Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,
perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman hidup
yang nyata.Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik fisik,
emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual.Oleh karena itu bermain merupakan
stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum
dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam
perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan
asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk
menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional
anak (Champbell dan Glaser, 2005).
B. Tujuan
1. Umum
Tujuan umum dari terapi bermain ini adalah untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak usia ( 6-12 Tahun )

2. Khusus :
a. Bagi anak:
1) Dapat mengatur strategi dan kecermatan.
2) Dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan
3) Dapat berlatih bersosialisasi
4) Dapat berlatih bersikap sportif
5) Dapat mengurangi kecemasan dan keteganganv pada anak
6) Dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada
permainan ular tangga dan menghitung titik – titik yang terdapat pada
dadu.
b. Bagi perawat:
1) Membangun trust antara pasien anak dan perawat
2) Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 6-12 tahun

1
3) Mampu mengenal karakter tiap anak usia 6-12 tahun

BAB II
KONSEP TEORI BERMAIN
A. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
2
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk
menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional
anak (Champbell dan Glaser, 2005).
B. Fungsi
1. Perkembangan Sensori
a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
b. Meningkatkan perkembangan semua indra
c. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d. Memberikan pelampiasan kelebihan energi
2. Perkembangan yang intelektual
a. Memberikan sumber – sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.
c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
d. Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
e. Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya
mengasimilasinya kedalam persepsi dan hubungan baru
f. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan
antara fantasi dan realita.

3. Perkembangan sosialisasi dan moral


a. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.
b. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.
c. Mengembangkan keterampilan sosial
d. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain.
e. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.
4. Kreativitas
a. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif
b. Memungkinkan fantasi dan imajinasi
c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
5. Kesadaran diri
a. Memudahkan perkembangan identitas diri
b. Mendorong pengaturan perilaku sendiri
c. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
d. Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan orang
lain.
e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat
mempengaruhi orang lain
3
6. Nilai Teraupetik
a. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat
diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima
c. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara
yang aman.
d. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang
kebutuhan, rasa takut, dan keinginan.
C. Tujuan
1. Untuk melanjutkan tumbuhb kembang yg normal pada saat sakit.Pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.Permainan
adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai perasaan yang
tidak menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.Permainan
akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan sesuatu
seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan di rawat di RS.

D. Prinsip – prinsip Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
1. Perlu ekstra energy
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan
nutrisi yang memadai.Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah
anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik
bermain aktif maupun bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk
bermain umumnya menurun karena energi yang ada dugunakan untuk mengatasi
penyakitnya.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang
cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat

4
permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur
edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman,
bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk
bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat
menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-
temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang
terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam
menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui
cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya membuat
hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara,
atau orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat
menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama orang
tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan
kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya.
Teman diperlukan untuk mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak
dalam memahami perbedaan.

E. Faktor yang Mempengaruhi Bermain


1. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan
dan perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan
memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui
kondisi anak pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan
anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin

5
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan
jenis kelamin laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa
permainan adalah salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini
dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki –
laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
4. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak
mempunyai cukup ruang untuk bermain.
5. Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat
permainan harus aman bagi anak.

F. Alat Permainan Edukatif


Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.Contoh
alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :
1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
2. Motorik halus
Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3. Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
4. Bahasa
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
5. Menolong diri sendiri
Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
6. Tingkah laku sosial
Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak
pasir, bola, tali, dll.

6
G. Klasifikasi Bermain
1. Menurut isi permainan
a. Sosial affective play
Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum
dan tertawa).
b. Sense of pleasure play
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main
air dan pasir).
c. Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak,
khususnya motorik kasar dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan benda).
d. Dramatik Role play
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainanny. (misal: dokter dan perawat).
e. Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan
perhitungan / skor (Contoh : ular tangga, congklak).
f. Un occupied behavior
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek
yang ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh:
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
2. Menurut karakter sosial
a. Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif
untuk ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
b. Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain
sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut
berbeda dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja sama.

7
c. Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak
dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu
dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia toddler.
d. Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak
lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan
tidak jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan
jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).
3. Menurut usia
b. Umur 1 bulan (sense of pleasure play).
 Visual : dapat melihat dgn jarak dekat
 Audio : berbicara dgn bayi
 Taktil : memeluk, menggendong
 Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.
c. Umur 2-3 bln
 Visual : memberi objek terang, membawa bayi keruang yang berbeda
 Audio : berbicara dengan bayi,memyanyi
 Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.
d. Umur 4-6 bln
 Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nonton TV.
 Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras
kertas.
 Kinetik : bantu bayi tengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.
 Taktil : memberikan bayi bermain air.
e. Umur 7-9 bln
 Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta
berbicara sendiri.
 Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang diucapkan
seperti mama, papa.
 Taktil : membiarkan main pada air mengalir.
 Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
f. Umur 10-12 bln
 Visual : memperlihatkan gambar terang dalam buku.
 Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan
menyebutnya.

8
 Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan
anak merasakan angin.
 Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau
didorong, seperti sepeda atau kereta.
g. Umur 2-3 tahun
 Paralel play dan sollatary play
 Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi
kurang (sering merusak mainan)
 Jenis mainan: boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.
h. Preschool 3-5 thn
 Associative play , dramatik play dan skill play.
 Sudah dapat bermain kelompok
 Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macam-macam ukuran.
i. Usia sekolah
 Cooperative play
 Kumpul prangko, orang lain.
 Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
 Dapat belajar dengan aturan kelompok
 Laki-laki : Mechanical
 Perempuan : Mother Role
j. Mainan untuk Usia Sekolah :
 6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis,
mencatat, sepeda.
 8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan
tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.
k. Masa remaja
 Anak lebih dekat dengan kelompok
 Orang lain, musik,komputer, dan bermain drama.

H. Bermain di Rumah Sakit


Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress,
baik bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat
mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama degan petugas
kesehatan selama dalam masa perawatan.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan memberikan
keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan klien dan perawat
2. Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada
anak.
3. Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.

9
4. Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.
Prinsip – prinsip bermain di rumah sakit :
1. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
2. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3. Sesuai dengan kelompok usia.
4. Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan.
5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.
Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :
1. Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan umur
perkembangannya
2. Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi
3. Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak
4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan
kondisi anak

10
BAB III
TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA EDUKATIF UNTUK USIA 6 – 12 TAHUN

A. Deskripsi
Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2
orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak
digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain.
Dalam permainan ular tangga edukatif ini, kelompok memodifikasi papan ular tangga
menjadi kotak – kotak yang berisi gambar – gambar edukatif untuk membantu
pengembangan intelektual anak.
Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut
kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan
jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga,
mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan
ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama
yang mencapai kotak terakhir.
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat
giliran sekali lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.

B. Jenis Permainan
Jenis permainan ini adalah Games. Games adalah permainan yang menggunakan
alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor.

C. Tujuan
1. Umum
Setelah dilakukan tindakan kegiatan bermain pada anak usia sekolah (6 -12 tahun)
selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak dapat bermain sambil belajar cara
mencuci tangan yang baik dan benar.
2. Khusus :
c. Bagi anak:
 Dapat mengatur strategi dan kecermatan.
 Dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan
 Dapat berlatih bersosialisasi
 Dapat berlatih bersikap sportif
 Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak

11
 Dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada permainan
ular tangga dan menghitung titik – titik yang terdapat pada dadu.
d. Bagi perawat:
 Membangun trust antara pasien anak dan perawat
 Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 6-12 tahun
 Mampu mengenal karakter tiap anak usia 6-12 tahun

D. Sasaran
Kriteria Klien
1. Anak yang berumur usia sekolah ( 6-12tahun )
2. Anak kooperatif
3. Anak dengan komunikasi verbal baik

E. Setting Tempat

12
Keterangan : : Leader

: Observer

: Fasilitator

: Anak

F. Uraian Tugas Kelompok


1. Leader : Rudi Hartono
a. Bertugas untuk menjelaskan aturan permainan
b. Memulai dan memimpin permainan
c. Mengatur jalannya permainan
2. Fasilitator: Siti Zuraidatil Apriani, Wan Gunawan, Yeti Rosmiati, Winda Andriana
a. Bertugas mendampingi anak selama permainan
b. Membantu anak apabila mengalami kesulitan saat bermain
c. Membantu leader dalam penyediaan fasilitas permainan
3. Obsever: Taufiq Hidayat
a. Bertugas untuk mengamati jalannya dan respon anak selama permainan
berlangsung.
b. Melakukan evaluasi proses dan hasil permainan

G. Perilaku Anak yang diharapkan


1. Anak dapat mengatur strategi dan kecermatan.
2. Anak dapat mengenal tanda – tanda anak bergizi baik
3. Anak dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan
4. Anak dapat berlatih bersosialisasi dengan teman – temannya
5. Anak dapat berlatih bersikap sportif
6. Anak dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan
7. Anak dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada permainan
ular tangga dan menghitung titik – titik yang terdapat pada dadu.
H. Analisa Kondisi Anak
1. Anak sehat
2. Anak sekolah berusia 6-12 tahun
3. Anak kooperatif
4. Anak antusias

I. Analisa Situasi
13
1. Tempat : Menyesuaikan dengan kesepakatan bersama anak-
anak dusun barat kubur
2. Waktu : 16.00
3. Jumlah peserta : 11 anak
4. Jumlah mahasiswa : 6 orang
5. Peralatan :
a. Alas duduk
b. Alat permainan ular tangga

J. Proses Bermain
No M a h a s i s w a W a k t u P e s e r t a
1 P e r s i a p a n 10 menit
a. Menyiapkan tempat
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak

2 P r o s e s 20 menit
a. Membuka terapi dengan Menjawab salam
mengucapkan salam dan Memperkenalkan diri
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan pada anak Memperhatikan
tentang tujuan dan manfaat
bermain
c. Membaca doa sebelum
memulai permainan
d. Mengajak anak bermain
e. Kalau ingin bertanya atau
menjawab angkat tangan
terlebih dahulu baru
berbicara
f. Mengikuti kegiatan dari awal Bermain bersama dengan
sampai akhir antusias dan
g. Mengevaluasi respon anak mengungkapkan
perasaannya

3 P e n u t u p 10 menit
a. Istirahat Memperhatikan dan
b. Evaluasi kegiatan menjawab salam
c. Meminta anak menceritakan
kegiatan bermain
d. Evaluasi proses dan jalannya
permainan oleh observer

14
e. Memberikan reinforcement
positif untuk anak
f. Berdoa
g. Mengucapkan salam

K. Antisipasi Masalah
1. Bertengkar dengan anak yang lain
a. Lerai anak dari perselisihan. Libatkan fasilitator dalam melerai perselisihan
b. Menanyakan alasan mengapa bertengkar dan memberikan pengertian pada anak
bahwa bertengkar itu tidak baik.
c. Biarkan anak tenang dahulu, jangan memaksa anak untuk melanjutkan permainan
d. ika anak sudah tenang, bujuk anak untuk saling memaafkan dan melanjutkan
permainan
2. Menangis
a. Tanyakan pada anak alasan ia menangis
b. Lakukan pendekatan yang baik untuk menenangkan anak
c. Setelah anak tenang, motivasi untuk melanjutkan permainan

3. Ingin BAK/BAB
a. Sebelum permainan dimulai, anak dipersilahkan untuk BAK/BAB
b. Jika saat permainan berlangsung, anak ingin BAK/BAB maka ditemani oleh
fasilitator
4. Anak tiba – tiba tidak mau bermain
a. Tanyakan pada anak mengapa ia tidak mau bermain
b. Jika memungkinkan, bujuk anak untuk bermain lagi
c. Jika anak mengatakan capai atau lelah, anjurkan anak untuk istirahat dan
bermain dapat dilakukan lain waktu
5. Bosan
a. Berikan permainan selingan, seperti ice breaking dan relaksasi ringan
b. Terapis membuat situasi yang menyenangkan dan meningkatkan motivasi

L. WAKTU PELAKSANAAN
Pokok Bahasa : Terapi Bermain Pada anak sekolah usia 6-12 tahun di Dusun Brat
Kubur Desa Sesela Kecamatan Gunungsari
Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain anak usia sekolah
Judul Terapi Bermain : Bermain Ular Tangga
Tempat : Dusun Brat Kubur RT 04(Posko komunitas XIII-B)
Hari, tanggal : 9 Januari 2018
Waktu : 40 menit
Nama peserta utama
1. An. L
2. An. N
3. An. I
4. An. W
15
5. An. D
6. An. R
7. An. A
8. An. N
9. An. A
10. An. R
11. An. K
M. Proses Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi hasil
3. Evaluasi proses

16
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN BERMAIN

A. HASIL KEGIATAN
Kegiatan terapi bermain dilaksanakan di Dusun Barat Kubur RT 04 Desa Sesela

Kecamatan Gununungsari dilaksanakan pada hari Jum’at 9 Januari 2018 jam 16.30.

Kegiatan terapi bermain ini dilakukan bersama anak-anak yang ada di Dusun Barat

Kubur RT 04 yang berusia 6-12 tahun sebanyak 11 orang. Terapi bermain ular tangga ini

di bagi menjadi 2 Tim yaitu tim 1 untuk anak berusia 6-7 tahun dan tim 2 berusia 8-12

tahun. Proses bermain ular tangga dilakukan dengan menyiapkan alat bermain ular tangga

terlebih dahulu dan menjelaskan cara bermain ular tangga. Sebelumnya yang pertama,

mahasiswa menjelaskan tujuan dari permainan ular tangga yaitu menjadi pemain pertama

yang mencapai petak atau kotak terakhir dengan bergerak dari satu petak ke petak yang

lain hingga mencapai petak terakhir. Hampir semua papan memiliki alur jalan yang

berselang seling. Pada baris pertama bergerak dari kiri ke kanan, dan setelah naik ke baris

berikutnya bergerak dari arah sebaliknya(kanan ke kiri) dan seterusnya. Kedua,

menententukan siapa yang bermain terlebih dahulu. Setiap pemain harus mengocok dadu

untuk melihat siapa pemain yang mendapatkan angka paling tinggi. Siapapun yang

mendapatkan nilai tertinggi akan pemain pertama akan menjadi pemain pertama. Setelah

pemain mendapatkan gilirannya, pemain yang duduk di sebelah kiri akan mendapatkan

giliran bermain. Urutan giliran bermain dari kiri ke kanan. Ketiga, kocok dadu dan

bergeraklah sesuai angka dadu yang didapatkan. Tangga-tangga yang ada di papan

permainan memungkinkan pemain untuk naik kebaris petak yang lebih cepat mencapai

petak akhir. Turunlah saat berhenti di petak ular, tanda ular artinya harus turun petak atau

kotak hingga ujung tubuh ular. Jika berhenti di petak yang dilalui tubuh ular atau berhenti
17
di petak yang memiliki gambar bagian tubuh ular tidak perlu bergerak turun atau naik.

Turunlah di petak yang ada gambar kepala ularnya saja. Keempat, ambil giliran tambahan

jika anda mendapat angka 6, kelima, untuk memenangkan permainan berhentilah tepat di

petak terakhir.
Pemenang dalam permainan terapi bermain ini pada tim 1 di menangkan oleh

An. N dan tim 2 dimenagkan oleh An. W kegiatan terapi bermaian berjalan dengan

lancara dan anak-anak yang bermain sangat antusias sekali. Anak bermain dengan sportif

dan sangat mematuhi semua aturan dalam bermain.


B. EVALUASI KEGIATAN
1. Manfaat bermain ular tangga bagi anak :
a. Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksprolasi alat mainannya
b. anak dapat mengembangkan hubungan sosial, komunikasi dan belajar untuk

sabardan saling menghargai.


c. Anak antusias mengikuti permainan
d. Anak mampu mengatur dalam tinggah lakunya, misalnya jika anak A mendapat

giliran, maka anak B memberikan kesempatan dalam melempar dadu.


e. Anak dapat mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari

orang tua dan guru.


f. Anak dapat berinteraksi dengan anak lain.
2. Evaluasi Struktur

a. Evaluasi dari persiapan, tempat, kontrak waktu yang sudah dilakukan di mulai
dengan leader, Co leader, Observer, dan vasilitator.
b. Vasilitator memberikan permainan ular tangga.
c. Terapi bermain dilakukan di Dusun barat kubur RT.04 Desa sesela Gunungsari.
d. Minta anak untuk bermain ular tangga bersama, memeberikan waktu 30 menit
untuk bermain ular tangga.
3. Evaluasi proses

a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur
b. Co leader dapat membantu tugas leader degan baik
c. Fasilitattor dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
d. 100% anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
18
4. Evaluasi hasil

a. 100% anak merasa aman dan nyaman


b. 100% mampu mengikiuti kegiatan yang dilakukan

19
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan

bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan

berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat

dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara.


Harapan dalam bermain ini yaitu :
1. Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksprolasi alat mainannya
anak dapat mengembangkan hubungan sosial, komunikasi dan belajar untuk sabardan

saling menghargai.
2. Anak antusias mengikuti permainan
3. Anak mampu mengatur dalam tinggah lakunya, misalnya jika anak A mendapat

giliran, maka anak B memberikan kesempatan dalam melempar dadu.


4. Anak dapat mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari orang

tua dan guru.


5. Anak dapat berinteraksi dengan anak lain.

B. SARAN
Diharapkan dengan bermain ular tangga anak mampu memecahkan masalah,

Anak dapat mempelajari nilai benar dan salah, anak dapat berinteraksi dengan temannya

dan anak mampu bermain sportif.

20
DAFTAR PUSTAKA

Noname. (2006). Pengaruh permaianan pada perkembangan anak.


Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

21
DOKUMENTASI

22

Anda mungkin juga menyukai