Anda di halaman 1dari 15

Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan

Edi Wibowo Kushartono, Darwanto Usaha Milik Desa (BUMDes)

PENGEMBANGAN DESA MANDIRI MELALUI PENGELOLAAN


BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

Edy Yusuf Agunggunanto 1)


Fitrie Arianti
Edi Wibowo Kushartono
Darwanto 2)

Universitas Diponegoro Semarang


Email : edy.yusuf.ag@gmail.com 1)
darwanto@undip.ac.id 2)

Kata kunci: Abstrak


BUMDes, ekonomi Pembentukan BUMDes merupakan cara untuk memanfaatkan Undang-Undang
kelembagaan, yang memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk melakukan
pembangunan desa inovasi dalam pembangunan desa, terutama meningkatkan perekonomian desa
mandiri, tata kelola dan kesejahteraan bagi masyarakat desa. Kenyataannya banyak desa yang
gagal menjalankan BUMDes dikarenakan kurang siapnya desa dan potensi
yang minim dari desa. Tujuan penelitian ini mengetahui kondisi dan tata kelola
BUMDes yang sedang berkembang. Metode yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi BUMDes di
Kabupaten Jepara sudah berjalan sesuai dengan tujuan pembentukan BUMDes
dan mampu membantu meningkatkan perekonomian desa. Namun masih
terdapat kendala dalam pengelolaan BUMDes di beberapa daerah seperti jenis
usaha yang dijalankan masih terbatas, keterbatasan sumber daya manusia
yang mengelola BUMDes dan partisipasi masyarakat yang rendah karena
masih rendahnya pengetahuan mereka.

Keywords: Abstract
Institutional village The establishment of Institutional village enterprises (BUMDes) is a way to
enterprises utilize the constitution that authorizes the local government for doing
(BUMDes), innovation in rural development, especially to increase rural economy and
institutional Welfare for Rural Communities. In fact, many villages that failed to run
economics, BUMDes due to lack of readiness and village potential. This research aims to
explain the condition and governance of developing BUMDes. This research
economic
used qualitative methods. The result of this research shows that the condition
independence of the of BUMDes in Jepara has been running in accordance with the purpose of
village, governance. forming BUMDes and able to help increase the rural economy. However, there
are still problems in the management of BUMDes in some areas such as the
type of business that carried on still limited, limited human resources that
manage BUMDes and the participation of rural community are low due the lack
of knowledge.
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto

Pendahuluan sehingga berdampak pada terhambatnya


Pembangunan merupakan upaya kreativitas serta inovasi masyarakat desa
untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh dalam pengelolaaan dan perekonomian
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara desa.
untuk tercapainya tujuan nasional yang Budiono (2015) menjelaskan salah
tercantum pada Pembukaan UUD 1945. satu cara untuk mendorong pembangunan di
Desa memiliki peranan penting dalam upaya tingkat desa adalah pemerintah desa
pembangunan nasional dikarenakan diberikan kewenangan oleh pemerintah
penduduk Indonesia cenderung bermukim pusat mengelola secara mandiri lingkup
di wilayah pedesaan sehingga hal tersebut desa melalui lembaga-lembaga ekonomi di
memberikan pengaruh yang cukup besar tingkat desa. Lembaga-lembaga tersebut
dalam upaya penciptaan stabilitas nasional salah satunya adalah Badan Usaha Milik
(Sa’dullah, 2016). Selain itu pula posisi desa Desa (BUMDes). Undang-Undang No. 32
dinilai strategis dalam pembangunan negara Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
karena desa menjadi dasar dalam menjelaskan desa dapat mendirikan badan
identifikasi permasalahan masyarakat usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan
hingga pada perencanaan serta realisasi dan potensi desa. Kebutuhan dan potensi
tujuan negara yang terdapat pada tingkat desa menjadi dasar dalam pendirian
desa (Sidik, 2015). Pembangunan pedesaan BUMDes sebagai bentuk upaya peningkatan
adalah menempatkan desa sebagai sarana kesejahteraan masyarakat (PKDSP, 2007).
pembangunan, sehingga tujuan untuk BUMDes dalam pelaksanaan dan
mengurangi berbagai kesenjangan dapat kepemilikan modal dikelola oleh
diwujudkan. pemerintah desa dan masyarakat. Gunawan
Desa dipandang masih jauh (2011) menjelaskan pembentukan BUMDes
tertinggal dibandingkan dengan kota baik bertujuan untuk menerima kegiatan-
dari segi ekonomi, kesejahteraan, kegiatan yang berkembang sesuai adat
pendidikan dan fasilitas-fasilitas lainnya. istiadat, kegiatan-kegiatan berdasarkan
Pemerintah banyak melakukan program program Pemerintah dan seluruh kegiatan
untuk mendorong percepatan pembangunan lainnya yang mendukung upaya
pedesaan, tetapi hasilnya belum signifikan peningkatan pendapatan masyarakat.
dalam meningkatkan kesejahteraan Sayutri (2011) mengemukakan bahwa
masyarakat desa. Salah satu faktor penyebab keberadaan BUMDes diperlukan guna
kegagalan pembangunan desa adanya menggerakkan potensi desa serta dapat
besarnya campur tangan pemerintah membantu dalam upaya pengentasan
Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan
Edi Wibowo Kushartono, Darwanto Usaha Milik Desa (BUMDes)

kemiskinan. Hal tersebut juga didukung melalui penawaran sumberdaya lokal yang
oleh Hardijono dkk (2014) bahwa pendirian bertujuan untuk mencari keuntungan dan
BUMDes merupakan jalan untuk lembaga sosial melalui kontribusi
membentuk ekonomi pedesaan yang penyediaan pelayanaan sosial yang berpihak
mandiri sebagai upaya untuk meningkatkan pada kepentingan masyarakat. BUMDes
Pendapatan Asli Daerah. telah memberikan kontribusi positif bagi
Pengembangan BUMDes perlu dilakukan penguatan ekonomi di pedesaan dalam
agar BUMDes yang telah berdiri dapat mengembangkan perekonomian masyarakat
berfungsi sesuai dengan peranannya. Tujuan khususnya dalam menghadapi Asean
dan sasaran BUMDes dapat tercapai jika Economic Community 2015 (Alkadafi,
BUMDes dikelola secara terarah dan 2014).
profesional. BUMDes merupakan solusi Ciri utama BUMDes yang membedakan
atas permasalahan-permasalahan yang lembaga komersial lain (PKDSP, 2007)
terjadi di desa. BUMDes diharapkan dapat adalah (1) Badan usaha merupakan milik
mendorong dan menggerakkan desa dan pengelolaannya dilakukan secara
perekonomian desa (Ramadana dkk, 2013). bersama-sama; (2) Modal usaha sebesar
Keberadaan BUMDes dapat membantu 51% berasal dari dana desa dan 49% berasal
pemerintah dalam mengelola potensi desa dari dana masyarakat; (3) Operalisasi
yang kreatif dan inovatif, sehingga dapat dilakukan berdasarkan pada falsafah bisnis
membuka lapangan kerja baru sehingga berbasis budaya lokal; (4) Potensi yang
dapat menyerap tenaga kerja di pedesaan. dimiliki desa dan hasil informasi pasar yang
tersedia menjadi dasar untuk menjalankan
Tinjauan Pustaka
bidang usaha; (5) Laba yang diperoleh
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
BUMDes dipergunakan untuk upaya
BUMDes merupakan institusi yang
peningkatan kesejahteraan anggota dan
dibentuk oleh pemerintah desa serta
masyarakat berdasarkan peraturan yang
masyarakat mengelola institusi tersebut
telah disusun; (6) Fasilitas ditunjang oleh
berdasarkan kebutuhan dan ekonomi desa.
Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan
BUMDes dibentuk berlandaskan atas
Pemerintah desa; dan (7) Pelaksanaan
peraturan perundang-undang yang berlaku
operasionalisasi BUMDes diawasi secara
atas kesepakatan antar masyarakat desa.
berasma oleh Pemerintah Desa, BPD beserta
Tujuan BUMDes adalah meningkatkan dan
anggota.
memperkuat perekonomian desa. BUMDes
memiliki fungsi sebagai lembaga komersial
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto

Teori Kelembagaan mendukung jalannya organisasi dan terdapat


Kelembagaan (institution) adalah bidang pekerjaan yang tercakup yang
organisasi atau kaidah formal maupun digambarkan oleh struktur organisasi
informal yang dibentuk untuk mengatur pendirian BUMDes perlu menyeimbangkan
perilaku dan tindakan masyarakat tertentu penguatan aturan tata kelola dan regulasi.
pada kegiatan sehari-hari maupun tindakan- Dasar hukum yang lemah dapat menjadikan
tindakan pencapaian usaha (Mubyarto, BUMDes rentan akan konflik.
2000). Erani dalam Alkadafi (2014) Prinsip Tata Kelola Badan Usaha Milik
menjelaskan bahwa predikat yang diberikan Desa (BUMDes)
pada kelembagaan adalah sebagai suatu BUMDes adalah suatu bentuk
kerangka hukum atau hak-hak alamiah yang partisipasi masyarakat secara keseluruhan
mengatur tindakan masing-masing individu yang didirikan berdasarkan Peraturan Desa
yang bernilai tambahan ataupun berbentuk tentang Pendirian BUM Desa. BUMDes
suatu kritik terhadap ilmu ekonomi klasik didirikan pula atas pertimbangan penyaluran
dan memiliki hubungan dengan perilaku- inisiatif masyarakat desa, pengembangan
perilaku ekonomi. potensi desa, pengelolaan, pemanfaatan
Definisi kelembagaan dapat dipilah potensi desa, pembiayaan dan kekayaan
dalam dua klasifikasi (Erani dalam pemerintah desa yang diserahkan untuk
Alkadafi, 2014). Kelembagaan jika dilihat dikelola oleh BUMDes.
dari prosesnya merupakan upaya merancang BUMDes memiliki tujuan yang jelas
pola interaksi antar pelaku ekonomi agar dan direalisasikan dengan menyediakan
dapat melakukan kegiatan transaksi. layanan kebutuhan bagi usaha produktif
Kelembagaan memiliki tujuan untuk diutamakan untuk masyarakat desa yang
menciptakan efisiensi ekonomi berdasarkan tergolong kelompok miskin, mengurangi
pada politik dan sosial antar pelaku dan adanya praktek rentenir dan pelepasan uang.
struktur kekuasaan ekonomi. Selain itu pula tujuan didirikan BUMDes
BUMDes sebagai institusi baru adalah menciptakan pemerataan lapangan
ditingkat desa memiliki peluang dan usaha sekaligus meningkatkan pendapatan
tantangan. Oleh karena itu, tata kelola atau masyarakat (Ridlwan, 2014). Prinsip-prinsip
manajemen BUMDes harus disusun dalam mengelola BUMDes (Ridlwan,
sehingga mampu bersaing dan membantu 2014), adalah (1) Kooperatif, adanya
masyarakat dalam meningkatkan partisipasi keseluruhan komponen dalam
perekonomian mereka. Institusi yang baik pengelolaan BUMDes dan mampu saling
memiliki prinsip atau aturan yang bekerja sama dengan baik (2) Partisipatif,
Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan
Edi Wibowo Kushartono, Darwanto Usaha Milik Desa (BUMDes)

keseluruhan komponen yang ikut terlibat dijelaskan pada Pasal 1 ayat (1) Undang-
dalam pengelolaan BUMDes diharuskan Undang Nomor 6 Tahun 2014 menjelaskan
memberikan dukungan serta kontribusi “Desa adalah desa dan desa adat atau yang
secara sukarela atau tanpa diminta untuk disebut dengan nama lain, selanjutnya
meningkatkan usaha BUMDes (3) disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat
Emansipatif, keseluruhan komponen yang hukum yang memiliki batas wilayah yang
ikut serta dalam pengelolaan BUMDes berwenang untuk mengatur dan mengurus
diperlakukan seimbang tanpa membedakan urusan pemerintahan, kepentingan
golongan, suku, dan agama; (4) Transparan, masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
pengelolaan BUMDes dan memiliki tradisional yang diakui dan dihormati dalam
pengaruh pada kepentingan umum harus sistem pemerintahan Negara Kesatuan
terbuka dan segala lapisan masyarakat Republik Indonesia”.
mengetahui seluruh kegiatan tersebut; (5) Desa mandiri adalah desa yang mampu
Akuntabel, keseluruhan kegiatan secara memenuhi kebutuhannya dan apabila
teknis maupun administrative harus terdapat bantuan dari Pemerintah, bantuan
dipertanggungjawabkan; dan (6) tersebut hanya bersifat perangsang.
Sustainabel,masyarakat mengembangkan Pembangunan desa mandiri meliputi
dan melestarikan kegiatan usaha dalam kegiatan-kegiatan rencana pembangunan
BUMDes. yang bersifat partisipatif, transparan,
akuntabel dan mendetail. Kegiatan-kegiatan
Pembangunan Desa Mandiri
tersebut melalui beberapa serangkaian
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tahapan yaitu perencanaan dan persiapan,
pengertian desa diatur pada Pasal 1 ayat (12)
identifikasi umum desa, analisis asset desa
sebagai berikut “Desa atau yang disebut
serta musyawarah rencana pembangunan
dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
desa (musrenbangdes).
adalah kesatuan masyarakat hukum yang
Metode Penelitian
memiliki batas-batas wilayah yang
Penelitian yang dilakukan adalah
berwenang untuk mengatur dan mengurus
penelitian kualitatif yang dilakukan dengan
kepentingan masyarakat setempat,
pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif
berdasarkan asal-asul dan adat istiadat
menurut Kirk dan Miller dalam Moleong
setempat yang diakui dan dihormati dalam
(2006) adalah suatu bentuk tradisi tertentu
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
pada ilmu sosial yang berdasarkan pada
Republik Indonesia”. Pengertian Desa yang
pengamatan terhadap manusia baik dalam
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto

kawasannya maupun dalam peristilahannya. desa sehingga kebutuhan desa (produktif


Penelitian deskriptif merupakan penelitian dan konsumtif) dapat tercapai. BUMDes
yang bertujuan menginterpretasikan suatu yang berperan menjadi salah satu bentuk
keadaan, peristiwa, obyek atau segala usaha desa yang dominan diharapkan tidak
sesuatu terkait variabel-variabel yang dapat membebani masyaraat dalam upaya
dijelaskan dengan angka-angka maupun penggerakan perekonomian desa. Selain itu
kata-kata. BUMDes dituntut untuk mampu
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten memberlakukan harga dan pelayanan yang
Jepara dan penelitian disusun berdasarkan sesuai dengan kondisi dan standar pasar
data sekunder dan data primer. Data dalam upaya pelayanan non anggota (di luar
sekunder bersumber dari literatur dan desa). BUMDes didirikan sesuai dengan
publikasi ilmiah yang berkaitan dengan kebutuhan dan potensi desa.
pengembangan BUMDes. Data primer Kementerian Dalam Negeri
berasal dari wawancara dengan ketua mencanangkan BUMDes sebagai program
BUMDes di beberapa desa di Kabupaten nasional. Peraturan Menteri Desa,
Jepara Pengumpulan data dilakukan dengan Pembangunan Daerah Tertinggal dan
teknik yang berupa wawancara dengan key Transmigrasi No 4 Tahun 2015 tentang
person terkait dengan penelitian, observasi Pendirian, Pengurusan, dan Pengelolaan
serta dokumentasi. serta Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
Pembahasan yang menjadi pedoman bagi daerah dan desa
Proses Pembentukan Badan Usaha Milik dalam pembentukan dan pengelolaan
Desa (BUMDes) di Kabupaten Jepara BUMDes. Kabupaten Jepara sendiri juga
BUMDes dibentuk oleh pemerintah mengatur dalam peraturan tentang BUMDes
desa dan masyarakat dengan tujuan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Jepara
meningkatkan pengelolaan potensi desa No 15 Tahun 2010. Program dan konsep
(sumber daya manusia dan sumber daya BUMDes berasal dari pusat yang ditindak
alam) yang sesuai dengan kebutuhan lanjuti dengan Peraturan Kabupaten
masyarakat sehingga mampu meningkatkan kemudian pemerintah desa masing-masing.
pendapatan asli dan perekonomian desa dan Pemerintah dapat mendirikan BUMDes
BUMDes dapat diandalkan dalam upaya sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa
pemerataan ekonomi desa. dalam upaya meningkatkan pendapatan asli
Tujuan BUMDes adalah desa sesuai dengan pertimbangan dalam
memberikan pelayanan distribusi yang Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor
dikelola oleh masyarakat dan pemerintah
Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan
Edi Wibowo Kushartono, Darwanto Usaha Milik Desa (BUMDes)

15 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik 2. Pengelolaan Air Bersih (PAM Desa)
Desa.
Pengelolaan air bersih dengan
Pemerintah Kabupaten Jepara pada
membangun perusahaan air bersih untuk
tahun 2014 menganggarkan dana sebesar
mencukupi kebutuhan air bersih warga.
4,8 milyar rupiah untuk bantuan bagi
Penyediaan air bersih juga digunakan untuk
BUMDes di seluruh Kabupaten Jepara.
mengantisipasi ketersediaan air bersih yang
Dana ini dibagikan kepada masing-masing
berkurang akibat musim kemarau dan
BUMDes yang ada di 184 desa sebesar 26,2
bencana banjir pada saat hujan deras yang
juta rupiah tiap desa. Rincian penggunaan
memungkinkan terjadinya kebocoran pada
dana tersebut adalah 1,2 juta rupiah untuk
pipa mata air yang ada.
biaya administrasi BUMDes dan 25 juta
PAM Desa di Desa Tubanan
rupiah digunakan untuk modal kegiatan
mengadakan program masyarakat untuk
BUMDes. Anggaran tersebut diharapkan
memanfaatkan pekarangan rumahnya.
menjadikan masyarakat desa mandiri, maju,
Masyarakat diarahkan untuk memanfaatkan
dan memiliki penilaian baik dari daerah lain.
pekarangan rumahnya untuk menanam
Jenis Usaha Badan Usaha Milik Desa sayuran maupun apotik hidup. BUMDes
(BUMDes) melalui program PAMDes memberikan
1. Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam subsidi silang untuk pelanggan yang
(UEDSP) memanfaatan pekarangan rumah tersebut.
Unit usaha simpan pinjam bertujuan bila pelanggan tidak mau memanfaatkan
untuk kesejahteraan masyarakat dan pekarangan rumahnya, maka tarif yang
meningkatkan perekonomian Desa. Besar dikenakan adalah tarif normal.
pinjaman uang tiap orang berkisar 1 juta 3. Bank Sampah
hingga 2 juta rupiah dengan bunga sekitar 1- BUMDes di Desa Tubanan
2%. Unit usaha simpan pinjam dianggap Kabupaten Jepara memiliki bank sampah
sebagai usaha yang operasionalnya lebih yang disebut PUS (Pusat Utama Sampah)
mudah dibanding unit usaha lain karena unit bernama Larahan Nisti yang merupakan
usaha simpan pinjam tidak terlalu bank sampah terbesar se-Kabupaten Jepara
membutuhkan banyak modal dan tidak dan bank sampah pertama yang menyeluruh
membutuhkan banyak keahlian di bidang untuk satu desa. Setiap RT di Desa Tubanan
marketing. Usaha simpan pinjam yang jumlahnya 43 RT mempunyai 2 tong
mengedepankan prinsip kesejahteraan sampah, yaitu untuk membedakan sampah
masyarakat. organik dan anorganik. Namun, yang sedang
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto

dikerjakan masih PUS. Tujuan dibangunnya berkembang biak. Anak kambing itulah
bank sampah ini salah satunya yaitu yang dijadikan acuan bagi hasil pendapatan
masyarakat dapat mengubah pola pikirnya dari pengelolaan usaha tersebut.
menjadi “sampah bukanlah masalah tetapi 5. Perdagangan Produk Hasil Olahan
berkah”. Sampah anorganik kemudian BUMDes membantu dan
diolah menjadi suatu barang yang bernilai mempermudah masyarakat dalam
tinggi misalnya kemasan sabun yang memasarkan produk usahanya dengan
dijadikan kerajinan tas, tempat sepatu, dan bertindak sebagai penampung dan menjual
sebagainya. produk hasil perikanan, peternakan,
pertanian dan kerajinan rakyat. Letak
4. Budidaya Ternak Kambing
Kabupaten Jepara yang berada di pesisir
Pihak BUMDes memberikan Pulau Jawa menjadikan hasil perikanan
pinjaman kepada masyarakat berupa melimpah sehingga dapat diolah agar
kambing untuk dikembangbiakkan oleh memiliki nilai tambah, seperti nugget ikan,
masyarakat. PLN memberikan bantuan bakso ikan dan ikan asap. BUMDes
pinjaman induk kambing bergulir sebanyak berperan sebagai lembaga pembuka gerbang
62 ekor kambing untuk 18 kelompok ternak pasar bagi produk desa. BUMDes bekerja
kambing di tiga desa. Hasilnya nanti akan sama dengan institusi swasta atau
dibagikan sebesar 70% untuk warga yang pemerintah untuk menyambungkan hasil
mengelola dan 30% kembali ke BUMDes produk usaha mikro masyarakat kepada
untuk kemudian dijadikan modal kembali. pasar luas.
Sistem usahanya adalah masyarakat
Keunggulan Badan Usaha Milik Desa
ditawari untuk memelihara kambing sampai
(BUMDes)
berkembang biak.
Desa-desa di Kabupaten Jepara
Bagi hasil usaha antara BUMDes
memiliki potensi cukup besar di bidang
dan warga berasal dari anak kambing yang
perikanan yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangbiakkan. Jika anak kambing
dikembangkan. Letaknya yang berada di
tersebut dijual, maka hasil penjualannya
pesisir utara menjadikan hasil perikanan di
dibagi 30:70. Jika dimanfaatkan untuk
Kabupaten Jepara melimpah. Hasil
diambil susunya misalnya, maka hasil
perikanan tersebut diolah menjadi produk
perolehan dari pemerasan susu kambing
yang memiliki nilai tambah seperti nugget
tersebut dibagi 30:70. Intinya adalah
ikan, bakso ikan, atau ikan asap. Selain
pendapatan warga diperoleh ketika kambing
perikanan, Kabupaten Jepara juga memiliki
yang diberikan dari BUMDes mampu
Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan
Edi Wibowo Kushartono, Darwanto Usaha Milik Desa (BUMDes)

potensi di bidang pertanian seperti padi, BUMDes juga sering mengadakan pelatihan
umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran dan bimbingan yang bekerja sama dengan
dan buah musiman yang memiliki pasaran instansi pemerintah maupun swasta terkait
yang baik ketika dijual. Adanya potensi desa pengolahan lanjutan hasil pertanian dan
tersebut bisa dikelola dan dikembangkan pemasaran. Hal tersebut bertujuan untuk
oleh BUMDes agar lebih tertata, sehingga menambah keterampilan dan wawasan
meningkatkan perekonomian desa masyarakat desa serta memanfaatkan
Keunggulan BUMDes adalah potensi desa dalam meningkatkan
meringankan beban masyarakat yang akan pendapatan mereka.
meminjam dana untuk usaha. Masyarakat
Kelemahan Badan Usaha Milik Desa
desa sebelumnya sering meminjam uang
(BUMDes)
kepada rentenir untuk mengembangkan
BUMDes tidak hanya memiliki
usahanya. Peminjaman melalui rentenir
keunggulan saja, tetapi masih ada
dirasa lebih mudah daripada meminjam di
kelemahan yang dimiliki oleh BUMDes.
bank karena tidak terlalu banyak syarat.
Bantuan dana dari pemerintah kabupaten
Namun, bunga pinjaman melalui rentenir
sebesar 25 juta rupiah dirasa kurang untuk
lebih tinggi sehingga memberatkan
pengembangan BUMDes. Minat
masyarakat ketika akan membayar.
masyarakat untuk meminjam sangat besar,
BUMDes mendapatkan bantuan dana dari
tetapi tidak diimbangi oleh dana yang
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
tersedia. BUMDes juga sedikit kesulitan
(Bapermades) Kabupaten Jepara masing-
untuk menjalankan jenis usaha lainnya
masing 25 juta rupiah yang kemudian
karena sebagian besar BUMDes dananya
digunakan untuk kegiatan simpan pinjam.
hanya cukup untuk pinjaman masyarakat
Bunga yang ditentukan lebih rendah dari
saja, sedangkan untuk memulai jenis usaha
rentenir dan berbeda tiap-tiap BUMDes,
lain tentunya membutuhkan dana yang tidak
berkisar kurang dari 1-2%. Adanya unit
sedikit.
simpan pinjam yang disediakan BUMDes
Faktor keterbatasan sumber daya
mempermudah masyarakat untuk
manusia yang mengelola BUMDes juga
melanjutkan usahanya yang terkendala
menjadi kelemahan dalam mengembangkan
modal.
BUMDes. Masih banyak pengurus
BUMDes juga sebagai wadah untuk
BUMDes yang rangkap jabatan dengan
menampung produk usaha-usaha mikro
lembaga lainnya, sehingga pengurus lebih
masyarakat yang kesulitan untuk
fokus ke pekerjaan utamanya daripada fokus
memasarkan produknya. Selain itu,
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto

ke BUMDes. Pengurus BUMDes juga BUMDes yaitu meningkatkan


kesulitan dalam menghadapi peminjam perekonomian desa dan membuka lapangan
yang menunggak pengembalian pinjaman. kerja, serta meningkatkan kesejahteraan
Masyarakat pedesaan menganggap bahwa masyarakat dengan cara peningkatan
dana yang dipinjam mereka merupakan dana kelayakan fasilitas umum, pertumbuhan dan
bantuan dari pemerintah dalam bentuk pemerataan ekonomi desa.
hibah, sehingga tidak sedikit dana pinjaman Keterbatasan modal merupakan
BUMDes tidak dikembalikan. Bahkan di kelemahan utama dalam menjalankan
beberapa desa di Kabupaten Jepara, sebesar kegiatan BUMDes. Modal BUMDes
95% dana BUMDes hilang untuk simpan bersumber dari pemeintah desa dan
pinjam. masyarakat desa. Jenis kegiatan usaha yang
Tingkat pengetahuan dan wawasan dilakukan oleh BUMDes berdasarkan
masyarakat desa yang rendah serta pola pikir potensi desa dan informasi yang tersedia di
masyarakat yang belum terbuka sehingga pasar. Keuntungan yang diperoleh dari
kesulitan mengubah mindset seseorang kegiatan yang difasilitasi oleh Pemerintah
untuk memulai kelompok usaha. Banyak Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan
potensi desa yang seharusnya bisa dikelola Pemerintahan Desa dipergunakan untuk
dengan baik, tetapi hanya dibiarkan karena meningkatkan kesejahteraan anggota
keengganan para masyarakat untuk memulai (penyetara modal) dan masyarakat sesuai
menjalankan usaha. Usia BUMDes di dengan kebijakan desa. Operasionalisasi
Kabupaten Jepara rata-rata kurang dari kegiatan yang dilaksanakan diawasi oleh
setahun sejak didirikan. Beberapa sistem BPD, Pemerintah Desa dan anggota secara
masih belum berjalan dengan baik dalam bersama. Pemenuhan modal usaha BUMDs
kegiatan BUMDes, seperti kurang diharuskan bersumber dari masyarakat
efektifnya kerjasama yang dilakukan antar dikarenakan BUMDes merupakan lembaga
unit usaha dan lintas desa. ekonomi yang dibangun berdasarkan inisiasi
masyarat dan bersifat mandiri namun hal
Tantangan Badan Usaha Milik Desa
tersebut tidak menutup kemungkinan bagi
(BUMDes)
BUMDes mengajukan peminjaman modal
BUMDes difungsikan sebagai tempat
kepada pihak luar seperti bank ataupun
untuk menampung keseluruhan kegiatan
perusahaan.Jika BUMDes tidak mencoba
terkait bidang ekonomi ataupun pelayanan
mencari pinjaman modal dari pihak luar,
umum yang dikelola oleh desa dan
maka perkembangan BUMDes akan lambat
mengelola potensi desa sesuai dengan tujuan
bahkan bisa tidak aktif kembali karena tidak
Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan
Edi Wibowo Kushartono, Darwanto Usaha Milik Desa (BUMDes)

ada dana untuk menjalankan usahanya makin


berkembang
dengan baik Aspek Tingkat Perlunya
kelembagaan pengetahuan sosialisasi
Keterbatasan sumber daya manusia dan wawasan terhadap
masyarakat masyarakat
untuk menjalankan BUMDes dan rendahnya desa yang agar mereka
wawasan masyarakat desa dapat menjadikan rendah terkait mengetahui
pentingnya pentingnya
program BUMDes yang direncanakan tidak membentuk partisipasi
kelompok dalam program
berjalan lancar. Kurangnya koordinasi yang usaha BUMDes
untuk
baik antar pengurus memperburuk program meningkatkan
pendapatan
BUMDes yang dijalankan. Perlu adanya dan
pembenahan dari sisi internal BUMDes perekonomian
desa
seperti mencari pengurus yang profesional Sumber : data diolah, 2016
dalam mengurus kegiatan BUMDes.
Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa
Pengurus yang dibutuhkan adalah orang-
(BUMDes)
orang yang berkompeten serta memiliki
BUMDes terdiri dari unit-unit usaha
wawasan yang luas untuk memotivasi
berbadan hukum dimana kepemilikan
masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam
saham BUMDes diperoleh dari pemerintah
kegiatan BUMDes.
desa dan masyarakat. Pengelolaan BUMDes
Tabel 1
Permasalahan dan Solusi BUMDes di terpisah dengan pengelolaan dalam
Kabupaten Jepara organisasi Pemerintah Desa. Susunan
Aspek Permasalahan Solusi kepengurusan BUMDes terdiri dari
Aspek Keterbatasan Mengajukan
permodalan modal sehingga bantuan modal penasihat, pelaksana operasional dan
BUMDes tidak kepada pihak
mampu ketiga, tidak pengawas. Penasihat BUMDes dijabat oleh
menjalankan hanya
jenis usaha mengandalkan
lurah desa atau petinggi desa. Penasihat
yang beragam. bantuan dari memiliki kewajiban antara lain memberikan
Pemerintah
Kabupaten nasihat mengenai pelaksanaan pengeolaan
saja.
Aspek Kurangnya Perlunya BUMDes pada pelaksana operasional,
sumber daya pengetahuan pelatihan
pengurus dalam keterampilan / memberikan saran dan pendapat mengenai
manajemen diklat tentang
BUMDes manajemen
permasalahan-permasalahan yang dianggap
sehingga BUMDes penting pada pengelolaan BUMDes serta
kinerja kepada
kelembagaan pengurus agar mengendalikan pelaksanaan kegiatan dalam
BUMDes meningkatkan
dalam kinerja pengelolaan BUMDes. BUMDes
pengembangan kelembagaan
usaha kurang BUMDes memerlukan orang-orang yang berkompeten
optimal. sehingga
usahanya
untuk melaksanakan operasional BUMDes
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto

secara professional. Perekrutan pengelola termanfaatkan dengan baik dan diharapkan


BUMDes terutama untuk jabatan manager dapat meningkatkan pendapatan asli desa
minimal memiliki pengalaman di lembaga sehingga berdampak pada meningkatnya
yang memiliki orientasi pada profit kegiatan kesejahteraan masyarakat desa. Kerjasama
usaha. Latar belakang pendidikan juga yang dilakukan oleh BUMDes dengan
penting bagi pengelola BUMDes agar dapat beberapa lembaga-lembaga perekonomian
menjalankan tugas dan fungsinya sesuai desa diperlukan dalam hal pelatihan dan
dengan pekerjaannya. Kewajiban pelaksana bimbingan untuk meningkatkan
operasional sesuai yang tercantum dalam ketetrampilan masyarakat. Selain itu, untuk
Undang-Undang No. 4 Tahun 2015, yaitu menyambungkan hasil produk usaha mikro
melaksanakan dan mengembangkan masyarakat kepada pasar luas.
BUMDes agar menjadi lembaga yang Pengelolaan BUMDes memerlukan
melayani kebutuhan ekonomi dan pelayanan idealisme kuat dari para pengurus BUMDes
umum masyarakat desa, menggali dan sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan potensi usaha ekonomi desa maksmial dan sesuai dengan sasaran yang
untuk meningkatkan Pendapatan asli Desa telah direncanakan. Pengelolaan BUMDes
serta melakukan kerjasama dengan dilaksanakan berdasakan pada
lembaga-lembaga perekonomian desa prinsip kooperatif, transparansi,
lainnya. partisipatif, emansipatif, akuntable, dan
Pengembangan BUMDes dapat sustainable dengan mekanisme keanggotaan
dilakukan dengan cara menambah jenis dasar dan self help yang diterapkan secara
usaha yang diluar usaha yang dilakukan. mandiri dan profesional. Pembangunan
Sebagian besar usaha BUMDes di BUMDes memerlukan informasi-informasi
Kabupaten Jepara hanya terfokus pada unit akurat dan tepat mengenai karakteristik
simpan pinjam dan perdagangan hasil lokal desa (ciri sosial budaya masyarakat)
produk olahan sehingga perlu adanya dan peluang pasar atas produk barang dan
penambahan jenis usaha yang dikelola oleh jasa yang telah dihasilkan oleh masyarakat
BUMDes. Kabupaten Jepara memiliki lokal (Sofyan, 2015).
potensi dalam bidang pariwisata Kegiatan BUMDes yang bersifat
dikarenakan letaknya yang berada di pesisir antar desa diperlukan adanya kerjasama
utara Pulau Jawa, tetapi wisata tersebut tidak antar pemerintah desa untuk mengelola dan
dikelola dengan baik. BUMDes dapat memanfaatkan sumber-sumber ekonomi
mengambil alih pengelolaan tempat wisata desa. Mekanisme yang harus diterapakan
sehingga potensi tersebut dapat dalam upaya kerjasama yang dilakukan oleh
Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan
Edi Wibowo Kushartono, Darwanto Usaha Milik Desa (BUMDes)

BUMDes dengan pihak lain adalah harus masyarakat yang akan meminjam dana
melalui konsultasi dan persetujuan dari untuk usaha. Hal ini dikarenakan bunga
penasihat dan pengawas BUMDes. pinjaman di BUMDes lebih rendah daripada
Pengelola BUMDes dalam pelaksanaan meminjam melalui rentenir. BUMDes juga
kegiatan harian harus berdasarkan pada sebagai wadah untuk menampung produk
aturan-aturan yang telah disusun dan usaha-usaha mikro masyarakat yang
disepakati bersama seperti yang telah kesulitan untuk memasarkan produknya.
tercantum pada AD/ART BUMDes dan Pelatihan dan bimbingan terkait pengolahan
memiliki kesesuaian dengan prinsip-prinsip lanjutan hasil pertanian dan pemasaran
tata kelola BUMDes. selalu dilakukan oleh BUMDes untuk
Transparansi dan akuntabilitas menambah ketrampilan dan wawasan
menjadi standar utama dalam pengelolaan masyarakat desa dalam meningkatkan
sebuah organisasi. Dasar pengelolaan harus pendapatan mereka.
transparan dan terbuka sehingga terdapat Permasalahan yang dialami
mekanisme pelaporan rutin setiap tahun. BUMDes adalah keterbatasan modal
Laporan tersebut setelah selesai diberikan sehingga BUMDes tidak mampu
kepada pemerintah desa dan masyarakat, menjalankan jenis usaha yang beragam serta
sehingga masyarakat mengetahui alokasi kurangnya pengetahuan pengurus dalam
biaya dari keuntungan BUMDes atau manajemen BUMDes, sehingga kinerja
mengenai pembagian Sisa Hasil Usaha kelembagaan BUMDes dalam
(SHU). pengembangan usaha kurang optimal.
Tingkat pengetahuan dan wawasan
Kesimpulan
masyarakat desa rendah terkait pentingnya
BUMDes dibentuk dengan tujuan membentuk kelompok usaha. Solusi untuk
untuk meningkatkan kesejahteraan menghadapi permasalahan tersebut adalah
masyarakat lokal desa, meningkatkan pengurus BUMDes harus mengajukan
kondisi perekonomian dan pendapatan asli bantuan modal kepada pihak ketiga, tidak
desa, meningkatkan upaya pengolahan hanya mengandalkan dari bantuan
potensi desa (sumber daya manusia dan pemerintah saja. Perlunya pelatihan
sumber daya alam) sesuai dengan kebutuhan keterampilan / diklat tentang manajemen
masyarakat desa serta difungsikan untuk BUMDes kepada pengurus agar
menjadi tulang punggung pemerataan dan meningkatkan kinerja kelembagaan
pertumbuhan ekonomi desa. Keunggulan BUMDes sehingga usahanya makin
BUMDes adalah meringankan beban berkembang. Selain itu, sosialisasi terhadap
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti
Usaha Milik Desa (BUMDes) Edi Wibowo Kushartono, Darwanto

masyarakat juga diperlukan agar mereka Peraturan Menteri Desa, Pembangunan


mengetahui pentingnya partisipasi dalam Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
program BUMDes untuk meningkatkan
Pengurusan dan Pengelolaan, dan
pendapatan dan perekonomian desa. Pembubaran Badan Usaha Milik
Desa.
Daftar Pustaka
PKDSP (Pusat Kajian Dinamika Sistem
Alkadafi, M. (2014). Penguatan Ekonomi
Pembangunan). (2007). Panduan
Masyarakat Melalui Pengelolaan
Pendirian dan Pengelolaan Badan
Kelembagaan Badan Usaha Milik
Usaha Milik Desa (BUMDes).
Desa Menuju Asean Economic
Malang: Fakultas Ekonomi
Community 2015. Jurnal El-
Universitas Brawijaya.
Riyasah, 5(1), 32-40.
Ramadana, C.B., Ribawanto, H., &
Budiono, P. (2015). Implementasi Suwondo. (2013). Keberadaan
Kebijakan Badan Usaha Milik Desa Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)
(BUMDes) di Bojonegoro (Studi di sebagai Penguatan Ekonomi Desa
Desa Nginginrejo Kecamatan (Studi Di Desa Landungsari,
Kalitidu dan Desa Kedungprimpen Kecamatan Dau, Kabupaten
Kecamatan Kanor). Jurnal Politik Malang). Jurnal Administrasi Publik
(JAP), 1(6), 1068-1076.
Muda, 4(1), 116-125.

Gunawan, K. (2011). Manajemen BUMDes Ridlwan, Z. (2014). Urgensi Badan Usaha


dalam Rangka Menekan Laju Milik Desa (BUMDes) dalam
Urbanisasi. Widyatech Jurnal Sains Pembangunan Perekonomian Desa.
dan Teknologi, 10(3), 61-72. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum,
8(3), 424-440.
Hardijono, R., Maryunani, Yustika, A.E., &
Ananda, C.F., (2014). Economic Sa'dullah. (2016). Pentingnya Media Audio
Independence of The Village Visual dalam Pengembangan
Through Institutional Village Kawasan Perdesaan Agropolitan.
Enterprises (BUMDes). IOSR Kementerian Desa, Pembangunan
Journal of Economics and Finance Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
(IOSR-JEF), 3(2), 21-30. Republik Indonesia. Available:
http://www.kemendesa.go.id/index.
Moleong, L.J. (2006). Metode Penelitian php/view/detil/1799/pentingnya-
Kualitatif. Bandung: Remaja media-audio-visual-dalam-
Rosdakarya. pengembangan-kawasan-perdesaan-
agropolitan. Accessed 18 July 2016.
Mubyarto. (2000). Membangun Sistem
Ekonomi. Yogyakarta: BPFE. Sayutri, M. (2011). Pelembagaan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDs) sebagai
Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No 15
penggerak Potensi Ekonomi Desa
Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik
dalam Upaya pengentasan
Desa.
Kemiskinan di Kabupaten
Edy Yusuf Agunggunanto, Fitrie Arianti Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan
Edi Wibowo Kushartono, Darwanto Usaha Milik Desa (BUMDes)

Donggala. Jurnal ACADEMICA


Fisip Untad, 3(2), 717-728.

Sidik, F. (2015). Menggali Potensi Lokal


Mewujudkan Kemandirian Desa.
Jurnal Kebijakan dan Administrasi
Publik, 19(2), 115-131.

Sofyan, A. (2015). Prinsip Tata Kelola


Badan Usaha Milik Desa. Keuangan
Desa: Media Referensi dan Diskusi
Keuangan Desa.
http://www.keuangandesa.com/201
5/09/prinsip-tata-kelola-badan-
usaha-milik-desa/. Accessed July 20,
2016

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014


tentang Desa

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Desa

Anda mungkin juga menyukai