Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH DAN UTILITAS


ION EXCHANGE

Disusun Oleh

Nama/NIM : Dodi Ilham S ( 15 644 011 )


Muhammad Nopal ( 15 644 050 )
Lilik Marwaty ( 15 644 053 )
Fanida Ariani ( 15 644 054 )
Fatimah Ayu ( 15 644 059 )
Kelompok : VI (Enam)
Kelas : V A / S1-Terapan

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal Desember 2017

Mengesahkan dan Menyetujui

Dosen Pembimbing

Sirajuddin, S.T., M.Si


NIP. 19700909 199903 1 001
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Memahami proses pengolahan air menggunakan alat ion exchanger.
2. Menghitung total hardness, konduktivitas dan total dissolve solid (TDS) pada sampel
air.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Ion Exchanger
Ion exchanger adalah alat yang berupa tabung yang di dalamnya berisi dua jenis
resin, yaitu resin kation yang bertujuan untuk mengikat partikel terlarut yang bermuatan
positif. Sedangkan resian anion berguna untuk mengikat partikel terlarut yang bermuatan
negatif. Penggunaan ion exchanger tergolong cukup mahal. Ion exchanger termasuk alat
yang sangat efektif dalam upaya memperoleh air yang memiliki kemurniaan tinggi.
Sebagai contoh gambaran, salah satu jenis resin ion exchange adalah berupa
molekul ikatan hidrokarbon kompleks yang sangat panjang dengan ujung rantai mengikat
ion H+ untuk resin kation, dan OH- untuk resin anion.

Gambar 1.1. Contoh Molekul Resin Ion Exchange


Ion exchanger umumnya digunakan dalam industri, karena alat tersebut dapat
menghasilkan air lunak. Air lunak dalam industri sangat dibutuhkan dalam proses untuk
menghindari terjadinya masalah pada alat-alat pabrik, seperti kerak (scale) dan korosi
yang dapat menganggu pross industri, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Ion exchange atau penukaran ion merupakan salah satu metode yang paling sering
digunakan dalam hal pengurangan mineral dalam air, media yang paling umum dipakai
berupa resin alam atau sintesis.
Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi syarat – syarat
tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran ion
yang tinggi.
2. Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat berulang – ulang.
Resin akan beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena itu
resin harus tahan terhadap air.
3. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada rentang pH yang
luas serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap oksidasi dan
radiasi.
4. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis,
tekanan hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.
Resin penukar ion adalah suatu struktur polimer yang mengandung suatu gugus
aktif yang terikat pada kerangka organik. Biasanya resin berupa butiran – butiran
transparan dan menyerap air.

Jenis penukar ion (ion exchanger)

Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu :

1. Anion exchange resin (resin penukar anion), yaitu resin yang mempunyai kemampuan
menyerap / menukar anion – anion yang ada dalam air. Resin ini biasanya berupa
gugus amin aktif. Misalnya : R – NH2 (primary amine), R – R1NH (secondery amine),
R – R21N (tertiary amine), R – R31 NOH ( quartenary amine). Dalam notasi diatas R
menunjukan polimer hidrokarbon dan R1 menunjukkan gugus tertentu misalnya CH2.

2. Cation exchange resin (resin penukar kation), resin yang mempunyai kemampuan
menyerap / menukar kation – kation seperti Ca, Mg, Na dan sebagainya yang ada
dalam air. Contoh : Hidrogen zeolith (H2Z), resin organic yang mempunyai gugus
aktif SO3H(R.SO3H), dan sulfonated coal.
Pada resin penukar kation, misalnya RSO3H, gugus aktif SO3 mempunyai daya
afinitas yang lebih besar terhadap kation-kation lain bila dibandingkan dengan H+. Tetapi
sebaliknya dapat pula terjadi pada regenerasi. Hal ini mungkin dapat terjadi kalau
konsentrasi H+ dalam larutan sangat tinggi.

Reaksi :

Ca Ca 2HCl

Mg + 2RSO3H  Mg (RSO3)2 +

Na Na H2SO4

Apabila H+ RSO3H telah digantikan semua oleh kation-kation atau dengan


perkataan lain bahwa resin itu sudah jenuh, maka resin itu tidak aktif lagi. Sehingga harus
diaktifkan lagi dengan cara regenerasi. Sebagai regenerasi dapat dipakai HCl
(konsentrasi 1-10 %).

Reaksi regenerasi :

Ca Ca

Mg (RSO3)2 + H2SO4  2RSO3H + Mg SO4

Na Na

(aktif lagi) (dibuang)

Lamanya waktu regenerasi bermacam-macam, tetapi pada umumnya berlangsung


minimal 30 menit atau sesuai spesifikasi pembuat. Setelah tahap regenerasi maka perlu
dilakukan pembilasan terhadap resin. Pembilasan yang dilakukan terdiri dua tahap yaitu
pembilasan awal dan pembilasan akhir. Pembilasan awal dilakukan untuk
menghilangkan sisa-sisa regenerasi yang masih menempel pada resin. Pembilasan akhir
dilakukan untuk menghilangkan kemungkinan garam yang terbentuk.
1.2.2 Penyisihan dengan Resin Penukar Ion
Resin penukar ion merupakan suatu polimer yang terbuat dari polystyrene dengan
divinil benzene sebagai cross link. Resin penukar ion terbagi menjadi 2 jenis yaitu kation
dan anion.
1. Resin kation
Melepaskan ion positif pada resin ( misalnya mobile H+ atau Na+) untuk ditukar
dengan kandungan unsur kation pada air . Resin kation mempunyai immobile
berupa SO3- atau COO- .
2. Resin anion
Melepaskan ion negative ( misal OH- atau Cl-) untuk di tukar dengan kandungan
unsur anion pada air. Resin anion mempunyai immobile NH2+.
Tabel 1.1 Grup Fungsional Kation dan Anion
Grup fungsional kation Grup fungsional anion

-SO3H = N+

-PO3H2 =N

-COOH = NH

-OH -NH2

Faktor penting dalam pemilihan resin penukar ion :


1. Kapasitas penukar
2. Selektivitas
3. Ukuran partikel dan distribusi ukuran
4. Stabilitas kimia dan fisika
5. Regenerasi
1.2.3 Regenerasi pada Ion Exchanger
Proses regenerasi pada ion exchanger dilakukan jika lapisan resin mengalami
kejenuhan. Proses regenerasi melalui empat langkah utama yaitu :
1. Back wash
Back wash adalah proses awal dari regenerasi dimana air bersih dipaksa naik
melalui lapisan resin dalam arah yang berlawanan dengan arah service. Hal ini dilakukan
untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin terkumpul selama service. Back
wash dilakukan secara kontinyu selama kurang lebih 10 menit atau sampai effluent air
back wash jernih. Air sisa back wash sebaiknya dialirkan ke unit pengolahan air.
2. Penambahan bahan kimia
Penambahan bahan kimia biasanya disebut juga regenerasi. Untuk regenerasi pada
resin kation, maka diregenerasi dengan bahan kimia yang bersifat asam, sedangkan pada
resin anion digunakan bahan kimia yang bersifat basa. Selama regenerasi larutan garam
yang pekat mencuci lapisan permukaan resin untuk menaikkan kembali kapasitas
penukar ion dari resin. Regenerasi terjadi dengan cara sodium dalam larutan garam
menggantikan Ca dan Mg pada resin penukar ion. Reaksi yang terjadi adalah :
CaZ + NaCl CaCl2 + NaZ ……………………. (1)
MgZ + NaCl MgCl2 + NaZ ………………….. (2)
3. Slow Rinse
Tahap slow rinse merupakan kelanjutan dari tahap penambahan bahan kimia. Arus
slow rinse akan membersihkan seluruh bahan kimia dari regenerasi pada lapisan resin.
4. Fast Rinse
Fast rinse merupakan tahap akhir dari pencucian dengan regeneran pada lapisan
resin. Pada tahap ini dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih melalui imlet distilator
dengan kecepatan tinggi secara kontimyu sampai konduktivitasnya sama dengan input,
sesudah regeneran dicuci dan unit menghasilkan air dengan kualitas yang dapat diterima,
selanjutnya unit siap dioperasikan.
1.2.4 Demineralisasi
Proses demineralisasi digunakan untuk pengolahan air umpan boiler di industri.
Proses ini bertujuan untuk meghilangkan zat-zat yang dapat menyebabkan adanya
permasalahan di dalam boiler, misalnya logam alkali yang emnyebabkan adanya
pembentukan kerak pada boiler. Tahap-tahap demineralisasiadalah sebagai berikut.
1. Kation exchanger
Ion Ca2+ dan Mg2+ yang terdapat di dalam air akan diikat oleh resin, sementara
resin akan melepaskan ion H+ ke dalam air, sehingga air yang keluar hanya mengandung
kation H+. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
2 R-H + Ca2+ R2Ca + 2H+……………….. (3)
2 R-H + Mg2+ R2Mg + 2H+ ……………… (4)
Biasanya air yang keluar dari unit ini memeiliki kadar hardness ≤ 0,1 ppm dan
memiliki konduktivitas yang rendah pula.

2. Degasifier
Air yang berasal dari kation exchanger dimasukkan melalui bagian atas degasifier
dengan pengembunan dan pengusiran CO2 yang dilakukan dengan kipas.
3. Anion Exchanger
Pada unit ini air yangkeluar dari unit sebelumnyabanyak mengandung anion dan
kation H+ akanmengalami pertukaran anion, dimana anion-anion seperti SO42-, Cl-, dan
CO32- ditukar dengan anion OH- yang memiliki resin, sehingga anion tersebut terikat
dengan resin dan air yang keluar dari unit ini hanya memiliki anion OH-. Reaksi yang
terjadi sebgai berikut.
2 R-H + SO42- R2SO4 + 2OH- ………………… (5)
2 R-H + CO32- R2CO3+ 2OH- ………………... (6)
2 R-H + Cl- R2Cl + 2OH- ………………… (7)
Air yang keluardari unit ini merupakan air yang murni yang hanya mengandung
unsur H2O atau disebut sebagai air demin.
4. Deaerator
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan oksigen dan gas-gas yang tidak dapat
dikondensasi seperti CO2 dan NH3 yang masih terdapat di dalam air. Pengeluaran gas-
gas ini untuk mengurangi korosi terhadap karbon steel dan cupper.
1.2.5 Kesadahan
Kesadahan air didefinisikan sebagai kemampuan air untuk mengendapkan sabun,
sehingga keaktifan atau daya bersih sabun menjadi berkurang atau hilang sama sekali.
Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan ion-ion kalsium (Ca2+) dan magnesium
(Mg2+) di dalam air. Berikut beberapa kation dan anion yang terdapat pada air.
Tabel 1.2 Kesadahan Air

Kation Anion

Ca2+ HCO3-

Mg2+ SO42-

Na+ Cl-

K+ NO3-

NH4+ F-

Fe2+ PO43-
Pengertian kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun, penyebab
dominan atau utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+ khususnya Ca2+ , maka arti dari
kesadahan dibatasi sebagai sifat air yang menggambarkan sebagai CaCO3. Kesadahan
ada dua jenis yaitu :
1. Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-
garam bikarbonat seperti Ca(HCO3)2 , Mg(HCO3)2. Kesadahan sementara ini dapat
atau mudah dihilangkan dengan pemanasan (pendidihan), sehingga terbentuk
endapan CaCO3 atau MgCO3.
Reaksinya :
Ca(HCO3)2 CO2(gas) + H2O(cair) + CaCO3(endapan) ………. (8)
Mg(HCO3)2 CO2(gas) + H2O(cair) + MgCO3(endapan) ………. (9)
2. Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadaha yang disebabkan oleh adanya garam-garam
klorida, sulfat dan karbonat. Misalnya CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2. Kesadahan
tetap dapat dikurangi penambahan larutan soda-kapur (terdiri dari larutan natrium
karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kalsium
karbonat (padatan atau endapan) dari magnesium hidroksida (padatan atau
endapan) dalam air.
Reaksinya :
CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + 2NaCl(larutan) ……….. (10)
CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4(larutan)……… (11)
MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH) + CaCl2(larutan) ……… (12)
MgSO4 + Ca(OH)2 Mg(OH) + CaSO4(larutan) …….. (13)
Kesadahan dinyatakan dalam mg/L padatan Kalsium Karbonat. Batas nilai
kesadahan adalah 500 mg/L. Kadarkesadahan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 ×𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝐵𝑀 𝐶𝑎𝐶𝑂3 ×1000
Kesadahan (Total Hardness)= 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
…. (Persamaan 1)

Keterangan :
M EDTA = Molaritas larutan EDTA(0,01 M)
V EDTA = Volume EDTA (ml)
BM CaCO3 = Berat molekul CaCO3 (100 g/gmol)
V sampel = Volume sampel (ml)
1.2.6 Konduktivitas
Konduktivitas merupakan kemampuan air untuk tidak dapat menghantarkan arus
listrik dinyatakan dalam µs/cm dan pengukurannya dengan konduktivitimeter.
Konduktivitas air bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan mobilitas
ion-ion tersebut. Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama dengan
bertambahnya salinitas. Secara umum, faktor yang lebih dominan dalam perubahan
konduktivitas air adalah temperatur.
Berdasarkan nilai DHL dalam μmho/cm pada suhu 25°C menunjukkan klasifikasi air
sebagai berikut.

Tabel 1.3 Klasifikasi Air Berdasarkan Daya Hantar Listrik (DHL)


DHL (μmho/cm, 25°C) Klasifikasi

0,0055 Air murni

0,5 – 5 Air suling

5 – 30 Air hujan

30 – 200 Air tanah

45000 – 55000 Air laut

1.2.7 Total Dissolved Solid (TDS)


Tubuh kita terdiri dari 80% air, maka air memiliki peranan yang sangat penting
untuk menjaga kesehatan. Banyak diantara kita hanya mengetahui bahwa air yang layak
konsumsi adalah air yang bebas bakteri dan virus, pada hal kualitas air yang layak
konsumsi adalah lebih dari itu. Salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan
bahwa air yang layak konsumsi adalah kandungan TDS (Total Dissolved Solid) atau total
zat padat terlarut. Menurut DEPKES RI melalui Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010
standar TDS maksimum yang diperbolehkan 500 mg/L.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat :
 Alat Ion Exchanger  Pipet Ukur 10 mL
 Conductivity meter  Pipet Tetes
 Gelas kimia 250 mL  Neraca Digital
 Erlenmeyer 250 mL  Botol Semprot
 Buret 50 mL  Kaca Arloji
 Statif  Spatula
2.1.2 Bahan :
 Air Keran
 Aquadest
 Resin Kation
 Resin Anion
 Larutan EDTA 0,01 M
 Indikator EBT
 CaCO3
 Larutan Buffer pH 10

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Pengoperasian Ion Exchanger
1. Menimbang 15 gram kapur kemudian melarutkannya ke dalam air PDAM sebanyak
5 liter.
2. Mengisi wadah penampung air intake pada alat ion exchanger dengan air PDAM yang
telah ditambahkan kapur.
3. Mengatur valve pada alat ion exchanger agar aliran air dapat melalui resin kation dan
anion.
4. Memastikan alat ion exchanger telah terhubung dengan arus listrik.
5. Menyalakan alat ion exchanger dan mengatur flowrate air intake.
6. Mengambil sampel air keluaran ion exchanger setiap 20 menit selama 120 menit.
7. Menganalisa kadar total hardness pada sampel tersebut.
8. Mengukur konduktivitas sampel menggunakan alat conductivity meter.
9. Menghitung Total Dissolved Solid pada sampel.
2.2.2 Analisa Total Hardness
1. Memipet 50 mL sample air lalu memasukkannya ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan
mengencerkannya dengan aquadest sampai 100 mL.
2. Menambahkan 5 mL larutan buffer pH 10 dan 5 tetes indikator EBT ke dalam larutan
tersebut.
3. Menitrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna merah menjadi biru.
4. Menghitung total hardness yang ada pada sampel air.

𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 100 𝑥 1000


Total Hardness =
𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
Tabel 3.1.1 Data Pengamatan Air Intake

Volume Total
Waktu Konduktivitas TDS
EDTA Hardness
(menit) (µs/cm) (ppm)
(mL) (ppm)

0 206,2 198,1 10,2 20,4

Tabel 3.1.2 Data Pengamatan Sampel Air Selama Pengolahan

Total
Waktu Konduktivitas TDS Volume
Hardness
(menit) (µs/cm) (ppm) EDTA (ml)
(ppm)

20 155,1 147,2 2,55 5,1

40 29,87 28,67 2,54 5,08

60 21,68 20,70 2,52 5,04

80 19,91 18,90 2,52 5,04

100 19,45 18,60 2,50 5,00

120 20,62 19,64 2,25 4,5


3.2 Pembahasan

Praktikum Ion Exchanger ini memiliki 2 tujuan, yaitu dapat memahami proses
pengolahan air menggunakan alat ion exchanger dan dapat menghitung total hardness,
konduktivitas dan total dissolve solid (TDS) pada sampel air. Ion Exchanger sendiri merupakan
suatu metode penghilangan mineral dari ion-ion logam yang terkandung dalam air. Biasanya
mineral dari ion-ion logam tersebut menimbulkan kesadahan dan akan menghasilkan kerak
pada peralatan di industri proses. Maka dari itu diperlukan suatu proses penghilangan mineral–
mineral tersebut melalui metode tertentu, bisa melalui penambahan Anti Sceeling Agent untuk
menghilangkan kerak – kerak CaCO3, Ca3(PO4)3 ataupun melalui proses pertukaran ion,
dimana bahan yang dipakai adalah resin alam atau sintesis.
Dalam percobaan ini, dilakukan pemisahan dengan penukar ion untuk menentukan
kapasitas resin penukar kation dan anion tersebut. Pada aplikasinya resin dimasukkan ke dalam
kolom kaca dengan panjang tertentu sehingga diperoleh suatu kolom resin penukar anion. Di
dalam kolom ini cepat dilakukan penukaran dan pemisahan ion-ion secara ekuivalen. Pada
kromatografi penukar ion, senyawa-senyawa ion dalam fasa gerak yaitu air dipisahkan
berdasarkan perbedaan afinitas terhadap gugus ionik yang merupakan bagian integral dari fasa
padat tak larut yaitu resin sebagai fasa diam. Resin penukar anion terdiri dari matriks yang
bermuatan positif dan ion lawannya adalah negatif. Pertukaran ion merupakan proses
pertukaran kimia di mana zat yang insoluble memisahkan ion-ion bermuatan positif atau
negatif dari larutan elektrolit dan melepaskan ion-ion bermuatan sejenis ke dalam larutan yang
secara kimiawi jumlahnya sama.
Pada percobaan praktikum kali ini, mula-mula melarutkan 15 gram kapur kedalam 5 liter
air. Kapur yang dilarutkan tersebut gunanya adalah untuk memberi pengaruh basa terhadap air.
Kemudian memasukkan larutan tersebut kedalam wadah penampung air intek yang selanjutnya
akan dialirkan keproses penyerapan oleh resin. Air dialirkan menuju resin dengan membuka
beberapa valve dan menutup valve lainnya. Flowrate air intek diatur hingga air dapat mengalir
menuju resin kation dan resin kation serta keluar dari proses sebagai produk. Dalam percobaan
kali ini pemisahan terjadi di resin kation dan anion. Sampel yang keluar sebagai produk
dianalisa setiap 20 menit hingga menit ke 120. Analisa konduktivitas merupakan kemampuan
air untuk tidak dapat menghantarkan arus listrik dinyatakan dalam µs/cm dan pengukurannya
dengan conduktivity meter.
250

200

Konduktivitas 150

100

50

0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)

Gambar 3.1 Grafik Hubungan antara Waktu vs Konduktivitas

Pada gambar 3.1 dapat dilihat perbandingan waktu dengan nilai konduktivitas.
Berdasarkan teori semakin lama waktu operasi maka semakin rendah nilai konduktivitas.
Dalam percobaan ini hasil dari teori dan percobaan benar, diperoleh kurva yang semakin turun
semakin lamanya waktu. Namun ketika memasuki menit ke 60 sampai 120 nilai konduktivitas
konstan. Sebelum melakukan percobaan resin mula-mula di backwash dibersihkan kotoran
atau impurities nya.

200
180
160
140
TDS (ppm)

120
100
80
60
40
20
0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)

Gambar 3.2 Grafik Hubungan antara Waktu vs TDS

Pada gambar 3.2 dapat dilihat perbandingan waktu dengan nilai TDS. Berdasarkan teori
semakin lama waktu operasi maka semakin rendah nilai TDS. Hal ini terbukti benar pada hasil
percobaan dan dapat dilihat pada gambar 3.2 akan tetapi pada menit ke 60 sampai 120 nilai
TDS menjadi konstan.

25

20
Total Hardness (ppm)

15

10

0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)

Gambar 3.3 Grafik Hubungan antara Waktu vs Total Hardness

Pada gambar 3.3 dapat dilihat perbandingan waktu dengan nilai Total Hardness.
Berdasarkan teori bahwa semakin lama waktu operasi maka semakin rendah nilai Total
Hardness. Percobaan ini semakin lama waktu semakin turun total hardness nya namun pada
menit ke 40 sampai 100 mengalami nilai konstan dan menit ke 100 sampai 120 mulai menurun
lagi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Proses pengolahan air dengan menggunakan ion exchanger yaitu dengan memasukkan
air yang ingin dimurnikan masuk ke dalam alat ion exchanger yang didalamnya ada
resin kation dan resin anion. Resin kation mengandung ion H+ yang akan
menggantikan ion (+) dan ion (-) akan digantikan dengan ion OH- yang ada didalam
resin anion, sehingga hasil dari resin kation dan anion adalah H2O atau biasa disebut
air demin.
2. a. Semakin lama waktu operasi maka semakin rendah nilai konduktivitas.
b. Semakin lama waktu operasi maka semakin rendah nilai TDS.
c. Semakin lama waktu operasi maka semakin rendah nilai Total Hardness.
DAFTAR PUSTAKA

Abditya, H. (2010). Laporan Tugas Akhir Analisa Biaya Uji Kualitas Air Sumur. 5 November
2015.http://www.analisa-biaya-uji-kualitas-air-sumur-universitas-sebelas-maret-
surakarta.pdf.

Anonim. (2011). Modul Ion Exchange Laboratorium Operasi Teknik Kimia FT UNTIRTA. 6
November 2015. http://www.modul-ion-exchange.pdf.

Dewi, S.R., 2012. Ion Exchange. 6 November 2015. http://www.ion-exchange.pdf.

Rahayu E.S., Soeswanto B. 2001,”Pengolahan Air Industri:, Jurusan Teknik Kimia Polban,
Bandung

Sirajuddin. 2005. Modul Ajar Utilitas Jurusan Teknik Kimia 2012-2013. Samarinda: Politeknik
Negeri Samarinda.

Tim Laboratorium Operasi Teknik Kimia. 2015. Penuntun Praktikum Pengolahan Limbah dan
Utilitas.Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda.
PERHITUNGAN

 Air selama Pengolahan, waktu 20 menit

V EDTA = 2,55 mL
M EDTA = 0,01 M
V Sampel = 50 mL

𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 100 𝑥 1000


Total Hardness =
𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
2,55 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 100 𝑥 1000
Total Hardness =
50 𝑚𝐿
Total Hardness = 51

Catatan : Perhitungan yang sama untuk waktu (40,60,60,80,100,120,140,160,180,200)


menit

Anda mungkin juga menyukai