mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.

Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam
arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai-nilai. Dalam
konteks kebudayaan justru pendidikan memainkan peranan sebagai agen
pengajaran nilai-nilai budaya. Karena pada dasarnya pendidikan yang berlangsung
adalah suatu proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya
yang dimiliki.

Oleh karena itu kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya lewat


proses belajar tentang tata cara bertingkah laku. Sehingga secara wujudnya,
substansi kebudayaan itu telah mendarah daging dalam kepribadian anggota-
anggotanya. Berikut uraian kebudayaan yang ada di Sulawesi Tengah beserta nilai
pendidikan yang terkandung didalamnya:

a. Kesenian

Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan
lainnya. Musik tradisional memiliki instrumen seperti suling, gong dan gendang.
Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual
keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili sekitar pantai barat - waino - musik
tradisional - ditampilkan ketika ada upacara kematian. Kesenian ini telah
dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana
mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan
keagamaan dan ditampilkan ketika festival.

Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat
Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten
Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara
penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu
tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk
lingkaran. Tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama
pendudukan jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II. Bagi masyarakat setempat,
Tarian Dero ini adalah bentuk dari rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh.
Selian itu, tarian ini juga merupakan wujud dari kerukunan serta persahabatan dan
sebagai ajang kesempatan untuk mendapatkan jodoh. Dari tarian ini nilai
pendidikan yang terkandung didalamnya ialah kerukunan dalam bermsyarakat dan
tidak menghiraukan perbedaan yang ada dianatara manusia yang berbeda ras
maupun agama. Tarian ini mengajarakan kita untuk tidak mendiskriminasi suatu
kaum hanya dikarenakan berbeda.

Selanjutnya, ada juga tarian yang mengungkapkan rasa syukur akan hasil panen
yang diperoleh yaitu Tari Pamonte. Tarian ini menggambarkan kebiasaan para
gadis suku Kaili saat menyambut musim panen. Tarian mengandung nilai yang
sangat mendidik yaitu gotong royong dan bahu membahu. Dalam tarian ini,
digambarakn masyarakat sangat bersuka cita karena datangnya musim panen padi.
Dimana, masyarakat akan saling gotong royong dna bahu membahu dalam
menyambut musim panen.

Tari Pontanu adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Donggala,
Sulawesi Tengah. Tarian ini biasanya ditarikan oleh para penari wanita dan gerakan
dalam tarian ini menggambarkan aktivitas para wanita yang sedang menenun
Sarung Donggala, yaitu jenis sarung yang khas dari daerah Donggala. Tari Pontanu
merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi Tengah,
khususnya di daerah kabupaten Donggala. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai
acara seperti penyambutan tamu penting, festival budaya, bahkan promosi wisata.
ari Pontanu ini merupakan tarian yang terinspirasi dari aktivitas para penenun
sarung tradisional di daerah Donggala, Sulawesi Tengah. Daerah Donggala sendiri
merupakan daerah yang sejak dulu terkenal dengan produksi kain sarungnya yang
khas serta memiliki motif dan warna yang indah. Dalam bahasa Kaili sarung
Donggala biasa disebut dengan Buya Sabe. Kain sarung ini dulunya masih
diproduksi dengan cara tradisional, yaitu dengan cara ditenun dan proses tenun ini
biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Dari sinilah Tari Pontanu dibuat, tarian
ini diciptakan sebagai apresiasi terhadap para penenun sarung dan untuk
memperkenalkan kepada masyarakat luas akan kain sarung khas Donggala ini. Kata
“Pontanu” yang dalam bahasa setempat memiliki arti “Menenun”, sehingga tarian
ini juga bisa diartikan sebagai tarian penenun. Sesuai dengan namanya tersebut,
Tari Pontanu ini dapat dimaknai sebagai wujud apresiasi terhadap para penenun
sarung di Donggala. Selain itu tarian ini juga berfungsi sebagai media untuk
memperkenalkan kain sarung khas Donggala kepada masyarakat luas.

b. Rumah Adat

Rumah Tambi adalah rumah adat masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya,
yaitu dari bebagai golongan masyarakat. Bentuk rumah tambi ini adalah persegi
panjang dengan ukuran rata-rata 7x5 m2. Salah satu keunikan rumah tambi yang
berbentuk rumah panggung ini adalah atapnya yang juga berfungsi sebagai dinding.
Alas rumah tersebut terdiri dari susunan balok kayu, sedangkan pondasinya terbuat
dari batu alam. Akses masuk ke rumah ini melalui tangga, jumlahnya berbeda
sesuai tinggi rumahnya. Tambi yang digunakan masyarakat biasa memiliki anak
tangga berjumlah ganjil dan untuk ketua adat berjumlah genap.

Rumah Tambi memiliki ukiran di bagian pintu dan dindingnya yang berfungsi
sebagai hiasan. Motif ukiran tersebut terutama berbentuk binatang atau tumbuh-
tumbuhan. Terdiri atas ukiran pebaula (kepala kerbau) dan bati (ukiran berbentuk
kepala kerbau, ayam dan babi). Pebaula meurpakan simbol kekayaan, dan bati
merupakan simbol kesejahteraan dan kesuburan. Pada motif tumbuhan
(pompininie) biasanya terbuat dari beragam kain kulit kayu berwarna-warni,
dibentuk menjadi motif bunga-bunga yang kemudian diikat dengan rotan. Kain
kulit kayu ini merupakan hasil tenunan tradisional dari kulit kayu nunu dan ivo.
Konon, pompeninie ini memiliki kekuatan magis yang dapat menangkal gangguan
roh jahat.

c. Upacara Adat atau Masyarakat Adat

Masyarakat Adat adalah komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal-


usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki
kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh
Hukum adat dan Lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan
masyarakatnya. Di beberapa wilayah di Sulawesi Tengah terdapat masyarakat adat
yang menetapkan suatu peraturan guna untuk melestarikan kekayaan alam di
daerahnya.

Salah satunya masyarakat adat di pesisir Danau Lindu khusunya para nelayan.
Terdapat kearifan local yaitu untuk menjaga eksistensi danau lindu, diberlakukan
pantangan atau tabu menangkap ikan pada masa atau waktu tertentu yang disebut “
Masa Ombo” kearifan lokal dalam bentuk pelarangan menangkap ikan. Ombo
terdiri atas: Ombo Ngiki, Ombo Suaka, dan Ombo Pemerintah. Masa Ombo
bertujuan untuk mengatur dan mengontrol populasi ikan agar tetap stabil. Ombo
Ngiki yaitu pantangan menangkap ikan di danau, sedang di darat pantangan
melakukan pesta, kecuali aktivitas biasa tiapa hari, pelarangan ini merupakan
keputusan hasil musyawarah di empat desa yaitu. Desa Puroo, Langko, Tomado
dan Anca. Waktunya sampai tiga bulan, sekaligus untuk mengontrol populasi ikan
di danau. Selain itu, ikan mujair yang kecil tidak boleh ditangkap atau dijual,
kalaupun terjaring harus dilepas kembali ke danau, karena ikan mujair yang kecil
dapat memakan jentik nyamuk malaria. Ombo Suaka, berlaku selama 40 hari jika
ada salah satu keluarga Madika (bangsawan dan keluarganya) meninggal dunia,
hanya dibatasi wilayah penutupan lokasi penangkapan ikan, sesuai daerah atau
tempat tinggal madika tersebut, termasuk tokoh adat yang dihormati dan dituakan
di desanya. Khusus Ombo pemerintah berlaku pelarangan penangkapan ikan kalau
dianggap bahwa benar-benar dalam kondisi kerusakan yang sangat parah selama
dua bulan. Dengan kata lain, pemerintah dan warga masyarakat setempat berupaya
menjaga kerusakan perairan danau Lindu dalam waktu-waktu tertentu dilakukan
pemulihan dan pemeliharaan.

Hal yang dilakukan para nelayan sering disebut dengan Fishing Ground. Jadi,
nilai pendidikan yang terkandung dalam larangan ini ialah agar nelayan bias sadar
bahwa dengan larangn tersebut populasi ikan tdk berkurang. Kearifan tradisi
tercermin dari perilaku mereka yang memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap
lingkungan alam yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupannya
karena menurut mereka pengetahuan lokal merupakan refleksi dari kebudayaan
masyarakat setempat, di dalamnya terkandung tata nilai, etika, norma, aturan dan
keterampilan dalam memenuhi tantangan hidupnya

Selain kearifan local dalam menjaga populasi ikan, ada pula dalam menjaga
kelestarian hutan. Untuk menjaga mekanisme pelarangan dan pelestarian hutan,
diperlakukan aturan dengan istilah “Ombo” artinya selama masa ombo
diberlakukan secara adat, maka jenis pohon yang ada di hutan tidak boleh ditebang
atau diambil pohonnya, kecuali ranting-ranting yang kering untuk dijadikan kayu
bakar, maksudnya upaya masyarakat untuk tetap melestarikan hutan agar tidak kena
longsor atau bahaya banjir yang bisa merusak lingkungan dan perumahan.
BAB III

PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
1. Pendidikan merupakan usaha sistematis yang bertujuan agar setiap
manusia mencapai satu tahapan tertentu di dalam kehidupannya, yaitu
tercapainya kebahagian lahir dan batin
2. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu
bersifat abstrak
3. Berikut kebudayaan yang ada di Sulawesi Tengah beserta nilai pendidikan
yang terkandung didalamnya yaitu
 Tarian Dero adalah bentuk dari rasa syukur atas hasil panen yang
diperoleh. Selian itu, tarian ini juga merupakan wujud dari kerukunan
serta persahabatan dan sebagai ajang kesempatan untuk mendapatkan
jodoh. Dari tarian ini nilai pendidikan yang terkandung didalamnya
ialah kerukunan dalam bermsyarakat dan tidak menghiraukan
perbedaan yang ada dianatara manusia yang berbeda ras maupun
agama. Tarian ini mengajarakan kita untuk tidak mendiskriminasi
suatu kaum hanya dikarenakan berbeda.
 Terdapat kearifan local yaitu untuk menjaga eksistensi danau lindu,
diberlakukan pantangan atau tabu menangkap ikan pada masa atau
waktu tertentu yang disebut “ Masa Ombo” kearifan lokal dalam
bentuk pelarangan menangkap ikan. Hal yang dilakukan para nelayan
sering disebut dengan Fishing Ground. Jadi, nilai pendidikan yang
terkandung dalam larangan ini ialah agar nelayan bias sadar bahwa
dengan larangn tersebut populasi ikan tdk berkurang. Kearifan tradisi
tercermin dari perilaku mereka yang memiliki rasa hormat yang tinggi
terhadap lingkungan alam yang menjadi bagian dari kehidupannya
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2015, Oktober 15). Tari Pontanu Tarian Tradisional Dari Sulawesi
Tengah. Retrieved from http://www.negerikuindonesia.com/2015/10/tari-
pontanu-tarian-tradisional-dari.html

Dewi, R. R. (2015, February 27). Pendidikan Dalam Lingkup Kebudayaan.


Retrieved from http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/02/pendidikan-
dalam-lingkup-kebudayaan.html

Saleh, S. (2013). Kearifan Lokal Masyarakat Kaili Di Sulawesi Tengah. Jurnal


Academica FISIP UNTAD, 1126-1134.
FILSAFAT PENDIDIKAN
“NILAI PENDIDIKAN DARI KEBUDAYAAN
SULAWESI TENGAH”

OLEH:
SITTI RAHMA S
A 241 15 032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2018

Anda mungkin juga menyukai