Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANEMIA DI RUANG


CATLEYA RSD dr SOEBANDI

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah profesi Stase Keperawatan Medikal

oleh
Devi Maharani Hapsari
NIM 132311101056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN ANEMIA

A. Pengertian
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Pria dikatakan mengalami anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 14
g/dl dan eritrosit kurang dari 41%. Demikian pula pada wanita, wanita yang
memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan. Berdasarkan hasil laboratorium, anemia
didefinisikan sebagai penurunan di bawah normal kadar hemoglobin, hitung
eritrosit dan hematokrit. Namun dalam aplikasi klinisnya yang digunakan dalam
mendeteksi anemia adalah turunnya kadar hemoglobin dalam darah. Berdasarkan
kriteria National Cancer Institute anemia adalah kadar hemoglobin pada pria di
bawah 14 g% dan pada wanita di bawah 12 g%. Kriteria ini digunakan untuk
evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya (Doenges, 2002).

B. Etiologi
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan,
kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab
anemia antara lain sebagai berikut:
1. Anemia pasca perdarahan: akibat perdarahan massif
seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan
menahun: cacingan.
2. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang
berlebihan yang dikarenakan faktor intrasel (talasemia, hemoglobinopatie, dll)
atau faktor ekstrasel (intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi
darah).
3. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel
darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
4. Anemia pada penyakit ginjal: penyebab anemia pada
penyakit ginjal adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin.
5. Anemia pada penyakit kronis: berbagai penyakit
inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).
Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis
dan berbagai keganasan.
6. Anemia defisiensi besi, karena asupan besi tidak adekuat,
kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi, gangguan absorbsi (post
gastrektomi), kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises oesophagus, hemoroid, dll.). Penyebab – penyebab tersebut
mengakibatkan gangguan eritropoesis sehinga absorbsi besi dari usus kurang
hingga sel darah merah sedikit (jumlah kurang) atau sel darah merah
mengandung sedikit hemoglobin sehingga terjadilah anemia defisiensi besi.

C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, tumor. Sel darah merah
dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah
(disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan
dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau
kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada
perdarahan, menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemia dan hipoksemia.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis (keringat dingin),
takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok, takikardia
dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang
meningkat, angina (sakit dada) khususnya pada penderita yang tua dengan
stenosis koroner dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia
berat, dapat menimbulkan payah jantung kongestif sebab otot jantung kekurangan
oksigen dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea, nafas pendek dan
cepat, lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi
berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinitus (telinga
berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenisasi pada susunan
saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang
umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah
anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis.

D. Tanda dan Gejala


1. Tanda-tanda umum anemia:
a. Pucat
b. Takikardi
c. bising sistolik anorganik
d. bising karotis
e. pembesaran jantung
2. Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi
bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan
pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik,
letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas
bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah,
pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa
bibir, faring, telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar
dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
d. Anemia pada penyakit ginjal: Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari
10 mg/dl, Hematokrit turun 20-30%, Sel darah merah tampak normal
pada apusan darah tepi.
e. Anemia defisiensi besi: atropi papilla lidah, lidah pucat, merah,
meradang, stomatitis angularis, sakit di sudut mulut.

E. Kemungkinan Komplikasi yang Muncul


Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
Anemi berat dan lama dapat menyebabkan:
1. Serosis hepatis
2. Leukimia
3. Hematomegali
4. Splenomegali
5. Gagal jantung
F. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
3. Pemeriksaan diagnostik untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

G. Penatalaksanaan
1. Anemia defisiensi besi
a. Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis
diberikan antelmintik yang sesuai.
b. Pemberian preparat Fe oral:
1) Ferosulfat 3x325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat
dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap. Pada
pasien yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan.
2) Feroglukonat 3X200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat
intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan
pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara
parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap g%
penurunan kadar Hb dibawah normal.
3) Irondekstran mengandung Fe 50 mg/kg BB, diberikan secara
intramuscular mula-mula 50 ml, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari
sampai dosis total sesuai perhitungan. Dapat pula diberikan intarvena ,
mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak
menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.
c. Tranfusi darah, darah diberikan bila Hb kurang atau sama dengan 5 gr %.
d. Antibiotik diberikan apabila ada infeksi

2. Anemia Defisiensi vit. B12


a. Diet banyak mengandung vit. B12
b. Penyajian makanan yang dapat menimbulkan nafsu makan
c. Pemberian vitamin B12 1000 mg/hari IM selama 5-7 hari, 1 kali tiap
bulan.
d. Bedrest
e. Perhatikan defecationnya
3. Anemia Post Hemoragic
a. Istirahat di tempat tidur
b. Diit banyak mengandung protein dan vit. B12
c. Obat-obatan vit. B12 secara parenteral
d. Kebersihan mulut, gigi untuk mencegah stomatis
e. Perhatikan defecatie
f. Tranfusi darah
g. Mengontrol tanda-tanda vital
4. Anemia Hemolitik
a. Bila penyebabnya karena reaksi toksik, diberikan kortikosteroid
misalnya: prepmison, premisolon
b. Kalau perlu dilakukan splanektomi
5. Anemia Aplastik
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Mengatasi komplikasi dengan antibiotik
c. Tranfusi darah,sebaiknya diberikan packed red cell.Bila diperlukan
trombosit,berikan darah segar/platelet concentrate.
d. Paliatik (meringankan penyakit)
e. Hygiene yang baik untuk mencegah
f. Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik.Higiene yang baik perlu
untuk mencegah timbulnya infeksi.
H. Pathway
Anemi
Aplastik
Anemi Anemi Defisiensi Anemi
Hemolitik Fe, B12, asam folat Hemoragic
Depresi
sumsum tulang
Hemolisis SDM tidak Perdarahan hipovolemia
sempurna
SDM,
Leukosit, HB turun Resiko Syok
Eritrosit turun
Trombosit Hb menurun
menurun

Pertahanan sekunder
Anemia Hb turun
terganggu

aliran darah perifer Oksihemoglobin turun Resiko infeksi


menurun

Perfusi jaringan tidak efektif

Lemah, letih dan lesu Hipoksia, pucat, Penurunan transport O2


lemah ke jaringan Kompensasi jantung Gangguan pertukaran gas

Nafsu makan
menurun Respirasi meningkat, Pola nafas tidak efektif
Intoleransi Metabolisme aerob
aktivitas turun, anaerob naik nadi meningkat
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Defisit perawatan diri Kelemahan / keletihan
Leukopenia

Pathway, Masalah Keperawatan yang Muncul, dan Data yang Perlu Dikaji
1. Pathway
- Agen neoplastik
- Radiasi
- Obat-obatan
- Infeksi
- Bahan kimia

Gangguan hemapoetik - Ekimosis


- Epistaksis
- Perdarahan
Eritropetik trombositopenia saluran cerna
- Perdarahan sal.
Kemih
Anemia Hb turun - Perdarahan
Depresi sistem imun cerebral

aliran darah perifer Oksihemoglobin turun


Pertahanan sekunder terganggu
menurun

Perfusi jaringantidak efektif


Resiko infeksi

Penurunan transport O2
Lemah, letih dan lesu Hipoksia, pucat ke jaringan Kompensasi jantung Gangguan pertukaran gas

Nafsu makan
menurun Pola nafas tidak efektif
Intoleransi Metabolisme aerob Reepirasi meningkat,
aktivitas turun, anaerob naik nadi meningkat
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Gagal jantung
kebutuhan tubuh Cardiomegali
Defisit perawatan diri Kelemahan / keletihan
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d
perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d inadekuat intake makanan
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Risiko syok b.d hipovolemia
5. Risiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak
adekuat (penurunan Hb)
6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
7. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
8. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
9. Keletihan b.d kelesuan fisologis (anemia)
J. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan pola NOC: Status pernafasan (0403) Manajemen jalan napas (3140)
nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan 1. Posisikan pasien untuk maksimalkan ventilasi
ketidakefektifan pola nafas klien dapat teratasi 2. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
dengan kriteria hasil: melakukan batuk atau menyedot lendir
Tujuan 3. Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya
Indikator Awal
1 2 3 4 5 4. Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan,
Frekuensi sebagaimana mestinya
pernapasan Terapi Oksigen (3320)
Irama 1. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
pernapasan humidifier
Suara 2. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
auskultasi 3. Monitor aliran oksigen
nafas 4. Monitor kemampuan pasien untuk mentolerir
Ket: pengangkatan oksigen saat makan
1 : deviasi berat dari kisaran normal 5. Sediakan oksigen ketika pasien dibawa/dipindahkan
2 : deviasi cukup berat dari kisaran normal Monitor Pernafasan (3350)
3 : deviasi sedang dari kisaran normal 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
4 : deviasi ringan dari kisaran normal bernafas
5 : tidak ada deviasi berat dari kisaran normal 2. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau
mengi
3. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi
(seperti SaO2, SvO2, SpO2) sesuai dengan protokol yang
ada
4. Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan
yang meningkatkan atau memperburuk sesak nafas
tersebut
5. Monitor hasil foto thoraks
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 NIC: Manajemen Nutrisi (1100)
nutrisi berhubungan jam, diharapkan nutrisi pasien seimbang dengan kriteria 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
dengan kurangnya hasil: memenuhi kebutuhan gizi
asupan makanan NOC: Status nutrisi : Asupan Makanan dan Cairan 2. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien
Tujuan 3. Intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (piramida
Indikator Awal makanan)
1 2 3 4 5
Asupan makanan 4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan gizi.
secara oral
5. Berikan pilihan makanan dan bimbingan terhadap pilihan
Asupan cairan secara makanan.
oral 6. Ciptakan lingkungan yang bersih, berventilasi, santai dan
Asupan cairan bebas dari bau menyengat.
intravena
Keterangan:
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar adekuat
5. Sepenuhnya adekuat

NOC: Status Nutrisi : Pengukuran Biokimia


Tujuan
Indikator Awal
1 2 3 4 5
Hematokrit
Hemoglobin
Gula darah
Serum albumin
Serum kreatinin
Hitung limfosit
Keterangan:
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
5. Tidak menympang dari rentang normal
3 Intoleran aktifitas NOC: NIC:
1. Self Care: ADL’s (0300) Energy Management (0180)
2. Toleransi Aktifitas (0005) a. Observasi adanya pembatasan pasien dalam melakukan
3. Konservasi Energi (0002) aktifitas
b. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x c. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
24 jam pasien dapat bertoleransi terhadap aktivitas d. Monitor respon kardiovaskular terhadap aktivitas
dengan (takikardia, disritmia, sesak nafas, diaphoresis, pucat,
Kriteria Hasil: perubahan hemodinamik)
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai e. Monitor pola tidur dan lamanya tidur atau istirahat pasien
peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
b. Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) Activity Therapy (4130)
secara mandiri a. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi dalam
c. Keseimbangan aktifitas dan istirahat merencanakan program terapi yang tepat
Tujuan b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
Indikator Awal
1 2 3 4 5 mampu dilakukan
Frekuensi nadi c. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
ketika beraktivitas d. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
Frekuensi luang
pernapasan ketika
beraktivitas
Kekuatan tubuh
bagian atas
Kekuatan tubuh
bagian bawah
Kemudahan dalam
melakukan
Aktivitas Hidup
Harian/ADL
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
4 Defisit perawatan diri NOC: Status Perawatan Diri (0313) NIC:
berhubungan dengan Bantuan Perawatan Diri (1800)
kelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Pertimbangkan budaya klien untuk meningkatkan
2x24 jam kelurga klien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas perawatan diri
perawatan diri klien dengan kriteria hasil: b. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri oleh
a. Klien mandi sendiri/dibantu keluarga klien
b. Klien makan sendiri/dibantu keluarga c. Monitor kebutuhan klien terkait dengan alat bantu untuk
c. Keluarga mampu mempertahankan kebersihan perawatan diri
diri klien d. Berikan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan
Tujuan lingkungan yang mampu menjaga privasi klien
Indikator Awal
1 2 3 4 5 e. Berikan bantuan hingga klien mampu melakukan
Mandi dan keluar perawatan diri secara mandiri
dari kamar mandi f. Lakukan pengulangan yang konsisten terhadap rutinitas
Mengambil alat/ kesehatan
bahan mandi
Mendapatkan air g. Ajarkan keluarga untuk mendukung kemandirian klien
mandi dengan cara hanya membantu ketika klien benar-benar
Keterangan: tidak mampu melakukannya
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu Energy Management (0180)
3. Cukup terganggu a. Observasi adanya pembatasan pasien dalam melakukan
4. Sedikit terganggu aktifitas
5. Tidak terganggu b. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
c. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
d. Monitor respon kardiovaskular terhadap aktivitas
(takikardia, disritmia, sesak nafas, diaphoresis, pucat,
perubahan hemodinamik)
e. Monitor pola tidur dan lamanya tidur atau istirahat pasien
5 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen syok (4250)
jaringan perifer 3x24 jam diharapkan ketidakefektifan jaringan d. Monitor tanda tanda vital, tekanan darah orthostatic,
perifer dapat teratasi dengan kriteria hasil: status mental dan output urin
a. Suhu kulit dalam batas normal e. Posisikan pasien untuk mendapatkan perfusi yang
b. Tekanan darah dalam rentang normal optimal
c. Tidak adanya tanda-tanda sianosis f. Buat dan pertahankan kepatenan jala nafas
Tujuan g. Berikan oksigen dan atau ventilasi mekanik sesuai
Indikator Awal
1 2 3 4 5 kebutuhan
Suhu kulit ujung kaki h. Monitor status cairan termasuk BB perhari, output urin
dan tangan perjam, intake dan output
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah
diastolik
Nilai rata-rata tekanan
darah
Keterangan
1. Deviasi berat dengan kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dengan kisaran
normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
6 Resiko infeksi NOC: NIC:
a. Risk Control (1902) Identifikasi Risiko (6610)
b. Risk Control: Infectious Process (1924) a. Identifikasi adanya sumber agensi untuk membantu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x menurunkan risiko
24 jam pasien dapat mengontrol risiko dengan b. Pertimbangkan pemenuhan terhadap perawatan dan
Kriteria Hasil: medis perawatan
a. Mengidentifikasi faktor risiko c. Instruksikan faktor risiko dan rencana untuk mengurangi
b. Menghindari paparan ancaman faktor risiko
c. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
d. Berpartisipasi dalam skrining kesehatan Manajemen Lingkungan (6480)
e. Leukosit dalam batas normal (9000-30000 a. Identifikasi faktor-faktor risiko terjadinya infeksi
sel/mm3) b. Anjurkan kepada tenaga kesehatan atau tenaga pemberi
f. Tidak ada tanda-tanda infeksi (REEDA) asuhan atau keluarga untuk senantiasa mencuci tangan di
g. Keluarga dan tenaga kesehatan melakukan cuci 5 moment cuci tangan
tangan sebelum dan sesudah kontak atau c. Atur suhu lingkungan sesuai dengan kebutuhan klien
melakukan tindakan d. Batasi pengunjung
Tujuan e. Identifikasi munculnya tanda-tanda infeksi
Indikator Awal
1 2 3 4 5 f. Kolaborasi pemberian antibiotik dengan tim medis
Mengidentifikasi
faktor resiko
Memonitor faktor
risiko individu
Memonitor faktor
risiko lingkungan
Mengembangkan
strategi yang efektif
dalam mengontrol
risiko
Memonitor
perubahan status
kesehatan
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsistes menunjukkan
7 Resiko syok Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen cairan (4120)
hipovolemik dengan 3x24 jam, diharapkan risiko syok hipovolemik a. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output pasien
faktor risiko hemaptoe, dapat teratasi dengan kriteria hasil: b. Monitor status hidrasi
kehilangan volume a. Tekanan darah dalam rentang normal c. Monitor tanda-tanda vital pasien
cairan b. Nyeri dada berkurang d. Berikan terapi IV sesuai yang ditentukan
c. Tidak ada bunyi nafas tambahan RH -/- e. Monitor status gizi
d. Akral hangat f. Tingkatkan asupan oral
Tujuan g. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam
Indikator Awal
1 2 3 4 5 pemberian makan dengan baik
Ronkhi pada paru h. Atur ketersediaan produk darah untuk transfuse jika
Meningkatnya laju dibutuhkan
nafas
Penurunan tekanan
darah diastolik
Penurunan tekanan
darah sistolik
Pernapasan dangkal
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol 1.


Jakarta: EGC.
Bulechek, G. M., dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Sixth
Edition. United States of America: Elsevier Mosby.Gibson. 2002.
Moorhead, S., dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth
Edition. United States of America: Mosby Elsevier.
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan : Defnisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta:EGC
Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis,
Proses-proses, dan PenyakitEdisi 6. Jakarta: EGC.
Smelltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Volume 3. Jakarta : EGC
Sudoyo, et.al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Anda mungkin juga menyukai