Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEGIATAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Oleh:

DISUSUN OLEH :

MELPA RIANTIKA
MERLIYAN DWI LESTARI
MEYSI WULANDARI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDY KEPERAWATAN BATURAJA
2011

0
PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan sudah


demikian pesatnya hingga berdampak pada sumber daya manusia yang menuntut
pelayanan prima. Fenomena ini merupakan hal yang positif dan tantangan bagi
setiap tenaga kesehatan untuk meningkatkan skill dan science dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Bidang pelayanan kesehatan psikiatri
juga terus mengembangkan mutu pelayanan antara lain dengan adanya berbagai
terapi baik medis, modalitas, konseling, psikoterapeutik, pendidikan kesehatan,
perawatan berkelanjutan, perawatan mandiri Activity Daily Living (ADL).
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi medik yang terarah bagi
pasien baik fisik maupun mental dengan mempergunakan aktivitas sebagai
media terapi. Terapi aktivitas kelompok memegang peranan penting dalam proses
penyembuhan klien dan meningkatkan mutu pelayanan. Melalui aktivitas pasien
diharapkan dapat berkomunikasi lebih baik untuk mengekspresikan dirinya dan
kemampuan pasien dapat diketahui secara baik oleh terapis maupun oleh pasien
itu sendiri.
Mengingat pentingnya peranan terapi aktivitas kelompok maka diharapkan
mahasiswa mampu mempunyai keahlian dan ilmu konsep terapi aktivitas
kelompok dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam
pelayanan kesehatan psikiatri.

TAK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI

1
A. Latar Belakang Masalah
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu
bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya
(PPDGJ III, 2001). Menurut Emil Kraepelin, 1986 gangguan ini disebut
Demensia prekoks yang dalam perjalanannya memperlihatkan adanya
deteriorasi dibedakan menjadi katatonik, hebefrenik dan paranoid (Adi
Soekarto,1997). Gejala-gejala yang karakteristik nya meliputi proses
psikologik yang multipel dan dapat digolongkan kedalam: isi dan bentuk pikir,
persepsi, afek, insight, kemauan, hubungan dengan dunia luar, perilaku
psikomotorik.
Salah satu dari gejala pasien dengan skizofrenia adalah gangguan
persepsi. Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsang yang datang
dari luar dan rangsang dari luar itu dapat berupa rangsang penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan dan rabaan (taktil) atau dapat disebut
juga sebagai halusinasi. Pada pasien dengan skizofrenia dapat terjadi berbagai
bentuk halusinasi tetapi terutama adalah halusinasi pendengaran, yang
meliputi suara orang yang berasal dari luar kepalanya. Suara itu mungkin
sudah dikenal dan sering sebagai hinaan atau cacian secara tunggal atau
banyak. Halusinasi terbagi atas 4 macam tingkatan, yang pertama adalah
halusinasi yang bersifat menyenangkan dan datang saat individu sendiri.
Kedua, halusinasi bersifat mencemooh, menjijikkan, mencela, mengutuk dan
menyalahkan. Ketiga, halusinasi sudah mulai memberi perintah, isi halusinasi
mungkin sangat menarik bagi individu dan individu merasa kesepian jika
suara tidak ada. Keempat, halusinasi bersifat mengancam individu jika
individu tidak mengikuti perintah (Intansari.N, 2004).
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi medik yang terarah bagi
pasien baik fisik maupun mental. Penyelenggaraan dan pelaksanaan terapi
aktivitas dilakukan di ruang P10 RSJ Prof. dr. Soeroyo Magelang dimana

2
memiliki kapasitas jumlah 26 tempat tidur dan jumlah total pasien saat ini
adalah 26 orang dimana pasien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi
berjumlah 11 orang (26 %).
Oleh sebab itu berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka
dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol halusinasi
dengan menghardik. Dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi
maka diharapkan pasien dapat mandiri semaksimal mungkin, dapat
berkomunikasi dengan baik serta mampu untuk mengatasi gangguan
halusinasi sehingga dapat membedakan antara halusinasi dengan kenyataan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya terapi aktivitas kelompok ini
terbagi atas:
1. Tujuan Umum
a. Klien dapat mengidentifikasi dan mengenal halusinasi
b. Untuk melihat sejauh mana kemampuan klien dalam mengontrol
halusinasi yaitu dengan meghardik.
c. Membentuk sosialisasi dengan meningkatkan hubungan antar
sesama klien di ruang P10.
d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan konsep diri klien.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi.
b. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
c. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.

C. Kriteria inklusi dan eksklusi terapi aktivitas kelompok


Sesuai dengan teori pada terapi aktivitas kelompok menurut Stuart dan
Laraia (2001) jumlah anggota kelompok adalah 7-10 orang, maka jumlah
klien yang diambil pada terapi ini adalah 7 orang dengan kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:

3
1. Kriteria inklusi
a. Klien yang dirawat di ruang P10
b. Klien berusia 20-50 tahun
c. Klien telah berada pada tahap maintenance
d. Klien mengalami gangguan persepsi halusinasi dan sudah
mampu mengontrol halusinasinya.
e. Klien tidak mengalami gangguan pendengaran atau tuna
rungu dan tuna wicara.
2. Kriteria eksklusi
a. Klien yang masih dalam tahap akut atau krisis.
b. Klien berusia > 50 tahun
c. Klien dari ruang lain atau bangsal lain
d. Klien yang tidak mengalami gangguan persepsi halusinasi

D, Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan dilakukan di ruang P10 pada hari Kamis tanggal 3 Januari 2011
pukul 09.30 WIB sampai dengan 10.30 WIB.

E. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk huruf U
2. Leader berada di depan menghadap klien, fasilitator berada
diantara klien dan observer berada disamping leader
3. Ruangan nyaman dan tenang di teras di seberang bangsal P10

F. Alat
1. Handphone
2. Bola

F. Metode
1. Bermain peran/ demonstrasi menghardik halusinasi
2. Diskusi dan tanya jawab

4
G. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
e. Memilih klien sesuai indikasi
f. Persiapan pembuatan proposal terapi aktivitas kelompok
g. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
h. Menjalin kerjasama dengan kepala ruang P10
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1). Salam terapis kepada klien dengan membuka kegiatan dengan baik
dan memperkenalkan anggota terapis dan tugas masing-masing
2). Klien memperkenalkan diri klien masing-masing

b. Evaluasi/validasi
1). Leader menanyakan perasaan klien saat ini
2). Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi isi, waktu,
situasi dan perasaan.
c. Kontrak
1). Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan satu cara
mengontrol halusinasi
2). Lama kegiatan 45 menit
3). Menjelaskan aturan main, yaitu:
a). Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin pada terapis dengan alasan yang jelas
b). Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c). Pada saat terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
klien wajib memperhatikan
d). Pada saat lagu diputar dan bola dilempar ke teman
disampingnya maka saat kaset berhenti maka klien dengan
membawa bola terakhir yang di beri tugas untuk menceritakan
dan memperagakan cara menghardik halusinasi.

5
3. Tahap kerja
a. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
b. lagu di putar dan bola dilempar ke teman disampingnya sampai dengan
lagu berhenti.
c. Klien yang mendapat tugas di minta untuk berdiri dan terapis meminta
klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami
halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua klien
mendapat giliran.
d. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita dan memperagakannya
dan mengajak semua klien bertepuk tangan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1). Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2). Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1). Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul.
2). Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian
klien.
c. Kontrak yang akan datang
Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk kegiatan selanjutnya
di ruangan.

H. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai tujuan
TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi, kemampuan yang di harapkan
adalah mengatasi halusinasi dengan menghardik.

6
J. Kriteria Evaluasi
Persentase jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang
direncanakan :
- 80 % dari jumlah klien yang direncanakan, mengikuti permainan
- 80% dari jumlah klien mampu memperkenalkan dirinya
- 80% dari jumlah klien mampu mengungkapkan perasaan sebelum dan
sesudah acara
- 80% dari jumlah klien mampu mengungkapkan pengalaman halusinasi
- 80% dari jumlah klien mampu mempraktekkan teknik mengusir
halusinasi
- 75% dari jumlah klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
- 75% dari jumlah klien bersikap tertib dan mematuhi aturan kegiatan

K. Anggota Kelompok:
1. Leader : MELPA RIANTIKA
2. Observer : MEYSI WULANDARI
3. Fasilitator : MERLIYAN DWI LESTARI

L. Laporan Pelaksanaan
1. Kegiatan dilaksanakan pada
Hari Tanggal :
Waktu :
Tempat : ruangan bangsal

2. Jumlah Peserta : 8 orang


Terdiri dari :
 5 orang klien
 3 orang perawat : sebagai leader, observer, dan fasilitator

3. Pelaksanaan

7
- Kegiatan dimulai dengan doa bersama
- Perawat tim TAK mempekenalkan diri diikuti oleh klien peserta
secara berurutan
- Leader menjelaskan bentuk dan tujuan kegiatan
- Leader menjelaskan tata tertib kegiatan
- Leader menanyakan perasaan klien peserta sebelum kegiatan
dimulai
- Leader menjelaskan tentang pengertian halusinasi, beberapa cara
menangani halusinasi
- Leader menjelaskan teknik menghardik atau mengusir halusinasi
- Leader dan Observer memberi contoh tentang cara mengusir
halusinasi
- Leader menanyakan pada klien apakah mereka sudah paham.
- Leader dan observer sekali lagi memberi contoh , karena ada klien
yang belum paham
- Leader memberi instruksi dmulainya permainan.
- Observer menyalakan musik, para peserta menyalurkan bola.
Ketika musik dimatikan, peserta yang kedapatan membawa bola
diminta mempraktekkan cara menghardik, dengan dibantu
fasilitator yang bereran sebagai halusinator. Satu persatu peserta
mendapat giliran mempraktekkan cara menghardik halusinasi.
Semua peserta memberi tepuk tangan sebagai reinforcment positif.
Satu klien ( Klien W) tidak dapat melakukannya, kemudian
diberi tugas menyanyi. Klien mampu melakukan tugas tersebut di
hadapan teman-temannya.
- Ketika leader mendapat giliran mempraktekan, salah seorang klien
( Klien U ) menawarkan diri berperan sebagai halusinator. Klien U
dapat berperan dengan baik. Semua peserta memberi reinforcement
positif (tepuk tangan)
- Leader kemudian menanyakan perasaan semua klien setelah
mengikti permainan.

8
- Leader mempersilakan salah satu klien untuk memimpin doa.
Klien H memimpin doa dengan baik.
- Kegiatan dikhiri dengan salam.

Tabel 1: LEMBAR PENILAIAN OBSERVER


No. Urut Klien Jumlah
yang
No Aspek yang dinilai %
1 2 3 4 5 6 7 memenu
hi
klien yang direncanakan,
1.
mengikuti permainan
mampu memperkenalkan
2. dirinya

mampu mengungkapkan
3. perasaan sebelum acara

mampu mengungkapkan
4. perasaan sesudah acara

mampu mengungkapkan
5.
pengalaman halusinasi
mempraktekkan teknik
6.
mengusir halusinasi
mengikuti kegiatan dari
7. awal hingga akhir

klien bersikap tertib dan


8. mematuhi aturan kegiatan

Jumlah tugas yang mampu


dilakukan tiap klien

9
Keterangan No. Urut Klien:

Daftar Pustaka

Kelliat.B A, 2005, Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok, EGC, Jakarta

Maslim. R, 2003, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta

Nurjannah I, 2004, Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa, Mocomedia,


Yogyakarta

Soekarto. A, 1997, Psikiatri Klinik Ed.3, Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa FK

10
UGM, Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai