Anda di halaman 1dari 17

ASKEP MATERNITAS

Jumat, 21 Januari 2011


LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM

1. Persalinan Normal
A. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20-28
minggu dengan berat janin antara 500-1000gr. Persalinan premature adalah persalinan saat
kehamilan 29-36 minggu dengan berat janin antara 1000-2500gr.
Pada saat persalinan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu jalan lahir (tulang dan
jaringan lunak pada panggul ibu), janin dan kekuatan ibu. Kelainan satu atau beberapa faktor
diatas dapat menyebabkan distosia.
(KApita Selekta Kedokteran,2001)
Persalinan normal adalah proses kelahiran bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan ari) yang dapat hidup ke dunia luar dan rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan lain. (Rustam Mohtar, 1998)

B. Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan


Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan
factor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi.
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen.
Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.

2. Teori placenta menjadi tua


Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh
darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser
dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

2. Konsep Dasar Nifas


A. Pengertian Nifas
a. Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berkahir setelah
kira-kira 6 minggu (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
b. Masa puerpenium (nipas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6-8
minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Ilmu Kebidanan,2007).
c. Masa nifas (peurpenium )adalah masa pulih kembali mulai dari persalin selesai samapi alat
kandung kembali seperti semula/pra hamil dan lamanya berlangsung yaitu 6 minggu.
(Obstetri Fisiologi,1998)
d. Masa nifas (poerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).
Jadi masa nifas adalah masa setelah melahirkan sampai alat kandungan kembali seperti
semula/seperti sebelum hamil.
B. Masa nifas/ peurpenium dibagi dalam 3 periode :
1. Puerpenium dini : kepullihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
3. Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi . Waktu untuk sehat sempurna
bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

C. Perubahan-perubahan yang penting pada masa nifas


1. Involusi.
Involusi adalah suatu keadaan dimana uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Segera setelah plasenta lahir, TFU kurang lebih 2
jari dibawah pusat. Pada hari ke-5 TFU setengah pusat. Simpisis dan pada hari ke-12 uterus
sudah tidak teraba lagi diatas simpisis dan setelah 6 minggu uterus sudah mencapai ukuran
normal (Arif Mansjoer, 2000).
2. Luka-luka jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
3. Lochea : cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
- Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kasensa, lanuga, dan mekonium,selama 2 hari pasca persalinan.
- Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
- Lochea serosa : warna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-9 pasca persalinan
- Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu
- Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
- Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya
4. Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman,
konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir,
tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jam dan setelah 7
hari hanya dapat dilalui 1 jari.
5. Payudara
- Keluar kolostrum
- Hiperpigmentasi areola mamae
- Buah dada agak bengkak dan membesar
6. Perineum
Luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
Bila dilakukan episiotomy akan terjadi nyeri pada luka di perineum, menyebabkan ibu takut
BAB dan perih saat kencing
D. Perawatan Pasca Persalinan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya
thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan dan
hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, beergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih penuh dan sulit
tenang, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang
kesulitan miksi dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar, harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi dan timbul
koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau
berikan laksan peroral ataupu perektal. Dengan melakukan mobilasasi sedini mungkin tidak
jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5. Perawatan payudara
- Dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai
persiapan untuk menyusui bayi
- Jika putting rata. Sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap menyusui
agar putting selalu sering tertarik.
- Putting Lecet. Putting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara yang
tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tehink menyusui yang benar, putting
harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin, monilia diterapi dan menyusui pada
payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusui di tunda 24-48 jam dan ASI
dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
- Payudara bengkak. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar karena
bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaanya dengan
menyusui lebih sering, kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian
analgesic.
- Mastitis. Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa
minggu setelah melahirkan. Penetalaksanaan dengan kompres hangat/dingin, pemberian
antibiotic dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
- Abses payudara. Pada payudara dengan abses ASI dipompa, abses di insisi, diberikan
antibiotic dan analgesic.
- Bayi yang tidak suka menyusui. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI yang terlalu
kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi yang menyusui diselang
seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk. Pancaran ASI
yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui,
serta menyusui dengan terlentang dengan bayi ditaruh diatas payudara. Pada bayi dengan
bingung putting, hindari dengan pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk
memberikan pengganti ASI. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI,
usahakan agar bayi terbangun.
- Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan
bayinya.
6. Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya, menyusui
bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang.
Timbul pengaruh lactogen hormone (prolaktin) kembali dan pengaruh oksitosin
mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air susu.
Umumnya produksi ASI berlangsung betul pada hari ke-2-3 pp.
Pada hari pertama, air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih
kental daripada susu, mengandung banyak protein dan globulin
7. Perasaan mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat menggangu selama 2-3
hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara disbanding pprimipara.
Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada sisa selaput
ketuban , sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri. Pasien dapat diberikan
analgesic atau sedative.
8. Latihan senam dapat diberikan mulai hari ke 2 misalnya:
- Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan diatruh di atas dan menekan perut.
Lakukan pernafasan dada lalu pernafasan perut.
- Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali.
- Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan
defekasi.
- Duduklah pada kursi, perlahan bunbgkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh
tumit.
9. Dianjurkan untuk mengambilan cuti hamil
10. Pemeriksaan pasca persalinan
- Pemeriksaan umum : TD, nadi, keluhan, dll
- Keadaan umum : suhu, selera makan, dll
- Payudara : ASI, putting susu
- Dinding perut : perineum, kandung kemih, rectum
- Sekret yang keluar misalnya lochea, flour albus
11. Nasehat untuk ibu post natal
- Sebaiknya bayi disusui
- Bawakan bayi untuk imunisasi
- Lakukanlah KB
- Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan

Ibu diharapkan kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan. Pemeriksaan
dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan payudara dan putingnya, dinding perut
apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih apakah ada rektokel, tonus otot
spingter ani, dan adanya flour albus.
Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca
persalinan dan eklamsia puerpurale.
E. WOC / Pathway

Persalinan

Normal
(Kala I, tindakan episiotomi / tidak)

Respon psikologis Terputusnya kontinuitas


Respon Fisiologis
Resti infeksi

Jaringan dan saraf

Nyeri akut
Kurangnya pengalaman Trauma mekanis

anggota keluarga , Perdarahan trauma kandung ketakutan


bergerak

kemih

Keterbatasangerak
dan aktifitas

Resti kekurangan
volume cairan

kurang pengetahuan Perubahan peran Retensi urine


(kebutuhan belajar menjadi orang tua
mengenai perawatan
Perubahan
eliminasi urine

diri dan bayi)

-
Ketidakefektifanmenyusui

Resti Cedera

Penurunan
Kurangpengetahuan

Tonus otot

Resiko
konstipasi

F. .
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Darah lengkap : Hb , WBC , PLT
b) Elektrolit sesuai indikasi

B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a) Keluhan Utama
Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
b) Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
c) Riwayat Persalinan
 Tempat persalinan
 Normal atau terdapat komplikasi
 Keadaan bayi
 Keadaan ibu
d) Riwayat Nifas Yang Lalu
 Pengeluaran ASI lancar / tidak
 BB bayi
 Riwayat ber KB / tidak
e) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum pasien
 Abdomen
 Saluran cerna
 Alat kemih
 Lochea
 Vagina
 Perinium + rectum
 Ekstremitas
 Kemampuan perawatan diri

f) Pemeriksaan psikososial
 Respon + persepsi keluarga
 Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis , edema / pembesaran jaringan atau distensi
efek – efk hormonal
2. Ketdakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan , pengalaman
sebelumnya , tingkat dukungan , karakteristik payudara
3. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek anastesi , profil darah
abnormal
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan , penurunan Hb ,
prosedur invasive , pecah ketuban , malnutrisi
5. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal , trauma mekanis , edema
jaringan , efek anastesi ditandai dengan distensi kandung kemih , perubahan – perubahan
jumlah / frekuensi berkemih
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan /
penggantian tidak adekuat , kehilangan cairan berlebih ( muntah , hemoragi , peningkatan
keluaran urine )
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot , efek progesteron , dehidrasi , nyeri
perineal ditandai dengan perubahan bising usus , feses kurang dari biasanya
8. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang pemahaman , salah interpretasi tidak tahu sumber – sumber
9. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan perineum

III. PERENCANAAN
1. Dx 1
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan
criteria evaluasi : skala nyeri 0-1 , ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang , tidak
merasa nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit , TD
= 120/80 mmHG , R = 18 – 20 x / menit
Intervensi :
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c. Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi
nyeri secara bertahap.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium
e. Delegasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
2. Dx 2
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui
dengan criteria evaluasi : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI
yang cukup.

Intervesi :

a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi
yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan
mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.

3. Dx 3
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera pada ibu tidak terjadi dengan criteria
evaluasi : ibu dapat mendemonstrasikan prilaku unsure untuk menurunkan faktor
risiko/melindungi harga diri bebas dari komplikasi.
Intervensi :
a. Tinjau ulang kadar Hb dan kehilangan darah waktu melahirkan observasi dan catat tanda
anemia.
Rasional : dapat mengetahui kesenjangan kondisi ibu dan intervensi yang cepat dan tepat
b. Anjurkan mobilitas dan latihan dini secara bertahap
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah
c. Kaji ada hiperfleksia sakit kepala atau gangguan penglihatan
Rasional : bahaya eklamsi ada diatas 72 jam post partum sehingga dapat diketahui dan
diinteraksikan
4. Dx 4
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan KE : dapat
mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda
infeksi.

Intervensi :
a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.

Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi
dengan tepat.

b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.


Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi
tempat berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi.
d. Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
5. Dx 5
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK) dengan
KE : ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK,
jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi :
a. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional : mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional : melatih otot-otot perkemihan.
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.
Rasional : agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.
d. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional : mengurangi distensi kandung kemih.

6. Dx 6
Tujuan : setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan dengan KE : cairan
masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL)
Intervensi :
a. Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.
Rasional : memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan.
b. Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari.
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi.
c. Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.
Rasional : peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi.
d. Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional : penurunan Hb tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL.
7. Dx 7
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan konstipasi tidak terjadi pada ibu dengan KE : ibu dapat
BAB maksimal hari ke 3 post partum, feses lembek.
Intervensi :
a. Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai toleransi dan meningkatkan secara
progresif.
Rasional : membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
b. Pertahankan diet reguler dengan kudapan diantara makanan, tingkatkan makan buah dan
sayuran.
Rasional : makanan seperti buah dan sayuran membantu meningkatkan peristaltik usus.
c. Anjurkan ibu BAB pada WC duduk.
Rasional : mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi pemberian laksantia supositoria.
Rasional : untuk mencegah mengedan dan stres perineal.
8. Dx 9
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang perawatan dini dan bayi
bertambah dengan KE : mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat
melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti perawatan bayi, menyusui,
perawatan perinium.
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal) perubahan fisiologi, lochea,
perubahan peran, istirahat, KB.
Rasional : membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan pada
adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
b. Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat, ari, memandikan dan
imunisasi).
Rasional : menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi sehingga bayi tumbuh dengan
baik.
c. Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
Rasional : memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari.

9. Dx 10
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan gerak dan aktivitas terkoordinasi dengan KE : sudah
tidak nyeri pada luka jahitan saat duduk, luka jahitan perinium sudah tidak sakit (nyeri
berkurang).
Intervensi :
a. Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah.
b. KIE perawatan luka jahitan periniom.
Rasional : mempercepat kesembuhan luka sehingga memudahkan gerak dan aktivitas.
c. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : melonggarkan sistem saraf parifer sehingga rasa nyeri berkurang

IV. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI


Implementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yang ada berdasarkan perencanaan yang
telah dibuat (Doenges M.E, 2001)

V. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
a. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap tindakan
yang dilakukan.
b. Evaluasi sumatif : evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui secara keseluruhan apakah
tujuan tercapai atau tidak.
Evaluasi :1. Nyeri dapat diatasi
2. Menyusui efektif
3. Cidera tidak terjadi
4. Tidak terjadi infeksi
5. Eliminasi urine kembali normal
6. Tidak terjadi kekurangan volumen cairan
7. Konstipasi dapat teratasi
8. Pengetahuan pasien tentang perawatan diri dan bayi meningkat
9. Gerakan tidak terbatas karena nyeri.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif,dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.Jakarta: FKUI
Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Diposting oleh ayu di 04.27


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog
 ▼ 2011 (1)
o ▼ Januari (1)
 LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN POST
PARTUM...

Mengenai Saya
ayu
Lihat profil lengkapku
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai