Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN SENI TARI

(10 TARIAN)
DI SUSUN

OLEH :

SYAIFANI

(1411100028)

Dosen Pembimbing : Putri Julia, S.Pd, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH 2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat, Taufik,
Hidayah serta Inayah-Nya kepada Kami, sehingga kami memiliki kesempatan
untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan sepenuhnya kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman islamiah yang modern seperti saat
ini. Dan juga kepada keluarganya, Sahabat, Tabi’in, Tabi’it-tabi’in seta para
pengikut-pengikutnya hingga akhir kiamat nanti.

Ucapkan terimakasih, penulis ucapkan kepada Ibu Dosen Pembimbing


serta teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah yang
membahas tentang “PENDIDIKAN SENI TARI (10 TARIAN)”.

Demikian makalah ini disusun, penulis menyadari bahwa di dalam penulis


makalah ini banyak sekali kekurangan, akan tetapi penulis berharap dengan
dibuatnya makalah ini dapat memberikan manfa’at serta pengetahuan untuk
semuanya. Aamiin

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Tarian dan Keterangan ............................................. 3
1. Tarian Bedhaya Ketawang dari Daerah Jawa Tengah ................. 3
2. Tarian Gambyong dari Daerah Jawa Tengah ............................... 4
3. Tarian Saman dari Daerah Nanggroe Aceh Darussalam .............. 4
4. Tarian Kecak dari Daerah Bali ..................................................... 5
5. Tarian Piring dari Daerah Minangkabau Sumatra Barat .............. 5
6. Tarian Kipas Pakarena dari Daerah Gowa Sulawesi Selatan ....... 6
7. Tarian Nandak Ganjen dari Betawi atau Jakarta .......................... 8
8. Tarian Serimpi, Tarian Tradisional Daerah di Indonesia dari
Yogyakarta ................................................................................... 9
9. Tari Sekapur Sirih dari Provinsi Jambi ........................................ 10
10. Tari Blambangan Cakil ................................................................ 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjalanan dan bentuk seni tari di Indonesia sangat terkait dengan
perkembangan kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun
dalam lingkup negara kesatuan. Jika ditinjau sekilas perkembangan Indonesia
sebagai negara kesatuan, maka perkembangan tersebut tidak terlepas dari latar
belakang keadaan masyarakat Indonesia.
Pada saat itu, Amerika Serikat dan Eropa secara politis dan ekonomis
menguasai seluruh Asia Tenggara, kecuali Thailand. Menurut Soedarsono (1977),
salah seorang budayawan dan peneliti seni pertunjukan Indonesia, menjelaskan
bahwa, “secara garis besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional
sangat dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya besar dari luar (asing)”.
Berdasarkan pendapat Soedarsono tersebut, maka perkembangan seni pertunjukan
tradisional Indonesia secara garis besar terbagi atas periode masa pra pengaruh
asing dan masa pengaruh asing. Namun apabila ditinjau dari perkembangan
masyarakat Indonesia hingga saat ini, maka masyarakat sekarang merupakan
masyarakat Indonesia dalam lingkup negara kesatuan. Tentu saja masing-masing
periode telah menampilkan budaya yang berbeda bagi seni pertunjukan, karena
kehidupan kesenian sangat tergantung pada masyarakat pendukungnya.
Tarian daerah Indonesia dengan beraneka ragam jenis tarian indonesia seni
tari membuat indonesia kaya akan adat kebudayaan kesenian. Dengan mengenal
lebih banyak Tarian adat di seluruh provinsi di indonesia mudah-mudahan
membuat kita lebih mencintai negeri kita ini. Tarian Indonesia mencerminkan
kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Terdapat lebih
dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat dari akar budaya bangsa
Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri
tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap
suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Di Indonesia
terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama
dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh
pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah.

1
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini guna memenuhi tugas dari guru Seni
Budaya yaitu Ibu Netti Herawati S.Sn. Manfaat yang dapat di peroleh oleh
penyusun melalui makalah ini yaitu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu acuan
dalam membuat makalah berikutnya, sehingga dalam penyusunan karya tulis yang
akan datang hal-hal yang sudah baik di tingkatkan dan yang salah diperbaiki serta
untuk menambah wawasan kami mengenai sni tari di Indonesia. Melalui makalah
ini manfaat yang dapat diperoleh oleh pelajar adalah sehingga setalah membaca
makalah ini, pelajar dapat terus menjaga dan melestarikan seni tari serta
menemukan cara-cara terbaru untuk mengatasinya agar tarian suatu daerah di
Indonesia dapat terjaga sampai generasi selanjutnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Macam-Macam Tarian dan Keterangannya


1. Tarian Bedhaya Ketawang dari Daerah Jawa Tengah
Tarian tradisional daerah yang pertama yaitu Bedhaya Ketawang. Nama

tarian ini berasal dari dua suku kata yang berbeda. Setiap kosakatanya juga

mengandung arti yang berbeda yakni “bedhaya” yang memiliki arti penari wanita

sedangkan ketawang artinya langit. Apabila dua suku kata tersebut disatukan

maka makna yang dimaksud adalah penari wanita yang berasal dari istana langit.

Biasanya tarian bedhaya ketawang di pertunjukkan hanya untuk acara resmi

dengan tujuan menghibur pada hadirin. Untuk sejarah dari tarian bedhaya ketwang

ini bercerita tentang hubungan Ratu Kidul atau yang biasa kita sebut sebagai Nyai

Roro Kidul.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, apabila ada yang

membawakan tarian bedhaya ketawang maka Nyai Roro Kidul akan mendatangi

tempat dimana tarian tersebut dibawakan serta ikut menari. Pada umumnya tarian

bedhaya ketawang dibawakn oleh sembilan orang penari wanita.

Dimana angka sembilan yang dipilih ini untuk melambangkan Wali Songo.

Namun ada juga yang berpendapat bahwa sembilan ini berasal dari arah mata

angin. Adapun busana yanng dikenakan para penari adalah menggunakan busana

pengantin Adat Jawa. Para penari memakai gelung besar (konde) pada kepala

mereka.

Selain konde para penari juga memakai aksesoris Jawa lainnnya seperti sisir

jeram saajar, garudha mungkur, centhung, cundhuk mentul dan tiba dhadha.

3
Untuk mengikuti tarian ini pun para penari wanita diusahakan tidak sedang

keadaan haid.

Apabila tarian bedhaya ketawang sedang show biasanya diiringi dengan musik

gendhing ketawang gede atau bisa juga dengan memakai musik gamelan.

2. Tarian Gambyong dari Daerah Jawa Tengah

Tarian Gambyong merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah

Surakarta. Pada awalnya tarian gambyong merupakan tarian rakyat untuk

memeriahkan suasane ketika musim panen padi. Namun untuk saat ini tarian

gambyong juga dipakai untuk acara sakral dan sekaligus sebagai penghormatan

kepada tamu.

Untuk sejarahnya, nama Gambyong ini diambil dari salah satu nama penari

wanita jaman dulu yakni Sri Gambyong. Penari wanita tersebut memiliki suara

emas dan tubuh yang lentur sehingga dengan kedua bakat yang dimilkinya, nama

Gambyong bisa cepat terkenal dan diminati oleh banyak orang.

Hingga pada suatu hari nama gambyong itu terdengar di telinga Sultan Paku

Buono IV dan membuat ia diundang sang raja untuk menari di istana. Sesuai

dengan ketenarannya, Sri Gambyong berhasil membuat seluruh warga istana

terpikat dengan tariannya. Tidak berhenti disini, tariannya pun dipelajari dan

dikembangkan di istana hingga akhirnya dinobatkan sabagai tarian khas istana.

Untuk busana yang biasa digunakan ialah busana kembem sebahu yanng

dilengkapi dengan selendang. Sedangkan untuk jumlah penarinya tidak

disyaratkan. Pada dasarnya tarian gambyong sangat identik dengan warna hijau

dan kuning. Namun seiring dengan perkembangan zaman, warna bukanlah sesuatu

4
hal mendasar yang tidak dapat diubah meskipun pada hakikatnya warna juga

dapat menjadi iri khas.

Untuk musik yang biasa digunakan untuk mengiringi tarian gambyong ialah

musik gamelan seperti kendhang, gong dan kenong.

3. Tarian Saman dari Daerah Nanggroë Aceh Darussalam

Pada awalnya tarian tradisional saman dari Aceh merupakan tarian etnis Suku

Gayo. Dimana Suku Gayo ini merupakan ras tertua di pesisir Aceh pada masa itu.

Pada mulanya Tarian Saman bertujuan sebagai media dakwah untuk menyebarkan

agama Islam. Seiring berjalannya waktu, saat ini Tarian Saman bersifat hiburan

dan lebih sering dibawakan untuk mengisi festival kesenian bahkan sampai ke luar

negeri.

Berdasarkan dari beberapa referensi menyebutkan bahwa Tarian Saman

pertama kali didirikan dan dikembangkan oleh seorang ulama yang berasal dari

Suku Gayo Aceh Tenggara Syaikh Saman.

4. Tarian Kecak dari Daerah Bali

Tarian Kecak merupakan salah satu jenis tarian tradisional daerah yang

berasal dari Bali. Tarian Kecak pertama kali diciptakan oleh seorang penari

sekaligus seniman dari Bali Wayan Limbak pada tahun 1930. Dalam mencetuskan

Tarian Kecak, Wayan Limbak dibantu oleh rekan akrabnya yang sama-sama

seorang seniman bernama Walter Spies.

5
Beliau merupakan seorang seniman dalam bidang seni lukis yang berasal dari

negara Jerman. Mereka berdualah yang memiliki peran penting dalam

berkembangnya Tarian Kecak sampai terkenal seperti saat ini.

5. Tarian Piring dari Daerah Minangkabau Sumatra Barat

Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau sering disebut dengan Tarian

Piriang ialah salah satu seni tari tradisional Minangkabau yang berasal dari

Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Tarian Piring dibawakan dengan menggunakan

alat bantu piring sebagai media utama.

Cara memainkannya ialah degan mengayunkan piring-piring tersebut dengan

gerakan-gerakan yang cepat dan teratur. Dengan catatan piring tersebut tidak

lepas dari genggaman tangan. Tari Piring ini merupakan salah satu simbol dari

masyarakat Minangkabau.

6. Tarian Kipas Pakarena dari Daerah Gowa Sulawesi Selatan

Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu tarian tradisional daerah yang

berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Tarian Kipas Pakarena dimainkan oleh para

penari perempuan ataupun laki-laki dengan mengenakan busana adat Miangkabau.

Mereka menari dengan gerakan yang khas Minangkabau serta menggunakan kipas

sebagai atribut untuk menarinya.

Tarian Kipas Pakarena termasuk salah satu tarian tradisional daerah yang

cukup ternama di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Gowa. Tarian Kipas

Pakarena juga sering dimainkan pada berbagai acara-acara hiburan maupun yang

6
bersifat adat, bahkan tarian ini juga sebagai salah satu daya tarik tersendiri untuk

wisata di Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Gowa.

Sejarah Asal -usul Tarian Kipas Pakarena. Menurut sejarah yang ada, Tarian

Kipas Pakarena adalah salah satu tarian peninggalan dari Kerajaan Gowa di

wilayah Gowa, Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa ini awalnya pernah berjaya

berabad-abad di daerah Sulawesi bagian selatan. Sehingga kebudayaan yang ada

di daerah Gowa pada saat itu sangat berpengaruh terhadap corak budaya

masyarakat Gowa pada saat sekarang ini.

Salah satunya ialah Tari Kipas Pakarena. Nama ini dambil dari kata “karena”

yang artinya “main”. Sehingga seni tarian ini juga bisa diartikan sebagai tarian

yang memainkan kipas. Tarian Kipas Pakarena kemudian diwariskan secara turun

temurun hingga menjadi sebuah tradisi yang sampai sekarang ini masih

dipertahankan oleh masyarakat sekitar.

Asal usul sejarah dari Tarian Kipas Pakarena ini sebenarnya masih belum

dapat diketahui secara pasti. Akan tetapi berdasarkan mitos masyarakat daerah

Gowa, tarian Kipas Pakarena berawal dari kisah perpisahannya antara penghuni

khayangan (boting langi) dan penghuni (pengguni lino) pada zaman dahulu.

Konon katanya sebelum berpisah, mereka (penghuni boting langi dan lino)

sempat mengajarkan bagaimana cara menjalani hidup seperti beternak, bercocok

tanam dan berburu kepada penghuni bumi. Ajaran itu diberikan melalui gerakan-

gerakan badan dan kaki atau dalam istilah kita sebuah tarian. Kemudian gerakan-

gerakan badan dan kaki tersebut digunakan penghuni lino sebagai ritual adat

mereka.

7
7. Tarian Nandak Ganjen dari Betawi atau Jakarta

Pada umumnya sebuah tarian tradisional akan mengangkat dari kisah-kisah

legenda yang ada di masyarakat lokal hingga kejadian situasional di dalam sebuah

tatanan kehidupan masyarakat itu sendiri. Tari Nandak Ganjena adalah salah satu

tarian tradisional yang cukup kondang, kreasi dari masyarakat Betawi atau yang

kita kenal dengan nama Jakarta.

Artikulasi dari tarian Nandak Ganjen apabila ditinjau berdasarkan dari nama

tarian tersebut berasal dari dua suku kata yang berbeda yakni Nandak dalam

bahasa Betawi maksutnya ialah menari sedangkan Ganjen merupakan sebuah

istilah populer di Jakarta yang artinya centil atau genit.

Tarian Nandak Ganjen untuk pertama kalinya diciptakan oleh seorang

seniman dari Betawi yang juga merupakan putra Betawi asli. Beliau adalah

Sukirman atau lebih akrab dipanggil Bang Ntong yang telah menekuni dunia sejak

tahun 1970 khusunya kesenian Topeng Betawi dan Gambang Kromong. Dalam

kesehariannya Bang Ntong ini sebagai Ketua dari sebuah Grup musik Gambang

Kromong Ratna Sari. Selain sebagai ketua sebuah grup seni musik, Bang Ntong

juga seorang pemerhati kelestarian terhadap kesenian masyarakat Betawi.

Awal Bang Ntong menciptakan Tari Nandak Ganjen adalah inspirasi dari

sebuah pantun. Sinopsis dari pantun tersebut berbunyi kurang lebih seperti ini:

“Buah cempedak buah durian, sambil nandak cari perhatian”.

Bang Ntong melanjutkan bahwa Tarian Nandak Ganjen yang beliau ciptakan

pada tahun 2000 tersebut adalah sebuah tarian yang bercerita tentang seorang

gadis belia baru beranjak dewasa. Dalam istilah gaul dan modern di Indonesia

ialah seorang Anak Baru Gede (ABG).

8
Dimana ketika dalam proses peralihan masa tersebut mulai terlihat keceriaan

seorang remaja yang dibarengi dengan kecentilan. Akan tetapi kecentilan-

kecentilan tersebut berujung pada tindakan konyol dan lucu sehingga dapat

membuat siapapun yang melihatnya tersenyum-senyum sendiri.

8. Tarian Serimpi, Tarian Tradisional Daerah di Indonesia dari Yogyakarta

Salah satu tarian tradisional daerah Yogyakarta yang sangat terkenal ialah

tarian Serimpi. Biasanya tarian ini di bawakan oleh empat orang perempuan

berparas cantik nan anggun. Lemah gemulai pada setiap gerakan yang dilakukan

oleh para penari menggambarkan kesopanan dan perilaku santun yang dimiliki

oleh masyarakat sekitar.

Berdasarkan sejarah yang umum diketahui, Tarian Serimpi ini telah ada sejak

zaman kejayaan Kerajaan Mataran ketika dipimpim oleh Sultan Agung. Pada saat

itu Tarian Serimpi merupakan tarian sakral yang hanya dipertunjukkan pada

lingkungan Keraton Yogyakarta saat ada acara resmi kenegaraan atau peringatan

kenaikan tahta pada Sultan. Sehingga para penarinya pun merupakan orang-orang

tetentu yang telah dipilih oleh keluarga Kerajaan.

Akan tetapi semenjak terjadinya perpecahan Kerajaan Mataran hingga

menjadi dua belah pihak yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta,

Tarian Serimpi mulai mengalami perubahan. Meskipun terjadi perubahan dari segi

gerakan, Tarian Serimpi ini masih memilki inti atau makna tarian yang sama.

Diantara beberapa kebudayaan tari tradisional daerah yang telah disebutkan, di

Indonesia masih ada banyak lagi kebudayaan lainnya. Dimana dari sekian

9
banyaknya budaya tersebut pasti memiliki manfaat keberagaman

budaya tersendiri.

9. Tari Sekapur Sirih

Merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini hanyak persamaannya

dengan tari Melayu. Tari tersebut ialah Tari Sekapur Sirih. Tari ini merupakan

tarian selamat datang kepada tamu-tamu besar di Provinsi Jambi. Tarian ini

diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962. Pada tahun 1967 tarian ini ditata

ulang oleh OK Hendri BBA. Tari ini mendeskripsikan perasaan lapang dan

terbuka yang dimiliki orang-orang Jambi terhadap tamu yang berkunjung ke

daerah mereka. Jumlah penari dalam tarian ini ialah 9 orang penari perempuan

dan 3 orang penari laki-laki. Di antara dua belas penari tersebut satu orang

bertugas memegang payung, dua orang pengawal, dan sisanya menari.

10. Tari Blambangan Cakil

Mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa). Sebuah

perlambang penumpasan angkara murka. Tari Bambangan Cakil merupakan salah

satu tari klasik yang ada di Jawa khususnya Jawa Tengah. Tari ini sebenarnya

diadopsi dari salah satu adegan yang ada dalam pementasan Wayang Kulit yaitu

adegan Perang Kembang. Tari ini menceritakan perang antara kesatria melawan

raksasa. Kesatria adalah tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan

Raksasa menggambarkan tokoh yang kasar dan fungsi tari ini untuk hiburan dan

upacara.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tari tradisional adalah tari yang telah melampaui perjalanan


perkembangannya cukup lama, dan senantiasa berfikir pada pola-pola yang telah
mentradisi. Para ahli antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari
gerakan ritual dan upacara keagamaan dan juga alam. Jenis Tari Tradisional ada
dua : Tari keraton adalah tari yang semula berkembang dikalangan kerajaan dan
bangsawan. Tari Rakyat merupakan tari yang hidup dan berkembang dikalangan
rakyat. Setiap daerah provinsi di Indonesia masing-masing memiliki tarian
tradisional.

B. Saran

Dengan mengenal lebih banyak Tarian adat di seluruh provinsi di


indonesia mudah-mudahan membuat kita lebih mencintai negeri kita ini. Sekolah
seni tertentu di Indonesia seperti Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
di Bandung, Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di Jakarta, Institut Seni Indonesia
(ISI) yang tersebar di Denpasar, Yogyakarta, dan Surakarta kesemuanya
mendukung dan menggalakkan siswanya untuk mengeksplorasi dan
mengembangkan seni tari tradisional di Indonesia.

Beberapa festival tertentu seperti Festival Kesenian Bali dikenal sebagai


ajang ternama bagi seniman tari Bali untuk menampilkan tari kreasi baru karya
mereka. Semoga seluruh masyarakat Indonesia dapat terus menjaga dan
melestarikan seni tari serta menemukan cara-cara terbaru untuk mengatasinya agar
tarian suatu daerah di Indonesia dapat terjaga sampai generasi selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://goobloggua.blogspot.co.id/2014/06/makalah-seni-budaya-seni-tari.html

https://unik6.blogspot.co.id/2015/02/nama-nama-tarian-tradisional-indonesia.html

https://masbidin.net/macam-macam-tarian-daerah-dan-penjelasannya/

12

Anda mungkin juga menyukai