Anda di halaman 1dari 10

tahapan pengaplikasian pada sistem di atas generasi keenam.

Sistem adhesive baru


yang sederhana ini adalah generasi ketujuh dari bahan adhesive.

Ketika sistem bonding dentin digunakan pada gigi permanen, masalah


kebocoran mikro, sensitivitas pasca perawatan dan adhesi yang tidak memadai
dari resin komposit telah dapat diperbaiki. 12 Namun, masih ada masalah dengan
sistem bonding dentin bila digunakan pada gigi sulung.13,14

Sebagian besar generasi awal dari sistem adhesive gigi memerlukan


beberapa langkah seperti etsa, priming dan bonding. Prosedur-prosedur tersebut
umumnya cenderung menyebabkan stres dan merupakan teknik yang sensitif. Jika
beberapa langkah tersebut dihilangkan atau disederhanakan, maka akan
menghemat waktu perawatan dan akan memaksimalkan kenyamanan pasien. Ini
merupakan keuntungan yang besar dalam kedokteran gigi anak karena prosedur
tersebut tidak memakan waktu yang lama untuk pasien anak-anak. Beberapa
langkah dari prosedur bonding akan membuat mereka menjadi tidak sabar dan
karena bahan ini merupakan teknik yang sensitif, maka dapat menyebabkan
terjadinya kegagalan restorasi.

Adhesive generasi keenam memberikan kemampuan sealing yang lebih


baik secara in vitro daripada adhesive generasi ketujuh pada gigi sulung.15 Hanya
ada sedikit penelitian in vivo yang membahas mengenai adhesive dentin pada gigi
sulung. Pengetahuan dasar klinis akan efektivitas dan daya tahan dari generasi
yang lebih baru dari dentin bonding agents sangat penting untuk diketahui,
sebelum mereka mulai digunakan secara teratur dalam kedokteran gigi anak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kemampuan Xeno III
(generasi keenam dentin bonding agent) dan iBond (generasi ketujuh dentin
bonding agent) dalam mengurangi kebocoran mikro di restorasi resin komposit
klas V pada gigi sulung secara in vivo.
METODE

SELEKSI PASIEN

Dua belas anak-anak yang sehat dan kooperatif, berumur antara 8-11
tahun, yang datang ke Department of Pedodontics, Government Dental College,
Trivandrum untuk pemeriksaan dan perawatan gigi rutin diikutsertakan untuk
penelitian ini. Setiap anak yang dipilih memiliki setidaknya dua gigi kaninus
sulung yang sehat yang diindikasikan untuk diekstraksi. Penelitian ini melibatkan
30 gigi kaninus sulung non-karies dari 12 pasien. Gigi yang dipilih dibagi menjadi
dua kelompok eksperimen: Kelompok I dan Kelompok II. Xeno III digunakan
untuk gigi di Kelompok I dan iBond digunakan untuk gigi di Kelompok II. Pada
setiap pasien, preparasi kavitas di satu regio direstorasi dengan menggunakan
Xeno III dan pada regio lainnya direstorasi menggunakan iBond. Persetujuan etik
untuk studi ini diperoleh dari Medical College Ethical Committee, Trivandrum.

KRITERIA PENCAKUPAN

Hanya pasien-pasien yang memenuhi kriteria berikut yang dilibatkan dalam


penelitian ini:
1. Anak-anak berusia antara 8-11 tahun yang mengalami maloklusi klas I
dengan gigi yang berjejal di daerah anterior rahang atas dan/atau rahang
bawah.

2. Pasien yang memiliki status kesehatan yang baik dan bebas dari penyakit
sistemik termasuk kelainan jantung bawaan, gangguan perdarahan, dll..

3. Gigi yang termasuk dalam penelitian ini adalah gigi yang bebas dari
karies, cacat hipoplastik atau malformasi lainnya.

4. Tidak ada mobilitas dari gigi apabila diberi tekanan jari dan gigi tersebut
terbebas dari masalah periodontal.

PREPARASI KAVITAS
Kavitas klas V disiapkan di tengah-tengah permukaan fasial dari gigi
kaninus sulung rahang atas dan/atau rahang bawah. Dua gigi kaninus rahang atas
digunakan pada satu anak, dua gigi kaninus rahang bawah pada delapan anak, dan
semua empat gigi kaninus pada tiga anak yang tersisa. Kavitas berbentuk oval
(2x1,5mm) dengan kedalaman 1,5 mm dipersiapkan menggunakan diamond burs
dengan handpiece berkecepatan tinggi yang dilengkapi water cooling. Panjang
bur tersebut digunakan sebagai panduan untuk kedalaman kavitas. Sebuah bur
baru digunakan untuk preparasi kavitas pada setiap pasien.

RESTORASI

Xeno III digunakan pada Kelompok I (15 gigi) dan iBond digunakan pada
Kelompok II (15 gigi). Sistem adhesive dilakukan secara ketat sesuai dengan
instruksi produsen. Semua kavitas telah direstorasi dengan menggunakan material
komposit yang sama (Esthet X). Para pasien tetap berada di bawah pengawasan
dan kembali setelah empat minggu.

PEMERIKSAAN KEBOCORAN MIKRO

Dua gigi kaninus sulung diekstraksi 4 minggu setelah restorasi. Apeks akar
ditutup dengan sticky wax. Semua permukaan gigi kecuali daerah restorasi dan 1
mm dari margin restorasi ditutupi dengan dua lapis varnish. Gigi direndam dalam
larutan Basic Fuchsin dye 2% selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah gigi
dikeluarkan dari dye, gigi dicuci, dikeringkan dan dipotong dalam arah labio-
lingual melewati tengah restorasi dengan menggunakan diamond disc yang
dilengkapi dengan water cooling. Bagian potongan gigi tersebut diperiksa di Sree
Chitra Tirunal Institute for Medical Sciences and Technology, Biomedical
Technology Wing, Trivandrum, menggunakan sebuah stereomikroskop (Leica,
MZ6, Jerman) pada pembesaran 40x. Foto diambil untuk menilai penetrasi dye
pada margin dari setiap restorasi. Semua prosedur dilakukan oleh penyidik yang
sama.

Tingkat kebocoran mikro dievaluasi dan diberi skor sebagai berikut:


Skor 0 = tidak ada penetrasi dye (Gambar 1)

Gambar 1. Potongan menunjukkan tingkat kebocoran mikro skor 0

Skor 1 = penetrasi dye sepanjang dinding insisal atau gingival yang kurang dari
panjang total dinding (Gambar 2)

Gambar 2. Potongan menunjukkan tingkat kebocoran mikro skor 1

Skor 2 = penetrasi dye sepanjang seluruh panjang dinding insisal atau gingival
(Gambar 3)

Gambar 3. Potongan menunjukkan tingkat kebocoran mikro skor 2

Skor 3 = penetrasi dye sepanjang seluruh panjang dinding insisal atau gingival
serta dinding aksial (Gambar 4)
Gambar 4. Potongan menunjukkan tingkat kebocoran mikro skor 3

Kedua bagian potongan gigi diperiksa sesuai dengan kriteria di atas.


Diantara kedua bagian potongan gigi tersebut, hanya potongan yang kebocoran
mikro-nya paling parah yang diberi skor. Tingkat kebocoran mikro pada kedua
kelompok dibandingkan dengan menggunakan Mann-Whitney U test. Perbedaan
tingkat kebocoran mikro antara dinding insisal dan gingival dalam kelompok yang
sama diuji menggunakan Wilcoxon Signed Rank test. Tingkat signifikansi yang
digunakan, yaitu sebesar p<0,05.

HASIL

Frekuensi skor kebocoran mikro pada Kelompok I dan Kelompok II di


dinding insisal dan gingival ditunjukkan masing-masing pada tabel 1 dan tabel 2.

Tingkat kebocoran mikro pada kedua kelompok dibandingkan dengan


menggunakan Mann-Whitney U test dan hasilnya terdapat dalam tabel 3. Secara
statistik, tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal kebocoran
mikro antara kedua bahan pada kedua kelompok (p>0,05). Perbedaan tingkat
kebocoran mikro antara dinding insisal dan gingival dalam kelompok yang sama
diuji menggunakan Wilcoxon Signed Rank test dan hasilnya terdapat dalam tabel
4. Secara statistik, juga tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara
skor kebocoran mikro di insisal dan dinding gingival pada kedua kelompok (p>
0,05).

Tabel 1. Skor kebocoran mikro untuk Kelompok I (n=15) pada dinding insisal dan
gingival
Skor Kebocoran Mikro
Daerah
0 1 2 3
Insisal 11 3 1 0
Gingival 9 5 1 0

Tabel 2. Skor kebocoran mikro untuk Kelompok II (n=15) pada dinding insisal
dan gingival

Skor Kebocoran Mikro


Daerah
0 1 2 3
Insisal 8 6 0 1
Gingival 7 5 0 3

Tabel 3. Perbandingan skor kebocoran mikro antara Kelompok I dan Kelompok II


pada dinding insisal dan gingival menggunakan Mann-Whitney U test

Daerah U P Signifikansi
Insisal 87,0 0,358 NS*
Gingival 87,50 0,399 NS*
NS* - Non-signifikan (p>0,05)

Tabel 4. Perbandingan tingkat kebocoran mikro antara margin insisal dan gingival
pada Kelompok I dan Kelompok II menggunakan Wilcoxon Signed Rank test

Kelompok Z P Signifikansi
Kelompok I 1,414 0,157 NS*
Kelompok II 1,633 0,102 NS*
NS* - Non-signifikan (p>0,05)
PEMBAHASAN

Tujuan utama dalam tindakan restorasi kedokteran gigi adalah untuk


mengendalikan kebocoran tepi, yang mungkin terjadi karena perubahan dimensi
atau kurangnya adaptasi bahan restorasi terhadap preparasi kavitas. Kebocoran
mikro terutama terjadi sebagai akibat dari adanya polymerization shrinkage pada
restorasi resin komposit.16 Faktor-faktor lain, seperti perbedaan koefisien ekspansi
termal antara resin dan struktur gigi atau adanya rongga atau porositas pada resin,
dapat menyebabkan kebocoran mikro.
Kebocoran mikro digunakan oleh dokter maupun peneliti sebagai tolak
ukur untuk menilai kualitas bahan restorasi dalam lingkungan rongga mulut.17
Beberapa penelitian telah menggunakan berbagai alat untuk mengevaluasi tingkat
kebocoran mikro dan integritas marginal dari restorasi. Penetrasi dye yang diukur
pada potongan gigi yang direstorasi merupakan teknik yang paling umum untuk
mengevaluasi kebocoran mikro pada interface gigi dan restorasi.18,19

Banyak kontroversi yang ditemukan dalam literatur ketika


membandingkan pengujian kebocoran mikro secara in vivo dan in vitro. Selain
itu, terdapat juga keraguan apakah hasil dari penelitian in vitro dapat diterapkan
secara klinis. Penelitian in vitro lebih rentan terhadap penetrasi dye pada interface
resin dan gigi dibandingkan dengan penelitian in vivo.20 Namun, sebenarnya
penelitian in vitro berguna, hanya saja tidak dapat mengetahui kualitas bahan
restorasi seperti pada penelitian in vivo.21 Penelitian ini dilakukan secara in vivo
untuk mempelajari efek dari lingkungan mulut terhadap kemampuan sealing dari
dua sistem self-etching adhesive, yaitu Xeno III dan iBond.

Saat ini, terdapat tiga mekanisme adhesi yang digunakan dalam prosedur
adhesive modern, tergantung pada penanganan terhadap smear layer yang
dihasilkan selama preparasi kavitas.16 Pada kelompok pertama, smear layer masih
terdapat dalam proses bonding. Sedangkan pada kelompok kedua, smear layer
benar-benar dihilangkan. Dalam kelompok ketiga (self-etching primers), smear
layer dan permukaan dentin pada dasar kavitas terdemineralisasi sebagian, tanpa
menghilangkan sisa-sisa smear layer yang terlarut atau membuka orifice tubulus.
Dalam sistem-sistem ini, bonding agent dicampur bersama dengan self-etching
primer sebelum dilakukan aplikasi tunggal (Xeno III). Baru-baru ini,
diperkenalkan sebuah inovasi yang menggabungkan etsa, primer dan adhesive
dalam single bottle (iBond).

Berdasarkan pH dan agresivitas etsa, efek dari self-etching dapat


diklasifikasikan sebagai "kuat", "cukup kuat" dan "ringan". 22 Beberapa adhesive
baru seperti Xeno III dan iBond merupakan adhesive self-etch yang "cukup kuat".
pH mereka adalah sekitar 1,5. Adhesive ini lebih asam daripada adhesive self-
etch yang "ringan", sehingga dapat dicapai ikatan mikromekanik yang lebih baik
pada enamel dan dentin.

Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan secara


statistik dalam hal tingkat kebocoran mikro antara Xeno III dan iBond. Penemuan
ini didukung oleh penelitian in vitro lainnya, 23 yang menyatakan bahwa sealing
terhadap celah tepi dari iBond, yang merupakan generasi ketujuh, one bottle
dentin bonding agent, mirip dengan sistem adhesive dentin generasi terbaru
lainnya.

Meskipun terdapat lebih banyak kebocoran mikro pada margin gingival,


namun tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik yang dicatat dalam hal
tingkat kebocoran mikro antara margin insisal dan gingival untuk dua material
dalam penelitian ini. Penemuan ini sesuai dengan beberapa penulis yang telah
melaporkan hasil yang sama untuk gigi sulung,15 tetapi bertentangan dengan
keyakinan bahwa kebocoran mikro pada margin servikal selalu lebih parah
dibandingkan dengan margin enamel.24

Pada penelitian ini, kedua sistem adhesive, yaitu Xeno III dan iBond,
terbukti tidak dapat benar-benar mencegah kebocoran mikro dari restorasi klas V.
Baik margin insisal dan gingival menunjukkan adanya penetrasi dye, yang
membuktikan bahwa sealing yang hermetik itu tidak ada. Pernyataan ini didukung
oleh penelitian-penelitian lainnya yang telah melaporkan adanya kebocoran mikro
pada penelitian yang menggunakan dentinal bonding agents yang berbeda.25, 26

KESIMPULAN

Penelitian in vivo ini menyimpulkan bahwa:


1. Kedua adhesive yang diujikan dalam penelitian in vivo ini, Xeno III dan
iBond, menunjukkan hasil yang sama baiknya dalam hal kebocoran mikro
pada gigi sulung.
2. Tak satu pun dari kedua sistem adhesive ini yang dapat sepenuhnya
mencegah kebocoran mikro di restorasi resin komposit klas V.
Baik Xeno III maupun iBond, terdapat tingkat kebocoran mikro yang sama pada
margin insisal dan gingival dari kavitas klas V.
Mengingat aplikasi single step dari iBond memiliki kualitas yang mirip, tanpa
memerlukan langkah pencampuran tambahan seperti pada Xeno III, maka akan
lebih nyaman jika menggunakan adhesive generasi ketujuh untuk perawatan
restoratif pada pasien anak. Uji klinis jangka panjang lebih lanjut perlu dilakukan
untuk menilai efikasi sealing dari adhesive dentin terbaru.

REFERENSI

1. Bowen RL, Marjenhoff WA. Dental composites/glass ionomers: The


materials. Adv Dent Res. 1992; 6:44-49.
2. Papathanasiou AG, Curzon MEJ, Fairpo CG. The influence of restorative
material on the survival rate of the restorations in primary molars. Pediatr
Dent.1994; 16:282-288.
3. Rosen M, Melman GE, Cohen J. Changes in a lightcured composite resin
material used to restore primary anterior teeth: an eighteen month in vivo
study. J Dent Assoc S Afr. 1990; 45:251-255.
4. Osborne JW, Summitt JB. Extension for prevention: Is it relevant today? Am
J Dent. 1998; 11:189-196.
5. Kilpatrik NM. Durability of restoration in primary molars. J Dent. 1993; 21:
67-73.
6. Kidd EAM. Microleakage: A review. J Dent. 1976: 4: 199-206.
7. Walton R. Microleakage of restorative materials. Oper Dent. 1987; 12:138-
139.
8. Prati C, Chersoni S, Mongiorgi R, Pashley DH. Resin infiltrated dentin layer
formation of new bonding systems. Oper Dent. 1998; 23:185-194.
9. Bertolotti RL, Laamanen H. Bite formed posterior resin composite
restorations placed with a selfetching primer and novel matrix. Quintessence
Int. 1999; 30:419-422.
10. Opdam NJ, Roeters FJ, Feilzer AJ, Verdonschot EH. Marginal integrity and
postoperative sensitivity in Class II resin composite restoration in vivo. J
Dent. 1998; 26: 555-562.
11. Van Meerbeek B, Inoue S, Perdigao J, et al. In: Fundamentals of Operative
Dentistry. 2nd ed. Carol Stream, III: Quintessence Publishing Co. Inc; 2001;
194-214.
12. Van Meerbeek B, Peuman M, Verschueren M, Gladys S. Braem M.
Lambrechts P. Vanherle G. Clinical status of ten dentin adhesive systems. J
Dent Res. 1994; 73: 1690-1702.
13. Bordin – Aykoryd S, Sefton J, Davies EH. In vitro bond strengths of three
current dentin adhesives to primary and permanent teeth. Dent Mater. 1992;
8: 74-78.
14. Mazzeo N, Ott NW, Hondrum SO. Resin bonding to primary teeth using three
adhesive systems. Pediatr Dent. 1995; 17: 112 -115.
15. Atash R, Vanden Abbeele A. Sealing ability of new generation adhesive
systems in primary teeth: an in vitro study. Pediatr Dent. 2004 Jul-Aug;
26(4): 322-8.
16. Van Meerbeek B, Perdigao J, Lambrechts P, Vanherle G. The clinical
performance of adhesives. J Dent. 1998; 26: 1-20.
17. Bauer JG, Henson JL. Microleakage: a measure of the performance of direct
filling materials. Oper Dent. 1984; 9: 2-9.
18. Taylor MJ, Lynch E. Microleakage. J Dent. 1992; 20:3-10.
19. Alani AH, Toh CG. Detection of microleakage around dental restorations: A
review. Oper Dent. 1997; 22:173-185.
20. Barnes DM, Thompson VP, Blank LW, McDonald NJ. Microleakage of Class
5 composite resin restorations: a comparison between in vivo and in vitro.
Oper Dent. 1993 Nov-Dec; 18(6): 237-45.
21. Sidhu SK, Henderson LJ. Dentin adhesives and microleakage in cervical resin
composites. Am J Dent. 1992 Oct; 5(5): 240-4.
22. Van Meerbeek B, De Munck J, Yoshida Y, et al. Buonocore memorial lecture.
Adhesion to enamel and dentin: current status and future challenges. Oper
Dent. 2003 May-Jun; 28(3): 215-35.
23. Dunn JR. iBond: the seventh-generation, onebottle dental bonding agent.
Compend Contin Educ Dent. 2003 Feb; 24(2 Suppl): 14-8.
24. Castelnuovo J, Tjan AH, Liu P. Microleakage of multi-step and simplified-
step bonding systems. Am J Dent. 1996 Dec; 9(6): 245-8.
25. El-Housseiny AA, Farsi N. Sealing ability of a single bond adhesive in
primary teeth-An in vivo study. Int J Pediatr Dent. 2002; 12:265-270.
26. Pilo R, Ben Amar A. Comparison of microleakage for three one-bottle and
three multiple step dentin bonding agents. J Prosthet Dent. 1999; 82:209-213.

Anda mungkin juga menyukai