Keywords: Abstract
Institutional village The establishment of Institutional village enterprises (BUMDes) is a way to
enterprises utilize the constitution that authorizes the local government for doing
(BUMDes), innovation in rural development, especially to increase rural economy and
institutional Welfare for Rural Communities. In fact, many villages that failed to run
economics, BUMDes due to lack of readiness and village potential. This research aims to
explain the condition and governance of developing BUMDes. This research
economic
used qualitative methods. The result of this research shows that the condition
independence of the of BUMDes in Jepara has been running in accordance with the purpose of
village, governance. forming BUMDes and able to help increase the rural economy. However, there
are still problems in the management of BUMDes in some areas such as the
type of business that carried on still limited, limited human resources that
manage BUMDes and the participation of rural community are low due the lack
of knowledge.
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto
kemiskinan. Hal tersebut juga didukung melalui penawaran sumberdaya lokal yang
oleh Hardijono dkk (2014) bahwa pendirian bertujuan untuk mencari keuntungan dan
BUMDes merupakan jalan untuk lembaga sosial melalui kontribusi
membentuk ekonomi pedesaan yang penyediaan pelayanaan sosial yang berpihak
mandiri sebagai upaya untuk meningkatkan pada kepentingan masyarakat. BUMDes
Pendapatan Asli Daerah. telah memberikan kontribusi positif bagi
Pengembangan BUMDes perlu dilakukan penguatan ekonomi di pedesaan dalam
agar BUMDes yang telah berdiri dapat mengembangkan perekonomian masyarakat
berfungsi sesuai dengan peranannya. Tujuan khususnya dalam menghadapi Asean
dan sasaran BUMDes dapat tercapai jika Economic Community 2015 (Alkadafi,
BUMDes dikelola secara terarah dan 2014).
profesional. BUMDes merupakan solusi Ciri utama BUMDes yang membedakan
atas permasalahan-permasalahan yang lembaga komersial lain (PKDSP, 2007)
terjadi di desa. BUMDes diharapkan dapat adalah (1) Badan usaha merupakan milik
mendorong dan menggerakkan desa dan pengelolaannya dilakukan secara
perekonomian desa (Ramadana dkk, 2013). bersama-sama; (2) Modal usaha sebesar
Keberadaan BUMDes dapat membantu 51% berasal dari dana desa dan 49% berasal
pemerintah dalam mengelola potensi desa dari dana masyarakat; (3) Operalisasi
yang kreatif dan inovatif, sehingga dapat dilakukan berdasarkan pada falsafah bisnis
membuka lapangan kerja baru sehingga berbasis budaya lokal; (4) Potensi yang
dapat menyerap tenaga kerja di pedesaan. dimiliki desa dan hasil informasi pasar yang
tersedia menjadi dasar untuk menjalankan
Tinjauan Pustaka
bidang usaha; (5) Laba yang diperoleh
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
BUMDes dipergunakan untuk upaya
BUMDes merupakan institusi yang
peningkatan kesejahteraan anggota dan
dibentuk oleh pemerintah desa serta
masyarakat berdasarkan peraturan yang
masyarakat mengelola institusi tersebut
telah disusun; (6) Fasilitas ditunjang oleh
berdasarkan kebutuhan dan ekonomi desa.
Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan
BUMDes dibentuk berlandaskan atas
Pemerintah desa; dan (7) Pelaksanaan
peraturan perundang-undang yang berlaku
operasionalisasi BUMDes diawasi secara
atas kesepakatan antar masyarakat desa.
berasma oleh Pemerintah Desa, BPD beserta
Tujuan BUMDes adalah meningkatkan dan
anggota.
memperkuat perekonomian desa. BUMDes
memiliki fungsi sebagai lembaga komersial
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto
keseluruhan komponen yang ikut terlibat dijelaskan pada Pasal 1 ayat (1) Undang-
dalam pengelolaan BUMDes diharuskan Undang Nomor 6 Tahun 2014 menjelaskan
memberikan dukungan serta kontribusi “Desa adalah desa dan desa adat atau yang
secara sukarela atau tanpa diminta untuk disebut dengan nama lain, selanjutnya
meningkatkan usaha BUMDes (3) disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat
Emansipatif, keseluruhan komponen yang hukum yang memiliki batas wilayah yang
ikut serta dalam pengelolaan BUMDes berwenang untuk mengatur dan mengurus
diperlakukan seimbang tanpa membedakan urusan pemerintahan, kepentingan
golongan, suku, dan agama; (4) Transparan, masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
pengelolaan BUMDes dan memiliki tradisional yang diakui dan dihormati dalam
pengaruh pada kepentingan umum harus sistem pemerintahan Negara Kesatuan
terbuka dan segala lapisan masyarakat Republik Indonesia”.
mengetahui seluruh kegiatan tersebut; (5) Desa mandiri adalah desa yang mampu
Akuntabel, keseluruhan kegiatan secara memenuhi kebutuhannya dan apabila
teknis maupun administrative harus terdapat bantuan dari Pemerintah, bantuan
dipertanggungjawabkan; dan (6) tersebut hanya bersifat perangsang.
Sustainabel,masyarakat mengembangkan Pembangunan desa mandiri meliputi
dan melestarikan kegiatan usaha dalam kegiatan-kegiatan rencana pembangunan
BUMDes. yang bersifat partisipatif, transparan,
akuntabel dan mendetail. Kegiatan-kegiatan
Pembangunan Desa Mandiri
tersebut melalui beberapa serangkaian
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tahapan yaitu perencanaan dan persiapan,
pengertian desa diatur pada Pasal 1 ayat (12)
identifikasi umum desa, analisis asset desa
sebagai berikut “Desa atau yang disebut
serta musyawarah rencana pembangunan
dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
desa (musrenbangdes).
adalah kesatuan masyarakat hukum yang
Metode Penelitian
memiliki batas-batas wilayah yang
Penelitian yang dilakukan adalah
berwenang untuk mengatur dan mengurus
penelitian kualitatif yang dilakukan dengan
kepentingan masyarakat setempat,
pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif
berdasarkan asal-asul dan adat istiadat
menurut Kirk dan Miller dalam Moleong
setempat yang diakui dan dihormati dalam
(2006) adalah suatu bentuk tradisi tertentu
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
pada ilmu sosial yang berdasarkan pada
Republik Indonesia”. Pengertian Desa yang
pengamatan terhadap manusia baik dalam
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto
15 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik 2. Pengelolaan Air Bersih (PAM Desa)
Desa.
Pengelolaan air bersih dengan
Pemerintah Kabupaten Jepara pada
membangun perusahaan air bersih untuk
tahun 2014 menganggarkan dana sebesar
mencukupi kebutuhan air bersih warga.
4,8 milyar rupiah untuk bantuan bagi
Penyediaan air bersih juga digunakan untuk
BUMDes di seluruh Kabupaten Jepara.
mengantisipasi ketersediaan air bersih yang
Dana ini dibagikan kepada masing-masing
berkurang akibat musim kemarau dan
BUMDes yang ada di 184 desa sebesar 26,2
bencana banjir pada saat hujan deras yang
juta rupiah tiap desa. Rincian penggunaan
memungkinkan terjadinya kebocoran pada
dana tersebut adalah 1,2 juta rupiah untuk
pipa mata air yang ada.
biaya administrasi BUMDes dan 25 juta
PAM Desa di Desa Tubanan
rupiah digunakan untuk modal kegiatan
mengadakan program masyarakat untuk
BUMDes. Anggaran tersebut diharapkan
memanfaatkan pekarangan rumahnya.
menjadikan masyarakat desa mandiri, maju,
Masyarakat diarahkan untuk memanfaatkan
dan memiliki penilaian baik dari daerah lain.
pekarangan rumahnya untuk menanam
Jenis Usaha Badan Usaha Milik Desa sayuran maupun apotik hidup. BUMDes
(BUMDes) melalui program PAMDes memberikan
1. Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam subsidi silang untuk pelanggan yang
(UEDSP) memanfaatan pekarangan rumah tersebut.
Unit usaha simpan pinjam bertujuan bila pelanggan tidak mau memanfaatkan
untuk kesejahteraan masyarakat dan pekarangan rumahnya, maka tarif yang
meningkatkan perekonomian Desa. Besar dikenakan adalah tarif normal.
pinjaman uang tiap orang berkisar 1 juta 3. Bank Sampah
hingga 2 juta rupiah dengan bunga sekitar 1- BUMDes di Desa Tubanan
2%. Unit usaha simpan pinjam dianggap Kabupaten Jepara memiliki bank sampah
sebagai usaha yang operasionalnya lebih yang disebut PUS (Pusat Utama Sampah)
mudah dibanding unit usaha lain karena unit bernama Larahan Nisti yang merupakan
usaha simpan pinjam tidak terlalu bank sampah terbesar se-Kabupaten Jepara
membutuhkan banyak modal dan tidak dan bank sampah pertama yang menyeluruh
membutuhkan banyak keahlian di bidang untuk satu desa. Setiap RT di Desa Tubanan
marketing. Usaha simpan pinjam yang jumlahnya 43 RT mempunyai 2 tong
mengedepankan prinsip kesejahteraan sampah, yaitu untuk membedakan sampah
masyarakat. organik dan anorganik. Namun, yang sedang
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto
dikerjakan masih PUS. Tujuan dibangunnya berkembang biak. Anak kambing itulah
bank sampah ini salah satunya yaitu yang dijadikan acuan bagi hasil pendapatan
masyarakat dapat mengubah pola pikirnya dari pengelolaan usaha tersebut.
menjadi “sampah bukanlah masalah tetapi 5. Perdagangan Produk Hasil Olahan
berkah”. Sampah anorganik kemudian BUMDes membantu dan
diolah menjadi suatu barang yang bernilai mempermudah masyarakat dalam
tinggi misalnya kemasan sabun yang memasarkan produk usahanya dengan
dijadikan kerajinan tas, tempat sepatu, dan bertindak sebagai penampung dan menjual
sebagainya. produk hasil perikanan, peternakan,
pertanian dan kerajinan rakyat. Letak
4. Budidaya Ternak Kambing
Kabupaten Jepara yang berada di pesisir
Pihak BUMDes memberikan Pulau Jawa menjadikan hasil perikanan
pinjaman kepada masyarakat berupa melimpah sehingga dapat diolah agar
kambing untuk dikembangbiakkan oleh memiliki nilai tambah, seperti nugget ikan,
masyarakat. PLN memberikan bantuan bakso ikan dan ikan asap. BUMDes
pinjaman induk kambing bergulir sebanyak berperan sebagai lembaga pembuka gerbang
62 ekor kambing untuk 18 kelompok ternak pasar bagi produk desa. BUMDes bekerja
kambing di tiga desa. Hasilnya nanti akan sama dengan institusi swasta atau
dibagikan sebesar 70% untuk warga yang pemerintah untuk menyambungkan hasil
mengelola dan 30% kembali ke BUMDes produk usaha mikro masyarakat kepada
untuk kemudian dijadikan modal kembali. pasar luas.
Sistem usahanya adalah masyarakat
Keunggulan Badan Usaha Milik Desa
ditawari untuk memelihara kambing sampai
(BUMDes)
berkembang biak.
Desa-desa di Kabupaten Jepara
Bagi hasil usaha antara BUMDes
memiliki potensi cukup besar di bidang
dan warga berasal dari anak kambing yang
perikanan yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangbiakkan. Jika anak kambing
dikembangkan. Letaknya yang berada di
tersebut dijual, maka hasil penjualannya
pesisir utara menjadikan hasil perikanan di
dibagi 30:70. Jika dimanfaatkan untuk
Kabupaten Jepara melimpah. Hasil
diambil susunya misalnya, maka hasil
perikanan tersebut diolah menjadi produk
perolehan dari pemerasan susu kambing
yang memiliki nilai tambah seperti nugget
tersebut dibagi 30:70. Intinya adalah
ikan, bakso ikan, atau ikan asap. Selain
pendapatan warga diperoleh ketika kambing
perikanan, Kabupaten Jepara juga memiliki
yang diberikan dari BUMDes mampu
Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan
Edi Wibowo Kushartono, Darwanto Usaha Milik Desa (BUMDes)
potensi di bidang pertanian seperti padi, BUMDes juga sering mengadakan pelatihan
umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran dan bimbingan yang bekerja sama dengan
dan buah musiman yang memiliki pasaran instansi pemerintah maupun swasta terkait
yang baik ketika dijual. Adanya potensi desa pengolahan lanjutan hasil pertanian dan
tersebut bisa dikelola dan dikembangkan pemasaran. Hal tersebut bertujuan untuk
oleh BUMDes agar lebih tertata, sehingga menambah keterampilan dan wawasan
meningkatkan perekonomian desa masyarakat desa serta memanfaatkan
Keunggulan BUMDes adalah potensi desa dalam meningkatkan
meringankan beban masyarakat yang akan pendapatan mereka.
meminjam dana untuk usaha. Masyarakat
Kelemahan Badan Usaha Milik Desa
desa sebelumnya sering meminjam uang
(BUMDes)
kepada rentenir untuk mengembangkan
BUMDes tidak hanya memiliki
usahanya. Peminjaman melalui rentenir
keunggulan saja, tetapi masih ada
dirasa lebih mudah daripada meminjam di
kelemahan yang dimiliki oleh BUMDes.
bank karena tidak terlalu banyak syarat.
Bantuan dana dari pemerintah kabupaten
Namun, bunga pinjaman melalui rentenir
sebesar 25 juta rupiah dirasa kurang untuk
lebih tinggi sehingga memberatkan
pengembangan BUMDes. Minat
masyarakat ketika akan membayar.
masyarakat untuk meminjam sangat besar,
BUMDes mendapatkan bantuan dana dari
tetapi tidak diimbangi oleh dana yang
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
tersedia. BUMDes juga sedikit kesulitan
(Bapermades) Kabupaten Jepara masing-
untuk menjalankan jenis usaha lainnya
masing 25 juta rupiah yang kemudian
karena sebagian besar BUMDes dananya
digunakan untuk kegiatan simpan pinjam.
hanya cukup untuk pinjaman masyarakat
Bunga yang ditentukan lebih rendah dari
saja, sedangkan untuk memulai jenis usaha
rentenir dan berbeda tiap-tiap BUMDes,
lain tentunya membutuhkan dana yang tidak
berkisar kurang dari 1-2%. Adanya unit
sedikit.
simpan pinjam yang disediakan BUMDes
Faktor keterbatasan sumber daya
mempermudah masyarakat untuk
manusia yang mengelola BUMDes juga
melanjutkan usahanya yang terkendala
menjadi kelemahan dalam mengembangkan
modal.
BUMDes. Masih banyak pengurus
BUMDes juga sebagai wadah untuk
BUMDes yang rangkap jabatan dengan
menampung produk usaha-usaha mikro
lembaga lainnya, sehingga pengurus lebih
masyarakat yang kesulitan untuk
fokus ke pekerjaan utamanya daripada fokus
memasarkan produknya. Selain itu,
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto
BUMDes dengan pihak lain adalah harus masyarakat yang akan meminjam dana
melalui konsultasi dan persetujuan dari untuk usaha. Hal ini dikarenakan bunga
penasihat dan pengawas BUMDes. pinjaman di BUMDes lebih rendah daripada
Pengelola BUMDes dalam pelaksanaan meminjam melalui rentenir. BUMDes juga
kegiatan harian harus berdasarkan pada sebagai wadah untuk menampung produk
aturan-aturan yang telah disusun dan usaha-usaha mikro masyarakat yang
disepakati bersama seperti yang telah kesulitan untuk memasarkan produknya.
tercantum pada AD/ART BUMDes dan Pelatihan dan bimbingan terkait pengolahan
memiliki kesesuaian dengan prinsip-prinsip lanjutan hasil pertanian dan pemasaran
tata kelola BUMDes. selalu dilakukan oleh BUMDes untuk
Transparansi dan akuntabilitas menambah ketrampilan dan wawasan
menjadi standar utama dalam pengelolaan masyarakat desa dalam meningkatkan
sebuah organisasi. Dasar pengelolaan harus pendapatan mereka.
transparan dan terbuka sehingga terdapat Permasalahan yang dialami
mekanisme pelaporan rutin setiap tahun. BUMDes adalah keterbatasan modal
Laporan tersebut setelah selesai diberikan sehingga BUMDes tidak mampu
kepada pemerintah desa dan masyarakat, menjalankan jenis usaha yang beragam serta
sehingga masyarakat mengetahui alokasi kurangnya pengetahuan pengurus dalam
biaya dari keuntungan BUMDes atau manajemen BUMDes, sehingga kinerja
mengenai pembagian Sisa Hasil Usaha kelembagaan BUMDes dalam
(SHU). pengembangan usaha kurang optimal.
Tingkat pengetahuan dan wawasan
Kesimpulan
masyarakat desa rendah terkait pentingnya
BUMDes dibentuk dengan tujuan membentuk kelompok usaha. Solusi untuk
untuk meningkatkan kesejahteraan menghadapi permasalahan tersebut adalah
masyarakat lokal desa, meningkatkan pengurus BUMDes harus mengajukan
kondisi perekonomian dan pendapatan asli bantuan modal kepada pihak ketiga, tidak
desa, meningkatkan upaya pengolahan hanya mengandalkan dari bantuan
potensi desa (sumber daya manusia dan pemerintah saja. Perlunya pelatihan
sumber daya alam) sesuai dengan kebutuhan keterampilan / diklat tentang manajemen
masyarakat desa serta difungsikan untuk BUMDes kepada pengurus agar
menjadi tulang punggung pemerataan dan meningkatkan kinerja kelembagaan
pertumbuhan ekonomi desa. Keunggulan BUMDes sehingga usahanya makin
BUMDes adalah meringankan beban berkembang. Selain itu, sosialisasi terhadap
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto