Penerapan Model Pembelajaran Core Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X Sman 9 Padang
Penerapan Model Pembelajaran Core Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X Sman 9 Padang
31-37
Abstract
The research was motivated by the lack of student’s mathematical communication ability class X SMAN 9 Padang.
This circumstances have an impact on student’s mathematics learning outcomes. Therefore, the research done by
applying the Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) learning model that is expected to be oriented
to student activity. This research aims to determine whether mathematical communication ability of students
studying by applying CORE learning model better than mathematical communication ability of students who studied
with conventional learning in class X SMAN 9 Padang. The design of the research was the randomized control
group only design where the population was the students of class X SMAN 9 Padang academic years 2013/2014.
The research instrument was the final test in the form of essays, while mathematical communication ability’s rubric
used used as a reference valuation. Hypothesis testing using t-test of the parties, the value of t = 2.090 is greater
than the table = 1.669. Because of the value of t > t table then H 0 is rejected and concluded that with the significant
level of 0.05, mathematical communication ability of students who learned mathematics by applying CORE learning
model better than mathematical communication ability of students who learned with conventional learning in class
X SMAN 9 Padang.
Keywords – mathematical communication ability, CORE learning model, conventional learning
31
Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 31-37
komunikasi dapat membantu siswa mengembangkan organizing, siswa mengambil kembali ide-ide mereka.
pemahaman. Oleh karena komunikasi matematis Siswa secara aktif mengatur atau mengorganisasikan
dikatakan sebagai fondasi dalam membangun kembali pengetahuan mereka. Pada tahap reflecting, siswa
pengetahuan, maka terlihat bahwa kemampuan dengan bimbingan guru bersama-sama meluruskan
komunikasi matematis tentu juga akan berpengaruh kekeliruan siswa dalam mengorganisasikan
terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, pengetahuannya tadi. Sedangkan tahap extending yaitu
guru perlu mengupayakan agar siswa dapat terbantu tahap yang bertujuan untuk berpikir, mencari,
dalam melatih kemampuan komunikasi matematisnya menemukan, dan menggunakan konsep yang telah pelajari
selama proses pembelajaran matematika berlangsung. pada permasalahan-permasalahan dengan materi yang
Mengacu pada permasalahan tersebut, maka dilakukan telah dipelajari, seperti permasalahan dalam kehidupan
suatu penelitian yang dapat memberi siswa kesempatan nyata (sehari-hari). Tahap extending meliputi kegiatan
mengonstruksi pengetahuannya serta melatih kemampuan dimana siswa menunjukkan bahwa mereka dapat
komunikasi matematis. Salah satu solusi yang bisa menerapkan belajar untuk masalah yang signifikan dalam
digunakan adalah dengan menerapkan model pengaturan yang baru.
pembelajaran CORE. Rumusan masalah pada penelitian adalah apakah
Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMAN
kemampuan menyatakan dan menafsirkan ide matematis 9 Padang tahun pelajaran 2013/2014 yang belajar dengan
dari suatu persoalan ke dalam model matematis, seperti: menggunakan model pembelajaran CORE lebih baik
gambar, diagram, tabel, grafik, dan persamaan atau daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang
sebaliknya. Referensi [2] menyatakan bahwa agar siswa belajar dengan pembelajaran konvensional. Sejalan
bisa terlatih kemampuan komunikasi matematisnya, maka dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah
dalam pembelajaran siswa perlu dibiasakan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis
memberikan argumen atas setiap jawabannya serta siswa kelas X SMAN 9 Padang tahun pelajaran
memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan 2013/2014 yang belajar dengan menggunakan model
orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi pembelajaran CORE lebih baik daripada kemampuan
lebih bermakna baginya. Menurut [3], indikator yang komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
menunjukkan kemampuan komunikasi matematis adalah: pembelajaran konvensional.
1). menyajikan pernyataan matematika secara lisan, Hipotesis penelitian adalah kemampuan komunikasi
tertulis, gambar, dan diagram; 2). mengajukan dugaan; 3). matematis siswa kelas X SMAN 9 Padang tahun pelajaran
manipulasi matematika; 4). menarik kesimpulan, 2013/2014 yang belajar dengan menggunakan model
menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap pembelajaran CORE lebih baik daripada kemampuan
kebenaran solusi; 5). menarik kesimpulan dari pernyataan; komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
6). memeriksa kesahihan suatu argumen; 7). menemukan pembelajaran konvensional.
pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat Artikel ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, yaitu
generalisasi. dengan diterapkannya model pembelajaran CORE ini,
Model pembelajaran CORE adalah model siswa dapat melatih kemampuan komunikasi
pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk matematisnya. Selain itu, model CORE ini dapat menjadi
mengaktifkan siswa dalam membangun pengetahuannya alternatif pilihan model pembelajaran yang dapat
sendiri [4]. CORE sebagai model pembelajaran diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.
merupakan singkatan dari empat kata yang memiliki
kesatuan fungsi dalam proses pembelajaran, yaitu METODE PENELITIAN
connecting, organizing, reflecting, dan extending. Model
CORE ini menggabungkan empat unsur penting Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
konstruktivis, yaitu terhubung ke pengetahuan siswa, semu, karena jenis penelitian eksperimen sebenarnya
mengatur konten (pengetahuan) baru siswa, memberikan tidak dapat dilakukan disebabkan tidak memungkinkan
kesempatan bagi siswa untuk merefleksikannya, dan untuk mengontrol semua variabel yang relevan.
memberi kesempatan siswa untuk memperluas Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized
pengetahuan [5]. Control Group Only Design. Pada rancangan penelitian
Pada tahap connecting, informasi baru yang diterima ini sampel dipilih secara acak untuk diambil sebagai kelas
oleh siswa dihubungkan dengan apa yang diketahui eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas diberikan
sebelumnya. Referensi [3] menyatakan bahwa pada tahap instrumen berupa tes hasil belajar matematika yang
connecting, guru mengidentifikasi apa yang siswa ketahui penilaiannya dianalisis dengan berpedoman pada rubrik
tentang pelajaran sebelumnya yang berkaitan dengan penskoran komunikasi matematis.
pelajaran yang akan dipelajari. Guru mengaktifkan Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
kembali pengetahuan sebelumnya dengan mengondisikan SMAN 9 Padang tahun pelajaran 2013/2014. Sampelnya
siswa berbagi dengan orang lain, dan menulis adalah kelas X.3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.1
pengetahuan dan pengalaman mereka karena berlaku sebagai kelas kontrol.
untuk topik yang akan dipelajari. Selama tahap
32
Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 31-37
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu diperoleh bahwa data tes kemampuan komunikasi
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya matematis kedua kelas sampel berdistribusi normal dan
adalah pembelajaran dengan model CORE, sedangkan homogen. Oleh karena itu, digunakan uji-t untuk menguji
variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi hipotesis dengan taraf signifikan α = 0,05 dengan kriteria
matematis siswa kelas X SMAN 9 Padang tahun pelajaran pengujiannya, terima H0 jika thitung < ttabel dan tolak H0
2013/2014. jika sebaliknya. Berdasarkan perhitungan dengan
Data pada penelitian ini juga terdiri dari dua macam, menggunakan uji-t diperoleh thitung = 2,090 dengan df = 64
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah dan ttabel = 1,669. Berarti H0 ditolak dan H1 diterima,
data kemampuan komunikasi matematis siswa yang dengan kata lain kemampuan komunikasi matematis siswa
dilihat dari tes yang diberikan di akhir penelitian pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
kedua kelas sampel yang penilaiannya berpedoman pada Berdasarkan uji hipotesis terbukti bahwa kemampuan
rubrik penskoran komunikasi matematis. Data sekunder komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model
yaitu data nilai ujian Mid Semester I mata pelajaran pembelajaran CORE lebih baik daripada kemampuan
matematika dan jumlah siswa kelas X SMAN 9 Padang komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
tahun pelajaran 2013/2014. pembelajaran konvensional.
Prosedur penelitian terdiri atas tiga tahap yaitu: tahap Dari data tes kemampuan komunikasi matematis juga
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Instrumen dapat dihitung skala rata-rata kemampuan komunikasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes matematis siswa untuk setiap indikator. Dalam tes
kemampuan komunikasi matematis. tersebut terdapat empat indikator kemampuan komunikasi
Pada tes kemampuan komunikasi matematis, matematis, yaitu, 1). menyajikan pernyataan matematika
digunakan soal berbentuk essay yang berjumlah 7 butir secara tertulis atau gambar; 2). manipulasi matematika; 3).
soal. Materi yang diujikan dalam tes tersebut adalah memberikan alasan/bukti terhadap solusi; dan 4).
materi yang diberikan selama berlangsungnya penelitian memeriksa kesahihan suatu argumen.
yaitu Sistem Persamaan Linear dan Kuadrat. Sebelum tes Berdasarkan hasil tes diperoleh hasil perhitungan
diberikan kepada kelas sampel, dilakukan uji coba soal tes pada Tabel II sebagai berikut.
untuk mengetahui soal layak digunakan atau tidak. TABEL II
SKALA RATA-RATA KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS UNTUK
Perhitungan indeks kesukaran dan daya pembeda butir
SETIAP INDIKATOR
soal menunjukkan bahwa semua soal dapat dipakai dan Rata-rata
diperoleh reliabilitas tes sebesar 0,54 dengan kriteria Indikator Kelas
sedang. Kelas Kontrol
Eksperimen
Pengujian hipotesis dilakukan dengan taraf signifikan 1 3,27 2,88
α = 0,05. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih 2 3,10 2,76
dahulu diuji persyaratan yaitu uji normalitas dan uji 3 2,71 2,26
homogenitas variansi. Uji normalitas dan homogenitas 4 2,91 2,55
variansi pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan
Keterangan:
software minitab. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
1 : Menyajikan pernyataan matematika secara tertulis
uji-t, karena diperoleh bahwa data tes kedua kelas sampel
atau gambar
berdistribusi normal dan homogen.
2 : Melakukan manipulasi matematika
3 : Memberikan alasan/bukti terhadap solusi
HASIL DAN PEMBAHASAN
4 : Memeriksa kesahihan suatu argumen
Berdasarkan tes yang dilaksanakan di akhir penelitian Pada Tabel II terlihat bahwa skala rata-rata
diperoleh gambaran kemampuan komunikasi matematis kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
siswa seperti pada Tabel I dan dapat dilihat bahwa siswa eksperimen untuk setiap indikator siswa lebih baik
kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berikut disajikan grafik dari data
daripada kelas kontrol. Simpangan baku kelas kontrol pada tabel II.
lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi kelas kelas eksperimen kelas kontrol
kontrol lebih beragam daripada kelas eksperimen.
TABEL I 4
DATA TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS 3
SAMPEL 2
Kelas N Xmaks Xmin S 1
0
Eksperimen 33 100 41,7 76,84 17,47
Kontrol 33 97,9 33,3 67,49 18,81
Kemudian dilakukan pengujian hipotesis dari data
tersebut. Sebelum menguji hipotesis, dilakukan uji Gambar 1. Grafik Skala Rata-rata Kemampuan Komunikasi Matematis
normalitas dan homogenitas variansi terlebih dahulu, dan untuk Setiap Indikator
33
Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 31-37
34
Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 31-37
35
Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 31-37
yang diberikan pada soal. Siswa melakukan perhitungan Pada gambar 10, siswa memanfaatkan materi sistem
dengan benar untuk mengetahui harga tiap pasang sandal persamaan linear dua variabel dengan terlebih dahulu
dan sepatu. Setelah itu, barulah siswa dapat menyelidiki menyatakan situasi soal ke dalam model matematika,
apakah sepasang sepatu dan dua pasang sandal dapat yaitu dengan memisalkan meja = x dan rak = y. Kemudian
dibeli dengan uang sebesar Rp. 100.000,00 atau tidak. mencari penyelesaian dari model tersebut dengan salah
Akan tetapi masih ada siswa yang salah dalam memberi satu metode penyelesaian sistem persamaan linear dua
alasan atas jawabannya. Kesalahan yang dilakukan siswa variabel. Setelah melakukan perhitungan dengan benar,
paling dominan adalah kurang teliti dalam membaca soal maka siswa dapat memeriksa kedua pendapat yang
sehingga menyebabkan salah dalam mengemukakan terdapat pada soal dan menjelaskan alasan dari
alasan/bukti, seperti pada Gambar 9. jawabannya.
Namun pada indikator ini masih ada beberapa siswa
yang belum memperoleh nilai sempurna, Hal ini terjadi
karena siswa tidak memberikan penjelasan atas
jawabannya. Sebagian besar siswa mampu melakukan
perhitungan dengan benar, tetapi masih ada beberapa
siswa yang enggan mengemukakan alasan atas
jawabannya, seperti contoh jawaban siswa pada Gambar
11.
36
Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 31-37
37