Anda di halaman 1dari 11

Abstrak

Kista radikuler merupakan kista odontogenik yang paling sering


ditemukan daripada kista odontogenik lainnya. Kista ini timbul dari sisa-sisa
epitel malassez pada ligamen periodontal sebagai akibat peradangan atau iritasi
kronis dari infeksi saluran akar yang diawali dengan pembentukan granuloma
periapikal dimana terdapat sisa-sisa epitel. Radikuler mempunyai kapsul yang
terdiri dari epitel gepeng yang berlapis, berisi cairan, kadang bercampur nanah,
cairan seropurulen, cairan sanguin purulen. Perawatan kista ini harus dilakukan
dengen cara pembedahan yaitu enukleasi dan marsupialisasi. Selanjutnya luka
operasi ditutup kembali dengan flap mukoperiosteal.
Kata Kunci : Kista Radikuler

Abstract

Radiculer cyst is an odontgenic cyst which most frequently encounterd


than another odontogenic cyst. These cyst grew up from residual of the malassez
epithelium in periodontal ligament as inflammatory effect or chronic iritation
from root canal infection, it start with periapikal granuloma formation that has
epithelium residual. Radicular has a capsule that contains by a plated epithelium,
liquid, purulent, seropurulent, sanguin purulent. The treatment of these cyst has to
do with the surgery, enukleasi and maruspialisasi technique. Furthermore
surgical wound is cover by mucoperiosteal flap.
Keyword : Radicular Cyst

1
BAB I

PENDAHULUAN

Kista diklasifikasikan menjadi 3 kelompok besar yaitu kista pada rahang,

kista yang berhubungan dengan antrum maksila, dan kista jaringan lunak pada

muka, wajah dan leher. Kista odontogenik menrupakan bentuk yang paling umum

dari lesi kista yang mempunyai wilayah maksilofasial. Kista odontogenik adalah

rongga yang berisi caran patologis yang dilapisi oleh epitel odontogenik.

Kebanyakan kista ini memiliki kesamaan dalam segi klinis dan gambaran

radiograi sehingga untuk menegakkan diagnosis dibutuhkan pemeriksaan

tambahan seperti pemeriksaan histologis. Kista odontogenik yang paling sering

terjadi adalah kista radikuler (Mappangara, dkk, 2016).

Kista radikuler adalah sebuah rongga patologis yang dikelilingi epitel,

berisi cairan atau bahan semisolid dan umumnya dikelilingi oleh jaringan ikat

yang tebal. Kista radikuler adalah lanjutan dari periodontitis apikalis kronis,

terkait dengan gigi yang memiliki pulpa nekrotik dan sistem saluran akar

terinfeksi yang berkembang sampai lesi inflamasi periapikal. Rongga kista paling

umum dikelilingi oleh epitel kubus berlapis yang berasal dari sisa-sisa sel epitel

Malassez (Asmah,dkk, 2013).

Kista radikuler terjadi sekitar 52-68% dari semua kista yang

mempengaruhi rahang manusia. Lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan

perempuan dan maksila lebih rentan daripada mandibular. Kebanyakan kista

radikuler kurang simptomatik. Pasien hanya sering mengeluh terjadi

pembesaran/pembengkakan yang berjalan lambat. Namun kista radikuler dapar

2
berkembang menjadi simptomatik ketika terjadi infeksi atau ukuran besar dari

kista yang dapat menekan saraf. Kista radikuler dapat menyebabkan terjadinya

resorpsi tulang, kehilangan jaringan interdental, dan resorpsi akar (Mappangara,

dkk. 2016).

Perawatan kista ini harus dilakukan dengan cara pembedahan. Salah satu

cara perawatan yang dilakukan dengan metode enukleasi. Dengan cara ini seluruh

dinding kista dikeluarkan sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan.

Selanjutnya luka operasi ditutup kembali dengan flap mukoperiosteal (Mawardi,

dkk. 2015).

Gambar 1. Menunjukkan lokasi jaringan sisa malassez yang bertanggung


jawab terhadap timbulnya kista radikuler (G, dkk, 2009).

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Kista radikuler disebut juga kista periodontal, kista periapikal, kista dento

alveolar serta kista apikal periodontal atau kista gigi adalah kista yang

menggambarkan suatu keadaan patologis yang umum dalam perubahan-

perubahan progresive yang berhubungan dengan invasi bakteri dan kematian

pulpa. Kista radikuler berasal dari adanya peradangan sebagai akibat kelanjutan

dari karies gigi. Dimulai dari kerusakan pulpa akibat infeksi, proses peradangan

menyebar ke apikal gigi sehingga membentuk massa peradangan kronis yang

disebut granuloma apikalis. Di dalam granuloma apikalis terdapat sisa-sisa epitel

Malassez yang secara normal terdapat pada ligamentum periodontal. Sisa-sisa

epitel ini berproliferasi secara luas akibat adanya rangsangan reaksi radang kronis.

Kelompok sisa-sisa epitel ini bergabung menjadi satu dan menjadi kistik. Dari sini

dimulai berkembangnya kista radikuler (Mawardi, dkk, 2015).

Kista radikular merupakan jenis kista yang paling umum pada rahang.

Kista ini jarang terlihat sebelum usia 10 tahun, tetapi paling sering terlihat pada

usia 20-60 tahun.Kista ini paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan

perempuan dengan perbandingan 3:2. Kista ini tiga kali lebih sering terjadi pada

rahang atas dibandingkan mandibula. Manifestasi klinis yang digunakan

mendiagnosis periapikal didapatkan dari informasi subjektif yang diperoleh dari

anamnesis pasien, data objektif yang didapatkan dari pemeriksaan gambaran

4
radiografik, hasil observasi langsung, serta pemeriksaan fisik pasien, gigi dan

jaringan sekitar (Asmah, dkk, 2013).

2.2. Gambaran Klinis

Kista radikuler awalnya timbul dengan adanya granulasi apikal. Inflamasi

yang terus menerus akan memicu jaringan sisa Malassez yang terdapat pada

granuloma membentuk kista. Kista radikuler yang kecil biasanya tidak langsung

mengalami infeksi akut, kebanyakan bersifat asimptomatik dan dapat

diidentifikasi melalui pemeriksaan radiologis rutin. Kista yang besar dapat

berekspansi ke tulang, menggeser akar gigi dan krepitasi pada saat daerah alveolar

dipalpasi. Perubahan warna gigi yang nonvital dan respon negatif dari gigi yang

terkena terhadap tes elektrik pulpa atau air es merupakan gejala yang khas. Pada

kista yang terinfeksi timbul gejala nyeri yang berat, sensitif terhadap perkusi dan

pembengkakan pada jaringan di atasnya serta limpadenopati (G, dkk. 2009).

Pada penderita, kecurigaan adanya kista radikuler ditunjukkan oleh

perubahan bentuk muka ekstra oral dan pembengkakan intra oral serta juga

dijumpainya ping pong ball sensation dan fluktuasi pada pemeriksaan klinis dan

adanya cairan kekuning-kuningan pada aspirasi (Mawardi, dkk, 2015).

Rasa sakit dan infeksi merupakan gejala klinis lainnya yang dapat muncul

pada kasus kista radikuler. Kista radikuler tidak akan menimbulkan rasa sakit

kecuali terinfeksi. Kista radikuler sering dihubungkan dengan gigi nonvital dan

terjadi disklorisasi. Ketika kista terbentuk, kavitas kista akan terisi dengan cairan

berwarna cokelat, terkadang juga berwarna keemasan di bawah sinar lampu.

Secara umum ciri khas kista radikuler antara lain berkembang secara perlahan,

tidak akan terbentuk rongga yang sangat besar, tidak disertai nyeri kecuali jika

5
inflamasi ekserbasi akut muncul, tes elektrik (vitalistas) pada gigi (-), gigi

mobility dan tes perkusi pada gigi (+) (Mappangara, dkk, 2016).

2.3. Pemeriksaan Penunjang

2.3.1. Gambaran Radiografi

Pada pemeriksaan radiografi kista radikuler merupakan area yang berbatas

tegas dan berdinding tipis terlihat sebagai daerah radiolusen berbentuk bulat atau

oval pada daerah periapikal dengan ukuran yang bervariasi serta dikelilingi oleh

tepi radiopak pada apeks akar gigi yang non vital, pada tepi luar terlihat lapisan

tipis berupa garis putih dari tulang yang kompak. Gambaran klasik menampakkan

radiologis kista radikuler merupakan radiolusensi bulat atau ovoid yang dikelilingi

oleh tepi radiopak sempit yang luas dari lamina dura gigi yang terlibat (Mawardi,

dkk, 2015).

Pemeriksaan foto gigi (periapikal, oklusal, dan panoramik)

memperlihatkan kista yang mengelilingi ujung akar gigi yang dapat melebar ke

struktur di sekitar yang berbatasan dengannya (G, dkk. 2009).

2.3.2. Pemeriksaan Histopatologis

Hasil pemeriksaan histopatologis menunjukkan bahwa kista radikuler

dilapisi oleh nonkeratinized stratified squamous epithelium. Lapisan epitel

mengalami proliferasi dan diferensiasi. Sel yang mengalami inflamasi pada

proliferasi tepi epithelium sebagian besar terdiri dari leukosit polymorphonuclear

sedangkan jaringan yang berbatasan dengan kapsul terdiri dari sel inflamasi

kronis. Dinding kista radikuler terdiri dari sel epitel, sel plasma, jaringan ikat,

limfosit dan makrofag. Epitel dinding kista adalah epitel berlapis pipih. Netrofil

6
selain didapatkan pada stroma jaringan ikat, kadang-kadang juga terdapat diantara

sel-sel epitel dinding kista radikuler dan di dalam rongga kista yang berdekatan

dengan dinding epitel (Mappangara, dkk, 2016).

Infiltrat sel radang dalam dinding epitel yang berproliferasi terutama

terdiri dari lekosit polimorfonuklear, sedangkan kapsula vibrosa yang berbatasan

terutama yang di infiltrasi oleh sel radang menahun. Kapsula vibrosa kista

radikuler terutama terdiri dari serabut kolagen padat di perper dan jaringan ikat

longgar di dekat lapisan epitel. Biasanya isi cairan berwarna coklat karena

pemecahan sel darah merah dan bila terdapat kristal kolesterol akan berwarna

kuning berkilauan (Mawardi, dkk, 2015).

2.4. Patogenesis Kista Radikuler

Pada umumnya penderita baru mengeluh apabila lesi sudah mencapai

ukuran besar sehingga mengganggu secara estetik maupun fungsional dan dapat

melibatkan kegoyangan serta migrasi gigi tetangga. Hal tersebut dikaitkan dengan

patogenesis kista yang terdiri dari tiga fase, yaitu fase 1 ialah fase inisial, fase 2

yang merupakan fase mulai terbentuknya kista dan fase 3, yaitu fase

perkembangan kista sehingga mencapai ukuran besar. Pada fase 1 diawali dengan

proliferasi sel epitel malassez pada ligamentum periodontal dimana pada fase ini

sudah terjadi perubahan morfologi dan biokimia. Sel-sel yang berploriferasi

selanjutnya akan menunjukkan perubahan rasio antara nukleus dan sitoplas-

manya. Proliferasi epitel selanjutnya akan membentuk pita-pita dan akan diikuti

jaringan fibrovaskuler yang meluas ke dalam epitel sehingga pada penampakan

histopatologik terlihat sebagai rongga dengan dinding jaringan fibrovaskuler.

Pada fase berikutnya, rongga kista dilapisi oleh epitel odontogen yang terdapat

7
pada granuloma periapikal yang berploriferasi dan pada pemeriksaan ultrastruktur

terlihat menempel satu sama lain dengan kandungan desmosom yang lebih sedikit

daripada epitel normal. Kemudian bagian sentral dari massa tersebut akan

mengalami nekrosis sehingga pada kista yang semakin membesar di dalamnya

terdapat akumulasi cairan yang disebabkan terjadinya osmosis (Mawardi, dkk,

2015).

2.5. Perawatan dan Prognosis

Ada dua metode yang digunakan untuk melakukan perawatan pada kista

yaitu enukleasi dan marsupialisasi. Enukleasi adalah menghilangkan lapisan kista

secara keseluruhan. Enukleasi secara umum digunakan jika lapisan kista mudah

dipisahkan dari perlekatan tulang dan kavitas berisi bekuan darah. Enukleasi dapat

dilakukan pada semua kista yang berukuran kecil sampai sedang. Sebuah flap

mukoperiosteal standar dilakukan pada daerah bukal dengan insisi secara vertikal.

Tulang yang telah menipis dihilangkan dengan bone rongeurs atau bur untuk

mendapatkan akses bedah ke saluran cairan. Tepi kista kemudian dipisahkan

dengan periosteal elevator atau kuret dari tulang . Tepi kista ini sebaiknya dikirim

ke bagian histopatologik. Setelah irigasi dengan saline steril, flap dijahit kembali

ke posisi anatomisnya. Jika pengisian saluran akar telah dilakukan, prosedur

apikoektomy sebaiknya dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan penutupan

kembali saluran jika waktunya tepat. Komplikasi pasca operasi jarang ditemukan,

meskipun demikian kerusakan luka dalam kista mandibular yang besar dapat

terjadi. Pasien secara normal menjalani kontrol 4-6 bulan setelah operasi.

Marsupialisasi adalah pengembalian kista seperti semula. Indikasinya, antara lain

pasien kooperatif, jika enukleasi terlalu berisiko, untuk kista radikuler yang besar

8
atau kista dentigerous pada anak. Adapun keuntungan dari teknik marsupialisasi,

antara lain rasa sakit kurang dan pertumbuhan tulang yang diikuti dengan

penyusutan lesi. Adapun kerugiannya, antara lain memakan waktu yang relatif

lama. Marsupialisasi berarti membuat sebuah kantong. Teknik perawatan ini

dilakukan dengan menghancurkan secara menyeluruh kista tersebut. Efek teknik

ini, menghilangkan tekanan pada rongga kista, menghentikan ekspansi yang

berkelanjutan, dan mendorong terjadinya penyusutan tepi atau lapisan kista

dengan adanya pembentukan tulang baru di daerah sekitarnya. Teknik ini

disarankan ketika enukleasi terasa sangat berbahaya terhadap struktur vital seperti

nervus inferior gigi atau ada resiko fraktur selama prosedur enukleasi.

(Mappangara, dkk, 2016).

Mawardi, 2015 mengatakan ada tiga macam cara perawatan kista yaitu

metode enukleasi, marsupialisasi serta kombinasi enukleasi dan marsupialisasi.

Metode perawatan kista radikuler yang paling banyak dilakukan adalah enukleasi.

Cara ini lebih baik daripada marsupialisasi, karena perawatan dan

penyembuhannya lebih cepat. Biasanya pengambilan seluruh dinding kista dapat

dilakukan tanpa mengadakan trauma pada struktur sekitamya. Sehingga dengan

cara ini, seluruh dinding kista diambil, sehingga kemungkinan terjadinya

kekambuhan dapat dicegah. Teknik enukleasi pada penatalaksanaan kista

radikuler pada maksila adalah sebagai berikut:

a. Kaninus di rahang atas karies sampai batas gingiva dan mempunyai kista

yang besar.

b. Permukaan di insisi pada mukoperiosteal flap

9
c. Setelah insisi selesai, periosteal elevator digunakan untuk mengelevasi dan

memisahkan mukoperiosteal flap

d. Flap diperlihatkan dan dipegang kembali dengan allis forceps, sehingga

terlihat tulang kortikal yang tipis

e. Tulang kortikal yang tipis dihilangkan dengan menggunakan end cutting

rongeurs

f. Membran kista dipegang dengan hemostat

g. Dengan kuret membran kista dilepaskan dari kripta tulang

h. Kista telah dienukleasi dengan sempurna dan tepi-tepi tulang dihaluskan

i. Rongga kista diisi dengan iodoform qauze jika rongga kista kecil dan terisi

oleh bekuan darah, dressing ini tidak perlu digunakan

j. Mukoperiosteal flap dikembalikan dan dijahit pada posisinya. Catatan

iodoform qauze didrainase. Untuk lebih jelasnya penatalaksanaan kista

radikuler maksila pada gigi anterior

Prognosisnya baik sekali dan tidak ada kemungkinan rekurensi setelah

enukleasi. Namun kista residual dapat berkembang j ika lesi tidak dienukleasi

dengan sempurna (Mappangara,dkk, 2016).

10
BAB III

KESIMPULAN

Kista radikuler adalah sebuah rongga patologis yang dikelilingi epitel,

berisi cairan atau bahan semisolid dan umumnya dikelilingi oleh jaringan ikat

yang tebal. Pada pemeriksaan radiografi kista radikuler merupakan area yang

berbatas tegas dan berdinding tipis terlihat sebagai daerah radiolusen berbentuk

bulat atau oval pada daerah periapikal dengan ukuran yang bervariasi serta

dikelilingi oleh tepi radiopak pada apeks akar gigi yang non vital. Hasil

pemeriksaan histopatologis menunjukkan bahwa kista radikuler dilapisi oleh

nonkeratinized stratified squamous epithelium. Lapisan epitel mengalami

proliferasi dan diferensiasi. Perawatan kista radikuler yaitu pembuangan dengan

metode enukleasi, marsupialisasi serta kombinasi enukleasi dan marsupialisasi.

11

Anda mungkin juga menyukai