LP Stroke Infark Emboli
LP Stroke Infark Emboli
LAPORAN PENDAHULUAN
oleh
Devi Maharani Hapsari, S. Kep
NIM 132311101056
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat penting yang dilindungi oleh
tulang tengkorak yang keras, jaringan pelindung, dan cairan otak. Dua
macam jaringan pelindung utama yaitu meninges dan sistem ventrikular
(Sloane, 2003). Meninges terdiri dari tiga lapisan yaitu:
1) Durameter
2) Arachnoid membran
3) Piameter
b. Sistem ventrikulus
Gambar 2. Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak), terdiri atas Sistem
Saraf Pusat (SSP) diatas korda spinalis. Secara anatomis terdiri dari
cerebrum (otak besar), cerebellum (otak kecil), brainstem (batang otak)
dan sistem limbik (Smeltzer & Bare, 2010).
a. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan
sulkus (celah dangkal), fisura (celah dalam) dan girus (permukaan
hemisfer serebral yang memiliki konvulsi) (Sloane, 2003). Cerebrum
dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, ekspresi bicara
(area broca di hemisfer kiri), dan emosi. Bagian ini mengandung pusat
pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik
primer) yang mengendalikan kontraksi otot volunter rangka dan
terdapat area asosiasi motorik (area premotor korteks) yang
mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan berulang, seperti
mengetik. (Sloane, 2003). Selain itu terdapat pula area sensori primer
dalam girus postsentral yang ertugas menerima informasi umum
berkaitan dengan nyeri, tekanan, suhu, dan propriosepsi dari tubuh.
Lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara,
motivasi dan inisiatif (Smeltzer & Bare, 2010).
2) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura lateral dan sebelah posterior dari fisura
parieto-oksipitalis (Sloane, 2003). Lobus ini terdapat area auditori
primer berfungsi untuk mengitrepretasi auditori serta terdapar area
wicara wernicle yang terletah dalam bagain superior lobus temporal
yang berkaiatan dengan pengertian bahasa serta formulasi wicaea, area
wernicle tersebut berhubungan dengan area wicara broca. Selain itu
terdapat pula area olfaktori primer berkaitan dengan indra penciuman.
Secara umum lobus temporalis berperan dalam mengatur daya ingat
verbal, visual, pendengaran dan berperan dalam pembentukan dan
perkembangan emosi (Smeltzer & Bare, 2010).
3) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer). Terdaapat area pengecap primer
(gustatori) dimana berfungsi sebafgai persepsi rasa, Area asosiasi
somatik, yang berakitan dengan intrepretasi bentuk dan tekstur suatu
objek (fungsi peraba) (Sloane,2003).
4) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan
dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan
informasi saraf lain & memori (Sloane, 2003).
b. Sistem limbik
Sistem limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori
emosi, aktivitas emsiaonal terutama aktivitas perilaku tidak sadar (Sloane,
2003). Bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui
pengendalian atas susunan endokrin dan susunan otonom (White, 2008)
Sistem limbik merupakan suatu pengelompokan fungsional yang
mencakup komponen serebrum, diensefalon, dan mesensefalon. Secara
fungsional sistem limbik berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Suatu pendirian atau respons emosional yang mengarahkan pada
tingkah laku individu.
2) Suatu respon sadar terhadap lingkungan.
3) Memberdayakan fungsi intelektual dari korteks serebri secara tidak
sadar dan memfungsikan batang otak secara otomatis untuk merespon
keadaan.
4) Memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan menggali kembali
simpanan memori yang diperlukan.
5) Merespon suatu pengalaman dan ekspresi suasana hati, terutama reaksi
takut, marah, dan emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual.
c. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Cerebellum memiliki peran
koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada
informasi somatosensori yang diterima. Cerebellum terdiri dari tiga bagian
fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke
bagian lain dari sistem saraf pusat. Cerebellum merupakan pusat
koordinasi untuk keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan kontraksi
otot-otot volunter secara optimal. Bagian-bagian dari cerebellum adalah
lobus anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004).
d. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan
medulla spinalis dibawahnya. Struktur-struktur fungsional batang otak
yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis
antara medulla spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12
pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen,
yaitu mesensefalon, pons dan medulla oblongata.Batang otak terdiri dari
tiga bagian menurut Puspitawati (2009) sebagai berikut:
1) Mesencephalon atau otak tengah (mid brain) adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan cerebrum dan cerebelum.
Mesencephalon berfungsi untuk mengontrol respon penglihatan, gerakan
mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh, dan fungsi
pendengaran.
2) Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla
oblongata mengontrol fungsi involunter otak (fungsi otak secara tidak
sadar) seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
3) Pons disebut juga sebagai jembatan atau bridge merupakan serabut yang
menghubungkan kedua hemisfer serebelum serta menghubungkan
midbrain disebelah atas dengan medula oblongata. Bagian bawah pons
berperan dalam pengaturan pernapasan. Nukleus saraf kranial V
(trigeminus), VI (abdusen), dan VII (fasialis) terdapat pada bagian ini.
Gambar 4. Brainstem
Otak terbagi menjadi Hemisfer kanan dan kiri. Hemisfer kanan bertugas
mengendalikan tubuh bagian kiri dan sebaliknya. Hemisfer otak
mengandung banyak nervus yang memiliki fungsi masing-masing dalam
kehidupan. Adapun letak nervus-nervus tersebut dalam hemisfer otak
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5. Letak Nervus pada Hemisfer Otak
3. Anatomi peredaran darah otak
Otak memiliki kurang lebih 15 miliar neuron yang membangun substansia
alba dan substansia grisea. Otak merupakan organ yang sangat kompleks
dan sensitif. Fungsinya sebagai pengendali dan pengatur seluruh aktivitas,
seperti : gerakan motorik, sensasi, berpikir, dan emosi. Sel-sel otak bekerja
bersama-sama dan berkomunikasi melalui signal-signal listrik. Kadang-
kadang dapat terjadi cetusan listrik yang berlebihan dan tidak teratur dari
sekelompok sel yang menghasilkan serangan. Darah merupakan sarana
transportasi oksigen, nutrisi, dan bahan-bahan lain yang sangat diperlukan
untuk mempertahankan fungsi penting jaringan otak dan mengangkat sisa
metabolisme. Kehilangan kesadaran terjadi bila aliran darah ke otak
berhenti 10 detik atau kurang. Kerusakan jaringan otak yang permanen
terjadi bila aliran darah ke otak berhenti dalam waktu 5 menit.
a. Peredaran darah arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan
arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk
circulus willisi. Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri
karotis komunis yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri
medial. Di dekat akhir arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini
keluar arteri communicans posterior yang bersatu kearah kaudal dengan
arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior saling berhubungan melalui
arteri communicans anterior. Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari
arteria subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang
dari arteria inominata, sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang
langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui
foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris.
b. Peredaran darah vena
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater,
suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater.
Sinus-sinus duramater tidak mempunyai katup dan sebagian besar
berbentuk triangular. Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke
dalam sinus longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena
cortex yang utama adalah vena anastomotica magna yang mengalir ke
dalam sinus longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang
mengalir ke dalam sinus transversus. Vena-vena serebri profunda
memperoleh aliran darah dari basal ganglia (Wilson, et al., 2002).
B. Pengertian Stroke Infark Emboli
CVA (Cerebro Vascular Accident) atau stroke merupakan kelainan fungsi
otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabakan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara,
proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga
menyebabkan kematian. Stroke infark adalah sindrom klinik yang awal
timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologi fokal atau
global yang berlangsung 24 jam terjadi karena trombositosis dan emboli yang
menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh
darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria
karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang
dari lengkung aorta jantung (arcus aorta).
Stroke emboli adalah stroke yang terjadi oleh karena adanya gumpalan
darah atau bekuan darah yang berasal dari jantung, dan kemudian terbawa arus
darah sampai ke otak, kemudian menyumbat pembuluh darah di otak. Stroke
kardioemboli adalah suatu gangguan neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah, dimana secara mendadak atau cepat timbul gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah, fokal diotak, akibat suatu emboli yang berasal
dari jantung. Stroke kardioemboli awitannya dimulai dengan defisit neurologik
fokal yang dapat menjadi lebih berat, dasar diagnosa klinik dibuktikan dengan
adanya sumber emboli dari jantung dan tidak ditemukannya penyebab lain dari
strokenya (Japardi,2002).
+/-
Koma/kesadaran menurun +++
-
Kaku kuduk ++
-
Kernig +
-
pupil edema +
-
Perdarahan Retina +
hari ke-4
Bradikardia sejak awal
Tanda adanya aterosklerosis di
Penyakit lain Hampir selalu hypertensi,
retina, koroner, perifer. Emboli
aterosklerosis, HHD
pada ke-lainan katub, fibrilasi,
bising karotis
C. Etiologi
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke
non hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi
dan yang dapat di modifikasi. Penelitian yang dilakukan Rismanto (2006) di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto mengenai gambaran faktor-
faktor risiko penderita stroke menunjukan faktor risiko terbesar adalah
hipertensi 57,24%, diikuti dengan diabetes melitus 19,31% dan
hiperkolesterol 8,97%. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah
sebagai berikut :
a) Usia
Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan
meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan
hampir 13% berumur di bawah 45 tahun. Menurut Kiking Ritarwan
(2002), dari penelitianya terhadap 45 kasus stroke didapatkan yang
mengalami stroke non hemoragik lebih banyak pada tentan umur 45-65
tahun.
b) Jenis kelamin
Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata bahwa kaum pria
lebih banyak menderita stroke di banding kaum wanita, sedangkan
perbedaan angka kematianya masih belum jelas. Penelitian yang di
lakukan oleh Indah Manutsih Utami (2002) di RSUD Kabupaten Kudus
mengenai gambaran faktor-faktor risiko yang terdapat pada penderita
stroke menunjukan bahwa jumlah kasus terbanyak jenis kelamin laki-laki
58,4% dari penelitianya terhadap 197 pasien stroke non hemoragik.
c) Heriditer
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada kulit putih.
Data sementara di Indonesia, suku Padang lebih banyak menderita dari
pada suku Jawa (khususnya Yogyakarta)
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
a) Riwayat stroke
F. Komplikasi
1) Infeksi pernafasan (Pneumoni), nyeri tekan pada decubitus, Konstipasi
2) Nyeri pada punggung, dislokasi sendi, deformitas
3) Epilepsy, sakit kepala
4) Hipoksia serebral
5) Herniasi otak
6) Kontraktur
G. Pemeriksaan penunjang
1) Angiografi serebral
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3) CT scan
5) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam
jaringan otak.
6) Pemeriksaan laboratorium
a) Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b) Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
d) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
H. Penatalaksanaan
1) Konservatif
a) Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
b) Mencegah peningkatan TIK.
(1) Antihipertensi
(2) Deuritika
(3) Vasodilator perifer
(4) Antikoagulan
(5) Diazepam bila kejang
(6) Anti tukak misal cimetidine
(7) Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien
akan mudah terkena infeksi, hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan
lambung
(8) Manitol : mengurangi edema otak.
2) Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu
dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang
menetap akan membahayakan kehidupan klien.
3) Pada fase sub akut / pemulihan (>10hari) perlu :
a) Terapi wicara
b) Terapi fisik
c) Stoking anti embolisme.
I. Pathway
Anemi
Aplastik
Anemi Anemi Defisiensi Anemi
Hemolitik Fe, B12, asam folat Hemoragic
Depresi
sumsum tulang
Hemolisis SDM tidak Perdarahan hipovolemia
sempurna
SDM,
Leukosit, HB turun Resiko Syok
Eritrosit turun
Trombosit Hb menurun
menurun
Pertahanan sekunder
Anemia Hb turun
terganggu
Nafsu makan
menurun Respirasi meningkat, Pola nafas tidak efektif
Intoleransi Metabolisme aerob
aktivitas turun, anaerob naik nadi meningkat
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Defisit perawatan diri Kelemahan / keletihan
Leukopenia
Pathway, Masalah Keperawatan yang Muncul, dan Data yang Perlu Dikaji
1. Pathway
- Agen neoplastik
- Radiasi
- Obat-obatan
- Infeksi
- Bahan kimia
Penurunan transport O2
Lemah, letih dan lesu Hipoksia, pucat ke jaringan Kompensasi jantung Gangguan pertukaran gas
Nafsu makan
menurun Pola nafas tidak efektif
Intoleransi Metabolisme aerob Reepirasi meningkat,
aktivitas turun, anaerob naik nadi meningkat
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Gagal jantung
kebutuhan tubuh Cardiomegali
Defisit perawatan diri Kelemahan / keletihan
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d
perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d inadekuat intake makanan
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Risiko syok b.d hipovolemia
5. Risiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak
adekuat (penurunan Hb)
6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
7. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
8. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
9. Keletihan b.d kelesuan fisologis (anemia)
K. Rencana Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringanSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC: Perawatan Sirkulasi
perifer b.d perubahan ikatan O2 3x24 jam diharapkan ketidakefektifan jaringan (4064)
dengan Hb, penurunan konsentrasi perifer dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Cek warna kulit dam
Hb dalam darah a. Suhu kulit dalam batas normal temperatur
b. Tekanan darah dalam rentang normal 2. Cek capilery refill
c. Tidak adanya tanda-tanda sianosis 3. Jaga kehangatan klien
Tujuan 4. Monitor status cairan,
Indikator Awal
1 2 3 4 5 masukan dan keluaran
Suhu kulit ujung 5. Monitor lab Hb dan Hmt
kaki dan tangan 6. Monitor tanda-tanda vital
Tekanan darah 7. Berikan transfusi darah
sistolik yang sesuai
Tekanan darah
diastolik
Nilai rata-rata
tekanan darah
Keterangan
1. Deviasi berat dengan kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dengan kisaran
normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x NIC: Manajemen Nutrisi
dari kebutuhan tubuh b.d 24 jam, diharapkan nutrisi pasien seimbang dengan (1100)
inadekuat intake makanan kriteria hasil: 1. Tentukan status gizi
NOC: Status nutrisi : Asupan Makanan dan pasien dan kemampuan
Cairan pasien untuk memenuhi
Tujuan kebutuhan gizi
Indikator Awal
1 2 3 4 5 2. Tentukan apa yang
Asupan makanan menjadi preferensi
secara oral makanan bagi pasien
Asupan cairan secara 3. Intruksikan pasien
oral mengenai kebutuhan
Asupan cairan nutrisi (piramida
intravena makanan)
Keterangan: 4. Tentukan jumlah kalori
1. Tidak adekuat dan jenis nutrisi yang
2. Sedikit adekuat dibutuhkan untuk
3. Cukup adekuat memenuhi persyaratan
4. Sebagian besar adekuat gizi.
5. Sepenuhnya adekuat 5. Berikan pilihan makanan
dan bimbingan terhadap
NOC: Status Nutrisi : Pengukuran Biokimia pilihan makanan.
Tujuan 6. Ciptakan lingkungan yang
Indikator Awal bersih, berventilasi, santai
1 2 3 4 5
Hematokrit dan bebas dari bau
Hemoglobin menyengat.
Gula darah
Serum albumin
Serum kreatinin
Hitung limfosit
Keterangan:
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang norma
5. Tidak menympang dari rentang normal
3. Defisit perawatan diri b.d NOC: Status Perawatan Diri (0313) NIC:
kelemahan Bantuan Perawatan Diri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (1800)
2x24 jam kelurga klien dapat memenuhi kebutuhan 1. Pertimbangkan budaya
perawatan diri klien dengan kriteria hasil: klien untuk meningkatkan
a. Klien mandi sendiri/dibantu keluarga aktivitas perawatan diri
b. Klien makan sendiri/dibantu keluarga 2. Monitor kemampuan
c. Keluarga mampu mempertahankan kebersihan diri perawatan diri secara
klien mandiri oleh klien
Tujuan 3. Monitor kebutuhan klien
Indikator Awal
1 2 3 4 5 terkait dengan alat bantu
Mandi dan keluar untuk perawatan diri
dari kamar mandi 4. Berikan lingkungan yang
Mengambil alat/ terapeutik dengan
bahan mandi memastikan lingkungan
Mendapatkan air yang mampu menjaga
mandi privasi klien
Keterangan: 5. Berikan bantuan hingga
1. Sangat terganggu klien mampu melakukan
2. Banyak terganggu perawatan diri secara
3. Cukup terganggu mandiri
4. Sedikit terganggu 6. Lakukan pengulangan
5. Tidak terganggu yang konsisten terhadap
rutinitas kesehatan
7. Ajarkan keluarga untuk
mendukung kemandirian
klien dengan cara hanya
membantu ketika klien
benar-benar tidak mampu
melakukannya
BERITA ACARA
Pada hari ini, Jum’at tanggal 20 bulan April tahun 2018 jam 09.00 s/d 09.30 WIB
bertempat di Ruang Catleya RSD dr. Soebandi Jember telah dilaksanakan
Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang “Nutrisi untuk Penderita Anemia”.
Kegiatan ini diikuti oleh ... orang (daftar hadir terlampir).
Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp. Kep. MB Ns. Sujarwanto, S.Kep., M.Si.
NIP. 19840102 201504 1 002 NIP. 19710221 199603 1 003
DAFTAR HADIR
Pembimbing Klinik
Ruang Catleya
RSD dr. Soebandi Jember