PENDAHULUAN
kesehatan tersebut dapat dilihat dari dua aspek yakni pemeliharaan kesehatan dan
sembuh dari sakit atau cacat). Sedangkan peningkatan kesehatan mencakup dua
peningkatan kesehatan itu sendiri (Notoatmodjo, 2007). Salah satu upaya preventif
antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten
penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun
akan berkurang (Deslidel, 2011). Program ini sengaja digalakkan oleh pemerintah
guna mencegah penyakit serta menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
karena Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I), seperti, Hepatitis B,
Radang selaput otak, Radang paru paru, Polio, dan Campak sedangkan Imunisasi
DPT adalah imunisasi yang diberikan yang bertujuan untuk mencegah penyakit
1
2
Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai
dunia. Di Asia Tenggara (South East Asia Regional Office) pada Tahun 2011
Indonesia menduduki peringkat kedua dengan 806 kasus difteri setelah India jumlah
kasus difteri 3485 dan Nepal merupakan negara ketiga 94 kasus difteri.
Pada tahun 2010 Indonesia negara kedua tertinggi dengan 432 kasus difteri.
Sedangkan kasus difteri tertinggi pertama di dunia tahun 2011 adalah India dengan
3485 kasus (WHO, 2012). Pada tahun 2011, jumlah kasus difteri di Indonesia
tersebar 18 provinsi dengan total 811 kasus dengan 38 orang meninggal. Kasus
kabupaten/kota yang dengan angka kematian yang cukup tinggi. Kejadian Luar Biasa
(KLB) difteri ditetapkan di Jawa Timur. Tahun 2015 di Kabupaten atau Kota
distribusi kasus difteri pada tahun 2015 meningkat sebanyak 19 dengan nilai CFR
15,79% yang tersebar di beberapa kecamatan, sementara bila dilihat dari pencapaian
imunisasi dasar lengkap tahun 2015 sebanyak 11,567 (77,57%). Capaian ini juga
menurun dibandingkan pada tahun sebelumnya dimana pada tahun 2014 mencapai
bidan setempat didapatkan data terdapat beberapa anak yang belum diimunisasi DPT
2 hal ini dikuatkan dengan wawancara dengan 10 ibu yang tidak mengimunisasikan
anaknya kembali karena anak rewel setelah disuntik, 3 orang mengatakan bahwa
3
saat ini sudah ada tindak lanjut dari petugas kesehatan yang ada namun kurang
optimal karena petugas hanya melakukan pendidikan kesehatan pada saat kegiatan
posyandu berlangsung, padahal banyak orang tua yang tidak hadir saat kegiatan
tersebut. Hal ini didukung dari data UCI dan non UCI diwilayah puskesmas Burneh.
Dibawah ini adalah tabel pencapaian UCI di Puskesmas wilayah Burneh pada bulan
Juli-Juni 2017.
Tabel 1.1 Data UCI di beberapa puskesmas wilayah Burneh yang didapat pada bulan
Januari- Juni 2017
No Desa Jumlah imunisasi lengkap % Capaian Desa UCI/Non UCI
1 Burneh 27 19,68 Non UCI
2 Langkap 21 17,35 Non UCI
3 Benangkeh 40 32,51 Non UCI
4 Alas Kembang 2 4,41 Non UCI
5 Tonjung 34 13,22 Non UCI
6 Arok 0 0,00 Non UCI
7 Kapor 10 39,65 Non UCI
8 Sobih 3 7,83 Non UCI
9 Pangolangan 25 53,88 UCI
10 Perreng 3 7,83 Non UCI
11 Binoh 4 9,22 Non UCI
12 Jambu 8 16,87 Non UCI
Sumber : Puskesmas Burneh, 2017
faktor, pendidikan dan pengetahuan. Tingkat pendidikan responden yang rendah dan
ibu tidak bersedia untuk mengimunisasikan anaknya dengan alasan yang sangat
dipengaruhi oleh faktor kondisi sosio demografi yang terdiri dari usia, pekerjaan
4
sosial ekonomi, budaya dan kondisi wilayah (Depkes RI, 2008).sedangkan menurut
Hidayati (2010) alasan yang menyebabkan ibu tidak melengkapi imunisasi anaknya
Imunisasi itu sendiri sangat penting sebagai upaya pencegahan penyakit pada anak
sampai sekarang pencapaian target cakupan imunisasi pada anak masih tidak sesuai
dengan yang diharapkan yaitu 80-100%. Guna meningkatkan komitmen orang tua
konseling dan pendidikan keluarga (Achmadi, 2006 dalam Astuti et al, 2016).
dengan pencegahan penyakit, tanpa pendidikan kesehatan orang tua tidak dapat
keluarga dalam pengambilan keputusan terkait pilihan kesehatan yang akan diambil.
dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini menggabungkan dua teori
yaitu teori nilai pengharapan dan teori pembelajaran sosial dalam perspekstif
keperawatan manusia dilihat dari fungsi holistik. Konsep ini menekankan bahwa
adalah logis dan ekonomis. Model ini membagi menjadi tiga variabel yang ikut
berpengaruh dalam perilaku kesehatan antara lain sikap yang berhubungan dengan
sehingga sikap dan perilaku kesehatan yang diambil dikembangkan sesuai dengan
harapan.
a. Faktor internal
1) Pengetahuan
menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara berpegang pada
fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan
kepercayaan (belief sistems) dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu bisa
2) Persepsi
objek yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleh beberapa orang, individu
akan melakukan suatu tindakan berdasarkan atas persepsi atau objek stimulus
atau situasi tertentu. Jika seseorang memilki persepsi yang negatif terhadap
imunisasi maka seorang tersebut tidak akan melakukannya begitu juga jika
7
3) Pengalaman
sumber, misalnya petugas kesehatan, guru, teman, media massa (surat kabar,
b. Faktor eksternal
1. Sosial budaya
pendirian yang cukup, misalnya seseorang yang melihat kerabatnya yang tidak
melakukan imunisasi bagi anaknya ternyata tidak ada dampak kesehatan yang
muncul, maka orang tersebut akan lebih cenderung berperilaku yang sama
2. Pendidikan kesehatan
kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut,
imunisasi DPT 2 pada bayi usia dibawah 3 bulan sebelum dan sesudah pemberian
Apakah ada Perbedaan komitmen ibu dalam pemberian imunisasi DPT 2 pada
bayi usia dibawah 3 bulan sebelum dan sesudah pemberian health promotion
bayi usia dibawah 3 bulan sebelum dan sesudah pemberian health promotion model
pada bayi usia dibawah 3 bulan sebelum dan sesudah pemberian health
Hasil yang didapat dalam penelitian merupakan 'evidence base practice' yang
pada bayi usia dibawah 3 bulan sebelum dan sesudah pemberian health promotion
Terdapat beberapa manfaat praktis dari penelilitian yang akan dilakukan, manfaat
a. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat dalam upaya
Penelitian ini dapat dijadikan bahan atau sumber referensi untuk menambah
khasanah pengetahuan dari peserta didik lainnya mengenai hal-hal yang berkaitan
Penelilitian ini dapat dijadikan sumber dan acuan bagi penelitian-penelitian yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Imunisasi aktif menstimulasi sistem imun untuk membentuk antibodi dan respon
lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap
penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat),
ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan
vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman.
Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin
maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya
(Atikah, 2010)
Vaksinasi, yang merupakan imunisasi aktif, ialah suatu tindakan yang dengan
sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi
sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah
mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa. Antigen
12
yang diberikan dalam vaksinasi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
sakit, namun dapat memproduksi limfosit yang peka, antibodi, maupun sel memori
(Ranuh, 2008).
karena imunoglobulin yang diberikan akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh
IgG adalah 28 hari, sedangkan imunoglobulin yang lain (IgM, IgA, IgE, IgD)
memiliki waktu paruh yang lebih pendek. Oleh karena itu, imunisasi yang rutin
diberikan pada anak adalah imunisasi aktif, yaitu vaksinasi (Matondang, 2008)
perlindungan pada individu melainkan juga pada komunitas, terutama untuk penyakit
angka cakupan imunisasi yang tinggi, komunitas tersebut memiliki imunitas yang
tinggi pula. Sehingga kemungkinan terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan
pada generasi yang akan datang. Cakupan imunisasi yang rendah pada generasi
sekarang dapat menyebabkan penyakit semakin meluas pada generasi yang akan
tinggi, penyakit akan dapat dihilangkan atau dieradikasi dari dunia.Hal ini sudah
imunisasi DPT adalah upaya pencegahan primer terhadap penyakit Difteri, Pertusis
dan Tetanus.
dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut
tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja. Imunisasi aktif
merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
prosesinfeksi buatan, sehingga jika benar-benar terjadi infeksi, maka tubuh secara
antibiotik, dan adjuvans. Antigen berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya
semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau
bakteri yang dimatikan). Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur
mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen. Adjuvans terdiri atas garam alumunium
pemberian antibodi yang didapat dari luartubuh, misalnya dengan suntikan bahan
atau serum yang mengandung zat anti dari ibunya selama dalam kandungan.
Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama. Sedangkan
yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
14
plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga
sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Jenis vaksin imunisasi dasar Ada lima
jenis imunisasi yang diberikan secara gratis di Posyandu, yang terdiri dari imunisasi
Hepatitis B, BCG, Polio, DPT-Hib, serta campak. Semua jenis vaksin ini harus
diberikan secara lengkap sebelum anak berusia 1 tahun diikuti dengan imunisasi
lanjutan pada Batita dan Anak Usia Sekolah. Tahun 2013 pemerintah telah
baru lahir untuk mencegah penularan Hepatitis B dari ibu ke anak pada proses
kegagalan fungsi hati dan kanker hati. Vaksin BCG diberikan satu kali pada usia 1
bulan guna mencegah kuman tuberkulosis menyerang paru, dan selaput radang otak
yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan. Vaksin Polio diberikan 4 kali pada
usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk mencegah lumpuh layu. Vaksin
Campak diberikan dua kali pada usia 9 bulan dan 24 bulan untuk mencegah penyakit
serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung. Penyakit Pertusis
berat dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat. Kuman Tetanus mengeluarkan
15
racun yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak
Imunisasi yang wajib diberikan adalah imunisasi yang telah menjadi suatu komitmen
global. Artinya, imunisasi tersebut harus diberikan oleh semua negara di dunia
hepatitis B, rotavirus.
BCG, Polio, DPT-Hib, dan Campak. Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah virus
Hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati, bila berlangsung sampai
dewasa dapat menjadi kanker hati. Imunisasi BCG untuk mencegah tuberkulosis
paru, kelenjar, tulang dan radang otak yang bisa menimbulkan kematian atau
kecacatan. Imunisasi Polio untuk mencegah serangan virus polio yang dapat
Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas, serta
mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung. Penyakit Pertusis berat
dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat. Kuman Tetanus mengeluarkan racun
yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan
bernafas. Bila bayi/ anak tidak diimunisasi maka risikonya lebih besar tertular
dengan cara membentuk zat anti penyakit (antibodi) dengan kadar tertentu yang
disebut kadar protektif (kadar zat anti penyakit yang dapat melindungi). Untuk
mencapai kadar perlindungan tersebut, imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang
telah ditentukan. Jadwal imunisasi terbagi atas jadwal imunisasi dasar dan jadwal
imunisasi ulangan. Ada yang cukup satu kali imunisasi, ada yang memerlukan
beberapa kali imunisasi dan bahkan pada umur tertentu diperlukan ulanganimunisasi.
profesi yang berkecimpung dalam imunisasi setelah melalui uji klinis. Oleh karena
itu, jika ada imunisasi yang belum diberikan sesuai jadwal yang seharusnya, atau
Umur yang tepat untuk mendapatkan imunisasi adalah sebelum bayi mendapat
infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, berilah imunisasi sedini
mungkin segera setelah bayi lahir dan usahakan melengkapi imunisasi sebelum bayi
berumur 1 tahun. Khusus untuk campak, dimulai segera setelah anak berumur 9
bulan. Pada umur kurang dari 9 bulan, kemungkinan besar pembentukan zat
kekebalan tubuh anak dihambat karena masih adanya zat kekebalan yang berasal dari
darah ibu (IDAI, 2014; Suririnah, 2009). Urutan pemberian jenis imunisasi, berapa
kali harus diberikan serta jumlah dosis yang dipakai juga sudah ditentukan sesuai
dengan kebutuhan tubuh bayi. Untuk jenis imunisasi yang harus diberikan lebih dari
sekali juga harus diperhatikan rentang waktu antara satu pemberian dengan
17
pemberian berikutnya. Untuk lebih jelasnya, jadwal imunisasi dijelaskan pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi Rekomendasi IDAI
Umur Vaksin Tempat
kesehatan. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau
Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum adalah segala upaya
pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsur-unsur input
(sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang
diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan,
atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh
biasanya digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seorang yang
mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya
pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan
b) Wawancara
secara kelompok. Dalam penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita
formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu kelompok
Sehingga sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
massa.
oran lain
antara lain:
Model ini mengintegrasikan teori nilai harapan (Expectacy value) dengan nilai
teori kogitif sosial (Social cognitif theory) dalam perspektif keperawatan. (Tomey
Model ini menggabungkan dua teori yaitu teori nilai pengharapan dan teori
holistik. Konsep ini menekankan bahwa sakit membutuhkan biaya yang mahal
Menurut teori nilai harapan, perilaku ssehat bersifat rasional dan ekonomis.
Seseorang akan mulai bertindak dan perilakunya akan tetap digunakan dalam dirinya,
Teori model interaksi yang meliputi lingkungan, manusia dan perilaku yang
c) Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy) teori ini mengemukakan bahwa
4) Pengaturan diri menggunakan standar internal dan reaksi evaluasi diri untuk
5) Refleksi diri, berpikir tentang proses pikir seseorang dan secara aktif
memodifikasinya.
Menurut teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi dan refleksi diri.
orang lain, persuasi verbal dan respon badaniahterhadap situasi tertentu. Kemajuan
Adapun asumsi dari model yang dikembangkan oleh Pender adalah sebagai
berikut:
1) Manusia mencoba menciptakan kondisi agar mereka tetap hidup dan dapat
mengekspresikan keunikannya.
3) Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan mencoba
terus menerus.
a. Definisi Komitmen
kesehatan tertentu, termasuk identifikasi strategi untuk dapat dengan baik (Pender,
atau rencana.
Niat belum merupakan perilaku, sedangkan perilaku adalah tindakan nyata yang
konsep tentang keinginan dan identifikasi strategi yang terencana yang mendukung
intention) masih merupakan suatu keinginan atau rencana. Niat belum merupakan
anaknya yang baik dapat dilakukan melalui pendekatan aplikasi Health Promotion
Model (HPM), yaitu suatu model promosi kesehatan yang dikembangkan oleh
Pender tahun 1996. Model ini memiliki komponen yang terdapat dalam perilaku
spesifik pengetahuan dan sikap, terdiri atas persepsi terhadap manfaat tindakan
2006).
24
Adapun Proporsi dari model yang dikembangkan oleh Pender adalah sebagai
berikut:
5) Pemanfaatan diri yang terbesar akan menghasilkan sedikit rintangan pada perilaku
kesehatan spesifik.
6) Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat
7) Ketika emosi yang positif atau perilaku yang berhubungan dengan perilaku, maka
8) Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu
menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang
sudah ada.
11) Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih
yang lama.
diharapkan ketika tindakan-tindakan lainlebih atraktif dan juga lebih suka pada
nilai, nilai kesehatan. Seseorang yang memiliki informasi kesehatan yang banyak
maka orang tersebut akan bersikap, berprilaku dan patuh dalam melaksanakan
program kesehatan (Perry and Potter, 2009) Komitmen yang tinggi untuk berperilaku
orang tersebut menerima informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa.
Makin banyak informasi yang masuk maka semakin banyak pula pengetahuan yang
Tingkat pendidikan responden yang rendah dan pengetahuannya yang kurang tentang
pencegahan penyakit
27
BAB 3
METODE PENELITIAN
2007). Desain penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah one
group pra post test design dimana peneliti akan mencari hubungan sebab akibat
Tabel 3.1 Rancangan penelitian dengan desain one group pra post test design
Subyek Pra Perlakuan Pasca test
K O I OI
Keterangan :
K : Subyek
O : Observasi sebelum intervensi
I : Pemberian intervensi
OI : Observasi sesudah intervensi
Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan
merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau
variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau intervensi yang diberikan kepada
28
klien (Nursalam, 2014). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan
kesehatan
Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain, variabel ini adalah faktor
yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh
dari variabel bebas (Nursalam, 2014). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Komitmen ibu.
regulation)
3. Persepsi terhadap
kemajuan diri (self
efficacy)
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2014). Menurut Sastroasmoro dan Ismail
yang dikutip oleh Nursalam (2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
yang mempunyai bayi dibawah 3 bulan yang belum imunisasi DPT 2 selama
subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini besar sampel yang diambil dari jumlah
bayi dibawah usia 3 bulan yang belum mendapat DPT 2 berdasarkan hasil studi
pendahuluan populasi sebanyak 44 orang sehingga besar sampel pada penelitian ini
sebanyak:
Z2 N. p.q
n= d² (N-1) +Z ² p.q
n= 43,3576
1,4154
n= 30,63
Keterangan:
n : besar sampel
Z : skor Z pada kepercayaan 95 % = 1.96
P : maksimal estimasi =0,5
d² : tingkat signifikansi (0,05)
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling.
31
Adalah tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi
dimana peneliti memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi
Burneh.
pada penelitian ini instrumen yang digunakan mengukur variabel dependen adalah
kuesioner komitmen
3.7.1 Validitas
Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa saja yang
seharusnya diukur atau ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur data, Validitas
berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan
pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011). Beberapa tahap
a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur sampai tersusun alat
b. Uji coba
c. Tabulasi
3.7.2 Reabilitas
Reliabel adalah instumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur
obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama Reliabilitas berasal dari kata
reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran memiliki keterpercayaan,
yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Instrumen yang digunakan adalah
lembar imunisasi DPT 2. Adapun cara mengukur Reabilitas adalah sebagai berikut:
a. Metode ulang
c. Stability Reliability
untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika subjek bersedia maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan nama responden pada
33
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
2014). Setelah mendapat ijin dari Institusi pendidikan, kepala Puskesmas serta bidan
sampling untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil. Pengumpulan data
yang sudah diisi oleh responden dikumpulkan oleh peneliti dan dipergunakan sebagai
data dalam penelitian. Penelitian ini diawali dengan pemberian pendidikan kesehatan
mengimunisasikan anaknya.
a. Editing
Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu. Dengan kata
lain data yang telah terkumpul perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki apabila ada
berbagai hal yang meragukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam editing
34
adalah kelengkapan data, tulisan jelas dan dapat dibaca, semua catatan dapat
dipahami, semua data cukup konsisten, adanya responsi yang tidak sesuai.
b. Scoring
Scoring adalah memberikan skor terhadap semua item yang perlu diberi skor
Kegiatan pemberian skor dilakukan pada setiap lembar kuesioner, sesuai dengan skor
3) Coding
Data yang sudah terkumpul perlu diberi kode pada setiap lembar jawaban untuk
memudahkan analisis. Pemberian kode pada setiap jawaban sangat penting artinya
4) Tabulating
adalah memasukkan data ke dalam tabel dan mengatur semua angka sehingga dapat
ditabulasi dan dianalisa data secara statistik deskriptif proporsi presentasi, penyajian
rumus proporsi
a. Analisis univariat
berdasarkan usia, jenis kelamin. Karakteristik ibu meliputi usia ibu, pendidikan serta
pekerjan ibu. Data hasil analisis ditampilakan dalam bentuk tabel dan grafik serta
narasi.
b. Analisis bivariat
Data diolah dengan program komputer. Analisis bivariat yang digunakan dalam
2) Data berdistribusi tidak normal maka menggunakan Wilcoxon Match Pairs Test
Desain
penelitian:
one group pre
and post test
design
Populasi: ibu dengan bayi usia dibawah
3 bulan namun belum diimunisasikan
DPT 2
Sampel sebanyak 30 dengan Simple Random
sampling
Gaya kepemimpinan
Kuesioner leaflet
Pengolahan data
Analisa data
Penarikan
kesimpulan dan
pembahasan
Gambar 3.1 Kerangka kerja penelitian perbedaan komitmen ibu dalam pemberian
imunisasi DPT 2 pada bayi usia dibawah 3 bulan sebelum dan sesudah
pemberian health promotion model Nola J., Pander
37
31