Anda di halaman 1dari 10

BAB I

KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Lebak Gempol

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri pada pinggang kiri sejak 15 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada pinggang kiri yang menjalar ke kemaluan sejak
15 hari yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dan berkurang dengan pergerakan. Pasien juga
mengeluhkan kencing berpasir. Pasien menyangkal damam, keluar batu saat BAK, nyeri saat
BAK, keluar darah saat BAK. Riwayat makan jengkol sebelum masuk RS disangkal. Pasien
pernah menderita gejala yang sama pada tahun 2011 dan gejala menghilang dengan
pengobatan, pasien tidak ingat obat apa yang diberikan.

Riwayat penyakit dahulu :


♦ Pasien nefrotomi sinistra sejak 6 bulan yang lalu
♦ Riwayat penyakit gula tidak ada

Riwayat penyakit keluarga :

♦ Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala dan penyakit yang sama

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis

Keadaan Umum : Sedang


Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 88 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C

Pemeriksaan Sistemik
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorax : Paru dan jantung dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Extremitas : Akral hangat, perfusi baik

Costovertebra Angle :

Inspeksi : Tidak terlihat adanya massa pada daerah costovertebra angle dextra dan
sinistra

Palpasi : Dextra : Tidak teraba massa, Nyeri tekan (-)

Sinistra : Tidak teraba massa, Nyeri tekan (+)

Perkusi : Dextra : Nyeri ketok (-)

Sinistra : Nyeri ketok (+)

Suprapubis :

Inspeksi : Tidak terlihat adanya massa pada daerah suprapubis

Palpasi : Tidak teraba massa, Nyeri tekan (-)

Genitalia Externa :

Inspeksi : Tidak phimosis atau paraphimosis, tidak terdapat sekret pada OUE, tidak
tampak massa pada penis atau skrotum.
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 14,2 gr/dl
Hematokrit : 38.9%
Leukosit : 5000/mm3
Trombosit : 479.000/mm3
PT : 11,7
APTT : 39,6

Urinalisa
Protein : -
Glukosa : -
Leukosit : 2-3
Eritrosit : 1-2
Silinder : -
Kristal : -
Epitel : Gepeng
Bilirubin : -
Urobilinogen : -

Pemeriksaan penunjang :
Radiologi :
BNO : Tampak bayangan konkremen opak multipel pada kedua gimjal
USG :

Diagnosis Kerja :
Nefrolitiasis
DD : Penyakit divertikel, Bowel obstruction, Ulkus peptikum, Emboli artreri renalis kiri

Tatalaksana :
- Medikamentosa
1. Cefoperazon 1 x 1 gr
2. Pantoprazole 2 x 40 mg
3. Car
4. Dexketoprofen 2 x 50 mg

- Pembedahan
1. Nefrolithotomi
2. DJ Stent

Komplikasi :

1. Gagal ginjal
Terjadi karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut
kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal in
menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
microorganisme.
3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk di ginjal
dan lama-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin.
4. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.

Pencegahan :

1. Edukasi pasien
2. Identifikasi faktor resiko
3. Mengubah gaya hidup

Prognosis:

Quo ad Sanam : Bonam

Quo ad Vitam : Bonam


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Nefrolitiasis adalah kondisi medis yang ditandai dengan massa kecil dari kristal di dalam
ginjal yang terbentuk dari mineral atau garam asam.
Gambar. Batu Ginjal
1.2 Epidemiologi
Abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat insiden tertinggi penderita batu saluran kemih yang
ditemukan diberbagai negara di Eropa. Berbeda dengan eropa, di negara-negara
berkembang penyakit batu ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya Indonesia,
Thailand, India, Kamboja, dan Mesir.

1.3 Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah
faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik
yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.

Faktor intrinsik antara lain :

1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.


2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang
lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.

1. Iklim dan temperatur


2. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi.
3. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
4. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktifitas atau sedentary life.

1.4 Patofisiologi

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan
yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari
batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari
intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih
atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya
infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi
kalsium dan magnesium pospat. Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori :

1.Teori supersaturasi : Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal


mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya
agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
2.Teori matriks : Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose,
3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal
sehingga menjadi batu.

3.Teori kurang inhibitor : Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang
melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat
mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi
kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.

4.Teori epistaxi : Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh
satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya.
Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan
batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.

5.Teori kombinasi : Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

1.5 Gejala Klinis

Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya
gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada
penderita batu ginjal antara lain :
1.Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu
berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya
lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral. (Barbara.
1996:324)
2.Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma
yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik (Ilmu kesehatan anak, 2002:840)
3.Infeksi : Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun infeksi
asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif.
4.Kencing panas dan nyeri
5.Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal
6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

1.7 Diagnosa
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal
perlu didukung dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan penunjang lain untuk
menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.
A. Anamnesis

Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar mengenai
onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat
bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan
riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya sering
mempunyai tipe nyeri yang sama.

B. Pemeriksaan Fisik

 Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan
nausea.
 Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau
dengan hidronefrosis.
 Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan retensi
urin.
 Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan
urosepsis.

C. Pemeriksaan penunjang
Radiologi. Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda
untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang
ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga
adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di
depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering
perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan
kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang
menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini
tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan pielografi retrograd.
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,
yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada
wanita yang sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu
dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan
batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.

Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang


dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan
penyebab batu.

1.8 Tatalaksana

1. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Terapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/
banyak dan pemberian diuretik.

2. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa
tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu
alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut.

3. Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat gelombang kejut, atau bila
cara non-bedah tidak berhasil.

Anda mungkin juga menyukai