NPM : 1102013217
Wrap up mandiri sk 3
Dalam keadaan normal posisi uterus adalah antefleksi anteversi. Uterus pada kehamilan lanjut:
fundus berbentuk kubah, insersi tuba serta ligamentum rotundum dibagian atas corpus uteri dan
terlihat pasokan vaskular yang hipertrofis.
Vaskularisasi: disuplai oleh A.uterina cabang A.iliaca interna. A.uterina beranastomosis dengan
A.ovarica dan A.vaginalis. Sistem venanya mengikuti sistem pembuluh nadinya dan bermuara ke
dalam V.iliaca interna.
Aliran Limf: Pembuluh limf dari fundus uteri berjalan bersama arteria ovarica dan mengaliran
limf ke nodi para aortici setinggi vertebrata L1. Pembuluh limf dari corpus uteri dan cervix
uteri bermuarake nodi iliaci externi.
Nervasi: Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari hypogastricus inferior
Ligamenta penyangga uterus: ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulo
pelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis
(m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anusdan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar
jalan lahir dan mencegah ruptur.
(S. Snel, Richard. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta. EGC)
1.2.Mikroskopik
1.2.1 Organ Genitalia Interna
Uterus
Dari segi histologi, uterus terdiri dari tiga lapisan:
1. Lapisan serosa atau peritoneum viseral yang terdiri dari sel mesotelial.
2. Lapisan muscular atau miometrium yang merupakan lapisan paling tebal di uterus dan terdiri
dari serat otot halus yang dipisahkan oleh kolagen dan serat elastik. Berkas otot polos ini
membentuk empat lapisan yang tidak berbatas tegas. Lapisan pertama dan keempat terutama
terdiri atas serat yang tersusun memanjang, yaitu sejajar dengan sumbu panjang organ.
Lapisan tengah mengandung pembuluh darah yang lebih besar.
3. Lapisan endometrium yang terdiri atas epitel dan lamina propia yang mengandung kelenjar
tubular simpleks. Sel-sel epitel pelapisnya merupakan gabungan selapis sel-sel silindris
sekretorus dan sel bersilia. Jaringan ikat lamina propia kaya akan fibroblas dan mengandung
banyak substansi dasar. Serat jaringan ikatnya terutana berasal dari kolagen tipe III.
Lapisan endometrium dapat dibagi menjadi dua zona, (1) Lapisan fungsional yang
merupakan bagian tebal dari endometrium. Perubahan siklik dibagi menjadi beberapa tahap:
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/19_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/20_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/96_01.jpg
- Proliferatif (atau folikular), dibawah pengaruh estrogen ovarium, stratum functionale
semakin tebal dan kelenjar uterus memanjang dan berjalan lurus di permukaan. Arteri
spiralis memanjang berkelok-kelok.
- Sekretorik (atau luteal), dimulai setelah folikel matur. Perubahan d endometrium
disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang disekresi oleh korpus luteum
fungsional, akibatnya stratum functionale dan stratum basale endometrium menjadi lebih
tebal karena bertambahnya sekresi kelenjar dan edema lamina propria, epitel kelenjar
uterus mengalami hipertrofi akibat adanya akumulasi sekretorik yang kaya karbohidrat.
Arteri spiralis terus berjalan ke bagian atas endometrium dan tampak jelas karena
dindingnya tebal. Selama fase sekretori, stratum functionale endometrium ditandai oleh
perubahan epitel permukaan silindris, kelenjar uterus dan lamina propria. Stratum basale
menunjukkan perubahan minimal.
- Menstruasi, endometrium di stratum functionale mengalami degenerasi dan terlepas.
Endometrium yang terlepas mengandung kepingan-kepingan stroma yang hancur, bekuan
darah, dan kelenjar uterus beserta produknya. Stratum basal endometrium tetap tidak
terpengaruh selama fase ini. Bagian distal arteri spiralis mengalami nekrosis, sedangkan
bagian arteri yang lebih dalam tetap utuh.
(2) Lapisan basal yang paling dalam dan berdekatan dengan miometrium. Lapisan ini
mengandung lamina propia dan bagian awal kelenjar uterus. Lapisan ini berperan sebagai bahan
regenerasi dari lapisan fungsional dan akan tetap bertahan pada fase menstruasi. Endometrium
adalah jaringan yang sangat dinamis pada wanita usia reproduksi. Perubahan pada endometrium
terus menerus terjadi sehubungan dengan respon terhadap perubahan hormon, stromal, dan
vaskular dengan tujuan akhir agar nantinya uterus sudah siap saat terjadi pertumbuhan embrio
pada kehamilan. Stimulasi estrogen dikaitkan erat dengan pertumbuhan dan proliferasi
endometrium, sedangkan progesteron diproduksi oleh korpus luteum setelah ovulasi
mengahmbat proliferasi dan menstimulasi sekresi di kelenjar dan juga perubahan predesidual di
stroma.
Tuba uterina (tuba falopii), terdiri atas 4 segmen yaitu bagian Intramural (Pars Interstitial),
Istmus, Ampula, Infundibulum . Jari2/jumbai melebarke arah ovarium disebut fimbriae. Secara
histologi, dinding tuba uterina terdiri dari 3 lapisan: tunika mukosa, tunika muskularis, tunika
serosa.
(Junqueira, L. C. and Carneiro, J., 2007. Histologi dasar. 10th ed. Jakarta: EGC.)
http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/femalerepro/images/uem021he.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/21_01.jpg
Ovarium
Permukaan ovarium ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau kuboid, yakni epitel germinal.
Di bawah lapis epitel germinal terdapat sebuah lapisan jaringan ikat padat yang tidak berbatas
jelas membentuk tunika albuginea. Jaringan korteks ovarium berada di bawah tunika albuginea.
Di sini terdapat sejumlah besar folikel ovarium sedang berkembang pada fase yang berbeda-
beda.
Sebuah folikel ovarium terdiri atas sebuah oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan
sel folikel. Folikel dibagi ke dalam tiga fase perkembangan, yaitu folikel primordial, folikel
berkembang, dan folikel de Graaf atau matang.
Folikel primordial paling banyak dijumpai saat sebelum kelahiran. Terdiri atas sebuah oosit
primer dengan inti dan anak inti besar yang dibungkus oleh selapis sel folikel gepeng. Sementara
folikel berkembang, stroma ovarium yang mengelilingi folikel akan berdeferensiasi menjadi teka
interna dan teka eksterna. Teka interna kaya akan vaskular dan teka eksterna terutama terdiri atas
jaringan ikat. Tidak ada pembuluh darah dalam lapisan granulosa.
Sewaktu folikel berkembang pula, terbentuk ruang-ruang kecil di antara sel folikel yang
berisi cairan folikel. Folikel ini disebut folikel sekunder. Kemudian ruang-ruang ini menyatu dan
akhirnya hanya membentuk satu ruang besar yang disebut antrum. Sel-sel dari lapisan granulosa
berkumpul pada satu bagian dinding folikel, membentuk bukit kecil sel-sel, yaitu kumulus
ooforus, yang mengandung oosit. Kumulus ooforus ini menonjol kedalam antrum. Oosit tidak
akan bertumbuh lagi dan dilapisi oleh sel granulosa tipis yang disebut korona radiata.
Folikel ini kini benama folikel de Graaf atau matang.
Proses ovulasi terdiri atas pecahnya folikel matang dan pelepasan ovum. Ovum bersama
zona pelucida, sel-sel yang meliputinya, dan beberapa cairan antrum meninggalkan ovarium
dan masuk ke dalam tuba uterina. Setelah ovulasi, sel granulosa dan sel-sel dari teka interna
yang menetap dalam ovarium membentuk kelenjar endokrin sementara yang disebut korpus
luteum yang mensekresikan progesteron dan estrogen.
Struktur ovarium terdiri dari:
a) Korteks di bagian luar, terdiri dari:
- Stroma padat, mengandung folikel ovarium. Stroma berbentuk jala retikulin dengan sel bentuk
gelendong.
- Sebelum pubertas hanya tdpt folikel primitif atau primer.
- Kematangan seks: adanya folikel yang berkembang dan hasil akhirnya berupa korpus luteum,
folikel atretis.
- Saat menopause folikel menghilang dan korteks jadi tipis dan terdiri dari jaringan ikat fibrosa
b) Medula dibagian dalam,tdd:
- Jaringan ikat fibroelastis berisi pembuluh darah besar, limf dan saraf.
Korpus Luteum
Bila tidak tjd fertilisasi maka korpus luteum hanya bertahan 10-14 hari dan berdegenerasi disebut
korpus luteum menstruasi
Bila terjadi fertilisasi, plasenta menghasilkan HCG dan menstimulasi korpus luteum untuk
bertahan selama ± 6 bulan dan akan menurun tapi tidak hilang dan masih mensekresi progesteron
sampai akhir kehamilan disebut korpus luteum pregnans.
(Fawcett DW. 2004. Buku Ajar Histologi Bloom & Fawcett. 12th ed. Trans Tambayong J.
Jakarta: EGC)
http://legacy.owensboro.kctcs.edu/gcaplan/anat2/histology/a%20ovary%203.jpg
https://secure.health.utas.edu.au/intranet/cds/cam202/Images/98-9824x200a.jpg
2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH,
kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang
pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel
primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah
pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang
terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong
memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas
fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron.
Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga
lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
3. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah
menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk
mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi
folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium
dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu
hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada
sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi
ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron
menurun, maka terjadi menstruasi.
(Maulana, R., 2008. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Produktif dengan Premenstrual
Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology BPK –RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2008.)
3.2. Klasifikasi
2. Kelainan Siklus
- Polimenorea atau Epimenoragia
Definisi: siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan
jumlahperdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
Sebab-sebab Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum
memendek sehinggasiklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.
Terapi Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium sekresi
menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesteron.
- Oligomenorea
Definisi: siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap
sama.
Sebab-sebab Perpanjangan stadium folikuller; perpanjangan stadium luteal; kedua stadium
menjadi panjang; pengaruh psikis; pengaruh penyakit: TBC
Terapi Oligomenorea yang disebabkan ovulatoar tidak memerlukan terapi, sedangkan bila
mendekatiamenorea diusahakan dengan ovulasi.
- Amenorea
Definisi: keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut. Klasifikasi:
o Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
o Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami
haidtetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.
Sebab-sebab Fisiologis; terjadi sebelum pubertas, dalam kehamilan, dalam masa laktasi maupun
dalam masa menopause; gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis ovarium ; kelainan
kongenital ; gangguansistem hormonal; penyakit-penyakit lain; ketidakstabilan emosi; kurang zat
makanan yang mempunyai nilai gizi lebih.
Epidemiologi: Sekitar 3-4% dari populasi dengan usia reproduktif dapat ditemukan adanya
amenore yang bersifat patologik. Amenore didiagnosa pada perempuan yang tidak menstruasi :
1. sampai usia 13 tahun dan belum menunjukkan tanda – tanda pubertas
2. sampai usia 15 tahun walaupun sudah menunjukkan tanda pubertas lain
3. sudah menstruasi,tetapi tidak menstruasi lagi selama interval 3 siklus atau lebih atau selama 6
bulan
Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi menstruasi pada wanita yang
berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik seksual sekunder normal, atau umur 14 tahun ke
atas tanpa adanya perkembangan karakteristik seksual sekunder. Amenorea primer terjadi pada
0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi.
Amenorea sekunderAmenorea sekunder adalah hilangnya menstruasi setelah menarche.
Yaitutidak terjadinya menstruasi selama lebih dari 6 bulan pada wanita yangbiasanya mendapat
siklus menstruasi teratur atau bisa sampai 12 bulanpada wanita yang biasanya mengalami
oligomenorrhoea. Angka kejadianberkisar antara 1 – 5%.
Terapi, tergantung dengan etiologinya. Secara umum dapat diberikanhormon-hormon yang
merangsang ovulasi, iradiasi dari ovarium dan pengembalian keadaan umum, menyeimbangkan
antara kerja-rekreasi dan istirahat.
3. Perdarahan di luar haid
- Metroragia
Definisi: perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. Klasifikasi
a. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.
b. Metroragia diluar kehamilan.
Sebab-sebab
1)Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh; carcinoma
corpusuteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis
haemorrhagia,endometritis haemorrhagia); hormonal.
2)Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen,
hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik,
penyakitakut maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten,
kelainanpelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.
Terapi kuretase dan hormonal.
4. Gangguan Lain Yang Ada Hubungan Dengan Haid
- Pre Menstrual Tension (Ketegangan Pra Haid)
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi
berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom menjelang
menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun.
Gejala klinik gelisah, susah tidur; perutkembung, mual muntah; payudara tegang dan sakit;
terkadang merasa tertekan.
Terapi Olahraga, perubahan diet (tanpa garam, kopi dan alkohol); mengurangi stress; konsumsi
antidepressan bila perlu; menekan fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral, progestin;
konsultasidengan tenaga ahli, KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut.
- Mastodinia atau Mastalgia
Definisi: rasa tegang pada payudara menjelang haid.
Sebab-sebab, Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam
yang disertai hiperemia didaerah payudara.
- Mittelschmerz (Rasa Nyeri pada Ovulasi)
Definisi: rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi. Hal ini terjadi karena pecahnya folikel Graff.
Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang Mittelschmerz diikuti
olehperdarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinis seperti kehamilan ektopik
yang pecah.
- Dismenorea
Definisi Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan
pengobatan.Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas. Klasifikasi
1)Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah nyeri haid
yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan. Sebab : psikis;
(konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic sempit, hyperanteflexio, retroflexio);
endokrin (peningkatan kadar prostalandin, hormon steroid seks, kadar vasopresin tinggi).
Etiologi : nyeri haid dari bagian perut menjalar ke daerah pinggang dan paha, terkadang disertai
dengan mual dan muntah, diare, sakit kepala dan emosi labil. Terapi : psikoterapi, analgetika,
hormonal.
2)Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore. Hal
ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri, endometriosis,
retroflexiouteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium.
Terapi : causal (mencari dan menghilangkan penyebabnya).
(http://www.emedicine.com/med/topic606.htm )
3.3. Etiologi
Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan kasus
dengan siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah
siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai :
- Fungsi hormon terganggu
Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem
hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem
pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid pun akan terganggu.
- Kelainan Sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya karena sistem
metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit
diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun tak teratur.
- Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress, wanita akan menjadi
mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakitsakitan, sehingga metabolisme terganggu.
Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.
- Kelenjar Gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias menjadi penyebab idak teraturnya siklus
haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun
terlalu rendah (hipertiroid), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
- Hormon prolakin berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang hormon ini
menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga
bisa tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala
(Sahara, 2009)
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27264/4/Chapter%20II.pdf)
3.4.Menifestasi klinis
- Hipermenore (Menorraghia): Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-
obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang
selama haid.
- Hypomenorhoe (kriptomenorrhea): Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit
(<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting.
- Polimenorea (Epimenoragia): Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25
hari).
- Oligomenorrhoe: Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali, Perdarahan haid biasanya
berkurang
- Amenorea
- Metroragia: Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun
keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak.
- Pra Menstruasi Syndrom: Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah
merasa lelah. Nafsu makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi
menjadi labil. Biasanya perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif
lainnya.
- Dismenore:
- Dismenore primer:perasaan malas bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin makan terus,
emosi jadi lebih labil, sensitif, mudah marah. Bukan itu saja, pengaruh pelepasan dinding
rahim selama menstruasi juga kerap memunculkan rasa pegal dan sakit pada pinggang serta
membuat kepala terasa nyeri, kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki
dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.
- Dismenore sekunder: terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche (haid
pertama), yang merupakan indikasi adanya obstruksi outflow kongenital. Dismenorea
dimulai setelah berusia 25 tahun. Terdapat ketidaknormalan (abnormality) pelvis dengan
pemeriksaan fisik: pertimbangkan kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease,
pelvic adhesion (perlengketan pelvis), dan adenomyosis.
3.5.Patofisiologi
AMENOREA
Kelainan
Kegagalan fungsi genetik
hipotalamus-hipofisis
Penyakit
stress, obat-
Testikular obatan, dll
hipogonadotropin feminization Disgenesis gonad
Siklus
FSH & LH Ovarium gagal menstruasi
berkembang terganggu
Tidak punya Testis
uterus menggantikan
Ovarium tidak
ovarium
terangsang Tidak terjadi
Ovarium berupa siklus
jaringan pengikat menstruasi
Siklus
menstruasi Amenore sekunder
Amenore primer
tidak terjadi
DISMENOREA
Bila tidak terjadi kehamilan Penyakit :endometriosis,
inflamasi pelvis,
adenomiosis, kista
Regresi korpus luteum ovarium, kelainan otak
MK:nyeri MK:Intoleran
Enzim fosfolipase A2 aktivitas
meningkat
Hidrolisis senyawa
fosfolipid
PGE 2 PGF 2α
Miometrium terangsang
Nyeri MK:
iskemia Dismenore primer
haid ansietas
Pemeriksaan Lab
- TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
TSH bertugas mengatur sintesis hormon tiroid. Pemeriksaan TSH berfungsi untuk
mengetahui fungsi kelenjar tiroid. Hipotiroid yang biasa ditandai dengan meningkatnya
TSH, menyebabkan haid tidak teratur termasuk amenorrhea. Gangguan fungsi tiroid ini
dapat menyebabkan peningkatan produksi prolaktin.
- Prolaktin
Produksi prolaktin yang berlebihan atau disebut hiperprolaktinemia pada wanita dapat
menyebabkan gangguan siklus haid.
- Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH)
Pemeriksaan LH dan FSH berguna untuk mengetahui keadaan hipergonadotropik
hipogonadisme dan hipogonadotropik hipogonadisme. Hipergonadotropik hipogonadisme
dapat menyebabkan gagal ovarium yang mengakibatkan menopause dini, sedangkan
hipogonadotropik hipogonadisme dapat mengakibatkan amenorrhea hipotalamus yang
disebabkan oleh gangguan poros hipotalamus-pituitari-ovarium.
- Progesteron
Pemeriksaan progesteron dapat mengetahui terjadinya defisiensi estrogen, lesi pada struktur
endometrium dan sumbatan pada uterus yang menyebabkan amenorrhea.
Metroragia
1. Anamnesis
- Tanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau
oleh oligomenorea/amenorea
- Sifat perdarahan (banyak atau sedikit2,sakit atau tidak)
- Lama perdarahan, dsb.
2. Pemeriksaan umum
Perlu diperhatikan tanda2 yang meninjuk kearah kemungkinan penyakit metabolic, penyakit
endokrin, penyakit menahun, dll.
3. Pemeriksaan ginekologik
Perlu dilihat apakah tidak ada kelainan2 organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal
(polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu)
3.7. Tatalaksana
50 % dari kaum wanita pernah mengalami gangguan haid pada masa remaja. Biasanya
gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun. Karena tingginya kejadian ini,
berbagai pengobatan pun telah diberikan.
Ketidakteraturan menstruasi biasanya tanpa sebab fisik dihubungkan dengan disfungsi
hipotalamus, yang dapat dikaikan dengan stres fisik (misalnya cedera kepala ringan) atau stres
emosional (misalnya ketika akan menghadapi ujian). Ada beberapa cara untuk menghadapi
keadaan ini secara medis. Cara paling mudah adalah dengan memberikan pil KB, yang
mengandung progesteron dan estrogen dalam kadar tertentu. Berikan selama 10-12 hari. Dalam 7
hari pasien akan mengalami perdarahan.
Progesteron bekerja dengan memproduksi estrogen dari dalam tubuhnya sendiri,
membangun dan meluruhkan lapisan dalam rahim, melindunginya dari overstimulasi
endometrium.
Cara lain untuk menanggani gangguan menstruasi yang tidak teratur adalah mengobati
akar permasalahannya dan ini memerlukan peran seorang ginekolog (Livoty, Carol. Dan Topp.;
2006).
Terapi unruk hipermenorea (menoragia) khususnya pada mioma uteri tergantung pada
penangganan mioma uteri, sedangkan pada wanita (Wknjosastro, 2008) yang didiagnosis
menderita polip endometrium penangganannya adalah kuretase (wknjosastro,2008).
Terapi untuk amenorea primer, jika amenorea menetap 9-12 bulan dan anovulasi
merupakan penyebab utama, dapat diberikan klomifen, terutama Klomifen merupakan anti
estrogen. Dengan pengobatan ini kira-kira 90 % wanita amenorea dan 40 % wanita yang
mengalami oligomenorea akan membaik. Terapi amenorea sekunder perbaiki kebiasaan makan
dan menjaga kebersihan diri (Llewellyn, Derek. Dan Jones,2002).
Untuk gangguan haid lainnya cukup diberikan keterangan bahwa hal tersebut tidak
mengganggu fertilitas/kesuburan dari wanita yang bersangkutan (Wknjosastro,2008).
Ada banyak cara untuk mengobati kram. Olahraga adalah terapi yang sangat efektif,
seperti juga diet yang bergizi. Kalsium dan vitamin B6 telah dikaitkan sebagai pereda
nyeri/kram. Obat antiprostaglandin seperti aspirin, naproxen, ibuprofen merupakan obat ideal
untuk kram menstruasi. Obat ini diminum sejak terasa sakit selama 2-3 hari.
Kebanyakan dari mereka yang mengeluhkan rasa sakit tidak memerlukan pengobatan,
tetapi butuh pengertian dan penerangan. Jika sakit semakin parah segeralah berobat ke dokter
(Llewellyn,2001).
Penatalaksanaan Perdarahan Uterus Disfungsional
Tujuan terapi
- mengontrol perdarahan
- mencegah perdarahan berulang
- mencegah komplikasi
- mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh
- menjaga kesuburan.
Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari ibu.
Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering dilakukan. Regimen estrogen
tersebut efektif di dalam menghentikan episode perdarahan. Bagaimanapun juga penyebab
perdarahan harus dicari dan dihentikan. Apabila pasien memiliki kontraindikasi untuk terapi
estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan.
Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang
diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan kontrasepsi.
Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien yang menerima terapi
hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk
reevaluasi efek yang terjadi. Terapi operasi dapat disarankan untuk kasus yang resisten terhadap
terapi obat-obatan. Secara singkat langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perbaikan Keadaan Umum
Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk. Pada perdarahan
uterus disfungsional akut, anemia (Hb <8 g/dL) yang terjadi harus segera diatasi dengan
transfusi darah. Pada perdarahan uterus disfungsional kronis keadaan anemia ringan seringkali
dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan anemia berat membutuhkan transfusi
darah
2. Penghentian Pendarahan
Hormon Steroid Seks
- Estrogen
Dipakai pada perdarahan uterus disfungsional untuk menghentikan perdarahan karena memiliki
berbagai khasiat yaitu healing effect, pembentukan mukopolisakarida pada dinding pembuluh
darah, vasokonstriksi (karena merangsang prostaglandin), meningkatkan pembentukan thrombin
dan fibrin. Dosis pemberian estrogen pada perdarahan uterus disfungsional adalah 25 mg IV
setiap 4-6 jam untuk 24 jam diikuti dengan oral terapi yaitu 1 tablet perhari selama 5-7 hari
(untuk semua produk estrogen dengan kandungan ≤ 35 mg ethynil estradiol).
- Progestin
Berbagai jenis progestin sintetik telah dilaporkan dapat menghentikan perdarahan. Beberapa
sedian tersebut antara lain noretisteron, MPA, megestrol asetat, dihidrogesteron dan linestrenol.
Noretisteron dapat menghentikan perdarahan setelah 24-48 jam dengan dosis 20-30 mg/hari,
medroksiprogesteron asetat dengan dosis 10-20 mg/hari selama 10 hari, megestrol asetat dengan
didrogesteron dengan dosis 10-20 mg/hari selama 10 hari, serta linestrenol dengan dosis 15
mg/hari selama 10 hari.
- Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tak cocok dengan estrogen dan progesteron. Sediaan
yang dapat dipakai antara lain adalah isoksasol (danazol) dan metil testosteron (danazol
merupakan suatu turunan 17-α-etinil-testosteron). Dosis yang diberikan adalah 200 mg/hari
selama 12 minggu. Perlu diingat bahwa pemakaian jangka panjang sediaan androgen akan
berakibat maskulinisasi.
Penghambat sintesis prostaglandin.
Pada peristiwa perdarahan, prostaglandin penting peranannya pada vaskularisasi endometrium.
Dalam hal ini PgE2 dan PgF2α meningkat secara bermakna. Dengan dasar itu, penghambat
sintesis prostaglandin atau obat anti inflamasi non steroid telah dipakai untuk pengobatan
perdarahan uterus disfungsional, terutama perdarahan uterus disfungsional anovulatorik. Untuk
itu asam mefenamat dan naproksen seringkali dipakai dosis 3 x 500 mg/hari selama 3-5 hari atau
ethamsylate 500 mg 4 kali sehari terbukti mampu mengurangi perdarahan.
Antifibrinolitik
Sistem pembekuan darah juga ikut berperan secara lokal pada perdarahan uterus disfungsional.
Peran ini tampil melalui aktivitas fibrinolitik yang diakibatkan oleh kerja enzimatik. Proses ini
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dasar untuk mengatasi penumpukan fibrin. Unsur
utama pada system fibrinolitik itu adalah plasminogen, yang bila diaktifkan akan mengeluarkan
protease plasmin. Enzim tersebut akan menghambat aktivasi palsminogen menjadi plasmin,
sehingga proses fibrinolisis akhirnya akan terhambat pula. Sediaan yang ada untuk keperluan ini
adalah asam amino kaproat (dosis yang diberikan adalah 4 x 1-1,5 gr/hari selama 4-7 hari)
Operatif
Jenis pengobatan ini mencakup: dilatasi dan kuretase, ablasi laser dan histerektomi. Dilatasi dan
kuretase merupakan tahap yang ringan dari jenis pengobatan operatif pada perdarahan uterus
disfungsional. Tujuan pokok dari kuretase pada perdarahan uterus disfungsional adalah untuk
diagnostik, terutama pada umur diatas 35 tahun atau perimenopause. Hal ini berhubungan
dengan meningkatnya frekuensi keganasan pada usia tersebut. Tindakan ini dapat menghentikan
perdarahan karena menghilangkan daerah nekrotik pada endometrium. Ternyata dengan cara
tersebut perdarahan akut berhasil dihentikan pada 40-60% kasus. Namun demikian tindakan
kuretase pada perdarahan uterus disfungsional masih diperdebatkan, karena yang diselesaikan
hanyalah masalah pada organ sasaran tanpa menghilangkan kausa. Oleh karena itu kemungkinan
kambuhnya cukup tinggi (30-40%) sehingga acapkali diperlukan kuretase berulang. Beberapa
ahli bahkan tidak menganjurkan kuretase sebagai pilihan utama untuk menghentikan perdarahan
pada perdarahan uterus disfungsional, kecuali jika pengobatan hormonal gagal menghentikan
perdarahan.
Pada ablasi endometrium dengan laser ketiga lapisan endometrium diablasikan dengan cara
vaporasi neodymium YAG laser. Endometrium akan hilang permanen, sehingga penderita akan
mengalami henti haid yang permanen pula. Cara ini dipilih untuk penderita yang punya
kontraindikasi pembedahan dan tampak cukup efektif sebagai pilihan lain dari histerektomi,
tetapi bukan sebagai pengganti histerektomi
Tindakan histerektomi pada penderita perdarahan uterus disfungsional harus memperhatikan usia
dan paritas penderita. Pada penderita muda tindakan ini merupakan pilihan terakhir. Sebaliknya
pada penderita perimenopause atau menopause, histerektomi harus dipertimbangkan bagi semua
kasus perdarahan yang menetap atau berulang. Selain itu histerektomi juga dilakukan untuk
perdarahan uterus disfungsional dengan gambaran histologis endometrium hiperplasia atipik dan
kegagalan pengobatan hormonal maupun dilatasi dan kuretase. Histerektomi mempunyai tingkat
mortalitas 6/ 10.000 operasi. Satu penelitian menemukan bahwa histerektomi berhubungan
dengan tingkat morbiditas dan membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama dibanding
ablasi endometrium. Beberapa studi sebelumnya menemukan bahwa fungsi seksual meningkat
setelah histerektomi dimana terdapat peningkatan aktifitas seksual. Histerektomi merupakan
metode popular untuk mengatasi perdarahan uterus disfungsional, terutama di negara-negara
industri
3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi
Usaha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus
anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan untuk
pemicuan ovulasi.
- Siklus ovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional ovulatorik secara klinis tampil sebagai polimenorea,
oligomenorea, menoragia dan perdarahan pertengahan siklus, perdarahan bercak prahaid atau
pasca haid. Perdarahan pertengahan siklus diatasi dengan estrogen konjugasi 0,625-1,25 mg/hari
atau etinilestradiol 50 mikrogram/ hari dari hari ke 10 hingga hari ke 15. Perdarahan bercak
prahaid diobati dengan progesteron (medroksi progestron asetat atau didrogestron) dengan dosis
10 mg/hari dari hari ke 17 hingga hari ke 26. Beberapa penulis menggunakan progesteron dan
estrogen pada polimenorea dan menoragia dengan dosis yang sesuai dengan kontrasepsi oral,
mulai hari ke 5 hingga hari ke 25 siklus haid.8
- Siklus anovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional anovulatorik mempunyai dasar kelainan kekurangan
progesteron. Oleh karena itu pengobatan untuk mengembalikan fungsi hormon reproduksi
dilakukan dengan pemberian progesteron, seperti medroksi progesterone asetat dengan dosis 10-
20 mg/hari mulai hari ke 16-25 siklus haid. Dapat pula digunakan didrogesteron dengan dosis
10-20 mg/hari dari hari 16-25 siklus haid, linestrenol dengan dosis 5-15 mg/hari selama 10 hari
mulai hari hari ke 16-25 siklus haid. Pengobatan hormonal ini diberikan untuk 3 siklus haid. Jika
gagal setelah pemberian 3 siklus dan ovulasi tetap tak terjadi, dilakukan pemicuan ovulasi. Pada
penderita yang tidak menginginkan anak keadaan ini diatur dengan penambahan estrogen dosis
0,625-1,25 mg/hari atau kontrasepsi oral selama 10 hari, dari hari ke 5 sampai hari ke 25.8
Penanganan terapi berdasarkan usia
PUD pada Usia Perimenarche
Pada usia perimenarche (rata-rata 11 tahun ) hingga memasuki usia reproduksi , berlangsung
sampai 3- 5 tahun setelah menarche dan ditandai dengan siklus yang tidak teratur baik lama
maupun jumlah darahnya.
Pada keadaan yang tidak akut dapat diberikan antiprostaglandin, antiinflamasi nonsteroid
(NSAID), atau asam traneksamat. Pemberian tablet estrogen – progesteron kombinasi, atau
tablet progesterone saja maupun analog GnRH (agonis atau antagonis) hanya bila tidak ada
perbaikan.
Pada keadaan akut, dimana Hb sampai <8 gr%, maka pasien harus :
o Dirawat dan diberikan transfusi darah.
o Untuk mengurangi perdarahan diberikan sediaan :
Estrogen- progesterone kombinasi, misalnya 17β estradiol 2x2 mg, atau
Estrogen equin konjugasi 2x1.25 mg, atau
Estropipete 1x 1,25 mg dikombinasikan dengan noretisteron asetat 2x5 mg ;atau
Medroksiprogesteron asetat (MPA) 2x10 mg, atau juga dapat diberikan
normegestrol asetat 2x5 mg dan cukup diberikan selama 3 hari
Bila perdarahan akut telah berkurang atau selesai , lakukan pengaturan siklus, dengan pemberian
tablet progesterone pada hari 16-25 selama 3 bulan. MPA atau didrogesterone (10mg/ hari)
sedangnkan noretisterone 5mg/ hari.
3.8. Prognosis
Pada dasarnya keseimbangan hormonal akan dicapai dengan pengobatan yang tepat.
Meskipun terapi medikal digunakan pertama kali, lebih dari setengah wanita dengan menoragia
akan melakukan histerektomi dalam waktu 5 tahun di ginekologist. Beberapa pasien yang
menggunakan kontrasepsi transvaginal sebagai manajemen perdarahan uterus disfungsional
dapat mengalami 89-95% perbaikan. Jika kehamilan diinginkan, infertilitas dapat diatasi dengan
obat fertilitas. Sebaliknya, bila kehamilan tidak diinginkan dan penatalaksanaan konserfatif tidak
efektif, ablasi endometrial dapat mengurangi perdarahan uterus yang berlebihan sampai 88%.
Ablasi endometrial efektif untuk jangka pendek, dan 48 bulan setelah ablasi ,29% individu
memerlukan prosedur lain.
3.9. Pencegahan
Hindari faktor pencetus
LO.4. memahami dan menjelaskan perbedaan haid dan istihadhah
Pengertian haid:
Mengalirnya sesuatu’ (Bahasa).
Dinamakan haidl, karena mengalir dari rahim wanita (bahasa)
Beberapa definisi haid menurut Fukaha:
Darah yg keluar dari rahim sewaktu sehat, bukan disebabkan melahirkan atau sakit, pada
waktu tertentu.
Darah yg keluar dari rahim setelah sampai umur baligh dalam keadaan sehat pada waktu
tertentu, bukan karena melahirkan.
Darah yg keluar dari rahim wanita sehat dalam waktu tertentu, bukan karena melahirkan
atau karena ada penyakit dalam rahim.
Darah yg keluar dari kemaluan wanita secara alami, tanpa sebab, di waktu-waktu
tertentu.
Darah yg asalnya dari bagian dalam rahim, keluarnya bukan karena penyakit, luka,
keguguran, atau kelahiran bayi
Darah Haid:
Dalam keadaan sehat, bukan penyakit, sebagian ulama manambahkan tidak dalam
keadaan sedang hamil.
Bukan disebabkan karena melahirkan.
Telah malampaui batasan minimal masa suci.
Tidak di bawah masa minimal haid, jika kurang dari batas minimal maka mesti digenapi
hingga batas minimal.
Tidak melebihi batas maksimal, jika melebihi maka kelebihannya adalah darah penyakit.
Mayoritas ulama mencirikan warna haid adalah kekuning-kuningan keruh, namun
sebagian ulama yg lain menolak ciri ini