Rahma Artemisia
INTISARI
Kata Kunci : Antidiare, Perasan Segar, Bakal Buah Kelapa, Mencit Jantan
I. PENDAHULUAN
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara
berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare (Salwan, 2008). Diare adalah buang air besar dengan frekuensi
yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lembek atau cair. Diare
selalu dikaitkan dengan gastroenteritis (radang lambung-usus) karena umumnya
diare muncul sebagai akibat adanya gangguan pada saluran gastro intestinal
(Sriyanto, 2004).
Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan
dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan
sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di
dunia. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5
tahun meninggal setiap tahunnya, sekitar 20 % meninggal karena infeksi diare.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi (Kemenkes RI, 2011).
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4)
adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada
2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan
Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi
penyebab utama kematian balita di Indonesia. Berdasarkan pola penyebab kematian
semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi
3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab
kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia. Juga didapatkan bahwa
penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare
(31,4%) dan pneumonia (23,8%). Demikian pula penyebab kematian anak balita
(usia 12-59 bulan), terbanyak adalah diare (25,2%) dan pnemonia (15,5%).Penyakit
diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa.
Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data KLB (STP KLB)
tahun 2010, diare menempati urutan ke 6 frekuensi KLB terbanyak setelah DBD,
Chikungunya, Keracunan makanan, Difteri dan Campak (Agtini, 2010).
Diare sering menyebabkan Kondisi Luar Biasa (KLB) dengan tingkat
kematian yang tinggi di beberapa negara berkembang, termasuk Iindonesia. Pada
tahun 2008 dilaporkan terjadinya KLB diare di 15 propinsi dengan jumlah penderita
sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209 orang atau Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 2,48 %. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2007
prevalensi nasional diare klinis adalah 9,0 %. Di Indonesia dilaporkan terdapat 1,6
sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita, sehingga secara keseluruhan
diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan
kematian sebanyak 200.000-400.000 balita (Soebagyo, 2008). Hasil Survey
CERATA Journal Of Pharmacy Science 47
Rahma Artemisia., Anti Diare Perasan Segar Bakal Buah Kelapa…
Bahan Penelitian:
Bakal Buah Kelapa yang digunakan dalam penelitian didapatkan dari daerah Sanden,
Bantul, Yogyakarta dan diambil pada pagi hari. Hewan uji yang digunakan adalah
mencit jantan galur DDY berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-32 gram. Bahan
lain yang digunakan adalah tanin (Sigma-Aldrich), castor oil (Sigma-Aldrich), castor
oil (Sigma-Aldrich), norit (PT. Zenith) dan CMC-Na 0,5%.
Alat Penelitian:
Alat yang digunakan untuk membuat perasan segar bakal buah Kelapa adalah
blender (Nasional), dan timbangan elektrik. Alat-alat lain yang digunakan adalah
seperangkat alat bedah, papan bedah, jarum peroral, alat ukur jarak (mistar), gelas
ukur10,0 mL (Pyrex), pinset, labu takar dan timbangan hewan uji (Acis)
Uji Aktivitas Antidiare Perasan Segar Bakal Buah Kelapa Dengan Metode
Proteksi terhadap Diare oleh Oleum Ricini
Oleum ricini ini mengandung trigliserida dari asam risinoleat yang akan
mengalami hidrolisis di dalam usus halus oleh enzim lipase pankreas menjadi
gliserin dan asam risinoleat. Sebagai surfaktan anionik, zat ini bekerja mengurangi
absorbsi netto cairan dan elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus, sehingga
berkhasiat sebagai laksansia. Obat yang berkhasiat sebagai antidiare akan dapat
melindungi hewan percobaan mencit terhadap diare yang diinduksi oleh oleum
ricini. Tanin sebagai obat pembanding yang dapat mengobati diare yang berfungsi
sebagai astringen saluran cerna yang dapat menciutkan selaput lendir di usus. Pada
metode ini ada dua parameter yang akan diamati, yaitu frekuensi diare, konsistensi
feses. Frekuensi diare dihitung berdasarkan berapa banyak frekuensi defekasi.
Konsistensi feses dicatat berpa kali mencit mengeluarkan feses dalam bentuk padat
maupun encer.
CERATA Journal Of Pharmacy Science 49
Rahma Artemisia., Anti Diare Perasan Segar Bakal Buah Kelapa…
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan galur DDY dewasa sehat
dengan berat 20-32 g dan harus memiliki feses yang normal. Cara kerjanya adalah
sebanyak 15 ekor mencit jantan yang dipilih secara random dibagi menjadi tiga
kelompok (tiap kelompok terdiri dari lima ekor mencit) berdasarkan kriteria inklusi.
Kelompok I merupakan kelompok kontrol negatif (mencit diberikan aquades 25
ml/KgBB). Kelompok 2 merupakan kelompok positif yaitu larutan Tanin dosis 25
ml/K BB. Kelompok 3 merupakan kelompok perlakuan perasan segar bakal buah
Kelapa dengan dosis 25 mL/Kg BB. Masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor
mencit. Satu jam sebelum percobaan dimulai, mencit dipuasakan tetapi tetap diberi
minum. Sesuai alokasi perlakuan, tiap mencit diberi secara per oral 25 mL/ Kg BB
mencit sesuai dengan kelompok masing-masing dan kemudian ditempatkan dalam
bejana individual beralaskan kertas saring untuk pengamatan. Satu jam setelah
perlakuan diatas, semua mencit diberi oleum ricini 0,5 ml secara per oral. Respon
yang terjadi pada tiap mencit diamati selang 30 menit sampai 4 jam, kemudian
selang 1 jam sampai 6 jam setelah pemberian oleum ricini. Parameter yang diamati
meliputi konsistensi feses dan frekuensi diare.
Uji Aktivitas Antidiare Perasan Segar Bakal Buah Kelapa dengan Metode
Proteksi
1. Konsistensi Feces
Hasil pengamatan konsistensi feces pada kelompok kontrol negatif
(Aquades) pada menit ke-60 tidak mengeluarkan feces, baru pada menit ke-90
ada mencit yang mengeluarkan feces cair. Hal ini menunjukkan bahwa Oleum
ricini yang menstimulasi diare mulai berefek sebagai laksansia dengan
mekanisme kerja berdasarkan stimulasi peristaltik usus halus. Konsistensi feces
cair baru berhenti pada menit ke-360.
Hasil pengamatan konsistensi feces pada kelompok kontrol positif (larutan
Tanin) pada menit ke-150 masih ada mencit yang mempunyai konsistensi feces
padat, baru pada menit ke-180 semua mencit mempunyai konsistensi cair. Pada
menit ke-240 mencit dengan konsistensi feces cair sudah berhenti. Hal ini terjadi
karena stimulasi Oleum ricini telah berkurang dan larutan Tanin sudah berkerja
mengambat peristaltik usus. Pada menit ke-360 semua mencit sudah tidak
mengeluarkan feces cair.
Hasil pengamatan konsistensi feces pada kelompok zat uji (Perasan segar
bakal buah Kelapa) pada menit ke-120 sebagian besar mencit baru mempunyai
konsistensi cair. Pada menit ke-240 sebagian besar mencit (4 ekor mencit) dengan
konsistensi feces cair sudah berhenti.Hal ini terjadi karena stimulasi Oleum ricini
telah berkurang dan larutan uji sudah berkerja mengambat peristaltik usus. Pada
menit ke-360 semua mencit sudah tidak mengeluarkan feces cair.
50 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rahma Artemisia., Anti Diare Perasan Segar Bakal Buah Kelapa…
2. Frekuensi Diare
Data yang diambil pada pengamatan frekuensi feces yaitu berapa kali
mencit mengeluarkan feces dalam bentuk cair. Frekuensi feces diamati selama 6
jam. Pada 4 jam pertama, frekuensi feces diamati setiap 30 menit dihitung berapa
kali frekuensi feces dalam bentuk cair. Sedangkan pada 2 jam selanjutnya
frekuensi feces cair dihitung setiap 1 jam.
Nilai rata-rata frekuensi diare pada kontrol negatif (Aquades) adalah 10.6
± 2.7, kontrol positif (larutan Tanin) 7.8 ± 2.8, dan zat uji (Perasan segar bakal
buah Kelapa) adalah 7.2 ± 1.5. Nilai rata-rata ± SD selanjutnya digunakan untuk
menghitung data frekuensi dari masing-masing sampel yang masuk kriteria untuk
digunakan dalam perhitungan data secara statistik. Data yang tidak memenuhi
kriteria nilai rata-rata ± SD tidak digunakan dalam perhitungan data secara
statistik. Pada kelompok kontrol negatif (Aquades) ada 2 data yang harus direject
yaitu data mencit 1 dan mencit 3 sehingga dalam perhitungan statistik digunakan
3 data. Pada kelompok kontrol positif (Larutan Tanin) ada 1 data yang harus
direject yaitu data mencit 3 sehingga dalam perhitungan statistik digunakan 4
data. Pada kelompok zat uji (larutan Tanin) ada 2 data yang harus direject yaitu
data mencit 1 dan mencit 4 sehingga dalam perhitungan statistik digunakan 3
data. Data yang masuk kriteria rata-rata ± SD tersebut kemudian digunakan untuk
pengolahan data secara statistika dengan menggunakan software SPSS versi 15.
Data frekuensi terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan keseragaman
varian untuk mengetahui karakteristik data dan menentukan jenis analisis data
statistik yang diperoleh. Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk
karena jumlah sampel yang digunakan kurang dari 50. Berdasarkan uji
normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk diperoleh nilai
signifikansi 0,254 (> 0,05) dapat dimaknai bahwa keselurmuhan data frekuensi
diare terdistribusi normal. Hasil uji keseragaman varian menggunakan uji Levene
memberikan nilai signifikansi 0,283 (> 0,05) dapat dimaknai bahwa data
frekuensi diare menunjukkan varian yang homogen. Oleh karena data frekuensi
diare terdistribusi normal dan menunjukkan varian yang homogen makaanalisi
parametrik dipilih untuk mengetahui perbandingan aktivitas antidiare.
Perbandingan aktivitas antidiare antara masing-masing kelompok perlakuan
menggunakan Anova (LSD) disajikan pada tabel 2.
CERATA Journal Of Pharmacy Science 51
Rahma Artemisia., Anti Diare Perasan Segar Bakal Buah Kelapa…
Tabel 2. Data Hasil Uji Statistik LSD Frekuensi Diare Pada Metode Proteksi
PEMBAHASAN
cara menciutkan selaput lendir usus dan mengecilkan pori sehingga akan
menghambat sekresi cairan dan elektrolit (Tjay dan Rahardja, 2007). Selain itu, sifat
adstringens tannin akan membuat usus halus lebih tahan (resisten) terhadap
rangsangan senyawa kimia yang mengakibatkan diare, toksin bakteri dan induksi
diare oleh oleum ricini (Kumar, 1983). Tanin di klasifikasikan menjadi dua kategori
yaitu hydrolyzed tannin dan condense tannin. Hydrolyzed tannin memiliki
kemampuan astringent lebih besar terhadap diare yang disebabkan infeksi. Protein
tannat yang dipecah akan berikatan dengan hydrolyzed tannin yang melewati
intestine dan menurunkan sekresi dari usus kecil sehingga menyebabkan konstipasi
(Clinton, 2009).
KESIMPULAN
Perasan segar bakal buah Kelapa (Cocos nucifera L.) terbukti memiliki efek
farmakologi sebagai antidiare dengan mekanisme aksi sebagai antisekretori dan anti
motilitas terhadap mencit (Mus musculus) putih jantan galur DDY. Hasil penelitian
ini telah berhasil memberikan landasan ilmiah mengenai penggunaan perasan segar
bakal buah kelapa sebagai obat diare oleh masyarakat Indonesia. Agar dapat
digunakan sebagai sediaan herbal, penelitian selanjutnya diarahkan pada uji
toksisitas perasan segar bakal buah kelapa sehingga dapat diketahui keamanannya
bila digunakan sebagai antidiare. Selain itu, penelitian selanjutnya juga dapat
diarahkan pada fraksinasi dan isolasi senyawa aktif yang bertanggung jawab
terhadap efek antidiare perasan segar bakal buah kelapa.
54 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Rahma Artemisia., Anti Diare Perasan Segar Bakal Buah Kelapa…
DAFTAR PUSTAKA
Agtini, M.D. 2010. Morbiditas dan Mortalitas Diare Pada Balita di Indonesia tahun
2000-2007. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Kemenkes RI,
Jakarta.
Apsari, P, D. 2011. Perbandingan kadar fenolik total ekstrak metanol kelopak merah
dan ungu bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa, Linn) secara spektofotometri,
Skripsi,http://eprints.uad.ac.id/1434/1/hari_susanti_perbandingan_kadar.pdf
diakses 14 April 2015.
Awouters, F., Niemegeers, C.J.E., Lenaerts, F.N., and Janscen, P.A., 1978, Delay of
Castor Oil Diarrhoea in Rats : A New Way to Evaluate Inhibitors of
staglandin Biosynthesis, Journal of Pharmacy and Pharmacology.
Katzung, B.G., 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Staf Dosen
Farmakologi dan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Edisi VIII,
Salemba Medika, Jakarta.
Kumar, R., 1983, Chemical and Biochemical Nature of Fodder Tree Tannins.
Journal of Agricultural and food chemistry, 31: 1364-1366
Otshudi, L.A., Vercruysse, A., and Foriers A., 2000, Contribution to the
Ethnobotanical, Phytochemical and Pharmacological Studiesof
Traditionally Used Medicinal Plant in the Treatment of Dysentery and
Diarrhoea in Lomela Area, Democratic Republik of Congo (DRC), Journal
of Ethnopharmacol, 3) :
Sanders, K.M. 1984. Evidence that Prostaglandins are Local Regulatory Agents in
Canine Ilea Circular Muscles, AM. J. Physiology.
Soebagyo. 2008, Diare Akut pada Anak ,niversitas Sebelas Maret Press ,Surakarta.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K. 2007, Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Edisi Keenam. Cet. 1, PT. Elex Media Komputindo
Gramedia, Jakarta.