Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


PADA Tn. N DENGAN HIPERTENSI
DI POLI DALAM RSUD SLEMAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pembimbing Etik Pratiwi, M.Kep

Kelompok 8:

Disusun Oleh :

Siti Nur Azizah 2620152753 /II C

AKADEMI KEPERERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah II dengan Hipertensi di Poli Dalam


RSUD Sleman disusun memenuhi Tugas Individu PKK KMB II Semester IV ,pada
:
Hari :
Tanggal :
Tempat : Poli Dalam RSUD Sleman

Praktikan

(...................................)

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(.......................................) (.......................................)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang
sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan
terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan
mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya
interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai
penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap
timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka
kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai
penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6%
penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat
pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup
masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti
stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol, dan
makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Hipertensi.
2. Untuk Mengetahui Etiologi Hipertensi
3. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Hipertensi
4. Untuk Mengetahui Klasifikasii Hipertensi
5. Untuk Mengetahui Patofisiologis Hipertensi
6. Untuk Mengetahui Penatalkasanaan Hipertensi
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan konsisten diatas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan
pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali, tekanan darah harus diukur
dalam posisi duduk dan berbaring (Barbadero, 2005)
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang interminten atau
terus-menerus diatas 140/90 mmHg karena fluktuasi tekanan darah terjadi antar
individu dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan ansietas (Marrelli. 2008)
hipertensi didefenisikan sebagai rekanan darah sistolik yang menetap
diatas atau sama dengan 140mmHg atau tekanan darah diastolik yang menetap
diatas atau sama dengan 90 mmHg (Graber, 2005)

B. Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi primer atau essensial yang tidak diketahui penyebabnya atau
idiopatik terdapat sekitar 90% kasus dan banyak penderita tidak
menunjukkan gejala atau keluhan. Berbagai hal seperti faktor genetik,
aktivitas saraf simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme natrium dalam
ginjal, gangguan mekanisme pompa Na (sodium pump) dan faktor renin,
angiotensin, aldosteron serta faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia mempunyai kaitan erat dengan
peningkatan tekanan darah esensial.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui seperti glomerulonefritis, penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskularrenal, hiperaldisteronisme
primer, sindrom chusing, feotromositoma, koarktasioaorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
C. Manifestasi Klinis
1. Mengalami sakit kepala, pusing yang sring dirasakan akibat tekanan darah
naik melebihi normal.
2. Wajah menjadi kemerahan.
3. Detak jantung berdebar – debar.
4. Pandangan mata kabur atau menjadi tidak jelas.
5. Sering buang air kecil dan sulit berkonsentrasi.
6. Mudah kelelahan saat melakukan aktivitas.
7. Sering terjadi mimisan atau perdarahan di hidung.
8. Mengalami vertigo.
9. Sensitif dan mudah marah

D. Patofisiologi
Pengetahuan patofisiologis hipertensi essensial sampai sekarang terus
berkembang, karena belum terdapat jawaban yang memuaskan yang
menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah
dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Beberapa faktor yang
mempengaruhi peningkatan TD pada hipertensi essensial yaitu faktor genetik,
aktivitas tonus simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme Na dalam ginjal,
gangguan mekanisme pompa sodium Na (sodium pump) dan faktor renin,
angiotensis, aldosteron. Patofisiologi di sini lebih mengacu pada penyebabnya.
a. Faktor genetik, dibuktikan dengan banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot apabila salah satunya menderita hipertensi.
b. Peningkatan aktivitas tonus simpatis, pada tahap awal hipertensi curah
jantung meningkat, tahanan perifer normal, pada tahap selanjutnya curah
jantung normal, tahanan perifer meningkat dan terjadilah refleks
autoregulasi yaitu mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan
hemodinamik yang normal.
c. Pergeseran cairan kapiler antara sirkulasi dan intestinal dikontrol oleh
hormon seperti angiotensin (vasopresin) termasuk sistem kontrol yang
bereaksi cepat, sedangkan sistem kontrol yang mempertahankan TD
jangka panjang diatur oleh cairan tubuh yang melibatkan ginjal.
d. Pengaruh asupan garam terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah
jantung dan TD, keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi
kelebihan garam sehingga kembali ke keadaan hemodinamik yang normal.
e. Sistem renin, angiotensin dan aldosteron. Renin distimulasi oleh saraf
simpatis yang berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II yang berefek vasokontriksi. Dengan angiotensin II sekresi
aldosteron akan meningkat dan menyebabkan retensi Na dan air.

E. Pemeriksaan penunjang
1) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2) Pemeriksaan retina
3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6) Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7) Foto dada dan CT scan

F. Pengkajian
1) Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, napas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea,
perubahan irama jantung.
2) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroslerosis, penyakit serebvaskuler, kenaikan tekanan
darah, takikardi, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.

3) Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan
maligna, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi, obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal.
5) Makanan atau cairan
Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterolk, mual
dan muntah, perubahan berat badan, obsesitas, adanya edema.
6) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan,
orientasi pola atau isi bicara, proses pikir atau memori (ingatan), respon
motorik (penurunan kekuatan gangguan tangan), perubahan retinal optik.
7) Nyeri atau ketidaknyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau klaudikasi, sakit kepala,
nyeri abdomen.
8) Pernafasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksisimal, riwayat
merokok, batuk dengan atamu tanpa sputum, distress respirasi atau
penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, cianosis.

G. Diagnosa yang sering muncul


1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
2) Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik.
3) Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
4) Resiko tinggi terhadap penurunan jantung sehubungan dengan
peningkatan afterload vasokontriksi
H. Fokus Intervensi

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral


1. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, beratnya nyeri dan faktor pencetus
2. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetus atau
meningkatkan nyeri
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Ajarkan penggunan teknik non farmakologi

b. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
1) Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara hipertensi dengan
kegemukan
2) Bicara tentang pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi
lemak, garam, gula sesuai indikasi
3) Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.
4) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
5) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi
c. Resiko tinggi terhadap penurunan jantung sehubungan dengan
peningkatan afterload
1) Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3) Akultasi tonus jantung dan bunyi nafas
4) Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau
keributan dan batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai