Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“ GLAUKOMA”

DISUSUN

OLEH :

NAMA : YUNI ARISTA


TINGKAT : II.B

DOSEN PEMBIMBING : NI KETUT SUJATI, APP, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN BATURAJA

TAHUN AKADEMI 2018/2019


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN GLAUKOMA
GLAUKOMA adalah penyebab utama kebutaan dimasyarakat barat. Di perkirakan di
amerika serikat ada 2 juta orang yang menderita Glaukoma. Diantara mereka, hampir setengah
nya mengalami gangguan penglihatan, dan hampir 70 ribu benar – benar buta : bertambah
sebanyak 5.500 orang orang buta tiap tahun.
Kebanyakan kasus Glaukoma tidak bergejala sampai sudah terjadi kerusakan ekstensi dan
ireversibel maka pemeriksaan rutin dan skrining mempunyai peran penting dalam mendeteksi
masalah ini dianjurkan bagi semua yang memiliki faktor resiko menderita Glaukoma dan yang
berusia diatas 35 tahun menjalani pemeriksaan berkala pada oftalmologis untuk mengkaji TIO,
lapang pandang, dan kaput nervioptisi.
Glaukoma mengenai semua usia namun lebih banyak sesuai bertambah nya usia,
mengenai sekitar 2% orang berusia diatas 35. Resiko lainnya adalah diabetes, orang amerika
keturunan afrika, yang mempunyai riwayat keluarga penderita Glaukoma, dan mereka yang
pernah mengalami trauma atau pembedahan mata.

B. FAKTOR PENYEBAB
Beberapa faktor yang menyebabkan semakin tingginya resiko bagi pasien untuk menderita
glaucoma adalah sebagai berikut.
a. Faktor usia. Biasanya orang yang berumur 40 tahun ke atas beresiko tinggi mengidap
penyakit tersebut.
b. Faktor keturunan. Bila orang tua sebelumnya menderita penyakit ini maka ada kemungkinan
anak-anaknyapun akan mengalami hal yang sama.
c. Miopia tinggi.
d. Diabetes melitus.
e. Pengobatan steroid jangka panjang.
f. Benturan di daerah wajah.

C. JENIS KLASIFIKASI
Glaukoma di klasifikasikan dalam 2 kelompok : sudut terbuka dan penutupan sudut (dahulu
di sebut sudut tertutup). Pada Glaukoma sudut terbuka, humor aqueus mempunyai akses bebas
ke jaring – jaring trabikula dan ukuran sudut normal. Pada glaukoma penutupan sudut, iris
menutup jari – jari trabikula dan membatasi aliran humor aqueus keluar kamera anterior. Kategori
ini dibagi lebih lanjut menjadi glukoma primer (penyebab tak diketahui, biasanya bilateral yang
mungkin di turunkan) dan glukoma sekunder (penyebab nya di ketahui).
Klasifikasi glukoma dibagi 2 yaitu :
1. Glukoma sekunder
Glukoma dianggap sebagai sekunder bila penyebab nya jelas dan berhubungan
dengan kelainan yang bertanggung jawab pada peningkatan TIO. Secara khas
glukoma jenis ini biasanya unilateral. Dapat terjadi dengan sudut terbuka atau tertutup
maupun kombinasi keduanya
Pada glaukoma sudut terbuka sekunder, peningkatan TIO disebabkan oleh
peningkatan tahanan aliran keluar humor aqueus melalui jaring – jaring trabikuler,
kanalis schlemm, dan sistem vena episcleral, pori – pori trabekula dapat tersumbat
oleh setiap jenis debris, darah, push, atau bahan lainnya.
2. Glukoma primer
Glukoma sudut terbuka primer (dahulu dusebut glukoma simple atau sudut luas)
ditandai dengan atropi syarat optikus dan kapitasi mangkuk psiologis dan devek
lapang pandang yang khas. Glukoma sudut terbuka, tekanan normal ditandai dengan
adanya perubahan meskipun TIO masih dalam batas parameter normal.
Glukoma penutupan sudut primer adalah akibat devek anatomis yang
menyebabkan pendangkalan kamera anterior. Menyebabkan sudut pengalran yang
sempit pada periver iris dan trabekulum. Individu yang menderita glaukoma
penutupan sudut primer sering tidak mengalami masalah sama sekali dan tekanan
intrakulernya normal kecuali terjadi penutupan sudut yang sangat akut ketika iris
berdilitasi, menggulung kesudut dan penyumbat aliran keluar humor aqueus dari
trabekulum
Glukoma penutupan sudut akut merupakan kegawatan medis yang cukup jarang
dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan yang bermakna. Pasien biasanya
mengeluh nyeri mata umum dan berat. Peningkatan tekanan menjadi fungsi dehidrasi
pembukaan endotelkornia, mengakibatkan edema kornea, irisentral biasanya
simpleks atau herpeszoster, atau penyumbatan jaring jaring trabekula oleh material
lensa bahan viskoelastik (digunakan dalam pembedahan katarak), darah, dan
pigmen.
D. PATOFISIOLOGI

Trauma mata

Obstruksi jaringan peningkatan tekanan

Trabekuler Vitreus

Hambatan pengaliran pergerakan iris kedepan

Cairan humor aqueous

TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan saraf optik tindakan operasi

Perubahan penglihatan perifer Trabekulectomy

E. DAMPAK PADA BERBAGAI SISTEM TUBUH


Glaukoma merupakan penyakit mata yang mengakibatkan penglihatan menjadi
berkurang sampai akhirnya mata menjadi buta. Masalah tersebut diakibatkan oleh saluran
cairan yang keluar dari bola mata terhambat. Bola mata kemudian akan membesar
sehingga menekan syaraf mata

F. MANIFESTASI KLINIK
Dalam mempelajari sistem, harus diberikan perhatian khusus terhadap kondisi
berikut yang dapat menyebabkan,memperberat atau menyerupai glaukoma. Tetapi
kerusakannya sering asimetris. Salah satu mata biasanya terpengaruh lebih awal dan lebih
berat dari yang lainnya.
Gejala glaukoma penutupan sudut meliputi nyeri, pandangan kabur mata merah,
dan perubahan bentuk mata. Nyeri okuler mungkin disebabkan oleh peningkatan TIO
cepat,inflamasi, atau akibat efek samping yang ditimbulkan oleh obat (mis spasme otot
silier). Nyeri okuler berat dapat disertai mual, muntah, berkeringat, atau bradikardia. Mata
merah mungkin berhubungan dengan iritis akut, reaksi 0bat, glaukoma neovaskuler,
hipema, perdarahan subkonjungtiva, atau tekanan vena episkleralyang meningkat. Edema
kornea , dapat mengakibatkan pandangan kabur, episodik juga sering dijumpai. Beberapa
pasien merasa ada perubahan penampilan mata, termasuk kornea memburam, pergeseran
okuler, dan perubahan posisi, ukuran atau bentuk pupil.

G. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Penyakit ini menyerang orang yang berusia di atas 35 tahun. Gejalanya Miopia
tinggi, diabetes melitus, benturan di daerah wajah.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Pembedahan

a. Iridektomi perifer.

Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan karena telah
terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika
sudut yang tertutup sebanyak 50%.

b. Trabekulotomi (Bedah drainase)

Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

I. KOMPLIKASI
Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma, glaukoma penutupan sudut
akut adalah suatu kedaruratan medis. agens topikal yang digunakan untuk mengobati
glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat
berupa perburukan kondisi jantung, pernapsan atau neurologi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
a) Usia dan jenis kelamin
b) Riwayat pekerjaan
c) Riwayat trauma
d) Olahraga yang ditekuni saat ini maupun masa lalu
e) Riwayat obesitas
f) Riwayat kelarga terkait osteoarthritis
g) Penyakit yang di alami
h) Keluhan utama

2. Pemeriksaan fisik

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan

2. Makanan/Cairan

Gejala : Mual, muntah (glaukoma akut)

3. Neurosensori

Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang
gelap (katarak).

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan


penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan

Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyempit dan merah /
mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat), Peningkatan air mata.

4. Nyeri/Kenyamanan:

Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis), Nyeri tiba -tiba/berat menetap
atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).

5. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan

B. DIAGNOSA
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori, gangguan
status organ
2. Ansietas b/d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan

C. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, RASIONAL

INTERVENSI IMPLEMENTASI RASIONAL

1. Pastikan derajat / tipe 1. memastikan derajat / tipe 1. mempengaruhi harapan


kehilangan penglihatan kehilangan penglihatan masa depan pasien dan
2. Dorong 2. Mendorong pilihan intervensi
mengekspresikan mengekspresikan perasaan 2. sementara intervensi dini
perasaan tentang tentang kehilangan / mencegah kebutaan,
kehilangan / kemungkinan kehilangan pasien menghadapi
kemungkinan penglihatan kemungkinan atau
kehilangan penglihatan 3. Menunjukkan pemberian mengalami pengalaman
3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh kehilangan penglihatan
tetes mata, contoh menghitung tetesan, sebagian atau total.
menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak Meskipun kehilangan
mengikuti jadwal, tidak salah dosisi. penglihatan telah terjadi
salah dosisi. 4. Melakukan tindakan untuk tak dapat diperbaiki
4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien (meskipun dengan
membantu pasien menangani keterbatasan pengobatan), kehilangan
menangani penglihatan, contoh , krangi lanjut dapat dicegah.
keterbatasan kekacauan, atur perabot, 3. mengontrol TIO,
penglihatan, contoh , ingatkan memutar kepala mencegah kehilangan
krangi kekacauan, atur ke subjek yang terlihat, penglihatan lanjut.
perabot, ingatkan perbaiki sinar suram dan 4. menurunkan bahaya
memutar kepala ke masalah penglihatan kemanan sehubungan
subjek yang terlihat, malam. dengan perubahan lapang
perbaiki sinar suram pandang / kehilangan
dan masalah penglihatan dan
penglihatan malam. akomodasi pupil terhdap
sinar lingkungan
D. EVALUASI

Berdasarkan intervensi keperawatan yang telah dibuat maka hasil yang diharapkan adalah :
1. Klien mendapatkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan dan
mengomunikasikan perubahan visual.
2. Tidak terjadi kecemasan.
3. Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.
4. Tidak terjadi kecemasan
5. Tidak terjadi cedera mata pascaoperasi
6. Nyeri berkurang, hilang, dan terkontrol.
7. Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif,Amin Huda. & Hardhi kusuma.(2015).Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC jilid 2
jakarta:EGC

Thompson, JM, McFarland, GK, Hirsh, JE et al: Mosbys Manualof Clinical Nursing, ed 17.
FA Davis, phidelphia, 1993

Traynor, M: Day case eye surgery. Nursing Times 86(39): 54, 1990

Anda mungkin juga menyukai