Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KEDOKTERAN KELUARGA

Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Ny. S dengan Hipertensi


Stage II

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Penguji:
dr. Anika Candrasari, M.Kes

Disusun oleh :
Fardhika, S.Ked (J510155015)
Ferina Ambarsari, S.Ked (J510155031)
Januariska Dwi Yanottama Anggitasari, S.Ked (J510155034)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
TUGAS KEDOKTERAN KELUARGA
Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Ny. S dengan Hipertensi
Stage II

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :
Fardhika, S.Ked (J510155015)
Ferina Ambarsari, S.Ked (J510155031)
Januariska Dwi Yanottama Anggitasari, S.Ked (J510155034)

Telah disetujui dan disahkan oleh tim pembimbing stase Ilmu Kesehatan
Masyarakat Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Dipresentasikan di hadapan
dr. Anika Candrasari, M.Kes (...............................)

Disahkan Ketua Program Profesi


dr. Dona Dewi Nirlawati (...…........................)
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam
waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh
tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah
dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang
yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya.
Itulah sebabnya hipertensi dijuluki silent killer. Seseorang baru merasakan
dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru
disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi
jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke.
Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya.
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan
darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80
mmHg). Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada
anaknya. Jika salah satu orang tua terkena hipertensi, maka kecenderungan
anak untuk menderita hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan
mereka yang tidak memiliki orang tua penderita hipertensi. Dalam makalah
ini, penyusun akan membahas tentang hasil kunjungan ke salah satu pasien
dari Puskesmas Nguter Sukoharjo. Kegiatan ini diadakan untuk melihat
langsung keadaan pasien dan keluarganya, serta lingkungan tempat tinggal
mereka.

B. TUJUAN
Tujuan dilakukannya kunjungan rumah ialah untuk mengetahui adakah
terdapat hubungan antara keadaan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan
pola psikososial pasien dengan penyakit hipertensi.
C. METODE
Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode
wawancara dengan pasien serta melihat keadaan rumah dan lingkungan
sekitar tempat tinggal pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa
hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien
hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati
tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit
penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
(Mansjoer, 2001).

B. Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya
populsi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
juga bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupu n kombinasi hipertensi
sistolik dan diastolic sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia
> 65 tahun. Selain itu laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus
meningkat, dalam decade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34 % dari seluruh pasien
hipertensi (Mansjoer, 2001).

C. Definisi
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial. Menurut The Seven Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (JNC7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi
menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi
derajat 2 (Kasper, et. al., 2005).
Klasifikasi Tekanan Darah TD Sistole TD Diastole
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

D. Patogenesis
Hipertensi esensial adalah multifaktorial yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang
mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah (Mansjoer,
2001):
1. Faktor risiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas,
merokok dan genetis.
2. Sistem saraf simpatis
 Tonus simpatis
 Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi :
endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari
endotel, otot polos dan interstitium juga memberikan kontribusi
akhir.
4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem
rennin, angiotensin dan aldosteron.

E. Kerusakan Organ Target


Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah (Kasper, et. al., 2005):
1. Jantung
 Hipertrofi ventrikel kiri
 Angina atau infark miokardium
 Gagal jantung
2. Otak
 Stroke atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh
darah akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas
dan mortalitas pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit
kardiovaskular (Noer, 2003).
Faktor risiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara
adalah (Noer, 2003):
 Merokok
 Obesitas
 Kurangnya aktivitas fisik
 Dislipidimia
 Diabetes mellitus
 Mikroalbiminuria
 Umur (laki-laki) > 55 tahun, perempuan 65 tahun
 Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular
premature
Pasien dengan prahipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan
darah menjadi hipertensi, mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-
139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan mengalami dua kali risiko
menjadi hipertensi dan mengalami kardiovaskular daripada yang tekanan
darahnya lebih rendah (Noer, 2003).
F. Evaluasi Hipertensi
Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk (Noer, 2003):
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko
kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang
mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan
2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah
3. Menentukan ada tidakanya kerusakan target organ dan penyakit
kardiovaskular
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang (Noer, 2003).
Anamnesis meliputi :
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
a) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
b) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri,
pemakian obat-obat analgesic
c) Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi
(feokromositoma)
d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor risiko :
a) Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau
keluarga pasien
b) Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien
c) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarga pasien
d) Kebiasaan merokok
e) Pola makan
f) Kegemukan, intensitas olahraga
g) Kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
a) Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan
penglihatan, transient ischemic attack, deficit sensoris atau
motoris
b) Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kai
c) Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri
d) Arteri perifer : ekstremitas dingin
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dam lingkungan.
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi
adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya
hipertensi sekunder (Noer, 2003).
Pengukuran tekanan darah:
 Pengukuran rutin di kamar periksa
 Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-
ABPM)
 Pengukuran sendiri oleh pasien
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
 Tes darah rutin
 Glukosa darah
 Kolesterol total serum
 Kolesterol LDL dan HDL serum
 Trigliserida serum
 Asam urat serum
 Kreatinin serum
 Kalium serum
 Hemoglobin dan hematokrit
 Urinalisis
 Elektrokardiogram
Beberapa pedoman penanganan hipertensi menganjurkan test lain
seperti :
 Esokardiogram
 USG karotis
 C-reactive protein
 Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
 Proteinuria kuantitatif
 Funduskopi
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan
adanya penyakit penyerta sistemik, yaitu (Noer, 2003):
 Arteriosklerosis (malalui pemerikasaan profil lemak)
 Diabetes (terutama pemerikasaan gula darah)
 Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum,
serta memperkirakan laju filtrasi glomerulus)
Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan
kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedanga pemeriksaan
lainnya hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan
gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ
target meliputi (Mansjoer, 2001):
1. Jantung
 Pemeriksaan fisis
 Foto polos dada (untuk pembesaran jantung, kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
 Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan
konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel kiri)
 Ekokardiografi
2. Pembuluh darah
 Pemeriksaan fisis termasuk perhitungan pulse pressure
 Ultrasonografi (USG) karotis
 Fungsi endotel
3. Otak
 Pemeriksaan neurologis
 Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial
computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance
imaging (MRI) (untuk pasien dengan gangguan neural,
kehilangan memori atau gangguan kognitif)
4. Mata
 Funduskopi
5. Fungsi ginjal
 Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya
proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin
kreatinin urin
 Perkiraan laju filtrasi glomerulus

G. Pengobatan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah (Kasper, 2005):
 Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko
tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria) <130/80 mmHg
 Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
 Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor risiko atau
kondisi penyerta lainya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus
dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis.
Terapi nonfarmakologis harus dilaksnakan oleh semua pasien hipertensi
dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor
risiko serta penyakit pemyerta lainnya (Kasper, et. al., 2005).
Terapi nonfarmakologis terdiri dari :
 Menghentikan merokok
 Menurunkan berat badan berlebih
 Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
 Latihan fisik
 Menurunkan asupan garam
 Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan
lemak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmaklogis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC7 (Kasper, et. al., 2005):
 Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz) atau Aldosterone
Antagonist (Aldo Ant)
 Beta Blocker (BB)
 Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
 Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
 Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor
antagonist/blocker (ARB)
Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan
dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga
dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
 Faktor sosial ekonomi
 Profil faktor risiko kardiovaskular
 Ada tidaknya kerusakan organ target
 Ada tidaknya penyakit penyerta
 Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
 Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang gunakan pasien
untuk penyakit lain
 Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan
dalam menurunkan risiko kardiovaskular
Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasarkan
yang memerlukan pertimbangan khusus yaitu kelompok Indikasi yang
memaksa dan keadaan khusus lainnya .
Indikasi yang memaksa ,meliputi :
 Gagal jantung
 Pasca infark miokardium
 Risiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
 Diabetes
 Penyakit ginjal kronis
 Pencegahan stroke berulang
Keadaan khusus lainnya meliputi :
 Populasi minoritas
 Obesitas dan sindrom metabolic
 Hipertrofi ventrikel kanan
 Penyakit arteri perifer
 Hipertensi pada usia lanjut
 Hipotensi postural
 Demensia
 Hipertensi pada perempuan
 Hipertensi pada anak dan dewasa muda
 Hipertensi urgensi dan emergensi
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap,
dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu.
Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja
panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali
sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi
atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidkanya
komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah
dan kemudian tekanan darah belum mencapai target maka selanjutnya adalah
meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensi lain
dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan
menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar
pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target
tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan
dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum
bertambah (Kasper, et. al., 2005).
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien
adalah :
 CCB dan BB
 CCB dan ACEI atau ARB
 CCB dan diuretika
 AB dan BB
 Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

H. Pemantauan
Pasien yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali
untuk evaluasi lanjutan dna pengaturan dosis obat sampai target tekanan
darah tercapai. Setelah tekanan darah tercapai dn stabil, kunjungan berikutnya
dengan interval 3-6 bulan tetapi frekuensi kunjungan ini juga ditentukan oleh
ada tidaknya kormoditas seperti gagal jantung, penyakit yang berhubungan
seperti diabetes dan kenutuhan akan pemeriksaan laboratorium.
Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pada pengobatan:
 Empati dokter akan meningkatkan kepercayaan, motivasi dan
kepatuhan pasien
 Dokter harus mempertimbangkan latar belakang budaya
kepercayaan pasien serta sikap pasien terhadap pengobatan
 Pasien diberitahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang
masih harus dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta
pentingnya mengikuti rencana tersebut.
Penyebab hipertensi resisten :
1. Pengukuran tekanan darah yang tidak benar
2. Dosis belum memadai
3. Ketidakpatuhan pasien dalam penggunan obat antihipertesni
4. Ketidakpatuhan pasien dalam memperbaiki pola hidup
 Asupan alcohol berlebih
 Kenaikan berat badan berlebih
5. Kelebihan volume cairan
 Asupan garam berlebih
 Terapi diuretika tidak cukup
 Penurunan fungsi ginjal berjalan progresif
6. Adanya terapi lain
 Masih menggunakan bahan/obat lain yang meningkatkan
tekanan darah
 Adanya obat lain yang mempengaruhi atau berinteraksi
dengan kerja obat antihipertensi
7. Adanya penyebab hipertensi lain/sekunder
Jika dalam 6 bulan target pengobatan (termasuk target tekanan darah)
tidak tercapai, harus dipertimbangkan untuk melakukan rujukan ke dokter
spesialis atau subspesialis.
Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian
pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah
sampai seperti sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun
demikian untuk menurunkan dosis dan jumlah obat antihipertensi secara
bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap
patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini harus disertai
dengan pengawasan tekanan darah yang ketat.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn. R
Nama Penderita : Ny. S
Tempat, tanggal, lahir : Sukoharjo, 15 Maret 1959
Umur : 57 tahun 8 bulan
Alamat lengkap : Ploso Kuning, Plesan, Sukoharjo
Bentuk Keluarga : Extended family

Pasien
No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket.
Klinik
1 Tn. R Suami L 59 th SD Petani Tidak -

2 Ny. S Istri P 57 th SD Petani Ya HT

Menan
3 Sdr. P L 34 th SMA Pedagang Tidak -
tu
Ibu Rumah
4 Sdri. S Anak P 34 th SMA Tidak -
Tangga
5 An. N Cucu P 11 th SD Pelajar Tidak -
An.
6 Cucu L 8 th SD Pelajar Tidak Asma
NH

Tabel 2. Daftar Anggota Keluarga Pasien

Kesimpulan
 Keluarga Ny. S berbentuk extended family, didapatkan Ny. S dengan
diagnosis Hipertensi stage II.
B. STATUS PENDERITA
1. Anamnesis
a) Identitas penderita
 Nama : Ny. S
 Umur : 57 tahun 8 bulan
 Jenis kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Alamat : Ploso Kuning, Plesan, Sukoharjo
 Suku : Jawa
b) Tanggal periksa : 24 November 2016
c) Keluhan Utama : Kepala pusing
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kepala pusing sejak 2 hari yang
lalu. Rasa pusing dirasakan hilang timbul, terlebih bila pasien kurang
istirahat. Pasien juga mengeluh nyeri kepala yang dirasakan di
bagian kepala belakang disertai rasa pegal dan kaku pada leher dan
bahu. Rasa pusing dan nyeri kepala tidak diikuti dengan keluhan
mata berkunang-kunang dan telinga berdengung. Pasien tidak ada
keluhan mual dan muntah, nafsu makan tidak ada masalah dan BAB
serta BAK lancar. Pasien mengatakan bahwa pasien sudah sering
seperti ini dan rutin berobat dengan penyakit darah tinggi sejak 4
tahun yang lalu di puskesmas.
e) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan bahwa sekitar 4 tahun yang lalu pernah
mondok di rumah sakit dengan diagnosis stroke. Pasien mengalami
kelemahan badan sebelah kanan.
f) Riwayat Penyakit Keluarga yang diturunkan
Pasien mengatakan bahwa kedua orang tua, kakak perempuan
dan kakak laki-laki pasien menderita tekanan darah tinggi. Ayah
pasien meninggal karena sakit jantung.
Anamnesis Sistem
Serebrospinal : Demam (-), pusing (+), penurunan kesadaran (-)
Kardiopulmoner : Keringat dingin/menggigil (-)
Respiratorius : Batuk (-), sesak (-), pilek (-)
Gastrointestinal : BAB (+), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-),
penurunan nafsu makan (-)
Urogenital : BAK(+), warna kuning jernih, nyeri BAK (-)
Integumentum : pucat (-), bintik merah (-), kuning (-)
Muskuloskeletal : lemas(-), pegal (-)

2. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : tampak baik, compos mentis
b) Status gizi:
• BB = 50 kg
• TB = 155 cm
• IMT = 20,8 (berat badan normal)
c) Tanda Vital:
• TD: 160/100 mmHg
• N: 92 x/menit
• RR: 20 x/menit
• T: 36,7 0C

3. Diagnosis
Hipertensi stage II
C. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH
1. Kondisi Pasien
Kunjungan rumah dilakukan pada tanggal 27 November 2016.
Keluhan pasien saat kunjungan rumah sudah berkurang dibandingkan
dengan keadaan saat pasien periksa ke puskesmas. Rasa pusing, nyeri
kepala, pegal dan kaku pada leher dirasakan sudah mulai berkurang.

2. Kondisi Rumah
Rumah pasien adalah milik sendiri, terletak di pinggir jalan, jarak
satu rumah dengan rumah lainnya dipisahkan dengan pekarangan.
Bangunan rumah tidak bertingkat, bersifat permanen, dinding tembok
dari semen, lantai rumah semen plester, atap rumah dari genteng. Ruang
rumah yang ditempati pasien terdiri dari ruang tamu, 4 ruang kamar,
ruang keluarga, ruang makan, dapur, kamar mandi dan WC. Terdapat
banyak jendela di rumah, cahaya matahari yang masuk ke rumah
dirasakan sudah cukup. Sumber air berasal dari sumur dengan pompa
listrik, dalam kurang lebih 8 meter. Jamban keluarga adalah jamban
jongkok, bersih dan tampak terawat. Air limbah keluarga dialirkan
melalui got kecil di belakang rumah menuju lubang tanah di pekarangan.
Jarak lubang tersebut dengan sumur kurang lebih 10 meter. Sampah
dibuang di pekarangan dan langsung dibakar.
3. Denah Rumah

Dapur Sumur KM

Kamar Tidur Kamar Tidur


Ruang Makan
Ruang
Keluarga

Kamar Tidur Kamar Tidur


Ruang Tamu

Gambar 1. Denah Rumah Keluarga Pasien

D. ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA


1. Fungsi Fisiologis Keluarga - APGAR Keluarga
Penilaian fungsi fisiologis keluarga menggunakan APGAR score.
APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga
ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya
dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score pasien adalah sebagai
berikut.

Respons
Hampir Kadang Hampir
KRITERIA PERTANYAAN
selalu tidak
pernah
Adaptasi Saya puas dengan keluarga
(Adaptability) karena masing-masing V
anggota keluarga sudah
menjalankan kewajiban
sesuai dengan seharusnya
Kemitraan Saya puas dengan keluarga
(Partnership) karena dapat membantu
memberikan solusi V
terhadap permasalahan
yang dihadapi
Pertumbuhan Saya puas dengan
(Growth) kebebasan yang diberikan
keluarga untuk
V
mengembangkan
kemampuan yang pasien
miliki
Kasih sayang Saya puas dengan
(Affection) kehangatan kasih sayang V
yang diberikan keluarga
Kebersamaan Saya puas dengan waktu
(Resolve) yang disediakan keluarga
V
untuk menjalin
kebersamaan

Tabel 3. APGAR score Pasien

Kriteria penilaian APGAR score


Bila jawaban “hampir selalu” diberikan nilai 2, jawaban “kadang”
diberikan nilai 1 sedangkan jawaban “hampir tidak pernah” diberikan nilai
0. Bila total nilai kriteria di atas adalah antara:
• 7–10 berarti keluarga yang dinilai adalah sehat, dalam arti setiap
anggota keluarga saling mendukung satu sama lain
• 4–6 berarti keluarga yang dinilai adalah kurang sehat, dalam arti
hubungan antar anggota keluarga masih perlu untuk lebih
ditingkatkan
• 0–3 berarti keluarga yang dinilai sama sekali tidak sehat, dalam arti
sangat memerlukan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan
hubungan antar anggota keluarga

Tn. R Ny. S Sdr. P Sdri. S An. N


A 2 2 2 2 2
P 2 1 2 1 1
G 2 2 2 2 2
A 2 2 2 2 1
R 2 2 1 2 2
TOTAL 10 9 9 9 8

Tabel 4. APGAR score Pasien dan Anggota Keluarga Pasien

Rata-rata = (10+9+9+9+8)/5
=9
Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga Ny. S baik

2. Fungsi Patologis Keluarga – SCREEM Keluarga


SCREEM digunakan untuk menilai kapasitas/kemampuan untuk
berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan atau mengatasi krisis. Faktor ini
dapat dipertimbangkan sebagai sumber atau kelainan/patologis.

ASPEK SUMBER/PATOLOGIS
SCREEM
Sosial Pasien dapat hidup bermasyarakat dengan baik

Kultur Pasien tidak percaya dengan hal-hal yang berbau


klenik, jin dan tenaga dalam

Religius Pasien tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu.


Pasien juga sering ikut pengajian agama di masjid
Ekonomi Pasien merasa kebutuhan ekonomi sudah cukup
terpenuhi
Edukasi Pendidikan paling tinggi pasien adalah SD

Medikal Pasien menggunakan pelayanan kesehatan dari


puskesmas dan memiliki askes

Tabel 5. SCREEM Keluarga Pasien


3. Genogram Keluarga

Gambar 2. Genogram Keluarga Pasien


Keterangan:

: Pasien : Perempuan : Laki- laki

: Perempuan meninggal : Laki- laki meninggal

: : Tinggal satu rumah

4. Identifikasi Fungsi Keluarga


a) Fungsi Biologis dan Reproduksi
Pasien sudah menopause. Pasien merupakan anak ke-3 dari 6
bersaudara, memiliki 2 anak hidup yaitu laki-laki dan perempuan.
b) Fungsi Afektif/Psikologik
Hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya baik,
komunikasi kurang berjalan dengan baik. Pasien sering membicarakan
masalahnya dengan keluarga dan kadang-kadang saja anggota
keluarga yang lain memberikan tanggapan yang baik.
c) Fungsi Ekonomi
Pasien dan suami pasien bekerja sebagai petani. Pendapatan dari
pekerjaannya dinilai sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, sehingga fungsi ekonomi pasien cukup baik.
d) Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan dalam keluarga ini telah dilakukan dengan baik,
anak-anak pasien adalah lulusan SMA dan cucu pasien adalah pelajar.
e) Fungsi Sosial Budaya
Fungsi sosial budaya keluarga ini telah dilakukan dengan baik.
Pasien hidup berhubungan baik dengan tetangga sekitarnya.

5. Tahapan/Siklus Kehidupan Keluarga


Fase contraction: anak-anak sudah dewasa, mulai meninggalkan
keluarga karena sudah berkeluarga. Ada anak yang tinggal serumah tetapi
memiliki kesibukan masing-masing.

6. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Jawaban
No. Indikator PHBS
Ya Tidak
1 Persalinan ditolong oleh V
tenaga kesehatan
2 Pemberian ASI eksklusif pada V
bayi usia 0-6 bulan
3 Menimbang berat badan balita V
setiap bulan
4 Menggunakan air bersih yang V
memenuhi syarat kesehatan
5 Mencuci tangan dengan air V
bersih dan sabun
6 Menggunakan jamban sehat V
7 Melakukan pemberantasan V
sarang nyamuk di rumah dan
lingkungannya sekali
seminggu
8 Mengkonsumsi sayuran dan V
atau buah setiap hari
9 Melakukan aktivitas fisik atau V
olahraga
10 Tidak merokok di dalam V
rumah

Tabel 6. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Keluarga

7. Daftar Masalah Keluarga dan Perencanaan Pembinaan Keluarga


No. Masalah yang dihadapi Rencana Sasaran
pembinaan
1 Kurangnya pengetahuan Edukasi dan Pasien dan
tentang penyakit yang diderita konseling keluarga
pasien mengenai
hipertensi beserta
26faktor
risikonya
2 Pengaturan makanan yang Edukasi dan Pasien dan
baik untuk penderita konseling keluarga
hipertensi mengenai diet
yang baik bagi
kesehatan pada
umumnya,
khususnya bagi
pasien yang
menderita
hipertensi

Tabel 7. Daftar Masalah Keluarga dan Perencanaan


Pembinaan Keluarga
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan dan saran


Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat
yang mana dapat dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia
maupun di Indonesia.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi itu adalah dari
kebiasaan atau gaya hidup masyarakat yaitu faktor herediter yang didapat
pada keluarga, faktor usia, jenis kelamin, konsumsi garam yang berlebihan,
kurang berolahraga, dan obesitas.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu:
 Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya
 Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi,
sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.

B. Saran
Perlunya upaya penyuluhan agar dari case-finding maupun pendidikan
kesehatan dan penatalaksanaan pengobatannya yang belum terjangkau masih
sangat terbatas. Untuk penderita datang berobat untuk pertama kalinya datang
terlambat dimana sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan agar sedini mungkin diberi pengobatan.
Selain itu, kebiasaan hidup sehat seperti berhenti merokok, mengurangi
berat badan (bila kegemukan), mengurangi konsumsi garam sehingga asupan
sodium kurang dari 100 mmol/hari, melakukan olah raga 30 - 45 menit per
hari juga dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Kasper, D. L., Fauci, A. S, Lonjo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S. L., Jameson, J.
L., 2005. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol 3, Ed 16. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. p.1256-1272.

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani W. L., dan Setiowulan, W.,
2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aaesculapius FKUI, Jakarta.
p.518-522

Noer, M. S., 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid I. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai