Abstrak
Sekarang ini cadangan minyak bumi yang dihasilkan Indonesia semakin sedikit sedangkan jumlah
penduduk semakin bertambah disertai jumlah penggunaan kendaraan bermotor yang juga semakin
meningkat, sehingga kebutuhan akan bahan bakar dari minyak bumi semakin meningkat pula. Semakin
banyaknya penggunaan kendaraan bermotor dengan bahan bakar dari minyak bumi juga semakin
memperbesar ancaman berkurang drastisnya persediaan bahan bakar fosil atau minyak bumi. Oleh karena
itu dibutuhkan suatu bahan bakar alternatif untuk mencegah dan menanggulangi hal tersebut. Biodiesel
merupakan suatu upaya pencegahan ketergantungan manusia akan bahan bakar solar untuk mesin diesel.
Selain karena emisi gas buang rendah, juga berpotensi besar untuk dibuat dari berbagai macam bahan
baku termasuk limbah minyak goreng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi
biodiesel dengan pencucian model Dry-Wash dan mengetahui karakteristik biodiesel dari minyak jelantah
yaitu : flash point, pour point, water content, heating value, densitas, viskositas dan kadar FFA (Free
Fatty Acid). Biodiesel yang telah terbentuk dicuci dengan prosentase pemberian magnesium silicate 0,5%,
1% dan 1,5%. Proses produksi biodiesel ini dilakukan di Laboratorium Bahan Bakar dan Pelumas
Fakultas teknik UNESA. Analisis dilakukan di 3 tempat yaitu di PT. Pertamina Perak Barat Surabaya,
Lab. Kimia FMIPA ITS Surabaya dan Lab. Kimia Analitik FMIPA UNESA Surabaya. Data hasil
penelitian yang diperoleh dimasukkan dalam tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik selanjutnya
dideskripsikan dengan kalimat sederhana. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
prosentase pemberian magnesium silicate sebanyak 1% adalah yang terbaik untuk karakteristik biodiesel
dari minyak jelantah hasil pencucian Dry-Wash. Hal ini dibuktikan dengan nilai flash point yang tinggi
yaitu 145 0C, nilai pour point yang rendah yaitu 2 0C, water content sebanyak 0,15%, heating value
sebesar 17.697 Btu/lb, densitas yaitu 0,9025 g/cm³, Viskositas yaitu 13,24 cSt dan kadar FFA sebanyak
0,12%.
Kata kunci : Biodiesel, minyak jelantah, Dry-wash, magnesium silicate.
Abstract
Today the reserve of world oil resulted by Indonesia is getting smaller and smaller, while the total
of people is getting increase and followed by the using of motor vehicle too, so that the need of the world
fuel is getting increase as well. The great usage of motor vehicle using the world fuel, it would be a big
threaten for fossil fuel getting over. That’s why, it’s needed an alternative fuel to prevent and overcome
about it. Biodiesel is an effort in order people do not depend on diesel fuel. Because it low emission and
also having great potention to made of any kind of subtances, including the waste of cooking oil. This
research is to know biodiesel process production by using Dry-Wash model and to know the characteristic
of biodiesel from cooking oil, that is : flash point, pour point, water content, heating value, density,
viscosity and FFA (Free Fatty Acid) content. Biodiesel made from this research is given by the
procentage of 0,5%, 1% and 1,5% magnesium silicate. This biodiesel production process is done at Fuel
and Lubricants Laboratory of Technical Faculty UNESA. Testing is done at three places i,e PT.
Pertamina Perak Barat Surabaya, Chemical Faculty ITS Laboratory Surabaya and Analitical Chemist of
FMIPA Laboratory of UNESA Surabaya. The data resulted put in table and showed in the following
graphic discripted by simple words. Based on the result of the research could be concluded that by giving
1% magnesium silicate is the best characteristic biodiesel of cooking oil by using Dry-Wash refinery. It is
proved by the value of high flash point 145 0C, low pour point 2 0C, water content 0,15%, heating value
17.697 Btu/lb, density 0,9025 g/cm³, viscosity 13,24 cSt and FFA content 0,12%.
Keywords: Biodiesel, waste of cooking oil, Dry-Wash, magnesium silicate
Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah
PENDAHULUAN
Sekarang ini cadangan minyak bumi yang point (titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum
dihasilkan Indonesia semakin sedikit sedangkan jumlah diesel sehingga lebih aman jika disimpan dan
penduduk semakin bertambah disertai jumlah digunakan.
penggunaan kendaraan bermotor yang juga semakin Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari
meningkat, sehingga kebutuhan akan bahan bakar dari sumber terbarukan (renewable), dengan komposisi
minyak bumi semakin meningkat pula. Semakin ester asam lemak dari minyak nabati antara lain:
banyaknya penggunaan kendaraan bermotor dengan minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak jarak
bahan bakar dari minyak bumi juga semakin pagar, minyak biji kapuk, dan masih ada lebih dari 30
memperbesar risiko terhadap tubuh manusia, karena sisa macam tumbuhan Indonesia yang potensial untuk
pembakaran (gas buang) bahan bakar kendaraan dijadikan biodiesel.
bermotor tersebut menghasilkan gas-gas yang Minyak goreng bekas merupakan salah satu
berbahaya bagi kesehatan manusia, oleh karena itu bahan baku yang memiliki peluang untuk pembuatan
dibutuhkan suatu bahan bakar alternatif untuk mencegah biodiesel, karena minyak ini masih mengandung
dan menanggulangi hal tersebut. trigliserida, di samping asam lemak bebas. Data
Kebutuhan minyak bumi yang semakin besar statistik menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan
merupakan tantangan yang perlu diantisipasi dengan peningkatan produksi minyak goreng. Dari 2,49 juta
mencari sumber energi alternatif. Minyak bumi ton pada tahun 1998, menjadi 4,53 juta ton tahun 2004
merupakan sumber energi yang tak terbarukan, butuh dan 5,06 juta ton pada tahun 2005
waktu jutaan bahkan ratusan juta tahun untuk (www.wartaekonomi.com/indicator, 2006). Selain
mengkonversi bahan baku minyak bumi menjadi ketersediaannya yang relatif berlimpah, minyak goreng
minyak bumi, peningkatan jumlah konsumsi minyak bekas merupakan limbah sehingga berpotensi
bumi menyebabkan menipisnya jumlah minyak bumi. mencemari lingkungan berupa naiknya kadar COD
Pada tahun 2005 LIPI (Lembaga Ilmu (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biology
Pengetahuan Indonesia) dan BATAN (Badan Tenaga Oxygen Demand) dalam perairan, selain itu juga
Nuklir Nasional) berusaha melakukan penelitian- menimbulkan bau busuk akibat degradasi biologi. Oleh
penelitian untuk menggantikan bahan bakar minyak karena itu perlu dilakukan usaha-usaha pemanfaatan
yang berasal dari fosil dengan menggunakan bahan minyak goreng bekas tersebut. Salah satunya adalah
bakar minyak dari sumber nabati dan hewani. Bahan sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel.
bakar minyak dari sumber non fosil meliputi: Penelitian ini melakukan analisis pembuatan
bioethanol, biodiesel, biosolar, biogas, dan biopertamax. biodiesel dari minyak jelantah menggunakan metode
Salah satu dari hasil bahan bakar non fosil (bahan bakar Dry-Wash dengan perbandingan prosentase magnesol
yang berasal dari sumber nabati maupun nabati) adalah sebanyak 0,5%, 1% dan 1,5%.
biodiesel. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dihasilkan dari transeterifikasi dan esterifikasi. berapa prosentase magnesol yang terbaik untuk
Pada tahun 2007, Bank Dunia juga memberikan pembuatan biodiesel dari segi karakteristiknya dan
dukungan untuk program tersebut dengan menaikkan mengetahui apakah biodiesel dari minyak jelantah dari
pinjaman 67%, yaitu sebesar US$ 1.43 M untuk Sedangkan manfaat penelitian ini ialah
memanfaatkan energi yang dapat diperbarui seperti: diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
angin, panas bumi, biomassa, dan tenaga air. potensi minyak jelantah sebagai penghasil biodiesel
Dari berbagai produk olahan minyak bumi yang dan mengembangkan kegunaan minyak jelantah
digunakan sebagai bahan bakar, yang paling banyak sebagai sumber energi alternatif.
digunakan adalah bahan bakar diesel, karena
kebanyakan alat transportasi, alat pertanian, peralatan
berat dan penggerak generator pembangkit listrik
menggunakan bahan bakar tersebut.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif
pengganti minyak diesel yang diproduksi dari minyak
tumbuhan atau lemak hewan. Penggunaan biodiesel
dapat dicampur dengan petroleum diesel (solar).
Biodiesel mudah digunakan, bersifat biodegradable,
tidak beracun, dan bebas dari sulfur dan senyawa
aromatik. Selain itu biodiesel mempunyai nilai flash
81
JTM. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 80 - 87
Obyek Penelitian
Adapun Objek dari penelitian ini adalah limbah
minyak goreng (Waste of Cooking Oil).
Instrumen Penelitian
Labu leher tiga:
Sebagai tempat reaksi ketika melakukan
proses esterifikasi dan transesterifikasi
Magnetic Stirrer:
Untuk mengaduk selama proses pembuatan
biodiesel.
Heater:
Sebagai pemanas cairan ketika melakukan
proses De-Gumming
Thermocouple dan Thermocontrol
Untuk mengukur dan mengontrol suhu
selama proses pemanasan
Kondensor liebig:
Untuk mengkondensasi uap metanol.
Pompa air:
Untuk memompa dan mensirkulasikan air
pada kondensor liebig.
Beaker Glass
Untuk mengukur volume cairan.
Biuret
Untuk memisahkan Metyl ester dengan
gliserol.
Gambar 1. Rancangan Penelitian Timbangan digital
Untuk menentukan berat bahan-bahan yang
Jenis Penelitian akan digunakan membuat biodiesel.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Pompa vakum
eksperimen (experimental research). Untuk proses penyaringan biodiesel.
Corong kaca
Tempat Penelitian Untuk menyaring biodiesel hasil pencucian.
Penelitian eksperimen (experimental research) Kertas Saring
ini dilaksanakan di Lab. Bahan Bakar dan Pelumas yang Untuk menyaring biodiesel hasil pencucian.
bertempat Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin
UNESA Surabaya untuk proses pembuatannya dan Sedangkan instrumen penelitian untuk tahap uji
dilaksanakan di Unit Produksi Pelumas Surabaya serta karakteristik biodiesel adalah sebagai berikut:
Lab. Kimia FMIPA ITS untuk mendapatkan
karakteristiknya. Flash point Pensky-Martens Closed Cup
Flash point Pensky-Martens Closed Cup
Variabel Penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Flash Point dari biodiesel hasil pencucian. Alat ini
pencucian Dry-Wash dengan perbandingan berdasar pada ASTM D 93
prosentase magnesol 0,5%, 1% dan 1,5%.. Seta Cloud and Pour Point Analyzer
Varibel terikat dalam penelitian ini adalah Seta Cloud and Pour Point Analyzer adalah
karakteristik dari biodiesel itu sendiri diantaranya: alat yang digunakan untuk mengukur nilai Pour
flash point, pour point, water content, heating value, Point dari biodiesel hasil pencucian. Alat ini
densitas, viscositas dan kadar FFA. mangacu pada ASTM D 97.
Variabel control dalam penelitian ini yaitu bahan Karl Fischer Volumetry
dan alat yang digunakan mempunyai spesifikasi Karl Fischer Volumetry adalah alat yang
yang sama, pemberian larutan baik larutan asam, digunakan untuk megukur kadar air dari sampel
katalis asam dan basa sesuai dengan ketentuan, biodiesel hasil pencucian. Alat ini mengacu pada
pemberian biodiesel dari minyak jelantah pada saat ASTM 2709.
Spesific Gravity Meter
Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah
Fungsi Spesific Gravity Meter adalah sebagai Kemudian memasukkan minyak hasil esterifikasi ke
alat untuk pengujian densitas dari sampel biodiesel dalam corong pisah dan didiamkan sehingga
hasil pencucian. Alat ini berdasar pada ASTM 1298- terbentuk dua lapisan, dimana lapisan bawah adalah
19S. campuran methanol, air dan asam sulfat sedangkan
Automatic Viscosity System lapisan atas adalah campuran minyak dan alkil
Automatic Viscosity System digunakan untuk ester. Minyak hasil esterifikasi inilah yang
mengukur nilai viskositas dari sampel biodiesel hasil digunakan sebagai bahan baku proses
pencucian. Alat ini berdasar pada ASTM D 445. transesterifikasi.
Bomb Calorimeter Transesterifikasi dengan katalis basa
Bomb Calorimeter digunakan untuk Transesterifikasi bertujuan untuk mengubah
mengukur nilai kalor dari sampel biodiesel hasil asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk
pencucian. Alat ini berdasarkan pada ASTM D-240 ester dengan cara mereaksikan hasil dari proses
esterifikasi dengan methanol kadar 99% sebanyak
10% atau 95ml dari volume minyak jelantah
sebanyak 950ml dan katalis NaOH seberat 1% dari
950ml minyak jelantah untuk mempercepat reaksi.
Disertai dengan pemanasan pada suhu 60 oC selama
20-30 menit. Hasil transesterifikasi kemudian
dimasukkan ke dalam corong pisah untuk
memisahkan antara metil ester (biodiesel) dan
gliserol, sisa methanol dan sisa katalis. Dan sisa
minyak yang dihasilkan adalah 920ml karena yang
30ml adalah campuran gliserol, sisa methanol dan
sisa katalis.
Pencucian dengan metode Dry-Wash
Pada proses ini minyak hasil dari proses
Gambar 2. Instrumen Penelitian Pembuatan Biodiesel. transesterifikasi dan magnesol disiapkan. Kemudian
mengaktivasi magnesol dengan cara memasukkan
Prosedur Pengujian
ke dalam campuran larutan asam dan air dengan
Mixing bahan baku minyak jelantah. pemanasan pada temperatur 80°C selam 60 menit.
Karena bahan baku minyak jelantah yang Selanjutnya memisahkan dari pelarut asam dengan
didapat pada penelitian ini berasal dari berbagai cara di cuci dengan larutan aquadest hingga ph
sumber, maka harus dilakukan pencampuran bahan netral. Setelah itu magnesol dikeringkan di dalam
baku atau proses mixing. Proses pencampuran bahan oven dengan suhu 250°C selama 90 menit.
baku ini dilakukan dengan menggunakan magnetic Kemudian lakukan pencampuran magnesol dengan
stirrer dan pemanas serta termometer. Suhu untuk perbandingan pada biodiesel hasil transesterifikasi
proses mixing ini dijaga agar tetap pada suhu 60°C. seberat 0,5%, 1%, dan 1,5% dari minyak yang
Setelah proses mixing ini selesai minyak dihasilkan pada suhu 55°C. Selanjutnya
jelantah hasil mixing dijadikan satu pada sebuah memisahkan biodiesel hasil pencucian dengan
botol besar kapasitas 3 liter. Minyak hasil mixing ini corong pemisah.
pada akhirnya akan digunakan untuk proses
Proses penyaringan biodiesel
selanjutnya.
Pada proses ini biodiesel hasil pencucian
De-Gumming Dry-Wash dijernihkan melalui proses penyaringan
De-gumming adalah proses menurunkan dengan menggunakan pompa vakum. Sebuah botol
kadar fosfatida yg terkandung dalam minyak dengan lubang pengeluaran untuk selang kecil
sebelum diproses menjadi biodiesel. Minyak diperlukan pada proses ini. Sebuah corong
dipanaskan pada suhu 60o, kemudian tambahkan diletakkan di mulut botol yang telah diberi kertas
asam pospat (H3PO4) sebanyak 0,5% dari berat saring pada ujungnya corongnya. Kemudian botol
minyak sambil terus diaduk dengan magnetic stirrer tersebut dihubungkan dengan pompa vakum.
selama 30 menit. Diamkan minyak di dalam corong Biodiesel hasil pencucian kemudian dituangkan
pemisah selama 24 jam. sedikit demi sedikit diatas kertas saring. Tujuan
Esterifikasi dengan katalis asam. pemvakuman adalah agar proses penyaringan
Pada tahap ini minyak jelantah akan diolah berlangsung lebih cepat dan dapat menyerap
melalui proses esterifikasi. Proses esterifikasi partikel-partikel yang tidak diinginkan yang
dilakukan dengan cara menambahkan asam sulfat terdapat dalam biodiesel.
(H2SO4) dengan kadar 98% seberat 0,5% dari berat
minyak jelantah dan methanol 99% sebanyak 10% Teknik Analisis Data
atau 95ml dari volume minyak jelantah sebanyak Data yang telah terkumpul dimasukkan kedalam
950ml. Pengadukan menggunakan Magnetic Stirrer tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik, data hasil
dilakukan selama 20-30 menit pada suhu 70°C.
83
JTM. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 80 - 87
penelitian tersebut dibandingkan antara variabel Tabel 2. Perbandingan Spesifikasi Solar, Spesifikasi
berubah dan variabel terikat, analisa data dilakukan Minyak Jelantah, Standar Spesifikasi Biodiesel dan
dengan menggunakan metode deskriptif. Metode Biodiesel dari Minyak Jelantah
deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai masalah yang diteliti.
jelantah pada penelitian ini memiliki kualitas yang Wash adalah 0,9113 g/cm³ untuk prosentase
bagus karena memiliki titik nyala yang tinggi. magnesol 0,5%, sedangkan untuk prosentase
magnesol 1% adalah 0,9025g/cm³, dan 0,9039
Pour Point g/cm³ untuk prosentase magnesol 1,5%. Dapat
Hasil pengujian Pour Point dapat dilihat dilihat bahwa ketiga sampel biodiesel hasil
pada grafik dibawah ini: pencucian dari penelitian ini mempunyai nilai
densitas yang lebih baik dari nilai densitas dari
minyak jelantah sebelum diproses menjadi
biodiesel, tetapi masih belum sesuai dengan
standar karakteristik nilai densitas biodiesel yang
mempunyai batasan nilai densitas antara 0,8500
g/cm³ sampai 0,8900 g/cm³.
Water Content
Hasil pengujian Water Content dapat dilihat
pada grafik dibawah ini:
85
JTM. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 80 - 87
Kadar FFA
Hasil pengujian Kadar FFA dapat dilihat
pada grafik berikut ini:
PENUTUP
Gambar 8. Grafik Heating Value
Simpulan
Nilai kalor dari sampel biodiesel pertama Dari hasil penelitian dan analisis data yang
dengan prosentase magnesol 0,5% adalah sebesar dilakukan tentang proses produksi biodiesel dari
17.481 Btu/lb, untuk sampel biodiesel dengan minyak jelantha dengan metode pencucian Dry-Wash
prosentase magnesol 1% adalah sebesar 17.697 sistem bisa diambil kesimpulan sebagai berikut:
Btu/lb, sedangkan untuk sampel ketiga dengan Penggunaan prosentase magnesol 1% dari berat
prosentase magnesol 1,5% adalah sebesar 17,671 biodiesel minyak jelantah hasil proses pencucian
Btu/lb. Dari tabel 4,5 tersebut dapat diketahui Dry-wash adalah yang paling baik dari segi
bahwa nilai kalor dari sampel biodiesel dengan karakteristiknya.
prosentase magnesol 0,5% dan 1,5% hasil
Hasil pengujian karakteristik biodiesel dari
penelitian ini lebih besar nilainya dari spesifikasi
minyak jelantah dengan prosentase magnesol 1%
minyak jelantah yang mempunyai nilai kalor
(prosentase terbaik) adalah sebagai berikut:
sebesar 16,019 Btu/lb. Nilai dari ketiga sampel ini
- Flash point sebesar 145 0C
lebih kecil nilainya atau belum memenuhi standar
- Pour Point sebesar 20C
dari standar biodiesel yang mempunyai nilai kalor
- Water Content sebesar 1555,753 ppm atau
sebesar 17,918 Btu/lb.
0,15%vol.
Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah
- Heating Value sebesar 17.697 Btu/lb. Knothe, G., Gerpen, J.V. dan Krahl, Jurgen., 2005. The
- Densitas (150C) sebesar 0,9025 g/cm3. Biodiesel Handbook. Champaign, Illinois :
- Viskositas (400C) sebesar 13,24 cSt. AOCS Press.
- FFA sebesar 0,12% (b/b)
Hasil dari pengujian karakteristik dari sampel Pertamina. 1997. Bahan Bakar Minyak Untuk
biodiesel di 3 tempat yaitu di PT. Pertamina Lab. Kendaraan, Rumah Tangga, Industri dan
Production Unit Surabaya, Lab. Kimia FMIPA
Perkapalan. Jakarta: Direktorat Pembekalan
ITS Surabaya dan Lab. Kimia Analitik FMIPA
UNESA Surabaya telah menyimpulkan bahwa dan Pemasaran dalam Negeri.
biodiesel dari minyak jelantah dengan metode
pencucian Dry-Wash sistem dalam penelitian ini Sutjahjo, Dwi Heru.; Wayan Susila. 2009. Biodiesel
belum dapat digunakan sebagai dasar pembuatan Biji Karet “Dry Wash System” Sebagai
biodiesel dalam skala yang lebih besar karena Bahan Bakar Uji Coba Pada Mesin Diesel.
belum terpenuhinya semua standar karakteristik Proposal Stranas. Tidak dipublikasikan.
biodiesel berdasarkan SNI.
Surabaya: Jurusan Teknik Mesin.
Saran
Dari serangkaian hasil pengujian dan analisis
data yang telah dilakukan, maka dapat diberikan Tjokrowisastro dan Widodo. 1990. Teknik Pembakaran
beberapa saran sebagai berikut: Dasar dan Bahan Bakar. Surabaya: Institut
Penelitian ini menggunakan metode pencucian Teknologi Sepuluh November.
Dry-Wash dengan adsorben magnesium silicate
atau magnesol, sehingga diharapkan ada
penelitian lanjutan dengan adsorben lain atau
menggunakan metode pencucian lain.
Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan dapat
menggunakan bahan baku lain selain minyak
jelantah dengan metode pencucian yang sama
atau dengan metode pencucian lain yang
dianggap lebih baik untuk memperbaiki kualitas
biodiesel.
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, A.A.S., 2002. Biodiesel dari Minyak Jelantah,
(online), (www.KPC.com,diakses 20 Februari
2013).
87