Anda di halaman 1dari 36

Nama : NUNGKI

NPM : 1102013217
Wrap up mandiri sk 3

LO.1. Memahami dan menjelaskan anatomi reproduksi wanita


1.1.Makroskopik
1.1.1 Organ Genitalia Interna
Uterus
Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah pir dan berdinding tebal,
dilapisi peritoneum (serosa). Organ muskuler yang tebal, memiliki rongga dan berada di antara
vesika urinaria disebelah anterior dan rektum disebelah posterior. Panjang uterus 7.5 cm dan
lebar 4-5 cm dengan berat sekitar 60 gram. Cavitas uteri berbentuk segitiga pada penampang
koronal, berbentuk celah pada penampang sagital.
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implantasi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat
persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi
dikeluarkan. Rongga pada cervix uteri yang disebut canalis cervicis uteri melalui ostium
histologicumuteri internum dan dengan vagina melalui ostium uteri. Uterus terdiri dari:
- corpus, bagian uterus di atas isthmus atau di bawah muara tuba uterina
Merupakan bagian terbesar uterus; dibagian anterior menempel pada vesika urinaria
dan dibagian posterior menempel pada intestinum; dibagian lateral menempel pada
berbagai struktur yang berada didalam ligamentum latum (tuba falopii – ligamentum
rotundum – ligamentum ovarii proprium – vasa uterina dan ureter ). Arteria uterina
menyilang ureter sebelum berjalan di dinding lateral uterus. Titik persilangan tersebut
kira-kira 1.5 cm dari fornix lateralis. Cavum uteri berbentuk segitiga dengan kubah yang
berada pada bidang setinggi kedua ostium tuba falopii dan apex bagian bawah setinggi
ostium uteri internum. Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan:
o Serosa (peritoneum visceralis) yang melekat pada ligamentum latum uteri di
intraabdomen
o Miometrium, berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot
longitudinal,anyaman dan sirkular)
o Endometrium yang melapisi dinding cavum uteri. Selama kehamilan, serabut otot
tersebut tidak bertambah banyak namun mengalami hipertrofi. Endometrium adalah
lapisan berongga yang lunak yang mengandung sejumlah kelenjar dan dilapisi
dengan “ciliated collumnar epithelium”; bentuk kelenjar dan stroma bervariasi
sesuai dengan siklus haid; ketebalan pasca menstruasi dini ± 1-2 mm dan menjelang
menstruasi ± 4-7 mm.
- fundus, bagian uterus yang terletak di atas muara tuba uterina
- cornu,
- isthmus,
- serviks uteri, bagian di bawah isthmus, bagian corpus yang menyempit
Bagian terbawah uterus, servik uteri dibagi menjadi 2 bagian: pars vaginalis
(berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis ; dibagian dalam
servik terdapat kanalis servikalis. Serviks uterus terdiri dari 3 komponen utama:
otot polos, jalinan (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga
vagina yaitu portiocervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar,
arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum
(dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara / primigravida) lubang ostium
externum bulat kecil, setelah pernah/riwayatmelahirkan (primipara/ multigravida)
berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina
ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung
glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air.
Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

Dalam keadaan normal posisi uterus adalah antefleksi anteversi. Uterus pada kehamilan lanjut:
fundus berbentuk kubah, insersi tuba serta ligamentum rotundum dibagian atas corpus uteri dan
terlihat pasokan vaskular yang hipertrofis.
Vaskularisasi: disuplai oleh A.uterina cabang A.iliaca interna. A.uterina beranastomosis dengan
A.ovarica dan A.vaginalis. Sistem venanya mengikuti sistem pembuluh nadinya dan bermuara ke
dalam V.iliaca interna.
Aliran Limf: Pembuluh limf dari fundus uteri berjalan bersama arteria ovarica dan mengaliran
limf ke nodi para aortici setinggi vertebrata L1. Pembuluh limf dari corpus uteri dan cervix
uteri bermuarake nodi iliaci externi.
Nervasi: Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari hypogastricus inferior
Ligamenta penyangga uterus: ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulo
pelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.

Tuba Uterina/ Tuba Falopii


Tuba Falopii merupakan dua buah saluran muskuler yang terbentang dari sudut superior uterus
kearah lateral dengan panjang masing-masing sekitar 8-14 cm. Saluran telur (tuba uterina falopii)
adalah saluran antara rongga rahim dengan indung telur. Pada bagian ujungnya saluran telur
berbentuk seperti jemari disebut fimbria berfungsi menangkap sel telur yang dilepaskan indung
telur saat ovulasi. Saluran ini menghubungan cavum uteri dengan cavum peritoneale. Dibagi
menjadi 4 bagian :
- Pars uterina/ interstitsialis (intramularis), bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus
mulai pada ostium internum tubae.
- Pars Isthmica (penamang melintang paling sempit), bagian tuba sebelah keluar dari dinding
uterus dan merupakan bagiantuba yang lurus dan sempit.
- Pars Ampullaris, bagian tuba antara pars isthmixca dan infundibulum dan
merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk huruf S, yang merupakan tempat
terjadinya pertemuan antara sel telur dan sel sperma (fertilisasi). Kemudian embrio yang
berkembang akan bergerak menuju rongga rahim dengan bantuan sapuan rambut-rambut
getar (silia) di dinding saluran telur dalam waktu 7 hari.
- Pars Infundibularis (fimbriae), bagian yang berbentuk corong dan lubangnya menghadap
kerongga perut, Bagian ini mempunyai fimbria yang berguna sebagai alat penangkap
ovum.
Dinding Tuba Falopii terdiri dari 3 lapisan: lapisan serosa, lapisan muskularis, lapisan mucosa.
Mukosa tuba dilapisi selapis sel kolumnar yang sebagian memiliki bulu-getar (silia) dan sebagian
lain memiliki kelenjar.
Vaskularisasi: Arteria uterine merupakan cabang arteria iliaca interna sedangkan arteria ovarica
cabang dari aorta abdominalis. Vena mengikuti arteri.
Aliran Limf: pembuluh limf mengikuti jalannya arteria dan bermuara ke nodi iliaci interni dan
para aortici.
Nervasi: Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus inferior.
Ovarium
Ovarium (indung telur) adalah sepasang organ berbentuk seperti buah almond
(bulat memanjang, agak pipih dengan ukuran 3x1,5x1) yang berada di samping uterus di dekat
dinding lateral pelvis (pelvis minor) dan berada pada lapisan posterior ligamentum latum,
postero-caudal tuba falopii. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epitel ovarium di korteks),
ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka
interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pasca ovulasi). Panjang kira-kira 2.5-5.0 cm
dengan lebar kira-kira 1.5-3.0 cm. Masing-masing memiliki permukaan medial dan lateral.
Masing-masing ovarium memiliki tepi anterior (mesovarium) dan tepi posterior yang bebas.
Dilekatkan oleh mesovarium paga lig latum ( berupa lipatan peritoneum sebelahlateral kiri dan
kanan uterus). Difiksasi oleh:
- Lig suspensorium ovarii( Lig infudibulopelvicum), lig ini menggangtungkanuterus pada
dinding panggul antara sudut tuba.
- Lig teres uteri ( lig rotundum): Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus,caudal dari tuba,
kedua lig ini melalui canalis inguinalis ke bagian cranial labiummayus
Ovarium terbungkus oleh tunica albuginea yang mirip dengan yang dijumpai pada testis. Bagian
luar ovarium disebut cortex yang memiliki gamet dan di bagian dalam disebut medula yang
mengandung banyak pembuluh darah besar serta saraf. Cortex ovarium relatif avaskular dan
dijumpai sejumlah folikel ovarium kecil. Masing-masing folikel mengandung ovum immature
(oosit) yang terbungkus dengan satu atau beberapa lapisan sel. Bila oosit hanya dilapisi oleh satu
lapisan sel, sel tersebut dinamakan sel folikel, bila dilapisi oleh beberapa lapisan sel-sel tersebut
dinamakan sel granulosa. Dibagian cortex terdapat sejumlah folikel dengan berbagai derajat
maturasi. Pada folikel primordial, oosit dilapisi oleh satu lapisan sel pipih (sguamoues
epithelium). Folikel primer memiliki dua atau lebih lapisan sel granulosa kubis yang mengitari
oosit. Folikel sekunder mengandung ruang-ruang berisi cairan diantara sel granulosa. Ruangan
tersebut sering mengalami penyatuan (coalesence) membuat cavum sentral yang disebut sebagai
antrum. Folikel d’graf atau folilkel vesikuler yang matur memiliki antrum yang sangat dominan
dan folikel biasanya menonjol keluar permukaan ovarium. Setiap bulan, pada wanita dewasa,
satu dari folikel yang matang mengeluarkan oosit dari ovarium, peristiwa ini disebut Ovulasi.
Vaskularisasi: disuplai oleh A.ovarica (cabang aorta abdominalis), sedangkan venanya muncul
dari hilus ovarium sebagai pleksus pampiniformis, diteruskan ke V.ovarica dextra lalu ke V.cava
inferior (kecuali V.ovarica kiri yang terlebih dahulu bermuara ke V.renalis sinistra).
Aliran Limf: pembuluh limf ovarium mengikuti arteria ovarica dan mengalirkan limf ke nodi
para aortici, setinggi vertebra L1.
Nervasi: persarafan ovarium berasal dari plexus aorticus dan mengikuti perjalanan arteria ovarica
(S. Snel, Richard. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6.Jakarta. EGC)
1.1.2 Organ Genitalia Externa
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia
mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-
kelenjar pada dinding vagina.
Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi rambut pubis. Selain berisi jaringan lemak, juga diisi oleh jaringan ikat, pembuluh
darah dan saraf-saraf. Mons pubis meluas ke bawah belakang ke labium mayora.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang (dorsocaudal),
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum,
labia mayora menyatu (pada commisura posterior). Suatu lipatan kulit, ke berhubungan satu
dengan yang lain membentuk comissura posterior labiorum majorum, yang keventrocranial
membentuk comissura anterior labiorum anterior majorum. Dapat dibedakan: facies lateralis,
mempunyai rambut dan banyak pimen sedangkan facies medialis, mempunyai glandula sebacea
yg besar dan tidak punya rambut. Terdapat jaringan pengikat, lemak dan jaringan menyerupai
tunica dartos scroti. Cela yang dibatasi oleh kedua labia mayora disebut rima pudendi.
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora dan tidak mempunyai folikel rambut. Ke dorsocaudal
kedua labia minora berhubungan satu dengan yang lain membentuk frenulum labiorum minorum.
Ke venrocranial berhubungan satu dengan yang lain membentuk preputium clitoridis menutupi
glands clitoridis dari ventrocranial. Dalam labium minus terdapat banyak pembuluh darah,
glandula sebacea yang bermuara langsung keluar, tidak ada folliculi rambut dan jaringan lemak
serta banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis
yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Ujung proximal corpus cavernosum clitoridis
melekat di dataran medial ramus inferior ossis pubis dengan dataran lateralnya. Ke ventral kedua
crura clitoridis bersatu membentuk corpus clitoridis. Pada ujung distal corpus clitoridis terdapat
corpus cavernosum glandis yang membentuk glans clitoridis. Homolog embriologik dengan
penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan
ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum vagina
Daerah yang terletak diantara kedua bulbi vestibuli dengan batas atas clitoris, batas bawah
fourchet, batas lateral labia minora.Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium,
yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan
duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis. Kedalam
vestibulun vagina bermuara: Urethrae, Gl vestibularis mayor, Vagina, Gl vestibularis minor
Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosay aitu
selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran
darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae.Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak
beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut
parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang tampak pada
wanita pernah melahirkan / partus. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang
(hymenimperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi
terkumpul dirongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial
dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi
dalam 4 kuadran: fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis,
berubah mengikuti siklus haid.Fungsi vagina: untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid,
untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis.
Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding
vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal. Vagina tidak hanya sebagai saluran
kelamin pada perempuan, tetapi juga dapat sebagaisaluran keluar dari uterus yang dapat
mengalirkan darah menstruasi, sebagai jalan lahir padawaktu partus.
Vaskularisasi:Arteri vaginalis, cabang arteria iliaca interna dan ramus vaginalis arteria uterina.
Sedangkan pada vena, vena vagina membentuk sebuah plexus venosus vaginalis di sekeliling
vagina dan bermuara ke vena iliaca interna.
Aliran Limf: Pembuluh limf dari sepertiga bagian atas vagina bermuara ke nodi iliaci externi dan
interni, pembuluh limf dari sepertiga bagian tengah vagina bermuara ke nodi iliaci interni,
sedangkansepertiga bagian bawahnya bermuara ke nodi inguinales superficiales.
Nervasi:Saraf yang mempersarafi vagina berasal dari plexus hypogastricus inferior.

Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis
(m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anusdan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar
jalan lahir dan mencegah ruptur.
(S. Snel, Richard. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta. EGC)
1.2.Mikroskopik
1.2.1 Organ Genitalia Interna
Uterus
Dari segi histologi, uterus terdiri dari tiga lapisan:
1. Lapisan serosa atau peritoneum viseral yang terdiri dari sel mesotelial.
2. Lapisan muscular atau miometrium yang merupakan lapisan paling tebal di uterus dan terdiri
dari serat otot halus yang dipisahkan oleh kolagen dan serat elastik. Berkas otot polos ini
membentuk empat lapisan yang tidak berbatas tegas. Lapisan pertama dan keempat terutama
terdiri atas serat yang tersusun memanjang, yaitu sejajar dengan sumbu panjang organ.
Lapisan tengah mengandung pembuluh darah yang lebih besar.
3. Lapisan endometrium yang terdiri atas epitel dan lamina propia yang mengandung kelenjar
tubular simpleks. Sel-sel epitel pelapisnya merupakan gabungan selapis sel-sel silindris
sekretorus dan sel bersilia. Jaringan ikat lamina propia kaya akan fibroblas dan mengandung
banyak substansi dasar. Serat jaringan ikatnya terutana berasal dari kolagen tipe III.
Lapisan endometrium dapat dibagi menjadi dua zona, (1) Lapisan fungsional yang
merupakan bagian tebal dari endometrium. Perubahan siklik dibagi menjadi beberapa tahap:

http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/19_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/20_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/96_01.jpg
- Proliferatif (atau folikular), dibawah pengaruh estrogen ovarium, stratum functionale
semakin tebal dan kelenjar uterus memanjang dan berjalan lurus di permukaan. Arteri
spiralis memanjang berkelok-kelok.
- Sekretorik (atau luteal), dimulai setelah folikel matur. Perubahan d endometrium
disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang disekresi oleh korpus luteum
fungsional, akibatnya stratum functionale dan stratum basale endometrium menjadi lebih
tebal karena bertambahnya sekresi kelenjar dan edema lamina propria, epitel kelenjar
uterus mengalami hipertrofi akibat adanya akumulasi sekretorik yang kaya karbohidrat.
Arteri spiralis terus berjalan ke bagian atas endometrium dan tampak jelas karena
dindingnya tebal. Selama fase sekretori, stratum functionale endometrium ditandai oleh
perubahan epitel permukaan silindris, kelenjar uterus dan lamina propria. Stratum basale
menunjukkan perubahan minimal.
- Menstruasi, endometrium di stratum functionale mengalami degenerasi dan terlepas.
Endometrium yang terlepas mengandung kepingan-kepingan stroma yang hancur, bekuan
darah, dan kelenjar uterus beserta produknya. Stratum basal endometrium tetap tidak
terpengaruh selama fase ini. Bagian distal arteri spiralis mengalami nekrosis, sedangkan
bagian arteri yang lebih dalam tetap utuh.
(2) Lapisan basal yang paling dalam dan berdekatan dengan miometrium. Lapisan ini
mengandung lamina propia dan bagian awal kelenjar uterus. Lapisan ini berperan sebagai bahan
regenerasi dari lapisan fungsional dan akan tetap bertahan pada fase menstruasi. Endometrium
adalah jaringan yang sangat dinamis pada wanita usia reproduksi. Perubahan pada endometrium
terus menerus terjadi sehubungan dengan respon terhadap perubahan hormon, stromal, dan
vaskular dengan tujuan akhir agar nantinya uterus sudah siap saat terjadi pertumbuhan embrio
pada kehamilan. Stimulasi estrogen dikaitkan erat dengan pertumbuhan dan proliferasi
endometrium, sedangkan progesteron diproduksi oleh korpus luteum setelah ovulasi
mengahmbat proliferasi dan menstimulasi sekresi di kelenjar dan juga perubahan predesidual di
stroma.
Tuba uterina (tuba falopii), terdiri atas 4 segmen yaitu bagian Intramural (Pars Interstitial),
Istmus, Ampula, Infundibulum . Jari2/jumbai melebarke arah ovarium disebut fimbriae. Secara
histologi, dinding tuba uterina terdiri dari 3 lapisan: tunika mukosa, tunika muskularis, tunika
serosa.
(Junqueira, L. C. and Carneiro, J., 2007. Histologi dasar. 10th ed. Jakarta: EGC.)

http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/femalerepro/images/uem021he.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/21_01.jpg
Ovarium
Permukaan ovarium ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau kuboid, yakni epitel germinal.
Di bawah lapis epitel germinal terdapat sebuah lapisan jaringan ikat padat yang tidak berbatas
jelas membentuk tunika albuginea. Jaringan korteks ovarium berada di bawah tunika albuginea.
Di sini terdapat sejumlah besar folikel ovarium sedang berkembang pada fase yang berbeda-
beda.
Sebuah folikel ovarium terdiri atas sebuah oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan
sel folikel. Folikel dibagi ke dalam tiga fase perkembangan, yaitu folikel primordial, folikel
berkembang, dan folikel de Graaf atau matang.
Folikel primordial paling banyak dijumpai saat sebelum kelahiran. Terdiri atas sebuah oosit
primer dengan inti dan anak inti besar yang dibungkus oleh selapis sel folikel gepeng. Sementara
folikel berkembang, stroma ovarium yang mengelilingi folikel akan berdeferensiasi menjadi teka
interna dan teka eksterna. Teka interna kaya akan vaskular dan teka eksterna terutama terdiri atas
jaringan ikat. Tidak ada pembuluh darah dalam lapisan granulosa.
Sewaktu folikel berkembang pula, terbentuk ruang-ruang kecil di antara sel folikel yang
berisi cairan folikel. Folikel ini disebut folikel sekunder. Kemudian ruang-ruang ini menyatu dan
akhirnya hanya membentuk satu ruang besar yang disebut antrum. Sel-sel dari lapisan granulosa
berkumpul pada satu bagian dinding folikel, membentuk bukit kecil sel-sel, yaitu kumulus
ooforus, yang mengandung oosit. Kumulus ooforus ini menonjol kedalam antrum. Oosit tidak
akan bertumbuh lagi dan dilapisi oleh sel granulosa tipis yang disebut korona radiata.
Folikel ini kini benama folikel de Graaf atau matang.
Proses ovulasi terdiri atas pecahnya folikel matang dan pelepasan ovum. Ovum bersama
zona pelucida, sel-sel yang meliputinya, dan beberapa cairan antrum meninggalkan ovarium
dan masuk ke dalam tuba uterina. Setelah ovulasi, sel granulosa dan sel-sel dari teka interna
yang menetap dalam ovarium membentuk kelenjar endokrin sementara yang disebut korpus
luteum yang mensekresikan progesteron dan estrogen.
Struktur ovarium terdiri dari:
a) Korteks di bagian luar, terdiri dari:
- Stroma padat, mengandung folikel ovarium. Stroma berbentuk jala retikulin dengan sel bentuk
gelendong.
- Sebelum pubertas hanya tdpt folikel primitif atau primer.
- Kematangan seks: adanya folikel yang berkembang dan hasil akhirnya berupa korpus luteum,
folikel atretis.
- Saat menopause folikel menghilang dan korteks jadi tipis dan terdiri dari jaringan ikat fibrosa
b) Medula dibagian dalam,tdd:
- Jaringan ikat fibroelastis berisi pembuluh darah besar, limf dan saraf.
Korpus Luteum
Bila tidak tjd fertilisasi maka korpus luteum hanya bertahan 10-14 hari dan berdegenerasi disebut
korpus luteum menstruasi
Bila terjadi fertilisasi, plasenta menghasilkan HCG dan menstimulasi korpus luteum untuk
bertahan selama ± 6 bulan dan akan menurun tapi tidak hilang dan masih mensekresi progesteron
sampai akhir kehamilan disebut korpus luteum pregnans.
(Fawcett DW. 2004. Buku Ajar Histologi Bloom & Fawcett. 12th ed. Trans Tambayong J.
Jakarta: EGC)
http://legacy.owensboro.kctcs.edu/gcaplan/anat2/histology/a%20ovary%203.jpg
https://secure.health.utas.edu.au/intranet/cds/cam202/Images/98-9824x200a.jpg

1.2.2 Organ Genitalia Externa


Vagina
Vagina adalah tabung fibromuskular dengan dinding yang terdiri
dari tiga lapisan: mukosa, muskularis dan adventitia dari vagina.
MukosaEpitel skuamosa bertingkat (dalam stratum basalis,
intermediate stratum spinosum, lapisan dangkal sel eosinofilik
datar yang memang mengandung keratin tetapi biasanyatidak
membentuk lapisan tanduk yang benar) terletak pada lamina
propria yang sangatseluler (leukosit banyak). Menjelang
muskularis beberapa ruang kavernosa vaskular dapat dilihat
(jaringan ereksi yang khas).
Muskularis Batin lapisan membujur melingkar dan luar otot
polos yang hadir. Inferior, otot, bulbo spongiosus lurik sukarela
membentuk sphincter sekitar vagina.
AdventitiaBagian dari adventitia berbatasan dengan
muskularis cukup padat dan berisi banyak seratelastis. Jaringan ikat longgar dengan pleksus vena
menonjol membentuk bagian luar adventitia.
http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/femalerepro/images/vag02he.jpg

LO.2. Memahami dan menjelaskan fisiologi haid dan hormone-hormon reproduksi


Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi
normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung
jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak,
2004).
Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa
estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang
berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh
adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan
organorgan reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita
dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam
perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan
yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling
penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi
uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron
berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal.
Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon
endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita
(Suzannec, 2001).
Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah
menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen yang
mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi
penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung
setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang
hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah
pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk,
2006)
Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1. Siklus Endomentrium
Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase, yaitu :
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan
lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari
(rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing
Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel
Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar
hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus
28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal
sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh
menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat
ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan
sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya
dengan darah dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi.
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan
progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri
spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH,
kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang
pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel
primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah
pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang
terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong
memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas
fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron.
Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga
lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

3. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah
menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk
mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi
folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium
dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu
hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada
sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi
ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron
menurun, maka terjadi menstruasi.

Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi


Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus
menstruasi antara lain:
1. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzimenzim hidrolitik dalam
endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-
zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan
pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis
mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh
darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak
zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum
apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar
progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam
metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium dan perdarahan.
2. Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional
endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena.
Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang
menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan
pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.
3. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai
suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter%20II.pdf)

Aspek Hormonal Dalam Siklus Menstruasi


Dari artikel penelitian yang ditulis oleh Razi Maulana (2008) mengutip dari sumber Syahrum et.
al. (1994), Greenspan et. al. (1998), dan (Deuster et.,al. (1999), menyatakan bahawa hormon
adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam
peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target. Hormon-hormon
yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah:
-GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)merupakan hormon yang diproduksi
olehhipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folicle stimulating hormone)
di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke
hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya. Fungsi dari
GnRH:
a. menstibmulasi produksi FSH dan LH
b. mengatur pelepasan FSH dan LH oleh kelenjar hipofisis
-PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin.
A. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis meliputi :
1. Luteinizing Hormon (LH)
LH dihasilkan oleh sel-sel asidofilik (afinitas terhadap asam), bersama dengan FSH berfungsi
mematangkan folikel dan sel telur, merangsang terjadinya ovulasi, pembentukan korpus luteum,
serta sintesis steroid seks. Folikel yang melepaskan ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum
yang disusun oleh selsel lutein dan disebut korpus. Fungsinya:
Laki-laki: menstimulasi produksi sperma dalam proses spermatogenesis dengan cara
menstimulasi sel intestisial leydig pada testis untuk mensekresikan testosteron
Perempuan: membentuk korpus luteum dari folikel yang telah pecah, dan produksi progesteron
oleh korpus luteum.

2. Folikel Stimulating Hormon (FSH)


FSH dihasilkan oleh sel-sel basofilik (afinitas terhadap basa). Hormon ini mempengaruhi
ovarium sehingga dapat berkembang dan berfungsi pada saat pubertas. FSH mengembangkan
folikel primer yang mengandung oosit primer dan keadaan padat (solid) tersebut menjadi folikel
yang menghasilkan estrogen. Fungsinya:
Laki-laki: menstimulasi produksi sperma dengan cara mempengaruhi reseptor testosteron pada
tubulus semineferus
Perempuan: menstimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel serta produksi estrogen pada
corpus luteum
3. Prolaktin Releasing Hormon (PRH)
Secara pilogenetis, prolaktin adalah suatu hormon yang sangat tua serta memiliki susunan yang
sama dengan hormon pertumbuhan (Growth hormone, Somatogotropic hormone, thyroid
stmulating hormone, Somatotropin). Secara sinergis dengan estradia, prolaktin mempengaruhi
payudara dan laktasi, serta berperan pada pembentukan dan fungsi korpus luteum.
B. Steroid ovarium
Ovarium menghasilkan progesteron, androgen, dan estrogen. Banyak dari steroid yang
dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui
pengubahan prekursor-prekursor steroid lain; konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-
hormon ini tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.
1. Estrogen
Fase pubertas terjadi perkembangan sifat seks primer. Kemudian juga terjadi perkembangan sifat
seks sekunder. Selanjutnya akan berlangsung siklus pada uterus, vagina dan kelenjar mammae.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen. Terhadap uterus, hormon estrogen
menyebabkan endometriummengalami proliferasi, yaitu lapisan endometrium berkembang dan
menjadi lebih tebal. Hal ini diikuti dengan lebih banyak kelenjar-kelenjar, pembuluh darah arteri
maupun vena. Hormon estrogen dihasilkan oleh teka interna folikel. Estradiol (E2) merupakan
produk yang paling penting yang disekresi oleh ovarium karena memiliki potensi biologik dan
efek fisiologik yang beragam terhadap jaringan perifer sasaran. Peninggian kadar estradiol
plasma berkorelasi erat dengan peningkatan ukuran folikel pra-ovulasi. Setelah lonjakan LH,
kadar estradiol serum akan mencapai kadar terendah selama beberapa hari dan terjadi
peningkatan kedua kadar estradiol plasma yang akan mencapai puncaknya pada pertengahan fase
luteal, yang akan mencerminkan sekresi estrogen oleh korpus luteum. Studi kateterisasi telah
menunjukkan bahwa peningkatan kadar estradiol plasma pada fase pra-evolusi dan pertengahan
fase luteal dari siklus. Fungsi estrogen:
- Uterus dan organ kelamin wanita: ovarium, tuba fallopii, uterus dan vagina, semuanya
bertambah besar. Selain itu, genitalia eksterna bertambah membesar, dengan deposisi lemak
pada mons pubis dan labia mayora dan disertai pembesaran labia minora.
- Tuba Fallopii: jaringan kelenjar lapisan tersebut berproliferasi, dan yang penting, estrogen
menyebabkan jumlah sel-sel epitel bersilia yang membatasi tuba fallopii bertambah banyak.
- Payudara: estrogen menyebabkan (1) perkembangan jaringan stroma payudara, (2)
pertumbuhan sistem duktus yang luas, (3) deposit lemak pada payudara
- Tulang rangka: menghambat aktivitas osteoklastik dan menyebabkan terjadinya penggabungan
epifisis dengan tulang panjang.
- Deposisi protein: peningkatan total protein tubuh, yang terbukti adanya keseimbangan nitrogen
yang sedikit positif apabaila diberikan estrogen
- Metabolisme dan penyimpanan lemak: meningkatkan laju kecepatan metabolisme seluruh
tubuh. Juga meningkatkan jumlah simpanan lemak dalam jaringan subkutan.
- Pada distribusi rambut: setelah pubertas akan tumbuh rambut pada aksila dan pubis
- Pada kulit: kulita berkembang menjadi tekstur yang halus dan lembut juga lebih vaskular
- Keseimbangan elektrolit: terjadinya retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal
2. Progesteron
Kadar progesteron adalah rendah selama fase folikuler, kurang dari 1 ng/ml (3,8 nmol/l) dan
kadar progesteron akan mencapai puncak yaitu antara 10-20 mg/ ml (32-64 nmol) pada
pertengahan fase luteal. Selama fase luteal, hampir semua progesteron dalam sirkulasi
merupakan hasil sekresi langsung korpus luteum. Pengukuran kadar progesteron plasma banyak
dimanfaatkan untuk memantau ovulasi. Kadar progesteron di atas 4-5 ng/ml (12,7-15.9 nmol/l)
mengisyaratkan bahwa ovulasi telah terjadi. Perkembangan uterus yang sudah dipengaruhi
hormon estrogen selanjutnya dipengaruhi progesteron yang dihasilkan korpus luteum menjadi
stadium sekresi, yang mempersiapkan endometrium mencapai optimal. Kelenjar mensekresi zat
yang berguna untuk makanan dan proteksi terhadap embrio yang akan berimplantasi.
Pembuluh darah akan menjadi lebih panjang dan lebar. Fungsi progesteron:
- Uterus: meningkatkan perubahan sekretorik pada endometrium uterus, selama separuh terakhir
siklus seksual bulanan wanita, sehingga mempersiapkan uterus untuk menerima ovum yang
sudah dibuahi. Selain itu juga fungsinya mengurangi frekuensi dan intensitas kontraksi terus
sehingga membantuk mencegah terlepasnya implant
- Tuba fallopii: meningkatkan sekresi pada mukosa yang membatasi tuba fallopii. Sekresi ini
dibutuhkan untuk nutrisi ovum yang telah dibuahi dan sedang membelah sewaktu ovum
bergerak dalam tuba fallopii sebelum berimplantasi
- Payudara: meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli payudara, sehingga berproliferasi
dan sekretorik
3. Androgen
Androgen merangsang pertumbuhan rambut di daerah aksila dan pubes serta mampu
meningkatkan libido. Androgen terbentuk selama sintesis steroid di ovarium dan adrenal, sebagai
pembekal estrogen. Androgen pada wanita dapat berakibat maskulinisasi, maka pembentukan
yang berlebih akan menyebabkan gangguan yang berarti. Fase folikuler dan fase luteal kadar
rata-rata testosteron plasma berkisar antara 0,2 ng/mg-0,4ng/mg (0,69-1,39 nmol/l) dan sedikit
meningkat pada fase pra-ovulasi.

(Maulana, R., 2008. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Produktif dengan Premenstrual
Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology BPK –RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2008.)

LO.3. Memahami dan menjelaskan kelainan haid


3.1. Definisi
Perubahan siklus haid merupakan suatu keadaan siklus haid yang berbeda dengan yang
sebelumnya, yang diukur mulai dari siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik
awal, yang dapat berkisar kurang dari batas normal sekitar 22– 35 hari (Varney, 2007).
Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah perdarahan uterus abnormal dalam hal jumlah,
frekuensi, dan lamanya yang terjadi baik di dalam maupun di luar siklus haid, merupakan gejala
klinis yang semata-mata karena suatu gangguan fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus-
hipofisis-ovariumendometrium tanpa adanya kelainan organik alat reproduksi (Ali, 1989).

3.2. Klasifikasi

Ritmus abnormal seperti:


- Polimenorea - haid terlalu sering, interval < 21 hari
- Oligomenore - haid terlalu jarang, interval > 31 hari
- Amenorea - tidak haid
- Perdarahan tidak teratur, interval datangnya haid tidak tentu
- Perdarahan pertengahan siklus dalam bentuk spotting
a. Jumlah atau banyaknya darah (normal ganti pembalut 2-5x/hari)
- Hipermenorea - darah haid terlalu banyak, ganti pembalut >6 pembalut/hari dimana
setiap pembalut basah seluruhnya.
- Hipomenorea - darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut < pembalut/hari
- Spotting
b. Lamanya perdarahan (normal 2 -5 hari)
- Menoragia - lamanya lebih dari 6 hari
- Brakhimenorea - lamanya < 2 hari
- Perdarahan sebelum dan sesudah haid
- Premenstrual spotting dan postmenstrual spotting
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid : Hipermenorea atau
menoragia dan Hipomenorea
2. Kelainan siklus : Polimenorea; Oligomenorea; Amenorea
3. Perdarahan di luar haid : Metroragia
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid : Pre menstrual tension (ketegangan pra
haid); Mastodinia; Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) dan Dismenorea

1. Kelainan Dalam Banyaknya Darah Dan Lamanya Perdarahan Pada Haid


- Hipermenorea atau Menoragia
Definisi: Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8
hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Sebab-sebab
o Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi :
uterotonika
o Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.
o Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas,
bendunganpembuluh darah balik.
o Hipertensi
o Dekompensio cordis
o Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
o Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
o Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili
Epidemiologi: (El-Hemaidi I1, Gharaibeh A, Shehata H. 2007. Menorrhagia and bleeding
disorders. Curr Opin Obstet Gynecol. 2007 Dec;19(6):513-20.)
Menoragia dialami oleh 30% wanita di usia produktif. Di Inggris, 20% perempuan dewasa dan
30% di Amerika Serikat yang mendapat histerektomi sebelum umur 60 tahun memiliki masalah
utama menoragia setidaknya 50-70% dari kasus tersebut.
Tindakan Memberikan anti perdarahan seperti ergometrin tablet/injeksi.
- Hipomenorea
Definisi: perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa.
Sebab-sebab Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari
kurang gizi,penyakit menahun maupun gangguan hormonal.
Tindakan Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.

2. Kelainan Siklus
- Polimenorea atau Epimenoragia
Definisi: siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan
jumlahperdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
Sebab-sebab Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum
memendek sehinggasiklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.
Terapi Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium sekresi
menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesteron.
- Oligomenorea
Definisi: siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap
sama.
Sebab-sebab Perpanjangan stadium folikuller; perpanjangan stadium luteal; kedua stadium
menjadi panjang; pengaruh psikis; pengaruh penyakit: TBC
Terapi Oligomenorea yang disebabkan ovulatoar tidak memerlukan terapi, sedangkan bila
mendekatiamenorea diusahakan dengan ovulasi.
- Amenorea
Definisi: keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut. Klasifikasi:
o Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
o Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami
haidtetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.
Sebab-sebab Fisiologis; terjadi sebelum pubertas, dalam kehamilan, dalam masa laktasi maupun
dalam masa menopause; gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis ovarium ; kelainan
kongenital ; gangguansistem hormonal; penyakit-penyakit lain; ketidakstabilan emosi; kurang zat
makanan yang mempunyai nilai gizi lebih.
Epidemiologi: Sekitar 3-4% dari populasi dengan usia reproduktif dapat ditemukan adanya
amenore yang bersifat patologik. Amenore didiagnosa pada perempuan yang tidak menstruasi :
1. sampai usia 13 tahun dan belum menunjukkan tanda – tanda pubertas
2. sampai usia 15 tahun walaupun sudah menunjukkan tanda pubertas lain
3. sudah menstruasi,tetapi tidak menstruasi lagi selama interval 3 siklus atau lebih atau selama 6
bulan
Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi menstruasi pada wanita yang
berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik seksual sekunder normal, atau umur 14 tahun ke
atas tanpa adanya perkembangan karakteristik seksual sekunder. Amenorea primer terjadi pada
0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi.
Amenorea sekunderAmenorea sekunder adalah hilangnya menstruasi setelah menarche.
Yaitutidak terjadinya menstruasi selama lebih dari 6 bulan pada wanita yangbiasanya mendapat
siklus menstruasi teratur atau bisa sampai 12 bulanpada wanita yang biasanya mengalami
oligomenorrhoea. Angka kejadianberkisar antara 1 – 5%.
Terapi, tergantung dengan etiologinya. Secara umum dapat diberikanhormon-hormon yang
merangsang ovulasi, iradiasi dari ovarium dan pengembalian keadaan umum, menyeimbangkan
antara kerja-rekreasi dan istirahat.
3. Perdarahan di luar haid
- Metroragia
Definisi: perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. Klasifikasi
a. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.
b. Metroragia diluar kehamilan.
Sebab-sebab
1)Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh; carcinoma
corpusuteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis
haemorrhagia,endometritis haemorrhagia); hormonal.
2)Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen,
hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik,
penyakitakut maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten,
kelainanpelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.
Terapi kuretase dan hormonal.
4. Gangguan Lain Yang Ada Hubungan Dengan Haid
- Pre Menstrual Tension (Ketegangan Pra Haid)
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi
berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom menjelang
menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun.
Gejala klinik gelisah, susah tidur; perutkembung, mual muntah; payudara tegang dan sakit;
terkadang merasa tertekan.
Terapi Olahraga, perubahan diet (tanpa garam, kopi dan alkohol); mengurangi stress; konsumsi
antidepressan bila perlu; menekan fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral, progestin;
konsultasidengan tenaga ahli, KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut.
- Mastodinia atau Mastalgia
Definisi: rasa tegang pada payudara menjelang haid.
Sebab-sebab, Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam
yang disertai hiperemia didaerah payudara.
- Mittelschmerz (Rasa Nyeri pada Ovulasi)
Definisi: rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi. Hal ini terjadi karena pecahnya folikel Graff.
Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang Mittelschmerz diikuti
olehperdarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinis seperti kehamilan ektopik
yang pecah.
- Dismenorea
Definisi Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan
pengobatan.Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas. Klasifikasi
1)Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah nyeri haid
yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan. Sebab : psikis;
(konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic sempit, hyperanteflexio, retroflexio);
endokrin (peningkatan kadar prostalandin, hormon steroid seks, kadar vasopresin tinggi).
Etiologi : nyeri haid dari bagian perut menjalar ke daerah pinggang dan paha, terkadang disertai
dengan mual dan muntah, diare, sakit kepala dan emosi labil. Terapi : psikoterapi, analgetika,
hormonal.
2)Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore. Hal
ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri, endometriosis,
retroflexiouteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium.
Terapi : causal (mencari dan menghilangkan penyebabnya).
(http://www.emedicine.com/med/topic606.htm )

3.3. Etiologi
Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan kasus
dengan siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah
siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai :
- Fungsi hormon terganggu
Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem
hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem
pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid pun akan terganggu.
- Kelainan Sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya karena sistem
metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit
diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun tak teratur.
- Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress, wanita akan menjadi
mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakitsakitan, sehingga metabolisme terganggu.
Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.
- Kelenjar Gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias menjadi penyebab idak teraturnya siklus
haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun
terlalu rendah (hipertiroid), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
- Hormon prolakin berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang hormon ini
menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga
bisa tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala
(Sahara, 2009)
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27264/4/Chapter%20II.pdf)

3.4.Menifestasi klinis
- Hipermenore (Menorraghia): Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-
obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang
selama haid.
- Hypomenorhoe (kriptomenorrhea): Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit
(<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting.
- Polimenorea (Epimenoragia): Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25
hari).
- Oligomenorrhoe: Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali, Perdarahan haid biasanya
berkurang
- Amenorea
- Metroragia: Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun
keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak.
- Pra Menstruasi Syndrom: Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah
merasa lelah. Nafsu makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi
menjadi labil. Biasanya perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif
lainnya.
- Dismenore:
- Dismenore primer:perasaan malas bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin makan terus,
emosi jadi lebih labil, sensitif, mudah marah. Bukan itu saja, pengaruh pelepasan dinding
rahim selama menstruasi juga kerap memunculkan rasa pegal dan sakit pada pinggang serta
membuat kepala terasa nyeri, kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki
dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.
- Dismenore sekunder: terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche (haid
pertama), yang merupakan indikasi adanya obstruksi outflow kongenital. Dismenorea
dimulai setelah berusia 25 tahun. Terdapat ketidaknormalan (abnormality) pelvis dengan
pemeriksaan fisik: pertimbangkan kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease,
pelvic adhesion (perlengketan pelvis), dan adenomyosis.
3.5.Patofisiologi
AMENOREA
Kelainan
Kegagalan fungsi genetik
hipotalamus-hipofisis
Penyakit
stress, obat-
Testikular obatan, dll
hipogonadotropin feminization Disgenesis gonad

Siklus
FSH & LH Ovarium gagal menstruasi
berkembang terganggu
Tidak punya Testis
uterus menggantikan
Ovarium tidak
ovarium
terangsang Tidak terjadi
Ovarium berupa siklus
jaringan pengikat menstruasi

Estrogen & Tidak dapat mengalami


progesteron menstruasi
tidak Tidak terjadi
dihasilkan menstruasi

Siklus
menstruasi Amenore sekunder
Amenore primer
tidak terjadi

Tanda seks MK: ansietas,


sekunder nyeri, kerusakan
tidak terjadi integritas jaringan

MK: gangguan citra


tubuh

Patogenesis Perdarahan Uterus Disfungsional


- Anovulatorik
Kegagalan Ovulasi. Siklus anovulatorik sangat sering terjadi di kedua ujung usia subur; pada
setiap disfungsi sumbu hipotalamus-hipofiisis-ovumn adrenal, atau tiroid; pada lesi ovarium
fungsional yang menghasilkan esterogen berlebihan; pada malnutrisi, obesitas, atau peyakit
berat; pada stress fisik atau emosi berat. Pada banyak kasus penyebab kegagalan ovulasi tidak
diketahui, tetapi apapun sebabnya, hal ini menyebabkan kelebihan estrogen relatif terhadap
progesteron. Oleh karena itu, endometrium mengalami fase proliferatif yang tidak diikuti oleh
fase sekretorik yang normal. Kelenjar endometrium mungkin mengalami perubahan kistik ringan
atau di tempat lain mungkin tampak kacau dengan stroma yang relatif sedikit, yang memerlukan
progesteron untuk mempertahankannya. Endometrium yang kurang ditopang ini mengalami
kolaps secara parsial, disertai ruptur arteri spiral dan perdarahan.
- Ovulatorik
Fase luteal tidak adekuat. Korpus luteum mungkin gagal mengalami pematangan secara normal
atau mengalami rgresi secara prematur sehingga terjadi kekurangan relatif progesteron.
Endometrium dibawah kondisi ini mengalami perlambatan terbentuknya pase sekretorik.

DISMENOREA
Bila tidak terjadi kehamilan Penyakit :endometriosis,
inflamasi pelvis,
adenomiosis, kista
Regresi korpus luteum ovarium, kelainan otak

Progesterone menurun Dismenore


sekunder

Labilisasi membrane lisosom


Nyeri haid
(mudah pecah)

MK:nyeri MK:Intoleran
Enzim fosfolipase A2 aktivitas
meningkat

Hidrolisis senyawa
fosfolipid

Terbentuk asam arakidonat


Meningkatkan sensitisasi &
menurunkan ambang rasa sakit
prostaglandin pada ujng saraf aferen nervus
pelvicus

PGE 2 PGF 2α

PGE 2 & PGF 2α dalam darah MK:


meningkat intoleransi
aktivitas

Miometrium terangsang

Meningkatkan kontraksi & MK: nyeri


disritmia uterus

Nyeri MK:
iskemia Dismenore primer
haid ansietas

3.6. Diagnosis dan diagnosis banding


Diagnosis, Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Perdarahan Uterus Disfungsional
Anamnesis
Pada pasien yang mengalami perdarahan uterus disfungsional, anamnesis perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Riwayat detail menstruasi :
- Jumlah hari mestruasi
- Jumlah pembalut yang digunakan per hari
- Dampak terhadap kehidupan sehari-hari
- Riwayat pendarahan pada gusi, mudah memar, dan perdarahan yang panjang akibat luka
ringan
- Gejala penambahan berat badan, konstipasi, rambut rontok, kelelahan
- Galaktorea
- Riwayat seksual dan penggunaan kontrasepsi
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan
hemodinamik,selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk:
o Menilai
− Indeks Massa Tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
− Tanda-tanda Hiperandrogen
− Pembesaran kelenjar thyroid atau manofestasi hiper atau hypothyroid
− Galaktorea
− Gangguan Lapang Pandang (karena adenoma hypofisis)
− Faktor resiko keganasan (obesitas, hipertensi, DM, dll)
o Menyingkirkan
− Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
− Servisitis, endometritis
− Polip dan mioma uteri
− Keganasan serviks dan uterus
− Hiperplasia endometrium
− Gangguan pembekuan darah
Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear, dan harus
disingkirkan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium, atau keganasan.

Primer Sekunder Tersier


Laboratorium -Hb -Darah lengkap -Prolaktin
-Tes kehamilan hemostatis (BT- -Tiroid (TSH,
-urin CT, lainnya FT4)
sesuai fasilitas) -Hemostasis
(PT, aPTT,dll)
USG -USG -USG
Pemeriksaan transabdominal Transabdominal
Penunjang -USG -USG
transvaginal transvaginal
SIS -SIS
-Doppler
Penilaian -Mikrokuret -Mikrokuret/
Endometrium -D&K D&K
-Histeroskopi
-Endometrial
sampling
Penilaian -IVA -Pap smear -Pap smear
serviks bila ada -Kolposkopi
patologi

 Pemeriksaan Lab
- TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
TSH bertugas mengatur sintesis hormon tiroid. Pemeriksaan TSH berfungsi untuk
mengetahui fungsi kelenjar tiroid. Hipotiroid yang biasa ditandai dengan meningkatnya
TSH, menyebabkan haid tidak teratur termasuk amenorrhea. Gangguan fungsi tiroid ini
dapat menyebabkan peningkatan produksi prolaktin.
- Prolaktin
Produksi prolaktin yang berlebihan atau disebut hiperprolaktinemia pada wanita dapat
menyebabkan gangguan siklus haid.
- Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH)
Pemeriksaan LH dan FSH berguna untuk mengetahui keadaan hipergonadotropik
hipogonadisme dan hipogonadotropik hipogonadisme. Hipergonadotropik hipogonadisme
dapat menyebabkan gagal ovarium yang mengakibatkan menopause dini, sedangkan
hipogonadotropik hipogonadisme dapat mengakibatkan amenorrhea hipotalamus yang
disebabkan oleh gangguan poros hipotalamus-pituitari-ovarium.
- Progesteron
Pemeriksaan progesteron dapat mengetahui terjadinya defisiensi estrogen, lesi pada struktur
endometrium dan sumbatan pada uterus yang menyebabkan amenorrhea.

Amenorrhea dapat menyebabkan ketidaknyamanan, namun dengan pemeriksaan laboratorium


dan konsultasi dokter dapat diketahui penyebabnya sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat
untuk menormalkan kembali siklus haid.
 Pemeriksaan penunjang
- Foto Rontgen dari thorak terhadap tuberkulosis pulmonum dan dari sella tursika untuk
mengetahui apakah ada perubahan pada sella tersebut.
- Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui adanya estrogen
- Tes toleransi glukosa untuk mengetahui adanya diabetes melitus
- Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya lapangan visus jika ada
kemungkinan tumor hipofisis
- Pemeriksaan metabolisme basal pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi glandula
tiroidea
- Laparoskopi : untuk mengetahui adanya hipoplasia uteri yang berat, aplasia uteri, disgenesis
ovarium, tumor ovarium, ovarium polikistik (Sindrom Dtein-Leventhal)
- Pemeriksaan kromatin seks
- Pembuatan kariogram
- Pemeriksaan kadar hormon untuk mengetahui funsi glandula tiroid.
Langkah diagnostik PUD

Metroragia
1. Anamnesis
- Tanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau
oleh oligomenorea/amenorea
- Sifat perdarahan (banyak atau sedikit2,sakit atau tidak)
- Lama perdarahan, dsb.
2. Pemeriksaan umum
Perlu diperhatikan tanda2 yang meninjuk kearah kemungkinan penyakit metabolic, penyakit
endokrin, penyakit menahun, dll.
3. Pemeriksaan ginekologik
Perlu dilihat apakah tidak ada kelainan2 organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal
(polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu)

3.7. Tatalaksana
50 % dari kaum wanita pernah mengalami gangguan haid pada masa remaja. Biasanya
gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun. Karena tingginya kejadian ini,
berbagai pengobatan pun telah diberikan.
Ketidakteraturan menstruasi biasanya tanpa sebab fisik dihubungkan dengan disfungsi
hipotalamus, yang dapat dikaikan dengan stres fisik (misalnya cedera kepala ringan) atau stres
emosional (misalnya ketika akan menghadapi ujian). Ada beberapa cara untuk menghadapi
keadaan ini secara medis. Cara paling mudah adalah dengan memberikan pil KB, yang
mengandung progesteron dan estrogen dalam kadar tertentu. Berikan selama 10-12 hari. Dalam 7
hari pasien akan mengalami perdarahan.
Progesteron bekerja dengan memproduksi estrogen dari dalam tubuhnya sendiri,
membangun dan meluruhkan lapisan dalam rahim, melindunginya dari overstimulasi
endometrium.
Cara lain untuk menanggani gangguan menstruasi yang tidak teratur adalah mengobati
akar permasalahannya dan ini memerlukan peran seorang ginekolog (Livoty, Carol. Dan Topp.;
2006).
Terapi unruk hipermenorea (menoragia) khususnya pada mioma uteri tergantung pada
penangganan mioma uteri, sedangkan pada wanita (Wknjosastro, 2008) yang didiagnosis
menderita polip endometrium penangganannya adalah kuretase (wknjosastro,2008).
Terapi untuk amenorea primer, jika amenorea menetap 9-12 bulan dan anovulasi
merupakan penyebab utama, dapat diberikan klomifen, terutama Klomifen merupakan anti
estrogen. Dengan pengobatan ini kira-kira 90 % wanita amenorea dan 40 % wanita yang
mengalami oligomenorea akan membaik. Terapi amenorea sekunder perbaiki kebiasaan makan
dan menjaga kebersihan diri (Llewellyn, Derek. Dan Jones,2002).
Untuk gangguan haid lainnya cukup diberikan keterangan bahwa hal tersebut tidak
mengganggu fertilitas/kesuburan dari wanita yang bersangkutan (Wknjosastro,2008).
Ada banyak cara untuk mengobati kram. Olahraga adalah terapi yang sangat efektif,
seperti juga diet yang bergizi. Kalsium dan vitamin B6 telah dikaitkan sebagai pereda
nyeri/kram. Obat antiprostaglandin seperti aspirin, naproxen, ibuprofen merupakan obat ideal
untuk kram menstruasi. Obat ini diminum sejak terasa sakit selama 2-3 hari.
Kebanyakan dari mereka yang mengeluhkan rasa sakit tidak memerlukan pengobatan,
tetapi butuh pengertian dan penerangan. Jika sakit semakin parah segeralah berobat ke dokter
(Llewellyn,2001).
Penatalaksanaan Perdarahan Uterus Disfungsional
Tujuan terapi
- mengontrol perdarahan
- mencegah perdarahan berulang
- mencegah komplikasi
- mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh
- menjaga kesuburan.
Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari ibu.
Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering dilakukan. Regimen estrogen
tersebut efektif di dalam menghentikan episode perdarahan. Bagaimanapun juga penyebab
perdarahan harus dicari dan dihentikan. Apabila pasien memiliki kontraindikasi untuk terapi
estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan.
Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang
diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan kontrasepsi.
Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien yang menerima terapi
hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk
reevaluasi efek yang terjadi. Terapi operasi dapat disarankan untuk kasus yang resisten terhadap
terapi obat-obatan. Secara singkat langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perbaikan Keadaan Umum
Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk. Pada perdarahan
uterus disfungsional akut, anemia (Hb <8 g/dL) yang terjadi harus segera diatasi dengan
transfusi darah. Pada perdarahan uterus disfungsional kronis keadaan anemia ringan seringkali
dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan anemia berat membutuhkan transfusi
darah
2. Penghentian Pendarahan
Hormon Steroid Seks
- Estrogen
Dipakai pada perdarahan uterus disfungsional untuk menghentikan perdarahan karena memiliki
berbagai khasiat yaitu healing effect, pembentukan mukopolisakarida pada dinding pembuluh
darah, vasokonstriksi (karena merangsang prostaglandin), meningkatkan pembentukan thrombin
dan fibrin. Dosis pemberian estrogen pada perdarahan uterus disfungsional adalah 25 mg IV
setiap 4-6 jam untuk 24 jam diikuti dengan oral terapi yaitu 1 tablet perhari selama 5-7 hari
(untuk semua produk estrogen dengan kandungan ≤ 35 mg ethynil estradiol).
- Progestin
Berbagai jenis progestin sintetik telah dilaporkan dapat menghentikan perdarahan. Beberapa
sedian tersebut antara lain noretisteron, MPA, megestrol asetat, dihidrogesteron dan linestrenol.
Noretisteron dapat menghentikan perdarahan setelah 24-48 jam dengan dosis 20-30 mg/hari,
medroksiprogesteron asetat dengan dosis 10-20 mg/hari selama 10 hari, megestrol asetat dengan
didrogesteron dengan dosis 10-20 mg/hari selama 10 hari, serta linestrenol dengan dosis 15
mg/hari selama 10 hari.
- Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tak cocok dengan estrogen dan progesteron. Sediaan
yang dapat dipakai antara lain adalah isoksasol (danazol) dan metil testosteron (danazol
merupakan suatu turunan 17-α-etinil-testosteron). Dosis yang diberikan adalah 200 mg/hari
selama 12 minggu. Perlu diingat bahwa pemakaian jangka panjang sediaan androgen akan
berakibat maskulinisasi.
Penghambat sintesis prostaglandin.
Pada peristiwa perdarahan, prostaglandin penting peranannya pada vaskularisasi endometrium.
Dalam hal ini PgE2 dan PgF2α meningkat secara bermakna. Dengan dasar itu, penghambat
sintesis prostaglandin atau obat anti inflamasi non steroid telah dipakai untuk pengobatan
perdarahan uterus disfungsional, terutama perdarahan uterus disfungsional anovulatorik. Untuk
itu asam mefenamat dan naproksen seringkali dipakai dosis 3 x 500 mg/hari selama 3-5 hari atau
ethamsylate 500 mg 4 kali sehari terbukti mampu mengurangi perdarahan.
Antifibrinolitik
Sistem pembekuan darah juga ikut berperan secara lokal pada perdarahan uterus disfungsional.
Peran ini tampil melalui aktivitas fibrinolitik yang diakibatkan oleh kerja enzimatik. Proses ini
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dasar untuk mengatasi penumpukan fibrin. Unsur
utama pada system fibrinolitik itu adalah plasminogen, yang bila diaktifkan akan mengeluarkan
protease plasmin. Enzim tersebut akan menghambat aktivasi palsminogen menjadi plasmin,
sehingga proses fibrinolisis akhirnya akan terhambat pula. Sediaan yang ada untuk keperluan ini
adalah asam amino kaproat (dosis yang diberikan adalah 4 x 1-1,5 gr/hari selama 4-7 hari)
Operatif
Jenis pengobatan ini mencakup: dilatasi dan kuretase, ablasi laser dan histerektomi. Dilatasi dan
kuretase merupakan tahap yang ringan dari jenis pengobatan operatif pada perdarahan uterus
disfungsional. Tujuan pokok dari kuretase pada perdarahan uterus disfungsional adalah untuk
diagnostik, terutama pada umur diatas 35 tahun atau perimenopause. Hal ini berhubungan
dengan meningkatnya frekuensi keganasan pada usia tersebut. Tindakan ini dapat menghentikan
perdarahan karena menghilangkan daerah nekrotik pada endometrium. Ternyata dengan cara
tersebut perdarahan akut berhasil dihentikan pada 40-60% kasus. Namun demikian tindakan
kuretase pada perdarahan uterus disfungsional masih diperdebatkan, karena yang diselesaikan
hanyalah masalah pada organ sasaran tanpa menghilangkan kausa. Oleh karena itu kemungkinan
kambuhnya cukup tinggi (30-40%) sehingga acapkali diperlukan kuretase berulang. Beberapa
ahli bahkan tidak menganjurkan kuretase sebagai pilihan utama untuk menghentikan perdarahan
pada perdarahan uterus disfungsional, kecuali jika pengobatan hormonal gagal menghentikan
perdarahan.
Pada ablasi endometrium dengan laser ketiga lapisan endometrium diablasikan dengan cara
vaporasi neodymium YAG laser. Endometrium akan hilang permanen, sehingga penderita akan
mengalami henti haid yang permanen pula. Cara ini dipilih untuk penderita yang punya
kontraindikasi pembedahan dan tampak cukup efektif sebagai pilihan lain dari histerektomi,
tetapi bukan sebagai pengganti histerektomi
Tindakan histerektomi pada penderita perdarahan uterus disfungsional harus memperhatikan usia
dan paritas penderita. Pada penderita muda tindakan ini merupakan pilihan terakhir. Sebaliknya
pada penderita perimenopause atau menopause, histerektomi harus dipertimbangkan bagi semua
kasus perdarahan yang menetap atau berulang. Selain itu histerektomi juga dilakukan untuk
perdarahan uterus disfungsional dengan gambaran histologis endometrium hiperplasia atipik dan
kegagalan pengobatan hormonal maupun dilatasi dan kuretase. Histerektomi mempunyai tingkat
mortalitas 6/ 10.000 operasi. Satu penelitian menemukan bahwa histerektomi berhubungan
dengan tingkat morbiditas dan membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama dibanding
ablasi endometrium. Beberapa studi sebelumnya menemukan bahwa fungsi seksual meningkat
setelah histerektomi dimana terdapat peningkatan aktifitas seksual. Histerektomi merupakan
metode popular untuk mengatasi perdarahan uterus disfungsional, terutama di negara-negara
industri
3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi
Usaha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus
anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan untuk
pemicuan ovulasi.
- Siklus ovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional ovulatorik secara klinis tampil sebagai polimenorea,
oligomenorea, menoragia dan perdarahan pertengahan siklus, perdarahan bercak prahaid atau
pasca haid. Perdarahan pertengahan siklus diatasi dengan estrogen konjugasi 0,625-1,25 mg/hari
atau etinilestradiol 50 mikrogram/ hari dari hari ke 10 hingga hari ke 15. Perdarahan bercak
prahaid diobati dengan progesteron (medroksi progestron asetat atau didrogestron) dengan dosis
10 mg/hari dari hari ke 17 hingga hari ke 26. Beberapa penulis menggunakan progesteron dan
estrogen pada polimenorea dan menoragia dengan dosis yang sesuai dengan kontrasepsi oral,
mulai hari ke 5 hingga hari ke 25 siklus haid.8
- Siklus anovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional anovulatorik mempunyai dasar kelainan kekurangan
progesteron. Oleh karena itu pengobatan untuk mengembalikan fungsi hormon reproduksi
dilakukan dengan pemberian progesteron, seperti medroksi progesterone asetat dengan dosis 10-
20 mg/hari mulai hari ke 16-25 siklus haid. Dapat pula digunakan didrogesteron dengan dosis
10-20 mg/hari dari hari 16-25 siklus haid, linestrenol dengan dosis 5-15 mg/hari selama 10 hari
mulai hari hari ke 16-25 siklus haid. Pengobatan hormonal ini diberikan untuk 3 siklus haid. Jika
gagal setelah pemberian 3 siklus dan ovulasi tetap tak terjadi, dilakukan pemicuan ovulasi. Pada
penderita yang tidak menginginkan anak keadaan ini diatur dengan penambahan estrogen dosis
0,625-1,25 mg/hari atau kontrasepsi oral selama 10 hari, dari hari ke 5 sampai hari ke 25.8
Penanganan terapi berdasarkan usia
PUD pada Usia Perimenarche
Pada usia perimenarche (rata-rata 11 tahun ) hingga memasuki usia reproduksi , berlangsung
sampai 3- 5 tahun setelah menarche dan ditandai dengan siklus yang tidak teratur baik lama
maupun jumlah darahnya.
 Pada keadaan yang tidak akut dapat diberikan antiprostaglandin, antiinflamasi nonsteroid
(NSAID), atau asam traneksamat. Pemberian tablet estrogen – progesteron kombinasi, atau
tablet progesterone saja maupun analog GnRH (agonis atau antagonis) hanya bila tidak ada
perbaikan.
 Pada keadaan akut, dimana Hb sampai <8 gr%, maka pasien harus :
o Dirawat dan diberikan transfusi darah.
o Untuk mengurangi perdarahan diberikan sediaan :
 Estrogen- progesterone kombinasi, misalnya 17β estradiol 2x2 mg, atau
 Estrogen equin konjugasi 2x1.25 mg, atau
 Estropipete 1x 1,25 mg dikombinasikan dengan noretisteron asetat 2x5 mg ;atau
 Medroksiprogesteron asetat (MPA) 2x10 mg, atau juga dapat diberikan
 normegestrol asetat 2x5 mg dan cukup diberikan selama 3 hari
Bila perdarahan akut telah berkurang atau selesai , lakukan pengaturan siklus, dengan pemberian
tablet progesterone pada hari 16-25 selama 3 bulan. MPA atau didrogesterone (10mg/ hari)
sedangnkan noretisterone 5mg/ hari.

PUD pada Usia Reproduksi


Pada usia ini dapat terjadi siklus yang berovulasi (65%) dan terdapat siklus yang tidak
berovulasi. Pada keadaan akut penanganan sama seperti PUD pada usia perimenarche .
- Pada PUD dengan siklus yang berovulasi umumnya lebih ringan dan jarang hingga akut.
PUD yang terjadi paling sering berupa perdarahan bercak (spotting) pada pertengahan
siklus. Pengobatan dapat diberikan berupa :
o 17-β estradiol 1x2 mg, atau estrogen equin konjugasi 1x1,25 mg, atau estropipete 1x1,25
mg, dari hari ke 10-15 siklus haid
o Pada perdarahan bercak prahaid dapat diberikan MPA 1x10 mg, atau didrogesteron 1x10
mg, atau Noretisteron asetat 1x5 mg; atau juga Normegestrol asetat 1x5 mg yang diberikan
mulai hari 16-25 siklus.
o Pada perdarahban bercak pascahaid dapat diberikan 17-β estradiol 1x 2mg, atau estrogen
equin konjugasi 1x 1,25 mg, atau estropipete 1x 1,25 mg yang diberikan mulai hari 2- 8
siklus haid.
PUD pada usia perimenopause
Perimenopause atau usia antara masa pramenopause dan pascamenopause, yaitu sekitar
menopause (usia 40-50 tahun). PUD ini hampir 95% terjadi siklus yang tidak berovulasi (folikel
persisten). Sehingga setiap perdarahan atau gangguan haid yang terjadi pada usia perimenopause
harus dipikirkan adanaya keganasan pada endometrium.
Pada keadaan tidak akut pasien dipersiapkan untuk dilakukan tindakan D & C (Dilatasi dan
kuretase). Perubahan pada endometrium juga dapat dilihat dengan USG. Bila ditemukan
ketebalan endometrium lebih dari 5 mm berarti telah terjadi hiperplasia endometrium.
Jika hasil pemeriksaan patologi anatomi menggambarkan suatu hiperplasia kistikm atau
hiperplasia adenomatosa, maka pertama kali dapat dicoba pemberian progesteron seperti MPA
dengan dosis 3x10 mg / hari selama 6 bulan, atau dapat juga diberikan depo
medroksiprogesterone asetat (DPMA)
Bila ketebalan endometrium kurang dari 6 mm dapat langsung diberikan kombinasi estrogen-
progesteron, seperti estrogen equin konyugasi 1x0,3 mg , atau 17-β estradiol 1x2 mg + MPA
1x10 mg yang dibekian secara berkelanjutan selama 6 bulan. Bila tidak ada perbaikan, maka
perlu dilakukan tindakan D&C . dan pengobatan selanjutnya bergantung pada hasil patologi
anatomi yang diperoleh. Namun pasien dengan faktor risiko kanker endometrium seperti
kegemukan, DM, dan hipertensi sebaiknya tetap dilakukak D&C , meskipun ketebalan
endometrium <5 mm.

Berdasarkan banyaknya perdarahan


Jika Perdarahan Uterus Disfungsional telah ditegakkan dan perdarahannya tidak banyak serta
tidak terdapat diskrasia perdarahan, dapat dilakukan observasi tanpa melakukan intervensi
terlebih dahulu.
 Apabila pasien mengalami perdarahan sedang , pasien dapat diberikan :
o Kontrasepsi Oral Estrogen dosis tinggi selama 3 minggu atau
o Regimen 3-4 pil kontrasepsi oral dosis rendah per hari selama 1 minggu kemudian diikuti
dengan penurunan ke dosis lazim sampai 3 minggu.
 Apabila pasien mengalami perdarahan berat :
o Pasien perlu dirawat di rumah sakit, tirah baring.
o Diberikan suntikan estradiol valerate (10mg) dan hydroxyprogesterone caproate (500 mg)
intramuskular ; atau
o Conjugated estrogens (25 mg) intravena atau intramuskular.
o Berikan preparat besi untuk mencegah anemia
Untuk mencegah kekambuhan perlu diberikan kontrasepsi oral siklik selama 2-3 bulan atau dapat
dilakukan induksi mentruasi setiap 2-3 bulan dengan 10 mg hydroxyprogesterone acetate oral,
1-2 kali per hari selama 10 hari .
Jika pemberian terapi hormon gagal mengontrol perdarahan uterus, perlu dilakukan evaluasi dan
pemeriksaan biopsi endometrium, histeroskopi, atau dilatasi dan kuretase untuk diagnosis lebih
lanjut dan terapi.

3.8. Prognosis
Pada dasarnya keseimbangan hormonal akan dicapai dengan pengobatan yang tepat.
Meskipun terapi medikal digunakan pertama kali, lebih dari setengah wanita dengan menoragia
akan melakukan histerektomi dalam waktu 5 tahun di ginekologist. Beberapa pasien yang
menggunakan kontrasepsi transvaginal sebagai manajemen perdarahan uterus disfungsional
dapat mengalami 89-95% perbaikan. Jika kehamilan diinginkan, infertilitas dapat diatasi dengan
obat fertilitas. Sebaliknya, bila kehamilan tidak diinginkan dan penatalaksanaan konserfatif tidak
efektif, ablasi endometrial dapat mengurangi perdarahan uterus yang berlebihan sampai 88%.
Ablasi endometrial efektif untuk jangka pendek, dan 48 bulan setelah ablasi ,29% individu
memerlukan prosedur lain.

3.9. Pencegahan
Hindari faktor pencetus
LO.4. memahami dan menjelaskan perbedaan haid dan istihadhah
Pengertian haid:
 Mengalirnya sesuatu’ (Bahasa).
 Dinamakan haidl, karena mengalir dari rahim wanita (bahasa)
Beberapa definisi haid menurut Fukaha:
 Darah yg keluar dari rahim sewaktu sehat, bukan disebabkan melahirkan atau sakit, pada
waktu tertentu.
 Darah yg keluar dari rahim setelah sampai umur baligh dalam keadaan sehat pada waktu
tertentu, bukan karena melahirkan.
 Darah yg keluar dari rahim wanita sehat dalam waktu tertentu, bukan karena melahirkan
atau karena ada penyakit dalam rahim.
 Darah yg keluar dari kemaluan wanita secara alami, tanpa sebab, di waktu-waktu
tertentu.
 Darah yg asalnya dari bagian dalam rahim, keluarnya bukan karena penyakit, luka,
keguguran, atau kelahiran bayi

Darah Haid:
 Dalam keadaan sehat, bukan penyakit, sebagian ulama manambahkan tidak dalam
keadaan sedang hamil.
 Bukan disebabkan karena melahirkan.
 Telah malampaui batasan minimal masa suci.
 Tidak di bawah masa minimal haid, jika kurang dari batas minimal maka mesti digenapi
hingga batas minimal.
 Tidak melebihi batas maksimal, jika melebihi maka kelebihannya adalah darah penyakit.
 Mayoritas ulama mencirikan warna haid adalah kekuning-kuningan keruh, namun
sebagian ulama yg lain menolak ciri ini

Kenajisan Darah Haid:


 Najis = Termasuk jenis darah yg mengalir (Ittifaq)
 Jenis Kenajisan: Mutawassithah
 Cara menghilangkannya: Dicuci hingga hilang unsur-unsurnya (bau, warna, rasa, dan
zatnya)
Akibat Hukum Datangnya Haid:
 Seorang wanita dianggap telah balig, menjadi mukallaf, dianggap telah cukup akap
bertindak hukum.
 Pertanda wanita tersebut tidak hamil,
 Dijadikan sebagai batas penghitungan masa iddah bagi wanita subur
 Menjadikannya wajib mandi saat haidnya berhenti.
 Haram melakukan hubungan badan pada masa tersebut. Ulama berbeda pendapat tentang
saksi (kaffarat) yg melanggarnya (wajib dan tidak wajib).
Cairan Kuning Keruh (Bercak) Pasca-Bersuci dari Haid:
 Tidak dianggap sebagai darah haid.
 Tetap suci, wajib shalat, puasa, dan boleh melakukan jimak.
Rukun Mandi Haid:
 Niat
 Membasahi seluruh badan,
Sunnah Mandi dari Haid:
a. Membasuh kedua tangan tiga kali.
b. Membasuh kemaluan dg tangan kiri,
c. Menggosok tangan kiri ke tanah/tembok.
d. Berwudu.
e. Membasahi kepala tiga kali.
f. Membasahi seluruh badan dimulai bagian kanan,
g. Dianjurkan memakai sabun atau semisalnya.
h. Seusai mandi, mengambil kapas atau kain yg telah diolesi minyak wangi untuk digunakan
mengusap bekas darah sampai baunya hilang.
Perbedaan antara Darah Istihadlah dg Darah Haid:
 Warna: Haid = umumnya hitam, istihadlah = umumnya merah segar.
 Kelunakan dan Kerasnya: Haid = sifatnya keras, istihadlah = lunak.
 Kekentalan: Haid = kental, istihadlah = sebaliknya.
 Aroma: Haid = beraroma tidak sedap/busuk
Ketidakteraturan Haid (Haid Melebihi/Kurang dari Kebiasaan):
 Menurut Syafi`iyyah = jika kurang atau melebihi kebisaannya, kurang dari sehari
semalam, atau melebihi 15 hari, termasuk istihadlah. Ibadah tetap wajib baginya.
 Sebagian ulama berpendapat = tidak ada ketentuan, tergantung pada kebiasaan wanita itu
sendiri.
ISTIHADHAH
 Darah yg keluar dari kemaluan wanita bukan pada waktunya dan keluarnya dari urat.” (An-
Nawawi).
 Darah segar yg di luar kebiasaan seorang wanita disebabkan urat yg terputus (Al- Qurthubi).
 Darah yg terus-menerus keluar dari (vagina) wanita dan tidak terputus selamanya atau
terputus sehari dua hari dalam sebulan (Al-Utsaimin)
JENIS DARAH ISTIHADHAH
 Keluarnya darah kurang dari masa haid.
 Keluarnya darah lebih dari masa haid atau nifas.
 Keluarnya darah sebelum usia haid atau setelah menopause.
HUKUM-HUKUM ISTIHADHAH
 Wajib berwudhu setiap kali hendak shalat.
 Sebelum berwudhu, harus membersihkan bekas darah di badan (kemaluannya) dan
pakaiannya. dan menahan darahnya dg kain (pembalut) atau sejenisnya.
 Hukum bersetubuh, mayoritas ulama membolehkannya sesuai yg dilakukan oleh sejumlah
sahabat nabi atau jia khawatir akan zina.
DARAH ISTIHADHAH YANG KELUAR TERUS MENERUS
 Secara umum = Darah yg keluar dari dua alat pembuangan tubuh membatalkan wudhu, darah
istihadhah adalah najis.
 Berwudhu untuk setiap shalat setelah masuk waktunya,
 Mencuci daerah yg mengenai badannya dan menjaga pakaiannya tetap suci untuk shalat jika
tidak memberatkannya.
 Jika tidak bisa = Termasuk diimaafkan, namun semaksimal mungkin dijaga agar darahnya
tdk mengenai pakaian, tubuh, atau tempat shalatnya dg memakai pembalut atau sejenisnya.
THAHARAN DAN SHALAT BAGI WANITA ISTIHADHAH
Penunaian wudhu dan shalat = Batasan bagi penerita salasil baul
KETENTUAN THAHARAH BAGI WANITA ISTIHADHAH = SALASIL BAUL
Berbagai Batasan Umum
1. Sebelum berwudhu harus istinja' terlebih dulu.
2. Ada kontinuitas antara istinja' dg memakaikan kain atau pembalut dan semacamnya, dan
adanya kontinuitas antara memakaikan kain pada tempat keluar hadas tersebut dg wudhu.
3. Ada kontinuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)
4. Ada kontinuitas antara wudhu dan shalat, segera shalat seusai wudhu dan tidak
melakukan pekerjaan lain selain shalat.
5. Pelaksanaan shalat Salasil Baul, jika ada waktu-waktu tertentu reda atau berhenti, maka
wajib menantinya kemudian berwudhu dan shalat pada saat-saat tersebut, selama tidak
keluar dari batasan waktu shalat.
6. Berwudu setelah masuk waktu salat, dan menjaga darahnya agar tidak tercecer sehingga
mengenai badan, pakaian, atau tempat shalat.
7. Mayoritas ulama = keluarnya najis tersebut tidak membatalkan wudhu, alasannya untuk
menghindari kesulitan. Namun. pasien diwajibkan berwudhu pada setiap kali akan shalat
setelah waktu masuk.
8. Sekali wudhu bagi pasien salsaail baul atau yg sejenisnya hanya dapat dipakai untuk
sekali shalat wajib beserta shalat-shalat sunnah yg mengiringinya. Jika datang shalat
berikutnya, dia mesti berwudhu lagi karena pada hakikatnya dia telah berhadats. Hanya
sedikit ulama (sekelompok kecil Ulama dari Mazhab Maliki) menyatakan tidak harus
wudhu lagi jika sekiranya belum batal.
9. Batasan yg membatalkan wudhu sama dg batasan baku, selain yg terkait dg istihadhah.
10. Pakaian yg terkena darah tersebut jika sedikit termasuk yg dimaafkan jika dapat
diupayakan penjagaannya sesuai dg kadar kemampuannya.
11. Berbagai keadaan keluarnya darah setelah wudhu termasuk tidak membatalkan
wudhunya.
12. Jika dalam tubuh dipasang berbagai alat medis, atau alat untuk mengeluarkan atau
memasukkan darah yg sulit atau tidak diperkenankan mencabutnya saat wudhu atau
mandi, maka dilakukan sesuai dg kemampuannya, jika tidak memungkinkan dapat
dialakukan tayammum.
13. Pengeluaran darah dari tubuh hukumnya tidak sama dg yg keluar melalui lubang
kemaluan.
14. Badan dan pakaian yg terkena najis wajib dihilangkan, namun jika tidak memungkinkan
dia wajib shalat dg apa adanya.
Ketentuan ini berlaku bagi orang yg mengalaminya dalam kurun waktu yg lama, atau sepanjang
hari, atau sekurangnya sepanjang waktu shalat dari awal waktu hingga akhir waktu. Namun jika
hanya terjadi dalam waktu yg relatif tidak lama, maka hukumnya berlaku seperti ketentuan bagi
orang sehat. Demikian juga bagi orang yg telah sembuh.
BATASAN SHALAT BAGI PENDERITA ISTIHADHAH
Batasan Umum:
Salat wajib dikerjakan sesuai ketentuan syarak, namun dalam keadaan khusus: Tidak ada
kemampuan karena sakit dan lainnya: misalnya, tidak mampu berdiri, boleh dg berdiri sambil
bersandar, dan seterusnya sesuai dg kadar kemampuannya.
Batasan Khusus:
 Jika darah keluar terputus-putus, biasa terhenti pada waktu-waktu shalat, maka dianjurkan
mengakhirkan shalatnya pada waktu darah terhenti, selama tidak khawatir waktu shalat
habis.
 Jika khawatir habis waktu, mesti menyumbat atau memakai alat tertentu agar tidak tercecer,
kemudian (wudhu) dan shalat, tidak dibedakan darah yg keluar itu sedikit atau banyak.
 Jika dalam posisi berdiri darah akan keluar dan jika duduk tidak, ia harus shalat dg duduk.
Atau jika diyakini akan keluar jika ruku’ atau sujud dan tidak keluar jika duduk, maka shalat
cukup dg duduk (isyarat).
 Jika kondisinya sangat sulit shalat pada setiap waktu, diperkenankan menjamaknya.
 Jika pasien ingin shalat berjamaah di masjid, harus dijaga agar najis tidak menetesi lantai
atau tempat shalat di masjid.
 Prioritas yg menjadi imam = orang yg sehat dari istihadhah dan yg sejenisnya.

Anda mungkin juga menyukai