ABSTRAK
Cost Volume Profit Analysis mengkaji hubungan antara laba, volume, dan biaya
yang terjadi dalam satu periode akuntansi hotel. Kajian atas hubungan variabel-
variabel tersebut dapat memberikan informasi kepada manajemen untuk biaya-biaya
yang terjadi serta volume yang harus dihasilkan untuk mencapai target laba tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti Cost Volume Profit di Grand Hyatt Nusa Dua
tahun 2010 – 2013. Teknis analisis data yang digunakan adalah metode pemisahan
dengan titik tertinggi dan terendah, break event point, margin of safety, analisis
target laba. Data-data yang dipakai dalam teknik analisis data adalah volume
operasional penjualan dan biaya yang terjadi di tahun 2010 – 2013. Dilihat dari data-
data di atas dapat ditemukan mengenai laba Grand Hyatt Nusa Dua yang terealisasi
pada tahun 2010 sebesar Rp. 52.344.194.204, tahun 2011 sebesar Rp.
69.990.945.341, tahun 2012 sebesar Rp. 124.184.682.346, tahun 2013 sebesar Rp.
206.239.585.841, serta dapat dilakukan perhitungan mengenai volume penjualan di
tahun 2014 sebesar Rp. 1.133.702.458.756. Titik impas yang didapatkan di tahun
2010 sebesar Rp. 504.045.257.889, tahun 2011 sebesar Rp. 557.029.228.981, tahun
2012 sebesar Rp. 619.110.085.730, tahun 2013 sebesar Rp. 776.933.111.685. Batas
keamanan penjualan yang boleh turun di tahun 2010 sebesar Rp. 68.226.732.811,
tahun 2011 sebesar Rp. 90.689.606.059, tahun 2012 sebesar Rp. 164.648.197.506,
tahun 2013 sebesar Rp. 299.633.868.941. Disarankan Grand Hyatt Nusa Dua dapat
melakukan penjualan diatas titik impas untuk menghindari kerugian dan meningkatkan
operasional penjualan dalam jumlah tertentu untuk bisa memperoleh laba.
ABSTRACT
Cost Volume Profit Analysis examines the relationship between income,
volume, and costs incurred in the accounting period the hotel. A study of the
relationship of these variables can provide information to management for cost
incurred as well as the volume that must be generated to reach a certain profit
target. This study aims to research the Cost-Volume-Profit at the Grand Hyatt
Nusa Dua in 2010 – 2013. The technique of data analyzing applied here is a method
of separation the highest and lowest point, break even point, margin of safety,
profit target analysis. The data used in data analysis technique are the volume of
hotel sales operations and costs incurred in 2010 to 2013. As seen from the above
data can be found on breakeven point obtained in 2010 amounted Rp.
504.045.257.889, in 2011 amounted Rp. 557.029.228.981, in 2012 amounted Rp.
619.110.085.730, in 2013 amounted Rp.776.933.111.685. And the limit of sales
security that may fall by Rp. 68.226.732.811 in 2010, in 2011 amounted Rp.
90.689.606.059, in 2012 amounted Rp. 164.648.197.506, in 2013 amounted Rp.
299.633.868.941. The profit Grand Hyatt Nusa Dua which is realized in 2010
amounted Rp. 52.344.194.204, in 2011 amounted to Rp.69.990.945.341, in 2012
amounted Rp. 124.184.682.346, in 2013 amounted Rp.206.239.585.841, as well as can
be done regarding the calculation of the volume of sales in 2014 amounted Rp.
1.133.702.458.756. It’s suggested that Grand Hyatt Nusa Dua can make sales above
break even point to prevent from losses and increase of hotel sales operations in
order to be profitable.
1. PENDAHULUAN
Perusahaan didirikan bertujuan untuk memperoleh laba yang optimal sehingga
salah satu perencanaan yang dibuat pihak manajemen adalah perencanaan laba.
Perencanaan laba berisikan langkah-langkah yang akan ditempuh perusahaan untuk
mencapai besarnya target laba yang diinginkan. Karena laba merupakan selisih antara
pendapatan yang diterima dari hasil penjualan dengan biaya yang dikeluarkan, maka
perencanaan laba dipengaruhi oleh perencanaan penjualan dan perencanaan biaya.
Untuk membuat perencanaan laba yang baik, maka diperlukan alat bantu berupa
analisis biaya volume laba (Cost Volume Profit atau CVP).
Salah satu elemen analisis biaya volume laba (Cost Volume Profit atau CVP) yang
penting adalah analisis titik impas (Break Event Point Analysis). Analisis break event
adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui penjualan minimum agar suatu usaha
tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba dengan kata lain labanya
sama dengan nol. Dengan melakukan analisis break event, manajemen akan
memperoleh informasi tingkat penjualan minimum yang harus dicapai, agar tidak
mengalami kerugian. Dari analisis tersebut, juga dapat diketahui sampai seberapa
jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Pada penyusunan anggaran biaya, manajemen hotel melihat anggaran biaya tahun
lalu kemudian disesuaikan dengan harga sekarang. Namun dalam anggaran biaya,
71
Vol.10, No.1. 28 Februari 2015 ISSN 1978-6069
Pada grafik biaya volume laba (CVP), volume per unit digambarkan dalam sumbu
horizontal dan nilai uang dalam sumbu vertikal. Margin of safety adalah kelebihan
dari anggaran penjualan atau penjualan yang aktual di atas penjulan titik impas
(Garrison dan Noreen, 2000). Margin of safety dapat digunakan untuk menentukan
sejauh mana jumlah penurunan penjualan sampai titik impas atau titik dimana tidak
terjadi kerugian dan juga laba. Dengan kata lain, berapa pun penurunan penjualan
yang terjadi sepanjang dalam batas-batas tersebut perusahaan tidak akan menderita
kerugian.
73
Vol.10, No.1. 28 Februari 2015 ISSN 1978-6069
2. METODELOGI PENELITIAN
Untuk pemecahan masalah dalam penelitian ini diperlukan analisis terhadap data
yang terkumpul, dimana analisis yang dipergunakan adalah:
1) Metode regresi kuadrat terkecil (Least squares regression)
Dapat digunakan untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya tetap
dan biaya variabel. Metode ini menggunakan bantuan program Microsoft Excel
2007 dalam melakukan pemisahan biaya tersebut. Untuk memisahkan biaya
semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel (Mulyadi, 2009) dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
Y=a+bX
Keterangan :
X = Tingkat aktivitas (variable independent)
Y = Total biaya semi variabel (variable dependent)
a = Total biaya tetap
b = Biaya variabel per unit aktivitas
n = Jumlah observasi
Σ = Jumlah total observasi
2) Analisis titik impas (Break even point)
Dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan dengan tingkat laba nol,
dapat dicari dengan menggunakan rumus (Mulyadi, 1993):
Keterangan :
FC = Biaya tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel per unit (Variabel Cost)
S = Volume Penjualan
P = Harga Jual Per unit
3) Analisis titik keamanan (Margin of safety)
Dapat digunakan untuk menentukan sejauh mana jumlah penurunan penjualan
sampai titik impas atau titik di mana tidak terjadi kerugian dan juga laba. Rumus
untuk menghitung marjin pengaman penjualan adalah (Garrison dan Noreen,
2000):
74
Vol.10, No.1. 28 Februari 2015 ISSN 1978-6069
% MOS
= Rp. 504.045.257.889,-
Berikut ini hasil perhitungan break even point yang terjadi pada tahun 2011 –
2013 seperti terlihat pada Tabel 1., dibawah ini :
Tabel 1
Break Even Point Grand Hyatt Nusa Dua pada
Tahun 2011 – 2013
(dalam Rupiah)
Tahun 2011 2012 2013
Dengan melihat perhitungan dan Tabel 1., dapat diketahui break even point
tahun 2010 sebesar Rp.504.045.257.889,-, tahun 2011 sebesar Rp.
557.029.228.981,- , tahun 2012 sebesar Rp.619.110.085.730,-, dan tahun 2013
sebesar Rp. 776.933.111.685,- yang berarti pada tahun 2010 sampai dengan tahun
2013 perusahaan mampu menutupi seluruh biaya tersebut untuk mencapai titik impas.
Margin of safety merupakan batas keamanan bagi perusahaan dalam hal
terjadi penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam batas-batas tersebut
75
Vol.10, No.1. 28 Februari 2015 ISSN 1978-6069
perusahaan tidak akan menderita kerugian. Margin of safety (tingkat keamanan) pada
Hotel Grand Hyatt Nusa Dua berdasarkan data-data yang telah diperoleh, yaitu
sebagai berikut :
Margin Penjualan = Total Penjualan – Penjualan Impas
= Rp. 572.271.990.700– Rp. 504.045.257.889
= Rp. 68.226.732.811,-
Jika dinyatakan dalam prosentase, maka :
= 11,92%
Tabel 2
Margin Of Safety Grand Hyatt Nusa Dua pada
Tahun 2011 – 2013 (dalam Rupiah)
Tahun 2011 2012 2013
Margin of 90.689.606.059 164.648.197.506 299.633.868.941
Safety
%MOS 14,00% 21,01% 27,83%
Tabel 2., menunjukkan prosentase margin of safety dari tahun 2010 sampai
tahun 2013 diperoleh tingkat keamanan terus mengalami peningkatan dari 11,92%
pada tahun 2010, 14,00% pada tahun 2011, 21,01% pada tahun 2012, dan 27,83% pada
tahun 2013. Semakin tinggi margin of safety suatu perusahaan dikatakan semakin
baik karena rentang penurunan penjualan yang ditolerir adalah lebih besar sehingga
kemungkinan menderita kerugian rendah.
a. Perbandingan antara laba yang direncanakan dengan laba yang terealisasi pada
tahun 2010 – 2013 :
Tabel 3
Perbandingan antara Laba yang Direncanakan dengan
Laba yangTerealisasi pada Grand Hyatt Nusa Dua
Tahun 2010
Laba yang direncanakan : 10,00% x 572.271.990.700 = 57.227.199.070
Laba yang terealisasi : . 9,15% x 572.271.990.700 = 52.344.194.204 -
Selisih 0,85% 4.883.004.866
Tahun 2011
Laba yang direncanakan : 10,00% x 647.718.835.040 = 64.771.883.504
Laba yang terealisasi : 10,81% x 647.718.835.040 = 69.990.945.341-
Selisih (0,81%) (5.219.061.837)
Tahun 2012
Laba yang direncanakan : 15,00% x 837.406.164.706 = 117.563.742.485
Laba yang terealisasi : 15,84% x 837.406.164.706 = 124.184.682.346 -
Selisih (0,84%) (6.620.939.861)
Tahun 2013
Laba yang direncanakan : 15,00% x 1.076.566.980.625 = 161.485.047.094
Laba yang terealisasi : 19,16% x 1.076.566.980.625 = 206.239.585.841-
76
Vol.10, No.1. 28 Februari 2015 ISSN 1978-6069
Tabel 3., menunjukkan proyeksi laba yang ditargetkan pada tahun 2010 dan
tahun 2011 sebesar 10% dari total penjualannya, sedangkan untuk tahun 2012 dan
2013 Grand Hyatt Nusa Dua menetapkan laba 15% dari total penjualannya. Laba yang
terealisasi pada tahun 2010 kurang dari target yang diinginkan yaitu sebesar 0,85%
atau Rp.4.883.004.866,-, tahun 2011 telah melebihi dari target yang diinginkan yaitu
sebesar 0,81% atau Rp.5.219.061.837,-, tahun 2012 telah melebihi dari target yang
diinginkan yaitu sebesar 0,84% atau Rp.6.620.939.861,-, dan pada tahun 2013 telah
melebihi dari target sebesar 4,16% atau dalam rupiah sebesar Rp.44.754.538.748,-.
Hal ini merupakan prestasi bagi Grand Hyatt Nusa Dua selama kurun waktu empat
tahun terakhir untuk terus meningkatkan penjualan serta pengendalian biaya, dan
pada akhirnya bisa meraih laba yang diinginkan serta menjaga prestasi kinerja hotel
selama ini.
Pihak manajemen Grand Hyatt Nusa Dua ingin menaikkan laba sebesar 20% dari
laba tahun 2013 maka pihak manajemen harus dapat mencapai penjualan seperti di
bawah ini :
a. Perencanaan laba pada Grand Hyatt Nusa Dua untuk tahun 2014 dapat
diketahui dengan menggunakan rumus :
= Rp. 1.133.702.458.756,-
77
Vol.10, No.1. 28 Februari 2015 ISSN 1978-6069
2014 apabila pihak hotel menginginkan kenaikkan laba sebesar 20% dari laba tahun
2013 adalah sebesar Rp. 1.133.702.458.756,- . Apabila perusahaan tidak mencapai
penjualan tersebut, maka target laba tidak akan tercapai.
Disarankan Grand Hyatt Nusa Dua dapat melakukan penjualan diatas titik
impas untuk menghindari kerugian. Perusahaan juga harus meningkatkan volume
operasional penjualan dalam jumlah tertentu untuk bisa memperoleh keuntungan
yang direncanakan, serta perusahaan juga harus memperhatikan margin of safety
agar tidak mengalami kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
Bustami, Bastian. Nurlela, 2006, Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi, Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Carter, K.William, 2009, Cost Accounting : Buku 2, Diterjemahkan oleh : Krista,
Salemba Empat, Jakarta.
Garrison and Noreen, 2000, Akuntansi Manajerial : Buku 1, Diterjemahkan oleh : A.
Totok Budisantoso, Salemba Empat, Jakarta.
Horngren, Charles T. Datar, Srikant M. Foster, George, 2008, Akuntansi Biaya :
Penekanan Manajerial, Edisi Kesebelas, Diterjemahkan oleh : Desi Adhariani,
PT.Indeks, Jakarta.
Mulyadi, 1993, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa , Buku I Edisi
II ., Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta
Mulyadi, 2009, Akuntansi Biaya, Edisi ke V Cetakan IX, Unit Penerbit dan Percetakan
STIM YKPN, Yogyakarta.
Supriyono, 1999, Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok ,
Buku I Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.
Wiyasha, I.B.M, 2007, Akuntansi Manajemen untuk Hotel dan Restaurant , Edisi 1,
Andi, Yogyakarta.
78