Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH TERAPI PIJAT SWEDIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN

DARAH PADA PASIEN LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI DI RT 04


DUSUN BARAT KUBUR, DESA SESELA, KECAMATAN GUNUNGSARI,
LOMBOK BARAT

MINI RISET
OLEH :
KELOMPOK I
XIII-B
Program Studi Profesi Ners Aangkatan XIII-B
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram
2017/2018
Latar
Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan
Masalah

Tujuan

Manfaat

Keaslian
Penelitian
LATAR BELAKANG

Menjadi tua atau menua Menurut World Health Usia yang semakin
(aging process) adalah Organization (WHO), bertambah
proses normal yang terjadi seseorang dikatakan kemunduran fisik
secara alamiah sepanjang lansia apabila sudah maupun psikologis
masa kehidupan yang berumur 60 tahun atau (aging proses)
ditandai dengan adanya lebih dan hal yang sama masalah kesehatan pd
perubahan fisik dan tingkah juga disebutkan dalam lansia yaitu Hipertensi
laku sesuai tahap UU No. 13 Tahun 1998 (degenaratif), yang
perkembangan kronologis (Nugroho, 2014; Stanley merupakan penyakit
tertentu. Individu yang & Beare, 2012; Kemenkes kronik akibat gx sistem
memasuki usia tua disebut RI, 2013). sirkulasi darah.
lanjut usia (lansia).
CONT...

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai


tekanan darah persisten dimana tekanan
Tekanan darah tinggi merupakan penyakit
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
kronis serius yang bisa merusak organ
diastolik di atas 90 mmHg (Brunner &
tubuh. Setiap tahun darah tinggi menjadi
Suddarth, 2002). Data tahun 2000
penyebab 1 dari setiap 7 kematian (7 juta per
menunjukkan bahwa sekitar 972 juta (26,4%)
tahun) disamping menyebabkan kerusakan
penduduk dunia menderita hipertensi dan
jantung, mata, otak dan ginjal. Menurut
angka tersebut kemungkinan meningkat
perkiraan badan kesehatan dunia (WHO,
menjadi 29,2% pada tahun 2025. (WHO) .
World Health Organization), sekitar 30%
Prayitno (2000) menyatakan hipertensi
penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya
merupakan penyakit yang menempati urutan
hipertensi (underdiagnose condition). Hal ini
ke tujuh (7) penyebab kematian terbanyak di
disebabkan tidak adanya gejala yang pasti
dunia. Sedangkan untuk skala nasional
bagi penderita hipertensi. (Susilo &
hipertensi diduga sebagai penyebab kematian
Wulandari, 2011).
nomor tiga (3) terbanyak di Indonesia
(Depkes RI, 2007).
CONT...

Tingginya prevalensi hipertensi


Pravelensi Hipertensi di Indonesia pada usia lanjut diduga
: disebabkan oleh hilangnya
1). SKRT : (2006) 29,5% pada usia elastisitas dinding pembuluh
diatas 60 tahun menjadi 37% darah yang disebabkan oleh
(2015) & 42% (2025). aging proses (Perry & Potter, Salah satu terapi
2). RISKESDAS NTB (2007) : 2005). Guna mencegah dampak relaksasi yang dapat
mencapai 32,4% pada usia diatas 60 yang lebih buruk dari hipertensi dilakukan adalah terapi
tahun. maka harus dilakukan tindakan masase (Mutaqqin,
3). Provil Kesehatan NTB (2015) : pencegahan dan pengobatan 2009). Dan terapi pijat
terjadi peningkatan yang cukup agar dapat mengendalikan yang dapat dilakukan
signifikan pada px hipertensi tekanan darah baik dengan cara untuk mengendalikan TD
(17,02%). farmakologi maupun non- adalah terapi pijat
faramakologi. Menurut Kowalski swedia.
4)Berdasarkan data bulan November (2010) salah satu terapi non-
2017, jumlah dusun barat kubur farmakologi yang dapat
sebanyak 129 lansia dan mengalami dilakukan adalah terapi
HT sebanyak 32 lansia. an di RT 04 relaksasi,
barat Kubur yang mengalami
Hipertensi sebanyak 27 orang
Apakah Ada Pengaruh Terapi Pijat Swedia Terhadap
Rumusan
Masalah Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia dengan
Hipertensi di RT 04 Dusun Barat Kubur, Desa
Sesela, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat?

Tujuan Umum
Tujuan Tujuan Khusus

1Bagi Peneliti
Manfaat 2Bagi Institusi Pendidikan
3Bagi Lansia
4Bagi Peneliti Selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep lansia

Konsep tekanan darah

Konsep hipertensi
Kerangka konsep Hipotesis

Teknik pijat swedia


Hipotesis

Ada pengaruh pemberian terapi pijat Swedia


Ha terhadap perubahan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi di RT 04 Dusun Barat Kubur, Desa
Sesela, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat.

Tidak ada pengaruh pemberian terapi pijat Swedia


H0 terhadap perubahan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi di RT 04 Dusun Barat Kubur, Desa
Sesela, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat.
BAB III
METODELOGI
Subjek : PENELITIAN
semua lansia yang menderita
hipertensi di RT 04 Dusun Barat
Kubur, Desa Sesela, Kecamatan
Gunungsari, Lombok Barat.
Populasi:
semua lansia yang tinggal di RT 04
Dusun Barat Kubur, Desa Sesela,
sebanyak 27 orang.
Sampel:
Sampel dlm penelitian ini adalah 13 lansia yang
menderita hipertensi yang tinggal di RT 04
Dusun Barat Kubur, dari sampel 2 menolak.
Total sampel 11 lansia
Telnik Pengambilan Sampel :
Total Sampling Total Sampling

Desain Penelitian:
Quasi Experiment
Identifikasi variabel :
Independen : teknik pijat
swedia
Dependent : hipertensi
pada lansia

Kerangka kerja

Uji analisa data :


uji wilcoxon
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
 Dusun barat kubur merupakan salah satu dusun yang ada di desa
Sesela. Dusun barat kubur terdiri dari 5 RT dengan batasan wilayah:
 Sebelah Utara : Dusun Kapek Bawah

 Sebelah Selatan: Dusun Kebun Bawah

 Sebelah Timur : Dusun Bile Tepung

 Sebelah Barat : Dusun Kebun Lauq

Jumlah KK yang ada di Dusun Barat Kubur yaitu sebanyak 450 KK, dari
hasil survey yang terkaji sebanyak 418 KK dengan jumlah 1.523 Jiwa.
DATA UMUM
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Tabel 4.2 : Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Usia
No Jenis Frekuens Presentase No Usia Frekuensi Presentase
. Kelamin i (%) . (%)

1. Laki-Laki 2 18 %
1. 60-74 10 90

2. Perempuan 9 82 % 2. 75-90 1 10

Total 11 100
Total 11 100 %

Sumber : Data Primer


Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat
bahwa sebagian besar responden pada
bahwa sebagian besar usia responden dalam
penelitian ini adalah berjenis kelamin
penelitian ini adalah 60-74 tahun sejumlah 10
perempuan yaitu sejumlah 9 orang responden
orang (90%).
(82%), sedangkan laki-laki sejumlah 2 orang
(18%).
DATA KHUSUS

Tabel 4.3 Karakteristik responden Tabel 4.4 Karakteristik responden


berdasarkan tekanan darah sebelum berdasarkan tekanan darah setelah
dilakukan terapi pijat swedia dilakukan terapi pijat swedia
Klasifik Frekuen Present Klasifika Frekue Persen
asi si ase (%) si nsi tase
Hipotens 0 0 (%)
i Hipotensi 0 0
Normal 0 0 Normal 3 27
N. 3 27 N. Tinggi 5 45
Tinggi
H. Ringan 2 18
H. 6 55
H. Sedang 1 10
Ringan
H. Berat 0 0
H. 2 18
Sedang Total 11 100
H. Berat 0 0
Total 11 100
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar klasfikasi tekanan darah yang
sebagian besar klasfikasi tekanan darah yang dimiliki dimiliki oleh responden sesudah dilakukan
oleh responden sebelum dilakukan pemijatan dalam pemijatan dalam penelitian ini adalah hipertensi
penelitian ini adalah hipertensi ringan sejumlah 6 ringan sejumlah 2 orang (118%)
orang (55%).
CONT….
Tabel 4.5 Hasil Analisa Pengaruh Terapi Pijat Swedia Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Pada Pasien Lansia Dengan Hipertensi Di RT 04 Dusun Barat Kubur.
Test Statisticsa

Tekanan Darah Sesudah - Tekanan Darah Sebelum


Z -2.936b
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh hasil p value (0,003) < α (0,05) yang
artinya ada pengaruh terapi pijat swedia terhadap perubahan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi di RT 04 Dusun Barat Kubur, Desa Sesela, sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima
Selain berdasarkan hasil analisa dari taraf Asymp. Sig (2-
tailed), hasil tersebut juga dapat dilihat dari nilai Z hitung
yang diperoleh yakni (-2.936b) > Z tabel 1,645 pada α (0,05),
yang artinya ada pengaruh terapi pijat swedia terhadap
perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di
RT 04 Dusun Barat Kubur, Desa Sesela.
CONT…
A. Identifikasi tekanan darah sebelum perlakuan

 Berdasarkan hasil analisa data pada tabel 4.3 terlihat bahwa sebelum diberikan terapi
pijat Swedia dari 11 responden, sebanyak 6 orang (55%) mengalami hipertensi ringan,
hipertensi sedang sebanyak 2 orang (18%) dan terdapat normal tiggi sebanyak 3 orang
(27%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden mengalami hipertensi pada
klasikasi hipertensi ringan atau memiliki tekanan darah antara 140-159 mmHg, dimana
dari data penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi tersebut sebagian besar ditemukan
pada rentang usia 60-74 tahun.
 Menurut Martuti (2009), kurangnya olahraga atau beraktivitas cenderung meningkatkan
tekanan darah. Selain itu Tjokronegoro (2001) menambahkan bahwa tekanan darah yang
lebih rendah dijumpai pada individu yang fisiknya lebih sehat, latihan fisik secara teratur
sangat dianjurkan untuk mencegah hipertensi dan penyakit jantung, sebab lemak tidak
akan tertimbun di dalam tubuh sehingga aliran darah akan lancar.
CONT…
 Faktor yang berpengaruh thdp pathogenesis HT pada lansia (Hadi,2007):
 Peningkatan sensitifitas terhadap asupan natrium,
 Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer dan
 Perubahan ateromatous
 Hal ini sesuai dengan data umum penelitian terkait usia responden menunjukkan bahwa semua
responden yang mengalami hipertensi telah memasuki usia lanjut usia (60 tahun keatas), dimana
sebanyak 11 orang (55%) berada pada rentang usia 60-74 tahun dan sebanyak 9 orang (45%) berada
pada rentang usia 75-90 tahun.
 Seseorang yang telah mencapai usia lanjut, akan mengalami suatu perubahan dalam sistem
kardiovaskuler baik secara anatomi dan fisiologi. Secara anatomi elastisitas pembuluh darah
berkurang. Berkurangnya/hilangnya elastisitas pembuluh darah tersebut juga mengakibatkan
kurang efektifnya pembuluh darah dalam menyuplai darah ke jaringan tubuh. Kurang elastis dan
efektifnya pembuluh darah dalam menyuplai darah dengan pompa jantung yang konstan dapat
menyebabkan tekanan yang meningkat pada dinding kapiler.
CONT…
 Terkait dengan faktor jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
(82%) adalah berjenis kelamin perempuan, sedangkan (18%) responden berjenis kelamin laki-laki. Hal
ini menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih rentan menderita hipertensi, hal
serupa ditemukan pula dalam penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Eksanoto (2013) terkait
kejadian hipertensi pada sejumlah lansia yang berusia 55 tahun di Kelurahan Jagalan, wilayah kerja
Puskesmas Pucangsawit, yang menyatakan bahwa perempuan cenderung menderita hipertensi
daripada laki-laki.
 Pada penelitian tersebut sebanyak 27,5% perempuan mengalami hipertensi, sedangkan untuk laki-laki
hanya sebesar 5,8%, hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa setelah menopause, wanita
cendrung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pria pada usia tersebut (Perry & Potter 2005).
Menurut Bustan (2007) angka kejadian hipertensi lebih tinggi pada wanita dibanding pada pria,
penyebabnya karena adanya pengaruh kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi.
CONT…

B. Identifikasi tekanan darah setelah perlakuan


 Berdasarkan hasil analisa data pada tabel 4.4 terlihat bahwa sesudah diberikan terapi pijat Swedia
dari 11 responden, sebanyak 2 orang (18%) mengalami hipertensi ringan, dan dapat dilihat juga
bahwa klasifikasi tekanan darah normal tinggi mengalami peningkatan setelah dilakukan pemijatan,
yakni sejumlah 5 orang (45%), hipertensi sedang sejumlah 1 orang (10%), serta terdapat pula
klasifikasi tekanan darah normal sejumlah 3 orang (27%). Data tersebut menunjukkan bahwa
adanya perubahan status tekanan darah responden setelah diberikan terapi pijat Swedia. Dimana
rata-rata perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi sesudah diberikan terapi
pijat Swedia yakni sebesar 5 mmHg.
 Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terapi pijat Swedia berpengaruh terhadap perubahan
tekanan darah. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Rachmi Primadiati (2002), prinsip utama pijat
Swedia (Swedish massage) adalah melakukan pemijatan pada jaringan lunak tubuh. Sehingga
Swedish massage dapat bermanfat dalam memperlancar peredaran darah, pemulilhan tubuh akibat
kelelahan, serta dapat meningkatkan aliran oksigen dan relaksasi.
CONT…
 Selain itu penelitian ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Izreen Supa’at
dan Zakaria (2013) yang berjudul “Effect Of Swedish Massage Therapy On Blood Pressure, Heart
Rate and Inflammatory Markers In Hypertension Women” yang menyebutkan bahwa dengan
melakukan Swedish massage satu jam per minggu dapat menurunkan tekanan darah, denyut
jantung, dan mengurangi gejala hipertensi pada wanita.
 Penelitin serupa juga dilakukan oleh Dr. Mina Jouzi (2016), dengan judul “Comparing The Effect Of
Two Swedish Massage Techniques On The Vital Sign And Anxiety Of Healthy Women”, dimana hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa terapi pijat Swedia dapat menurunkan tanda-tanda vital
(Tekanan Darah, Nadi, Respirasi Rate) yang terkait dengan kecemasan pada perempuan yang
sehat.
 Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Perry & Potter (2005) yang menyatakan bahwa terapi
pijat dapat digunakan sebagai salah satu terapi untuk menurunkan tekanan darah sistemik. Efek
dari dari terapi pijat adalah meningkatkan elastisitas, mengendurkan otot yang tegang, dan
merangsang pengaktifan kerja saraf parasimpatis sehingga dapat meningkatkan suplai darah
yang kaya O2.
CONT…
C. Analisa Pengaruh Terapi Pijat Swedia Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Pada Pasien Lansia Dengan Hipertensi Berdasarkan Uji Statistik Wilcoxon

 Hasil analisa uji statistik Wilcoxon tentang pengaruh terapi pijat Swedia
terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan
hipertensi di RT 04 Dusun Barat Kubur, didapatkan hasil p value
(0,003) < α (0,05) yang artinya ada pengaruh terapi pijat swedia
terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di RT
04 Dusun Barat Kubur, Desa Sesela
 Selain berdasarkan hasil analisa dari taraf Asymp. Sig (2-tailed), hasil
tersebut juga dapat dilihat dari nilai Z hitung yang diperoleh yakni (-
2.936b) > Z tabel 1,645 pada α (0,05), yang artinya ada pengaruh terapi
pijat swedia terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi di RT 04 Dusun Barat Kubur, Desa Sesela.
CONT…
 Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Smaltzer (2011) bahwa pendekatan non-farmakologis, yang
termasuk didalamnya adalah relaksasi merupakan intevensi wajib yang harus dilakukan pada setiap
terapi hipertensi. Relaksasi merupakan tindakan yang harus dilakukan pada setiap terapi anti-
hipertensi. Apabila tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh darah yang rileks akan terjadi vasodilatasi
pembuluh darah sehingga akan menyebabkan tekanan darah turun dan kembali normal. Menurut
Muttaqin (2009) untuk membuat tubuh menjadi rileks dapat dilakukan dengan beberapa cara dan
salah satunya adalah terapi masase (terapi pijat).
 Hal ini sejalan dengan pendapat Perry dan Potter (2005) yang menyatakan bahwa terapi pijat dapat
digunakan sebagai salah satu terapi untuk menurunkan tekanan darah sistemik. Sehingga pemberian
terapi pijat swedia dapat digunakan kedalam salah satu penalataksanaan non-farmakologis pada
penderita hipertensi, karena dapat memberikan efek relakasasi sehingga tekanan darah kembali
turun dan normal.
BAB V
KESIMPULAN
& SARAN

KESIMPULAN
 Sebelum pemberian terapi pijat swedia pada responden, tekanan darah
responden berada pada kategori hipertensi ringan sebanyak 6 orang (55%).
 Setelah pemberian terapi pijat Swedia pada responden, tekanan darah
responden berada pada kategori hipertensi ringan sebanyak 2 orang (18%)
dengan rata-rata penurunan sebesar 5 mmHg.
 Berdasarkan analisa uji wilcoxon didapatkan nilai p-value (0,003) < α (0,05)),
dan didapatkan pula nilai Z hitung yang diperoleh yakni (-2.936b) > Z tabel 1,645
pada α (0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terapi pijat Swedia
berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah pada pasien lansia dengan
hipertensi di RT 04 Dusun Barat Kubur, Desa Sesela.
CONT…
B. SARAN

1Bagi Institusi Pendidikan


2Bagi Lansia
3Bagi Peneliti Selanjutnya
DOKUMENTASI
CONT….

Anda mungkin juga menyukai