KELOMPOK A-11
Ketua
: Lindah Syafaastuti
(1102011141)
Sekretaris
: Finda Safitri
(1102011106)
Anggota
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Betha Nurvia
Farida Fidyaningrum
Ferika Pratami
Ferry Juniansyah
Fitriano Haniwieko
Gabby Rachedia
Laksmi Rizka Afiani
(1102010048)
(1102011099)
(1102011104)
(1102011105)
(1102011108)
(1102010107)
(1102011140)
Pasien tinggal di sebuah rumah dengan ukuran 4 x 7 meter bersama keluarganya yang
terdiri dari ayah ibu dan dua orang kakak yang berumur 12 dan 14 tahun. Selain itu dirumah
tersebut tinggallah kakek dan neneknya (orang tua dari ayah). Kondisi dalam rumah kurang
pencahayaan dan ventilasi.
Kakek dan ibu dari pasien mempunyai riwayat asma bronchial. Kakek dan ayahnya
adalah perokok berat.
Ayah pasien adalah lulusan SMP yang bekerja sebagai seorang buruh bangunan yang
merupakan sumber pencari nafkah dalam keluarga. Ibu pasien adalah seorang lulusan SD yang
bekerja sebagai tukang cuci pakaian di rumah tetangganya, sedangkan kakek dan neneknya tidak
kerja. Kedua orangtua pasien sibuk dengan pekerjaannya sehingga pasien kurang mendapat
perhatian yang baik. Karena kondisi ekonomi yang kurang pasien sering terlambat berobat ke
dokter.
Sebagai dokter keluarga bagaimana pandangan saudara terhadap keluarga ini
dalam kaitannya dengan penyakit yang diderita anggota keluarga tersebut ?
Sebagai dokter muslim, bagaimana pandangan saudara terhadap keluarga ini dan
bagaimana hak dan kewajiban pasien baik sebagai individu maupun sebagai anggota
keluarga?
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan Konsep dan Struktur Keluarga
1.1.
Definisi Keluarga
1.2.
Bentuk Keluarga
1.3.
Fungsi Keluarga
1.4.
Siklus Kehidupan Keluarga
1.5.
Dinamika Keluarga
1
2. Memahami dan menjelaskan Mekanisme yang Mendasari berbagai gangguan serta Faktor
Eksternal yang Mempengaruhi Masalah Kesehatan Keluarga
3. Memahami dan menjelaskan Konsep Keluarga Islami
4. Memahami dan menjelaskan Hak dan Kewajiban dalam Merawat Orang Sakit
KATA SULIT
Keluarga adalah kumpulan 2 orang atau lebih yang hidup bersama dengan ikatan aturan dan
emosional.
HIPOTESIS
Keluarga adalah kumpulan 2 orang atau lebih yang hidup bersama dengan ikatan aturan dan
emosional. Keluarga merupakan tempat untuk saling mengayomi, memberikan pendidikan,
sebagai tempat berlindung dan kasih sayang, dan sebagainya. Dalam kasus, keluarga ini
terdiri dari keluarga inti disertai kakek, nenek, om dan tante sehingga dapat digolongkan
sebagai keluarga extended. Permasalahan yang terjadi dalam keluarga ini meliputi masalah
faktor internal berupa genektik atau keturunan asma, serta faktor eksternal seperti paapran
asap rokok, rumah dengan lingkungan padat penduduk, ventilasi yang kurang memadai,
pencahayaan yang kurang untuk mematikan bakteri, serta aliran udara yang buruk. Oleh
karena itu, anak menjadi sakit. Peran keluarga dalam kesehatan dan Islam untuk
menghadapinya yaitu dengan memberi asuhan yang baik, melakukan pencegahan terhadap
3
timbulnya penyakit, menjaga lingkungan keluarga, serta menciptakan keluarga yang samawa.
Karena fungsi keluarga sendiri adalah tempat untuk saling mengayomi, memberikan
pendidikan, sebagai tempat berlindung dan kasih sayang, dan sebagainya. Peranan yang
dilakukan seorang dokter keluarga adalah melakukan pencegahan berupa edukasi keluarga,
demonstrasi, dan penyuluhan kesehatan, serta paya kuratif dan evaluasi.
DEFINISI KELUARGA
Duvall dan Logan (1986) : Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Bailon dan Maglaya (1978) : Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Departemen Kesehatan RI (1988) : Keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
4
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
1.2.
BENTUK KELUARGA
Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak.
b. The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
c. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri
d. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar) : Keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai:
paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda) : Keluarga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui
proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar
kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
i. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
j. Blended family : Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family : Keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti : perceraian atau ditinggal mati
Non-Tradisional :
a. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family : Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family : Keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu
g. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya
i. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
6
1.4.
Siklus Hidup Keluarga (Family Life Cycle) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi
keluarga sepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga merupakan gambaran
rangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi yang dialami kebanyakan
keluarga.
Siklus hidup keluarga terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis
menggabungkan variable demografik yaitu status pernikahan, ukuran keluarga, umur
anggota keluarga, dan status pekerjaan kepala keluarga.
1.5.
DINAMIKA KELUARGA
GENOGRAM
Genogram adalah suatu alat bantu berupa peta skema (visual map) dari silsilah
keluarga pasien yang berguna bagi pemberi layanan kesehatan untuk segera
mendapatkan informasi tentang nama anggota keluarga pasien, kualitas hubungan
antar anggota keluarga. Genogram adalah biopsikososial pohon keluarga, yang
mencatat tentang siklus kehidupan keluarga, riwayat sakit di dalam keluarga serta
hubungan antar anggota keluarga.
Di dalam genogram berisi : nama, umur, status menikah, riwayat perkawinan,
anak-anak, keluarga satu rumah, penyakit-penyakit spesifik, tahun meninggal,
dan pekerjaan. Juga terdapat informasi tentang hubungan emosional, jarak atau
konflik antar anggota keluarga, hubungan penting dengan profesional yang lain serta
9
mendapat informasi dengan cepat tentang data yang terintegrasi antara kesehatan
fisik dan mental di dalam keluarga
10
Gambar 1. Genogram
11
Resiko internal :
Genetic
Umur ; sesorang anggota keluarga dengan usia yang lebih tua cenderung lebih
perhatian terhadap anggota keluarga yang lain
Pekerjaan
Sex
Fisiologi tubuh
Keadaan imunologia
Tingkah laku
Resiko eksternal
Lingkungan
Kebudayaan
Kepercayaan
Ras
Social ekonomi
b. Factor agen
Agen adalah suatu unsure, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit
c. Factor nutrisi
Kimiawi
13
Fisik
Biologis
Unhealthy behaviour
d. Factor lingkungan
Lingkungan adalah semua factor luar dari suatu individu yang dapat berupa
lingkungan fisik, biologis, dan social. Sesungguhnya keadaan keluarga secara
keseluruhan memang mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap kesehatan
setiap anggota keluarga. Pengaruh tersebut dapat dilihat paling tidak pada lima hal :
1. Penyakit keturunan
Setiap orang pada dasarnya adalah hasil interaksi antara berbagai factor genetic
(fungsi reproduksi). Apabila ditemukan kelainan tertentu pada factor genetic
tersebut, yang antara lain muncul karena perkawinan (tahap awal dari siklus
keluarga) maka tidaklah sulit dipahami bahwa orang tersebut dapat menderita
penyakit keturunan tertentu pula.
2. Perkembangan bayi dan anak
Sekalipun pada dasarnya keadaan fisik dan mental bayi serta anak mempunyai
kemampuan mengatasi berbagai pengaruh lingkungan, tetapi pengalaman
membuktikan jika bayi dan anak tersebut maka perkembangan bayi dan anak
tersebut akan terganggu, baik perkembangan fisik maupun perilakunya.
3. Penyebaran penyakit
Apabila dilingkungan keluarga terdapat penderita penyakit infeksi maka tidaklah
sulit diperkirakan bahwa anggota keluarga yang lain akan mudah terserang
penyakit tersebut
4. Pola penyakit dan kematian
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa seseorang yang hiduo membujang
atau bercerai (siklus kehidupan keluarga) cenderung memperlihatkan angka
penyakit dan kematian yang lebih tinggi daripada mereka yang berkeluarga.
5. Proses penyembuhan penyakit
14
Mandala diagram Kesehatan adalah cara lain untuk menafsirkan definisi diperluas
kesehatan.
tempat tinggal yang sama. Adanya rasa saling harap sebagai unsur dalam perikatan
keluarga itu lebih penting dari unsur tempat tinggal.
Pentingnya keharmonisan keluarga yang paling berpengaruh buat pribadi dan
masyarakat adalah pembentukan keluarga dan komitmennya pada kebenaran. Alloh
dengan hikmahNya telah mempersiapkan tempat yang mulia buat manusia untuk menetap
dan tinggal dengan tentram di dalamnya. FirmanNya:
16
"Dan bergaullah bersama mereka dengan patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai
mereka maka bersabarlah Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Aloh
menjadikannya kebaikan yang banyak." (An Nisa' [4]: 19)
Tugas Istri
Kebahagiaan, cinta dan kasih sayang tidaklah sempurna kecuali ketika istri mengetahui
kewajiban dan tiada melalaikannya. Berbakti kepada suami sebagai pemimpin,
pelindung, penjaga dan pemberi nafkah. Taat kepadanya, menjaga dirinya sebagi istri dan
harta suami. Demikian pula menguasai tugas istri dan mengerjakannya serta
memperhatikan diri dan rumahnya. Inilah istri shalihah sekaligus ibu yang penuh kasih
sayang, pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Juga mengakui kecakapan suami dan tiada mengingkari kebaikannya.
Untuk itu seyogyanya memaafkan kekeliruan dan mangabaikan kekhilafan. Jangan
berperilaku jelek ketika suami hadir dan jangan mengkhianati ketika ia pergi. Dalam
hadits: "Perempuan mana yang meninggal dan suaminya ridha kepadanya maka ia masuk
surga." (HR. Tirmidzi, Hakim, Ibnu Majah)
Ada juga yang mengungkapkan beberapa karakteristik yang harus terwujud dalam sebuah
keluarga yang menjadikannya layak disebut sebagai model keluarga muslim.
Karakteristik tersebut adalah:
Keluarga yang dibangun oleh pasangan suami-istri yang shalih.
Keluarga yang anggotanya punya kesadaran untuk menjaga prinsip dan norma Islam.
Keluarga yang mendorong seluruh anggotanya untuk mengikuti fikrah islami.
Keluarga yang anggota keluarganya terlibat dalam aktivitas ibadah dan dakwah,
dalam bentuk dan skala apapun.
Keluarga yang menjaga adab-adab Islam dalam semua sisi kehidupan rumah tangga.
Keluarga yang anggotanya melaksanakan kewajiban dan hak masing-masing.
Keluarga yang baik dalam melaksanakan tarbiyatul aulad (proses mendidik anakanak).
Keluarga yang baik dalam mentarbiyah khadimah (mendidik pembantu).
4. Memahami dan Menjelaskan Hak dan Kewajiban dalam Merawat Orang Sakit
Ada dua hak orang sakit yang harus dipenuhi oleh anggota masyarakat atau keluarganya.
Hak orang sakit yang pertama dan utama adalah bebas dari segala tanggung jawab social
yang normal. Artinya orang yang sedang sakit mempunyai hak untuk tidak melakukan
pekerjaan sehari-hari yang biasa dia lakukan. Hal ini boleh dituntut, namun tidaklah
selalu mutlak, tergantung tingkat keparahan atau tingkat persepsi dari penyakit tersebut.
Apabila tingkat keparahan sakitnya rendah maka orang tersebut mungkin saja tidak perlu
menuntut haknya. Dan seandainya menuntut haknya harus tidak secara penuh.
17
Maksudnya, ia tetap dalam posisinya tetapi perannya dikurangi, dalam arti volume dan
frekuensi kerjanya dikurangi.
Tetapi bila tingkat keparahannya tinggi maka hak tersebut harus dituntutnya, misalnya
menderita penyakit menular. Hak tersebut haruslah dituntut karena bila tidak akan dapat
menimbulkan konsekuensi ganda, yaitu disamping produktivitas kerja menurun atau
bahkan dapat menambah beratnya penyakit.
Hak yang kedua adalah hak untuk menuntut bantuan atau perawatan kepada orang
lain. Didalam masyarakat yang sedang sakit berada dalam posisi yang lemah, lebih-lebih
bila sakitnya berada dalam derajat keparahan yang tinggi. Anggota keluarga dan anggota
masyarakat berkewajiban untuk membantu dan merawatnya. Oleh karena tugas
penyembuhan dan perawatan memerlukan keahlian tertentu, maka tugas ini didelegasikan
kelpada lembaga-lembaga masyarakat atau individu tertentui seperti dokter, perawat,
bidan dan petugas lainnya.
18
1) Orang yang sakit memiliki kewajiban untuk senantiasa ridha terhadap qadha Allah
Subhanahu wa Taala, bersabar atas taqdir-Nya serta berbaik sangka kepada Rabbnya. Itu
yang lebih baik baginya.
2) Seyogyanya orang yang sedang sakit memiliki perasaan antara rasa takut dan harap, yaitu
takut akan siksa Allah Azza wa Jalla atas dosa-dosanya dan berharap akan rahmat Allah
Azza wa Jalla kepadanya. Sikap ini didasarkan pada hadits dari Anas bin Malik
Radhiyallahuanhu yang mengatakan:
3) Seberat apapun sakit yang diderita, tidak boleh baginya untuk berangan-angan ingin mati.
Hal ini karena ada hadits Ummul Fadhl Radhiyallahuanha, bahwa Rasulullah
Shallallahualaihi wa Sallam pernah datang kepada mereka tatkala Abbas
Radhiyallahuanhu (paman Rasulullah) menderita sakit, hingga Abbas berangan-angan
ingin mati.
4) Jika ia masih memiliki tanggungan atas hak-hak orang lain, hendaklah ia tunaikan kepada
yang berhak apabila hal itu mudah baginya. Jika tidak mudah, hendaklah ia berwasiat
(kepada keluarganya). Sesungguhnya Nabi Shallallahualaihi wa Sallam berkata:
Barang siapa pernah mendhalimi hak saudaranya dalam hal harga diri atau hartanya,
hendaklah ia selesaikan sebelum datang hari kiamat, hari yang tidak diterima dinar tidak
pula dirham. Jika ia punya amalan shalih maka diambil darinya lalu diberikan kepada
orang yang punya hak. Jika ia tidak punya amalan shalih, maka diambil dosa-dosa orang
yang bersangkutan lalu dibebankan kepadanya.
5) Orang yang sakit hendaknya bersegera untuk menyiapkan wasiat karena ada sabda
RasulullahShallallahualaihi wa Sallam:
Tidak benar bagi seorang muslim yang bermalam dua malam sedangkan ia punya
sesuatu yang ingin diwasiatkannya kecuali semestinya wasiat itu telah ditulis di sisinya.
Ibnu Umar Radhiyallahuanhuma berkata: Tidaklah berlalu satu malam sejak aku
mendengar RasulullahShallallahualaihi wa Sallam mengatakan itu kecuali sudah kutulis
wasiatku. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim juga Ashabus Sunan
maupun yang lain.
19
6) Wajib baginya untuk memberikan wasiat kepada sanak kerabatnya yang tidak menerima
warisan darinya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)
kematian, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah untuk ibu-bapak dan
karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
(Al-Baqarah: 180)
7) Boleh baginya untuk berwasiat dengan sepertiga hartanya, tidak boleh lebih.
8) Hendaklah dalam berwasiat ini disaksikan oleh dua orang yang jujur yang muslim. Jika
tidak ada maka bisa dengan dua orang (yang jujur) non muslim dengan diminta agar
keduanya bersumpah untuk bisa dipercaya apabila ragu akan persaksiannya.
9) Adapun berwasiat agar hartanya diberikan kepada kedua orang tua dan sanak kerabat
yang berhak menerima warisan dari orang yang meninggalkan warisan itu, maka ini tidak
boleh dilakukan. Karena hal ini sudah dimansukh dengan ayat tentang warisan. Dan telah
dijelaskan pula oleh RasulullahShallallahualaihi wa Sallam dengan penjelasan yang
paling sempurna, ketika beliau berkhutbah pada haji Wada. Kata beliau:
Sesungguhnya Allah telah memberikan hak kepada setiap yang punya hak, dan tidak ada
wasiat bagi ahli waris.
10) Diharamkan membuat wasiat yang mendatangkan mudharat (kerugian) bagi orang lain,
seperti berwasiat agar sebagian ahli waris jangan diberikan hak warisnya atau berwasiat
agar melebihkan sebagian ahli waris atas sebagian yang lain. Hal ini disebabkan adanya
firman Allah Subhanahu wa Taala:
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi
wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik
sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. (An-Nisaa: 7)
11) Wasiat yang lalim (tidak adil) hukumnya batil lagi tertolak, karena adanya sabda
RasulullahShallallahualaihi wa Sallam:
Barang siapa yang mengada-adakan perkara baru dalam (agama) kami ini yang tidak ada
asal darinya, maka ia tertolak.
20
12) Ketika banyak terjadi kebidahan pada sebagian besar kaum muslimin di masa ini. Begitu
pula dalam permasalahan yang berkaitan dengan jenazah. Maka termasuk kewajiban
seorang muslim adalah untuk berwasiat agar disiapkan (urusan kematiannya) dan agar
dikuburkan berdasarkan Sunnah (tuntunan Nabi Shallallahualaihi wa Sallam), sebagai
pengamalan terhadap firman Allah Subhanahu wa Taala (At-Tahrim: 6)
Menjenguk Orang Sakit dan Hukumnya
Orang sakit adalah orang yang lemah, yang memerlukan perlindungan dan sandaran.
Perlindungan (pemeliharaan, penjagaan) atau sandaran itu tidak hanya berupa materiil
sebagaimana anggapan banyak orang, melainkan dalam bentuk materiil dan spiritual
sekaligus.
Karena itulah menjenguk orang sakit termasuk dalam bab tersebut. Menjenguk
si sakit ini memberi perasaan kepadanya bahwa orang di sekitarnya (yang menjenguknya)
menaruhperhatian kepadanya, cinta kepadanya, menaruh keinginan kepadanya, dan
mengharapkan agar dia segera sembuh. Faktor-faktor spiritual ini akan memberikan
kekuatan dalam jiwanya untuk melawan serangan penyakit lahiriah. Oleh sebab itu,
menjenguk orang sakit, menanyakan keadaannya, dan mendoakannya merupakan bagian
dari pengobatan menurut orang-orang yang mengert. Maka pengobatan tidak seluruhnya
bersifat materiil (kebendaan). Karena itu, hadits-hadits Nabawi menganjurkan "menjenguk
orang sakit"
Dari abu musa r.a. berkata, bersabda Rasulullah saw.: jenguklah orang sakit, dan berikanlah
makanan kepada orang yang lapar, dan bebaskanlah tawanan. (H.R. Bukhari)
Hak orang islam terhadap orang islam lainnya ada enam:
1) Apabila engkau berjumpa dengannya berilah salam kepadanya.
2) Apabila ia mengundangmu penuhilah undangnnya itu.
3) Apabila ia meminta nasehat kepadamu, nasehatilah dia.
4) Apabila ia bersin, lalu memuji allah, maka doakanlah ia olehmu.
5) Apabila ia sakit, tengoklah ia, dan apabila ia meninggal dunia, maka iringkanlah dia.
(H.R. Muslim)
Menjenguk orang yang terbaring sakit. Sebagian ulama telah menetapkan menjenguk orang
sakit ini sebagai fardhu kifayah, seperti halnya memberi makan orang yang kelaparan dan
membebaskan tawanan. Jumhur ulama berpendapat bahwa menjenguk ini pada dasarnya
hukumnya sunnah. Namun pada perkembangannya ia menjadi wajib di beberapa kalangan
tertentu.
Perintah menjenguk orang sakit mengandung hikmah, dapat meringankan beban mental
keluarganya, sebagai ungkapan kasih sayang, mengingatkan manusia akan mati, memberikan
dorongan kejiwaan dan menghibur, dan lain-lain.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Friedman, M. Marilyn.( 1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik.Jakarta : EGC.
2. Goldenberg, I., & Goldenberg, H. (2008). Family therapy: An overview. Belmont, CA:
Thomson Brooks/Cole.
3. Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta:EGC.
4. Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
5. Sloane, P.D., Slatt, L.M., Ebell, M.H., & Jacques, L.B. (2002). Essential ofFamily
Medicine (4th Ed.). Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins (page 24)
6. McDaniel, S., Campbell, T.L., Hepworth, J., & Lorenz, A. (2005). Family - Oriented
Primary Care (2nd Ed.). New York: Springer (page 42)
22
7. Undang-Undang
RI no 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Available at :
http://www.bkn.go.id/bapek/peraturan/undang-undang-uu/82-uu-no-1-tahun-1974tentang-perkawinan.html (Last Update: 2013, December 11)
8. Hak
dan
Kewajiban
Orang
Tua.
Available
at
http://roudhotulilmi.blogspot.com/2011/11/hak-dan-kewajiban-orang-tua.html
Update 2013, December 12)
:
(Last
23