Disusun oleh :
(1102013017)
Pembimbing :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.ES
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Cibinong, 24 Mei 1979
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Asrama Sat 1 Gegana
Masuk RS : 11 April 2018
Tanggal Pemeriksaan : 7 Mei 2018
Ruang Perawatan : Bangsal Dahlia
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Rumah Sakit karena sudah tidak mau makan sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit
B. Keluhan Tambahan
Pasien sering merasa curiga terhadap orang lain, berdiam diri dan melihat
sesuatu yang aneh sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit
1
tidak mau makan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya
sebelum masuk rumah sakit pasien sudah terlihat sangat lemas dan sering
melamun dengan tatapan kosong dirumah. Setelah melihat keadaan pasien
suaminya langsung membawa pasien ke IGD RS POLRI karena khawatir.
Gejala gangguan jiwa yang dialami pasien terlihat memburuk oleh
suami sejak 6 bulan yang lalu yaitu pada bulan November 2017. Namun
suaminya membawa pasien untuk pengobatan alternatif berupa ruqiyah.
Suaminya mengatakan bahwa pasien sering melamun didalam kamarnya,
dan bicara melantur.
Pasien juga sering sekali merasa curiga terhadap orang-orang
disekitarnya. Pasien merasa curiga saat tetangga sedang berkumpul
bersama, bahwa mereka sedang membicarakan tentang dirinya dan
berencana untuk melakukan sesuatu yang buruk kepadanya. Begitu pula
jika pasien sedang melihat televisi, ia merasa bahwa sesuatu didalam acara
televisi tersebut membicarakan tentang dirinya dan berencana untuk
menyakiti pasien.
Pasien mengaku sering mendengar bisikan-bisikan dari seseorang
yang mengatakan bermacam hal-hal dan sering mengancamnya. Pasien
merasa bisikan-bisikan tersebut akan menyakiti dirinya bahkan menyakiti
suami pasien, sehingga pasien sering merasa ketakutan dan merasa tidak
aman. Pasien terlihat murung dan tidak banyak bicara.
Suami pasien mengatakan bahwa sejak keluar dari rumah sakit
pada tahun 2016, pasien enggan untuk minum obat secara teratur. Pasien
sering menolak untuk diminumkan obat. Pasien mengatakan bahwa obat-
obatan tersebut tidak cocok untuk dirinya serta membuat dirinya tidur
lebih lama. Pasien merasa bahwa obat-obatan tersebut bukan untuk dirinya.
Namun suami pasien tetap memberikan obat dengan cara dicampur
kedalam makanan atau minumannya.
Suami pasien menceritakan bahwa pasien merupakan pribadi yang
pendiam, tertutup dan cenderung memendam perasaan hanya kepada
dirinya sendiri saat pasien merasa sedih, kecewa atau marah. Walaupun
pasien mempunyai suami, pasien tidak pernah menceritakan apa yang
dirasakan olehnya selama ini. Pasien mengatakan bahwa pasien mungkin
merasa terbebani oleh ibu mertuanya, karena ibu mertua pasien memiliki
watak yang keras . Saat wawancara pasien mengaku ingin pulang ke
rumah karena rindu dengan keluarganya.
2
orang yang mengambil kalung ke tetangga lain lalu pasien merasa seolah-
olah ciri-ciri yang disebutkan oleh tetangga pasien adalah pasien. Sejak
saat itu pasien merasa curiga terhadap tetangga bahwa tetangganya sedang
membicarakan pasien dan akan berbuat jahat padanya. Pasien mendapat
perawatan dengan keadaan sedang mengandung anak ketiganya saat usia 3
bulan diruang perawatan Dahlia. Suami pasien mengatakan sejak pasien
menggunakan cadar pada tahun 2005-2015 pasien tidak pernah keluar
rumah kecuali dengan suaminya.
2. Gangguan Medik : Disangkal
3. Gangguan Zat Psikoaktif dan Alkohol : Disangkal
Riwayat Pendidikan
1. SD : Pasien menyelesaikan pendidikan SD tanpa pernah tinggal
kelas.
2. SMP : Pasien menyelesaikan pendidikan SMP tanpa pernah
tinggal kelas.
3. SMA : Pasien menyelesaikan pendidikan SMA tanpa pernah
tinggal kelas.
Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja di PT.Sanyo Cimanggis pada tahun 2000 selama 3,5
tahun.
Kehidupan Beragama
3
Pasien menganut agama Islam dan taat beribadah terutama sholat 5 waktu
ketika berada di rumah.
Kehidupan Sosial dan Perkawinan
Pasien merupakan pribadi yang pendiam dan tertutup. Pasien juga
mengaku kurang pandai dalam bergaul dan interaksi sosial pasien juga
kurang baik. Status pernikahan pasien sekarang adalah sudah menikah.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak
pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.
F. RIWAYAT KELUARGA
Pasien adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara. Pasien memiliki kakak laki-laki
sebanyak 2 orang dan 1 orang adik laki-laki. Pasien tinggal dengan suami
setelah menikah. Berdasarkan alloanamnesis dengan suami pasien semua
kakak pasien telah berusaha memberikan kasih sayang namun setelah
berkeluarga kakak pasien kurang memiliki waktu untuk memerhatikan
pasien. Dalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
gangguan jiwa.
Genogram
4
G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengetahui ada sesuatu pada dirinya yang tidak wajar karena
pasien selalu merasa ketakutan dan tidak aman namun pasien enggan
untuk memperbaiki hal tersebut terlihat dari ketidakpatuhannya pasien
dalam mengonsumsi obat.
H. Impian, Fantasi, dan Cita-Cita Pasien
Pasien ingin dapat pulang ke rumah karena merasa lebih nyaman dirumah
5
a. Sebelum wawancara : Pasien sedang berbaring dikasur bangsal
dahlia.
b. selama wawancara : Pasien terlihat tenang dan dapat menjawab
pertanyaan dengan baik, konsentrasi tidak terganggu.
c. Sesudah wawancara : Pasien tenang, di akhir wawancara pasien
kembali berbaring dikasur.
4. Sikap terhadap pemeriksa
Selama wawancara pasien menunjukkan sikap kooperatif.
5. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan, artikulasi jelas, volume sedang, ide baik.
C. GANGGUAN PERSEPSI
o Halusinasi : Ada tetapi sudah jarang pada 1 minggu belakangan
ini.
Auditorik pasien sering mendengar bisikan
seseorang berupa kata-kata ancaman akan berbuat
jahat dengan dirinya
Visual pasien mengaku pernah melihat banyak
binatang aneh di tembok rumahnya
o Ilusi : Tidak ada
o Depersonalisasi : Tidak ada
o Derealisasi : Tidak ada
6
3. Kecerdasan : cukup baik
4. Konsentrasi : cukup baik
5. Orientasi :
Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan pemeriksaan
pada pagi hari)
Tempat : Baik (pasien tahu sekarang sedang berada di
Rumah Sakit)
Orang : Baik (pasien mengenal dirinya dan orang
sekitarnya)
6. Daya ingat :
Jangka panjang :Baik (Pasien dapat mengingat tanggal lahir)
Jangka pendek : Baik (Pasien ingat menu makan paginya )
Segera : Baik (Pasien dapat menyebutkan 3 benda
yang disebutkan oleh pemeriksa).
7. Pikiran abstraktif
Baik (Pasien dapat membedakan pensil dan bulpen)
8. Visuospasial
Baik (Pasien dapat menggambarkan bentuk yang diminta oleh
pemeriksa)
9. Kemampuan menolong diri
Baik (Pasien tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk makan,
mandi dan berganti pakaian)
E. PROSES PIKIR
Arus pikir
Kontinuitas : Koheren (Pemeriksaan pada Tanggal 7 Mei 2018)
Hendaya bahasa : Tidak ada
Isi pikir
o Preokupasi : Tidak ada
7
o Waham : Ada, tetapi sudah tidak ada sejak 2 minggu yang
lalu
Waham kejar (Pasien meyakini bahwa orang-orang
yang sedang berkumpul akan berbuat jahat
padanya)
Waham rujukan (Pasien meyakini bahwa siaran
TV sedang membicarakan kehidupan pribadinya)
o Obsesi : Tidak ada
o Kompulsi : Tidak ada
o Fobia : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak
menunjukkan gejala yang agresif dan tidak marah.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Kurang (Pasien memiliki masalah dalam
berinterasi dengan orang-orang sekitar namun tidak sampai berkelahi)
2. Uji daya nilai : Baik (Tahu bahwa permusuhan merupakan hal
buruk)
3. RTA : Baik
H. TILIKAN
Derajat 1 : Pasien tidak menyadari bahwa pasien sedang sakit dan pasien
merasa baik-baik saja
8
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
a) Keadaaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) TTV : TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 89 x/menit
Suhu : 37,1 ˚C
d) Sistem Kardiovaskular : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
e) Sistem Respiratorius : Vesikuler +/+, Rhonki-/-, Wheezing-/-
f) Sistem Gastrointestinal : Tidak diperiksa
g) Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), akral hangat.
h) Sistem Urogenital : Tidak diperiksa
B. Status Neurologik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Gerakan abnormal : Tidak ada
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
9
Pasien meyakini bahwa orang-orang yang berkumpul akan berbuat jahat p
ada dirinya. (Waham Kejar)
Pasien meyakini bahwa siaran di TV menceritakan kehidupan pribadinya.
(Waham Rujukan)
Pasien terlihat kebingungan dan gelisah.
Saat pemeriksaan dilakukan pasien sudah tenang, pasien menjawab wawan
cara dengan baik, perawatan diri baik.
Saat pemeriksaan dilakukan tilikan pasien derajat 1.
FORMULA DIAGNOSTIK
1. Setelah wawancara, pasien ditemukan adanya sindroma atau perilaku dan
psikologi yang bermakna secara klinis dan menimbulkan penderitaan (distress)
dan ketidakmampuan/ hendaya (disability/impairment) dalam fungsi serta
aktivitasnya sehari-hari. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami gangguan jiwa yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam
PPDGJ III.
2. Pasien ini tidak termasuk gangguan mental organik karena pasien pada saat di
periksa dalam keadaan sadar, tidak ada kelainan secara medis atau fisik yang
bermakna. (F0)
3. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikotropika karena pasien tidak mengkonsumsi alkohol, rokok,
dan zat psikotropika. (F1)
5. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan suasana perasaan karena tidak ada
ganguan perasaan yang dialami (F3)
6. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan
gangguan terkait stress (F4)
10
Susunan formulasi diagnostik ini berdasarkan dengan penemuan bermakna
dengan urutan untuk evaluasi multiaksial, seperti berikut:
o Aksis I : Gangguan Klinis dan Gangguan Lain yang Menjadi Fokus
Perhatian Klinis
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah memiliki
riwayat trauma kepala maupun kejang. Pasien juga tidak pernah menggunakan zat
psikoaktif. Sehingga gangguan mental dan perilaku akibat gangguan mental
organik dan penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien sering mendengar
bisikan-bisikan suara berupa kata-kata bahwa tetangganya akan melakukan
sesuatu yang buruk pada dirinya yang telah dirasakan sejak 6 bulan yang lalu.
Dari hal tersebut, kriteria diagnostik menurut PPDGJ III pada ikhtisar penemuan
bermakna pasien digolongkan dalam F20.0 Skizofrenia Paranoid.
o Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
11
Evaluasi multiaksial
DIAGNOSIS
PROGNOSIS
12
Suportif
Dengan memberikan motivasi kepada pasien agar bisa cepat
kembali pulih dan berkumpul lagi bersama keluarganya, berempati dan
memberikan perhatian pada pasien, tidak menghakimi pasien,
menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan peduli pada
aktivitas keseharian pasien.
c. Psikoedukasi
13
TINJAUAN PUSTAKA
SKIZOFRENIA
I. Definisi
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Hawari, 2003).
Skizofrenia adalah gangguan terhadap fungsi otak yang timbul akibat
ketidakseimbangan dopamine (salah satu sel kimia dalam otak), dan juga
disebabkan oleh tekanan yang dialami oleh individu. Merupakan gangguan jiwa
psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons
emosional dan menarik diri dari hubungan sosial. Sering kali diikuti dengan delusi
/ waham (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang
panca indra).
Skizofrenia paranoid adalah yang terbanyak dialami oleh penderita
skizofrenia. Terapi pada pasien ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi sosial
sehingga dapat memiliki peran sosial di masyarakat. Adapun jenis farmakoterapi
yang diberikan harus melalui beberapa pertimbangan tertentu.
II. Epidemiologi
DSM-IV-TR, insidensi tahunan skizofrenia antara 0,5-5,0/10.000 dengan
beberapa variasi geografik. Menyerang <1% populasi, biasanya bermula <25
tahun, berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari semua kelas sosial.
Terjadi pada 15 - 20/100.000 individu per tahun, dengan risiko morbiditas 0,85%
(pria/wanita) dan kejadian puncak pada akhir masa remaja atau awal dewasa.
Laki-laki memiliki onset skizofrenia yang lebih awal daripada wanita; (Lk 15-
25th, Pr 25-35th) Pria cenderung mengalami hendaya akibat gejala negative.
Wanita cenderung memiliki kemampuan fungsi sosial yang lebih baik sebelum
awitan penyakit. Hasil akhir pasien skizofrenia wanita lebih baik dibandingkan
pria.
14
III. Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu.
Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi
beberapa fase yang dimulai dari keadaan:
a. Premorbid, merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala
yang ada dikenali hanya secara retrospektif.
b. Prodromal, Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas,
gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi. gejala prodromal yang berlangsung
beberapa hari sampai beberapa bulan.
c. Fase aktif, ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu
adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien
skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai
tidak ada.
d. Keadaan residual, ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis
skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata
secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh
15
b. “delusion of control”, adalah waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
“delusion of passivitiy” merupaka waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” diartikan secara jelas
merujuk kepergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus),
“delusional perception”yang merupakan pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi auditorik yang didefinisikan dalam 3 kondisi dibawah ini:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku
pasien atau,
Mendiskusikan perihal pasien-pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara) atau,
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh yang
lain.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk
asing dan dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
16
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
2 atau lebih dari gejala berikut yang bermakna dalam periode 1 bulan
(atau kurang jika berhasil diterapi):
• Waham
• Halusinasi
• Pembicaraan yang janggal (mis; sering derailment atau incohorensia)
• Perilaku janggal atau katatonik
• Adanya gejala negatif (spt; afek datar =, alogia, abulia)
Cat. : Hanya satu dari kriteria A yang diperlukan jika waham-nya janggal
atau jika halusinasinya berupa suara yang terus menerus mengomentari
tingkah laku atau pikiran yang bersangkutan atau berisi 2 (atau lebih)
17
suara-suara yang saling bercakap-cakap.
C. Durasi:
Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu
zat (seperti obat-obatan medikasi atau yang disalah gunakan) atau oleh
suatu kondisi medis umum.
18
F. Hubungan dengan suatu gangguan perkembangan pervasif:
Sebagai tambahan :
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion
of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity” (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas
Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja
19
atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).
V. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama
menimbulkan kemungkinan lebih besar penderita menuju ke kemunduran mental.
A. Farmakoterapi
Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk
20
mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Obat antipsikotik
mencakup dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis serotonin-
dopamin.
a. Antagonis Reseptor Dopamin
Antagonis reseptor dopamin efektif dalam penanganan skizofrenia,
terutama terhadap gejala positif. Obat-obatan ini memiliki dua kekurangan utama.
Pertama, hanya presentase kecil pasien yang cukup terbantu untuk dapat
memulihkan fungsi mental normal secara bermakna. Kedua, antagonis reseptor
dopamin dikaitkan dengan efek samping yang mengganggu dan serius. Efek yang
paling sering mengganggu aalah akatisia adan gejala lir-parkinsonian berupa
rigiditas dan tremor. Efek potensial serius mencakup diskinesia tarda dan sindrom
neuroleptik maligna.
b. Antagonis Serotonin-Dopamin
SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal ayng minimal atau tidak ada,
berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding
antipsikotik standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamat.
Obat ini juga menghasilkan efek samping neurologis dan endokrinologis yang
lebih sedikit serta lebih efektif dalam menangani gejala negatif skizofrenia. Obat
yang juga disebut sebagai obat antipsikotik atipikal ini tampaknya efektif untuk
pasien skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas dibanding agen antipsikotik
antagonis reseptor dopamin yang tipikal. Golongan ini setidaknya sama efektifnya
dengan haloperidol untuk gejala positif skizofrenia, secara unik efektif untuk
gejala negatif, dan lebih sedikit, bila ada, menyebabkan gejala ekstrapiramidal.
Beberapa SDA yang telah disetujui di antaranya adalah klozapin, risperidon,
olanzapin, sertindol, kuetiapin, dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan
menggantikan antagonis reseptor dopamin, sebagai obat lini pertama untuk
penanganan skizofrenia.
Pada kasus sukar disembuhkan, klozapin digunakan sebagai agen antipsikotik,
pada subtipe manik, kombinasi untuk menstabilkan mood ditambah penggunaan
antipsikotik. Pada banyak pengobatan, kombinasi ini digunakan mengobati
keadaan skizofrenia
21
Kategori obat: Antipsikotik – memperbaiki psikosis dan kelakuan agresif.
22
Profil Efek Samping
Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa:
Efek samping ini ada yang dapat di tolerir pasien, ada yang lambat, ada yang
sampai membutuhkan obat simptomatik untuk meringankan penderitaan pasien.
Efek samping dapat juga irreversible : Tardive dyskinesia (gerakan berulang
involunter pada: lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada
waktu tidur gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka
panjang (terapi pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak
berkaitan dengan dosis obat anti-psikosis.
23
ginjal, untuk deteksi dini perubahan akibat efek samping obat. Obat anti-psikosis
hampir tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akibat overdosis atau untuk
bunuh diri. Namun demikian untuk menghindari akibat yang kurang
menguntungkan sebaiknya dilakukan “lacage lambung” bila obat belum lama
dimakan.
SKIZOAFEKTIF
I. Definisi
Skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai adanya kombinasi
gejala skizofrenia (gangguan berpikir, delusi dan halusinasi) dan gejala afektif
(gajala depresif atau manik).
Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun
gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang
jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang
menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe depresif.
24
Menurut PPDGJ-III :
F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manic
Pedoman Diagnostik
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manic.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik
lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia, F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).
25
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, Sylvia D., Hadisukanto, Gitayanti. 2017. Buku Ajar PSIKIATRI Edisi ke-3.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York:
Lippincott Williams & Wilkins.
Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, editor Dr, Rusdi
Maslim. Jakarta 2013.
26