LP Anemia Devi MH
LP Anemia Devi MH
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah profesi Stase Keperawatan Medikal
oleh
Devi Maharani Hapsari
NIM 132311101056
A. Pengertian
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Pria dikatakan mengalami anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 14
g/dl dan eritrosit kurang dari 41%. Demikian pula pada wanita, wanita yang
memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan. Berdasarkan hasil laboratorium, anemia
didefinisikan sebagai penurunan di bawah normal kadar hemoglobin, hitung
eritrosit dan hematokrit. Namun dalam aplikasi klinisnya yang digunakan dalam
mendeteksi anemia adalah turunnya kadar hemoglobin dalam darah. Berdasarkan
kriteria National Cancer Institute anemia adalah kadar hemoglobin pada pria di
bawah 14 g% dan pada wanita di bawah 12 g%. Kriteria ini digunakan untuk
evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya (Doenges, 2002).
B. Etiologi
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan,
kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab
anemia antara lain sebagai berikut:
1. Anemia pasca perdarahan: akibat perdarahan massif
seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan
menahun: cacingan.
2. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang
berlebihan yang dikarenakan faktor intrasel (talasemia, hemoglobinopatie, dll)
atau faktor ekstrasel (intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi
darah).
3. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel
darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
4. Anemia pada penyakit ginjal: penyebab anemia pada
penyakit ginjal adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin.
5. Anemia pada penyakit kronis: berbagai penyakit
inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).
Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis
dan berbagai keganasan.
6. Anemia defisiensi besi, karena asupan besi tidak adekuat,
kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi, gangguan absorbsi (post
gastrektomi), kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises oesophagus, hemoroid, dll.). Penyebab – penyebab tersebut
mengakibatkan gangguan eritropoesis sehinga absorbsi besi dari usus kurang
hingga sel darah merah sedikit (jumlah kurang) atau sel darah merah
mengandung sedikit hemoglobin sehingga terjadilah anemia defisiensi besi.
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, tumor. Sel darah merah
dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah
(disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan
dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau
kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada
perdarahan, menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemia dan hipoksemia.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis (keringat dingin),
takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok, takikardia
dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang
meningkat, angina (sakit dada) khususnya pada penderita yang tua dengan
stenosis koroner dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia
berat, dapat menimbulkan payah jantung kongestif sebab otot jantung kekurangan
oksigen dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea, nafas pendek dan
cepat, lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi
berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinitus (telinga
berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenisasi pada susunan
saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang
umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah
anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis.
G. Penatalaksanaan
1. Anemia defisiensi besi
a. Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis
diberikan antelmintik yang sesuai.
b. Pemberian preparat Fe oral:
1) Ferosulfat 3x325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat
dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap. Pada
pasien yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan.
2) Feroglukonat 3X200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat
intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan
pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara
parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap g%
penurunan kadar Hb dibawah normal.
3) Irondekstran mengandung Fe 50 mg/kg BB, diberikan secara
intramuscular mula-mula 50 ml, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari
sampai dosis total sesuai perhitungan. Dapat pula diberikan intarvena ,
mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak
menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.
c. Tranfusi darah, darah diberikan bila Hb kurang atau sama dengan 5 gr %.
d. Antibiotik diberikan apabila ada infeksi
Pertahanan sekunder
Anemia Hb turun
terganggu
Nafsu makan
menurun Respirasi meningkat, Pola nafas tidak efektif
Intoleransi Metabolisme aerob
aktivitas turun, anaerob naik nadi meningkat
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Defisit perawatan diri Kelemahan / keletihan
Leukopenia
Pathway, Masalah Keperawatan yang Muncul, dan Data yang Perlu Dikaji
1. Pathway
- Agen neoplastik
- Radiasi
- Obat-obatan
- Infeksi
- Bahan kimia
Penurunan transport O2
Lemah, letih dan lesu Hipoksia, pucat ke jaringan Kompensasi jantung Gangguan pertukaran gas
Nafsu makan
menurun Pola nafas tidak efektif
Intoleransi Metabolisme aerob Reepirasi meningkat,
aktivitas turun, anaerob naik nadi meningkat
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Gagal jantung
kebutuhan tubuh Cardiomegali
Defisit perawatan diri Kelemahan / keletihan
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d
perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d inadekuat intake makanan
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Risiko syok b.d hipovolemia
5. Risiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak
adekuat (penurunan Hb)
6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
7. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
8. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
9. Keletihan b.d kelesuan fisologis (anemia)
J. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan pola NOC: Status pernafasan (0403) Manajemen jalan napas (3140)
nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan 1. Posisikan pasien untuk maksimalkan ventilasi
ketidakefektifan pola nafas klien dapat teratasi 2. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
dengan kriteria hasil: melakukan batuk atau menyedot lendir
Tujuan 3. Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya
Indikator Awal
1 2 3 4 5 4. Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan,
Frekuensi sebagaimana mestinya
pernapasan Terapi Oksigen (3320)
Irama 1. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
pernapasan humidifier
Suara 2. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
auskultasi 3. Monitor aliran oksigen
nafas 4. Monitor kemampuan pasien untuk mentolerir
Ket: pengangkatan oksigen saat makan
1 : deviasi berat dari kisaran normal 5. Sediakan oksigen ketika pasien dibawa/dipindahkan
2 : deviasi cukup berat dari kisaran normal Monitor Pernafasan (3350)
3 : deviasi sedang dari kisaran normal 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
4 : deviasi ringan dari kisaran normal bernafas
5 : tidak ada deviasi berat dari kisaran normal 2. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau
mengi
3. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi
(seperti SaO2, SvO2, SpO2) sesuai dengan protokol yang
ada
4. Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan
yang meningkatkan atau memperburuk sesak nafas
tersebut
5. Monitor hasil foto thoraks
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 NIC: Manajemen Nutrisi (1100)
nutrisi berhubungan jam, diharapkan nutrisi pasien seimbang dengan kriteria 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
dengan kurangnya hasil: memenuhi kebutuhan gizi
asupan makanan NOC: Status nutrisi : Asupan Makanan dan Cairan 2. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien
Tujuan 3. Intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (piramida
Indikator Awal makanan)
1 2 3 4 5
Asupan makanan 4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan gizi.
secara oral
5. Berikan pilihan makanan dan bimbingan terhadap pilihan
Asupan cairan secara makanan.
oral 6. Ciptakan lingkungan yang bersih, berventilasi, santai dan
Asupan cairan bebas dari bau menyengat.
intravena
Keterangan:
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar adekuat
5. Sepenuhnya adekuat