Kelompok :1
Tugas :5
MAKALAH
PENGEMBANGAN EVALUASI DAN PROSES PEMBELAJARAN FISIKA
Oleh:
Nurul Fadieny
17175022
Pendidikan Fisika A
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Dr. Hj. Djusmaini Djamas, M.Si.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Pengembangan Media Pembelajaran Fisika dengan judul
“Perkembangan Literasi (Readings, Mathematichal, Scientific-Literacy) pada
PISA 2000,-2003-2006-2009 -2010-2012-2015;Komponen dan Aspek-Aspek
dalam Literasi Sains ; Karakteristik dan Contoh Soal-Soal Scientific-Literacy
(Literasi Sains)”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan
Evaluasi dan Proses Pembelajaran Fisika, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S. dan Ibu Dr.
Hj. Djusmaini Djamas, M.Si.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini.
Maka kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam rangka
penyempurnaan makalah ini sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Agama dan Landasan Yuridis...................................... 4
B. Pengertian Scientific Literacy...................................................... 8
C.Perkembangan Literasi (Reading, Mathematical, Scientific
Literacy) pada PISA 2000-2003-2006-2009-2010-2012-2015 9
D. Komponen dan Aspek-Aspek dalam Literasi Sains ................... 19
E. Karakteristik dan Contoh Soal Scientific Literacy....................... 27
F. Analisi Scientific Literacy di Indonesia......................................... 32
BAB III PEMBAHASAN
A. Matriks Perkembangan Literasi (Reading, Mathematical, Scientific
Literacy) pada PISA 2000-2003-2006-2009-2010-2012-2015. . . 37
B. Matriks Contoh Soal-Soal PISA (Scientific Literacy)................. 40
C. Rubrik Penilaian ......................................................................... 52
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 54
B. Saran............................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 55
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ke-21 merupakan abad globalisasi yang penuh tantangan. Negara-
negara di dunia semakin giat berpacu untuk memenangkan era persaingan global
yang ditandai dengan kemajuan sains dan teknologi. Peningkatan kemampuan dan
pemahaman terhadap sains dan teknologi merupakan kunci kemajuan suatu bangsa.
Sampai saat ini, peran sains dan teknologi semakin dirasakan manfaatnya. Tak dapat
diragukan lagi, penerapan atas sains dan teknologi telah menunjukkan perubahan
yang revolusioner di banyak negara.
Kehidupan masyarakat yang saat ini telah berkembang seiring pesatnya
perkembangan sains dan teknologi, menuntut manusia untuk semakin bekerja keras
menyesuaikan diri dalam segala aspek kehidupan. Salah satunya adalah aspek
pendidikan yang sangat menentukan maju mundurnya suatu kehidupan yang semakin
kuat persaingannya. Dengan demikian proses pendidikan diharapkan mampu
membentuk manusia yang melek sains dan teknologi seutuhnya. Selain itu juga,
pendidikan diharapkan berperan sebagai jembatan yang akan menghubungkan
individu dengan lingkungannya ditengah-tengah era globalisasi yang semakin
berkembang, sehingga individu mampu berperan sebagai sumber daya manusia yang
berkualitas (Sumartati, 2009).
Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak
memasuki dunia kehidupannya. Sains pada hakekatnya merupakan sebuah produk
dan proses. Produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum.
Sedangkan proses sains meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan dan
menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan
masalah dan cara bersikap. Oleh karena itu sains dirumuskan secara sistematis,
terutama didasarkan atas pengamatan eksperimen dan induksi. Mudzakir (dalam
Hernani, et al.,2009) mengungkapkan bahwa pendidikan sains memiliki potensi yang
besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini akan
dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan peserta didik yang cakap
1
dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir
kreatif, kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi serta
adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman.
Pada tahun 1997, Organisation for Economic Co-Operation and
Development (OECD) memunculkan Programme for International Student
Assesment (PISA). PISA ( Programme for International Students Assessment) adalah
studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan
peserta didik usia 15 tahun (kelas III SMP dan Kelas I SMA) dalam membaca
(reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific
literacy). Pada tahun 2000, Indonesia ikut-serta dalam penelitian PISA
(Programme for International Student Assessment), suatu studi internasional yang
diikuti oleh 42 negara di bawah koordinasi Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) yang diharapkan akan menjadi survey
yang bersifat reguler dan berkesinambungan.
Hasil studi PISA berupa informasi tentang profil pengetahuan, keterampilan,
dan kompetensi peserta didik di Indonesia. Hasil studi tersebut juga dapat
dimanfaatkan sebagai bandingan terhadap peserta didik di negara-negara lain di
dunia mengenai kemampuan dan kompetensi anak-anak Indonesia. Studi PISA ini
juga berperan dalam perumusan kebijakan dalam peningkatan mutu pendidikan dasar
kita, khususnya dalam menentukan ambang batas bawah (tresh-hold) dan batas
ambang ideal (benchmark) kemampuan dasar membaca, matematika, dan sains di
akhir usia wajib belajar.
Selain itu, dari studi PISA ini dapat diperoleh sekumpulan indikator
kontekstual tentang demografi peserta didik, sekolah, dan variabel lainnya yang
mempengaruhi pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi peserta didik. Data yang
dikumpulkan dalam PISA terdiri atas tiga kelompok besar, yaitu kelompok
pengetahuan, latar belakang peserta didik, dan latar belakang sekolah. Data yang
diperoleh dari kelompok pengetahuan adalah data kemampuan aspek membaca,
matematika, dan sains sebagaimana terdapat di dalam kurikulum sekolah
(curriculum focused) serta bersifat lintas-kurikulum (cross-curricular elements).
2
Berdasarkan uraian yang dikemukakan, dalam makalah ini akan dibahas
tentang perkembangan literasi pada PISA, komponen dan aspek dalam literasi sains,
serta karakteristik dan contoh-contoh soal literasi sains.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan literasi pada PISA 2000-2003-2006-2008-2010-2012-
2014-2015?
2. Apa komponen dan aspek-aspek dalam literasi sains (Scientific Literacy)?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui perkembangan literasi pada PISA 2000-2003-2006-2008-2010-
2012-2014-2015
2. Mengetahu komponen dan aspek-aspek dalam literasi sains (Scientific Literacy)
3. Mengetahui karakteristik dan contoh-contoh soal-soal literasi sains (Scientific
Literacy)
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Bagi pendidik, sebagai tambahan wawasan keilmuan, sehingga mampu
melakukan program inovasi pendidikan dan mampu mengatasi berbagai
masalahnya
2. Bagi penulis, sebagai pengalaman menulis dan menyelesaikan tugas pada mata
kuliah pengembangan evaluasi dan proses pembelajaran fisika.
BAB II
3
KAJIAN TEORI
4
Artinya 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
5
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Dalam Bab 1 Pasal 1 ayat (21) dikemukakan bahwa evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya,
dalam Bab XVI tentang Evaluasi, Akreditasi dan Sertifikasi, Bagian Kesatu tentang
Evaluasi, Pasal 57, dijelaskan :
1) Pasal 57 ayat (1) : Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2) Pasal 57 ayat (2) : Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga
pendidikan, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk
semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
Dipertegaskan lagi dalam pasal 58 :
1) Pasal 58 ayat (1) : Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik
untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.
2) Pasal 58 ayat (2) : Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program
pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh,
transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.
6
2) Ayat 2: Teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa tes
tertulis , observasi, tes praktik, dan penugasan perseorangan atau kelompok.
3) Ayat 3: Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian
observasi secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam
satu semester.
7
B. Pengertian Scientific Literacy
Berikut ini beberapa pengertian scientific literacy:
1. Secara harfiah literasi berasal dari Literacy (Inggris) yang berarti melek huruf
atau gerakan pemberantasan buta huruf. Kata sains berasal dari Science (Inggris)
yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi science literacy adalah ilmu pengetahuan
yang merupakan gerakan pemberantasan buta huruf.
2. PISA (Programme for International Student Assesment) mendefinisikan literasi
sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi
permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka
mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi
pada alam sebagai akibat manusia (Witte, 2003).
3. Literasi sains atau scientific literacy didefinisikan PISA sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan
untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan
membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia
dengan alam.
4. Menurut Hurt, science literacy berarti tindakan memahami sains dan
mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat.
5. Literasi sains merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan ilmiah dan prosesnya, tetapi ia tidak sekadar memahami alam
semesta, tetapi juga ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan
menggunakannya (OECD, 1999).
6. Literasi sains juga merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
sains dalam upaya memecahkan masalah (NRC, 1996), kemampuan untuk
berfikir secara ilmiah (De Boer, 2000), kemampuan untuk berfikir kritis tentang
sains untuk berurusan dengan keahlian sains (Shamos, 1995; Korpan, et al.,
1997)
7. Literasi sains menurut National Science Education Standards (1995)
adalah scientific literacy is knowledge and understanding of scientific concepts
and processes required for personal decision making, participation in civic and
cultural affairs, and economic productivity. It also includes specific types of
abilities.
8. Literasi IPA (scientific literacy) didefenisikan sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik
8
kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat
keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia (OECD, 2003).
9. Menurut AAAS (American Association for the Advancement of Science),
asesmen literasi adalah sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan
ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat
keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam.
10. Menurut Widyawatiningtyas, literasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
membaca dan menulis, atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan
kata-kata.
9
PISA bertujuan meneliti secara berkala tentang kemampuan peserta didik usia
15 tahun dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan
sains (scientific literacy). Pada tahun 2000 penelitian PISA difokuskan kepada
kemampuan membaca, sementara dua aspek lainnya menjadi pendamping. Pada
tahun 2003 aspek matematika akan menjadi fokus utama kemudian diteruskan aspek
sains pada tahun 2006. Melalui program tiga tahunan ini diharapkan kita dapat
memperoleh informasi berkesinambungan tentang prestasi belajar peserta didik
sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kualitas pendidikan dasar Indonesia di
dalam lingkup internasional.
10
kuesioner terhadap 'kepentingan dalam ilmu' untuk semua peserta didik dan
perbedaan jenis kelamin pada masalah ini (OECD, 2009; lihat juga: Drechsel,
Carstensen & Prenzel, 2011). Singkatnya, penilaian 2015 merupakan definisi dan
pengembangan definisi 2006. Perubahan lain, misalnya menguraikan konsep
pengetahuan prosedural dan epistemic, yang merupakan spesifikasi yang lebih rinci
tentang aspek-aspek tertentu yang diasumsikan dalam definisi sebelumnya.
Berdasarkan PISA 2015, Literasi sains adalah kemampuan untuk terlibat
dengan masalah-ilmu yang berhubungan, dan dengan ide-ide ilmu pengetahuan,
sebagai warga negara reflektif. Seseorang yang melek sains, bersedia untuk terlibat
dalam wacana tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memerlukan
kompetensi untuk menjelaskan fenomena ilmiah yang meliputi mengakui,
menawarkan dan mengevaluasi penjelasan untuk berbagai fenomena alam dan
teknologi. Mengevaluasi dan mendesain penelitian ilmiah yang meliputi menjelaskan
dan menilai penyelidikan ilmiah dan mengusulkan cara menangani pertanyaan-
pertanyaan ilmiah. Menafsirkan data dan bukti ilmiah yang meliputi analisis dan
mengevaluasi data, klaim dan argumen dalam berbagai pernyataan dan menarik
kesimpulan ilmiah yang sesuai.
Berdasarkan penjelasan tentang literasi sains berdasarkan PISA 2015, maka
ada 3 kompetensi yang harus dimiliki seseorang yang memiliki literasi sains yaitu
1. Menjelaskan Fenomena Ilmiah
Pencapaian ilmu pengetahuan telah mengembangkan seperangkat teori yang
telah mengubah pemahaman kita tentang alam, seperti gagasan bahwa siang dan
malam disebabkan oleh Bumi berputar, atau gagasan bahwa penyakit dapat
disebabkan oleh mikro-organisme tak terlihat. Selain itu, pengetahuan tersebut telah
memungkinkan kita untuk mengembangkan teknologi yang mendukung kehidupan
manusia memungkinkan hal-hal seperti pencegahan penyakit dan komunikasi
manusia yang cepat di seluruh dunia. Kompetensi untuk menjelaskan fenomena
ilmiah dan teknologi dengan demikian tergantung pada pengetahuan tentang ilmu
pengetahuan.
Menjelaskan fenomena ilmiah, bagaimanapun, membutuhkan lebih dari
kemampuan untuk mengingat dan menggunakan teori-teori, gagasan jelas, informasi,
dan fakta (pengetahuan konten). Menawarkan penjelasan ilmiah juga memerlukan
11
pemahaman tentang bagaimana pengetahuan tersebut telah diintegrasikan. Untuk
kompetensi ini, individu membutuhkan pengetahuan tentang bentuk-bentuk standar
dan prosedur yang digunakan dalam penyelidikan ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan tersebut (pengetahuan prosedural) dan pemahaman tentang peran dan
fungsi dalam membenarkan pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan
(pengetahuan epistemic).
12
lempeng tektonik atau perubahan iklim, ilmu pengetahuan bergantung pada argumen
yang merupakan kesimpulan untuk penjelasan terbaik memeriksa berbagai hipotesis
dan menghilangkan mereka yang tidak sesuai dengan bukti.
13
untuk pembangunan pengetahuan di bidang ilmu pengetahuan. Selain itu, mereka
harus memiliki kompetensi baik untuk membangun klaim yang dibenarkan oleh data
dan untuk mengidentifikasi kelemahan dalam argumen orang lain.
Hasil PISA 2000 digunakan sebagai baseline dan setiap tiga tahun negara-
negara akan dapat melihat kemajuan yang telah dicapainya. Untuk menilai apakah
IPA diimplementasikan di Indonesia, kita dapat melihat hasil literasi IPA anak-anak
ditandai dengan kerja ilmiah, dan tiga dimensi besar literasi sains yang ditetapkan
oleh PISA, yaitu konten IPA, proses IPA, dan konteks IPA. Hasil penelitian PISA
usia 15 tahun masing-masing berada pada peringkat ke 38 (dari 41 negara) dan
peserta didik ditetapkan sekitar nilai 500 dengan simpangan baku 100 point. Hal ini
antara 400 dan 600 pada PISA 2003. Ini artinya skor yang dicapai oleh peserta didik-
peserta didik Indonesia kurang lebih terletak di sekitar angka 400. Ini artinya bahwa
14
peserta didik-peserta didik Indonesia tersebut diduga baru mampu mengingat
pengetahuan ilmiah berdasarkan fakta sederhana (Rustaman,2006).
2. Literasi pada PISA 2003
Hasil PISA 2003 yang fokusnya pada matematika menunjukkan bahwa rata-
rata kinerja kelompok 25 negara OECD mengalami peningkatan perolehan pada satu
atau dua area konten matematika setelah diadakan assesmen tahun 2000 dan 2003.
Berikut Hasil capaian negara-negara tersebut yang menjadi tantangan yang menjadi
tantangan bagi negara-negara lainnya untuk memperlihatkan apa yang mungkin
untuk dicapai.
15
Tahun 2009 PISA menilai kemampuan membaca, kemampuan matematika,
dan kemampuan iptek. Laporan ini juga mengindikasikan kemampuan sumber daya
manusia suatu negara dalam bersaing di dunia internasional.
Secara keseluruhan, posisi Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65
negara. Dalam kemampuan membaca, skor Indonesia adalah 402, sementara skor
tertinggi diraih di kota Shanghai, China. Rata-rata, peserta didik dan siswi di
Shanghai menunjukkan kemampuan paling tinggi dalam kemampuan matematika
dan iptek (skor 600 dan 575). Adapun untuk kedua bidang tersebut, skor Indonesia
adalah 371 dan 401.
Laporan ini menyebut, berdasarkan berbagai penelitian, kemampuan
membaca secara luas, yaitu membaca untuk keperluan fungsional, seperti
menemukan informasi praktis tertentu, ataupun membaca lebih dalam dan
merefleksikannya untuk menemukan cara melakukan sesuatu, berpikir, dan
memahami posisi diri, merupakan alat menduga tingkat kesejahteraan sosial dan
ekonomi yang lebih baik daripada mengukur berapa tahun peserta didik bersekolah.
Apabila selama ini ada kekhawatiran siswi tertinggal dibandingkan dengan para
siswi, penilaian PISA di negara OECD menunjukkan hal sebaliknya dalam
kemampuan membaca.
Meski begitu, dalam kemampuan matematik, skor para peserta didik 12 poin
lebih tinggi daripada siswi, sementara untuk skor iptek kesenjangannya lebih sempit.
Apabila dibandingkan di antara pelajar dengan skor tertinggi, tidak terdapat beda
nyata antara siswi dan peserta didik.
16
Pada hasil PISA 2012 indonesia berada diurutan 64 dari 65 Negara
partisipasi. Dari perbandingan PISA 2003 dan 2012, 25 negara partisipan meningkat
kemampuan matematika, 13 % siswa berada di kempuan matematika yang sangat
tinggi, dimana mereka dapat mengembangkan dan bekerja dengan model situasi yang
komplek, 32 negara partisipan meningkat kemampuan membaca, dan hanya 3
negara yang meningkat kemampuan sains.
PISA 2015 survey berfokus pada literasi sains (sciencetific literasi), dengan
membaca, mathematics dan kolaborative pemecahan masalah (collaborative problem
solving) sebagai minor areas of assessment. Pisa 2015 juga melakukan assessment
terhadap financial literacy. PISA 2015 dilakukan ke 540.000 orang siswa diseluruh
dunia, yang merepresentasikan 29 juta anak berumur 15 tahun di 72 negara.
17
Literasi sains siswa di Indonesia sudah mengalami peningkatan terutama
utnuk siswa sekolah menengah atas. Dimana minat dari siswa untuk mengikuti sains
sudah tinggi jika dibandingkan dari PISA 2012 dan 2009. Tapi jika dibandingkan
dengan siswa di lingkungan OECD minat siswa Indonesia terhadap pembelajaran
ilmu alam, banyak siswa Indonesia yang tidak menyukai pembelajaran ilmu alam. Ini
dikarenakan siswa di Indonesia masih banyak yang tidak peduli dengan masa depan
mereka.
Dalam laporan hasil PISA 2015, 25 % laki-lai dan 24 % perempuan
dilaporkan bahwa mereka mengharapkan dapat bekerja di pekerjaan yang
berhubungan dengan sains. Tetapi pekerjaan yang mereka harapakan itu sangat
berbeda. Untuk perempuan mereka mengharapkan dapat bekerja di bagian kesehatan
sedangkan laki-laki banyak mengharapkan dapat bekerja di bidang engenering,
saintis dan ICT. Pada PISA 2015 untuk kemampuan literasi membaca dilaporkan
bahwa hamper semua negara tidak menglami perubahan dari tahun 2009.
18
Reading literacy is understanding, using and reflecting on written texts, in order to
achieve one’s goals, to develop one’s knowledge and potential, and to participate in
society.
Pada PISA 2009 , 2012, dan 2015 makna readning literacy adalah:
Reading literacy is understanding, using, reflecting on and engaging with written
texts, in order to achieve one’s goals, to develop one’s knowledge and potential, and
to participate in society.
Dimana pada draft untuk tahun 2018 kata written dihilangkan. Untuk 2018
makna reading literacy menjadi:
Reading literacy is understanding, using, evaluating, reflecting on and engaging
with texts in order to achieve one’s goals, to develop one’s knowledge and potential
and to participate in society.
19
PISA lebih lanjut mengelaborasi dimensi-dimensi literasi sains tersebut
menjadi kompone-komponen utama yang akan dinilai. Komponen-komponen yang
dipilih serta alasan bagi pemilihan komponen tersebut dipaparkan di bawah ini:
1. Proses Sains
PISA mengakses kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan
pemahaman ilmiah, seperti kemampuan peserta didik untuk mencari,
menafsirkan dan memperlakukan bukti-bukti. PISA menguji lima proses
semacam itu, yakni: a) mengenali pertanyaan ilmiah; b) mengidentifikasi bukti;
c) menarik kesimpulan; d) mengkomunikasikan kesimpulan; e) dan menunjukkan
pemahaman konsep ilmiah.
PISA memandang pendidikan untuk mempersiapkan warga negara masa
depan, yang mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang akan semakin terpengaruh
oleh kemajuan sains dan teknologi, perlu mengembangkan kemampuan anak untuk
memahami hakekat sains, serta kekuatan dan keterbatasan sains. Termasuk di
dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains,
mengenal bukti apa yang diperlukan sesuai dengan bukti yang ada. Alasan ini yang
menyebabkan PISA menetapkan lima komponen proses sains berikut ini dalam
penilaian literasi sains.
a. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang diselidiki secara ilmiah,
seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains. Kemampuan
ini dapat dinilai dengan cara menyajikan suatu situasi yangdidalamnya terdapat
pertanyaan yang dapat dijawab secara ilmiah, kemudian meminta pertanyaan itu
diidentifikasi, atau menyajikan sejumlah pertanyaan dan menanyakan pertanyaan
mana yang dapat dijawab dengan penyelidikan sains.
b. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses ini
melibabkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk
memperoleh bukti itu. Kemampuan ini dapat dinilai dengan cara memaparkan
sutu penyelidikan dan meminta anak mengidentifikasi bukti yang diperlukan.
c. Mengevaluasi dan menarik kesimpulan. Proses ini melibatkan kemampuan
menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau seharusnya
mendasari kesimpulan itu. Kemampuan ini dapat dinilai dengan menyediakan
20
paparan suatu penyelidikan dan kesimpulan yang dihasilkan dari penyelidikan
itu, kemudian meanyakan kesimpulan atau alternatif kesimpulan mana yang
sesuai dengan bukti yang diperoleh pada penyelidikan.
d. Mengkomunikasan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan secara tepat
kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia. Kemampuan ini dapat
dinilai dengan cara menyajikan suatu situasi yang emelurkan informasi atau bukti
dari berbagai sumber untuk diintegrasikan oleh anak dalam menunjang
kesimpulan yang diberikan.
e. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni
kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa
yang telah dipelajarinya. kemampuan ini dapat dinilai dengan meminta
penjelasan atau prediksi tentang situasi fenomena atau peristiwa yang diberikan.
21
f. Bentuk dan fungsi
g. Biologi manusia
h. Peubahan fisiologis
i. Keragaman makhluk hidup (biodiversitas)
j. Pengendalian genetik
k. Ekosistem
l. Bumi dan tempatnya di alam semesta
m. Perubahan geologis
Masalah dan isu sains dalam bidang-bidang di atas dapat terkait pada anak
sebagai individu, bagian dari komunitas lokal, serta warga dunia, atau ketiganya
sekaligus. Situasi-situasi nyata yang menjadi konteks aplikasi sains dalam penilaian
PISA tidak diangkat dari materi yang umumnya dipelajari di kelas dan laboratorium,
melainkan diangkat dari kehidupan sehari-hari.
Bumi dan
Kehidupan dan Kesehatan Teknologi
Lingkungan
22
keberlanjutan spesies Cuaca dan iklim sampah
Kesalingbergantungan Penggunaan energi
antara sistem fisik dan
sistem biologis
S c i e n t i f ic Indeks
No Kode Soal Bentuk Soal
Content / Concept Process Context Diskri.
1 S128Q01 Struktur dan fungsi 4 3 PG 0,17
2 S128Q02 Pengendalian Genetis 4 3 PG 0,28
3 S128Q03T Pengendalian Genetis 3 3 BS 0,20
4 S133Q01 Struktur & sifat zat 1 1 PG 0,28
5 S133Q03 Struktur & sifat zat 3 1 PG 0,38
6 S133Q04T Struktur & sifat zat 3 1 BS 0,38
7 S195Q02T Biodiversitas 4 1 Uraian 0,20
8 S195Q04 Biologi Manusia 5 1 PG 0,38
9 S195Q05T Biologi Manusia 4 1 Uraian 0,51
10 S195Q06 Biologi Manusia 1 1 PG 0,43
11 S209Q02T Perubahan fisika & 2 2 BS 0,35
kimia
12 S213Q01T Perubahan fisika & 1 3 BS 0,33
kimia
13 S213Q02 Transformasi energi 5 3 PG 0,41
14 S252Q01 Bumi dan antariksa 2 2 PG 0,35
15 S252Q02 Bumi dan antariksa 3 2 PG 0,23
16 S252Q03T Bumi dan antariksa 3 2 BS 0,36
17 S256Q01 Struktur & sifat zat 1 1 PG 0,30
18 S268Q01 Ekosistem 5 1 PG 0,41
19 S268Q02T Ekosistem 5 1 Uraian 0,37
20 S268Q06 Ekosistem 5 1 PG 0,45
21 S269Q01 Perubahan geologi 3 2 Uraian 0,55
22 S269Q03T Perubahan atmosfer 5 2 Uraian 0,48
23 S269Q04T Perub. atmosfer, F & K 3 2 BS 0,14
23
S c i e n t i f ic Indeks
No Kode Soal Bentuk Soal
Content / Concept Process Context Diskri.
24 S301Q01T Bumi dan antariksa 5 2 PG 0,52
25 S301Q02T Bumi dan antariksa 5 2 BS 0,58
26 S301Q03A Bumi dan antariksa 5 2 Uraian 0,52
27 S301Q04 Bumi dan antariksa 5 2 PG & U 0,61
28 S302Q01 Perub. Fisiologi, 3 1 PG 0,49
manusia
29 S302Q02 Ekosistem 5 1 Uraian 0,57
30 S304Q01 Perubahan fisika & 5 2 Uraian 0,41
kimia
31 S304Q02 Gaya & Pergerakan 5 2 PG 0,32
32 S305Q01 Perubahan atmosfer 3 2 Uraian 0,38
33 S305Q02 Perubahan atmosfer 4 2 Uraian 0,53
34 S305Q03T Perubahan atmosfer 5 2 Uraian 0,29
Indeks diskriminasi untuk butir soal PISA scientific literacy berkisar antara
0,14 hingga 0, 6. Indeks diskriminasi yang tinggi ditemukan pada lingkup bumi dan
antaariksa, serta ekosistem. Indeks diskriminasi rendah ditemukan pada pengendalian
genetis, struktur dan fungsi serta perubahan geologis.
24
2. Identifikasi bukti dlm 2 6 - 2 - 1 1 -
penyelidikan
4. Komunikasi kesimpulan 5 15 2 1 2 2 - 3
yang sahih
5. Menunjukkan pengertian 14 41 4 8 1 6 1 7
konsep
Total 34 100 13 16 5 15 7 12
25
3 Perubahan fisika dan kimia - 3 1 4 11,8
4 Transformasi energi 1 - - 1 2,9
5 Gaya dan pergerakan 1 - - 1 2,9
6 Bentuk dan fungsi 1 - - 1 2,9
7 Biologi manusia 2 - 1 3 8,8
8 Perubahan fisiologis 1 - - 1 2,9
9 Biodiversitas - - 1 1 2,9
10 Pengendalian genetis 1 1 - 2 6,0
11 Ekosistem 2 - 2 4 11,8
12 Bumi dan antariksa 2 2 2 6 17,7
13 Perubahan geologis - - 1 1 2,9
Total 14 8 12 34 100
Perorangan F % f % f %
Komunitas
13 38 16 47 5 15
Global
26
Untuk konteks ilmiah (scientific context) ternyata lingkup Bumi dan
lingkungan jumlah butir soalnya paling banyak menyusul Kehidupan dan Kesehatan,
setelah itu baru Teknologi. Diperkirakan pada kesempatan lain (khususnya tahun
2006), jumlah butir soal untuk teknologi akan lebih banyak porsinya.
27
b. Sampel dan Variabel
Sebanyak 290 sekolah di Indonesia telah dijadikan sampel untuk studi ini,
dengan jumlah peserta didik dalam sampel ini sebanyak 7.355 peserta didik dari
keseluruhan peserta didik yang berusia 15 tahun dan berada dalam sistem
pendidikan. Sekolah tersebut dipilih berdasarkan status sekolah dan jenis sekolah,
yang mencakup SLTP (38%), MTs (27.6%), SMU (15.9%), MA (8.5%), dan SMK
(9.7%).
Data yang dikumpulkan dalam PISA ini terdiri atas tiga kategori data, yaitu
literasi peserta didik, latar belakang peserta didik, dan latar belakang sekolah. Aspek
literasi adalah aspek utama dari data yang dikumpulkan yang terdiri atas pengetahuan
dan keterampilan dalam membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam.
28
Makhluk hidup membutuhkan energi untuk bertahan hidup. Energi yang menopang
kehidupan di Bumi berasal dari Matahari, yang memancarkan energi ke ruang
angkasa karena sangat panas. Sebagian kecil dari energi ini mencapai Bumi.
Atmosfer bumi bertindak seperti selimut pelindung di atas permukaan planet kita,
mencegah kenaikan suhu yang akan menyebabkan naiknya temperatur di
dunia.Sebagian besar energi radiasi yang berasal dari matahari melewati atmosfer
bumi. Bumi menyerap sebagian energi ini, dan beberapa dipantulkan kembali dari
permukaan bumi. Bagian dari pantulan energi ini diserap oleh atmosfer. Suhu
permukaan bumi akan semakin tinggi jika bumi tidak memiliki atmosfer. Atmosfer
bumi memiliki efek yang sama seperti rumah kaca, yang akan megakibatkan efek
rumah kaca. Efek rumah kaca dikatakan telah menjadi lebih jelas pada abad kedua
puluh.
Ini adalah fakta bahwa suhu rata-rata atmosfer bumi telah meningkat. Dalam surat
kabar dan majalah emisi karbon dioksida yang meningkat sering dinyatakan sebagai
sumber utama kenaikan suhu pada abad kedua puluh. Seorang mahapeserta didik
bernama André menjadi tertarik pada kemungkinan hubungan antara suhu rata-rata
atmosfer bumi dan emisi karbon dioksida di Bumi.
Dalam perpustakaan dia medapatkan dua grafik berikut.
29
Andre menyimpulkan dari dua grafik ini yang dapat dipastikan bahwa peningkatan
suhu rata-rata atmosfer bumi ini disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida.
Pertanyaan 1: Rumah Kaca
hal apakah yang terdapat pada grafik yang mendukung kesimpulan Andre?
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
30
epistemik Pertanyaan ini membutuhkan interpretasi grafik yang melibatkan langkah-
langkah terkait dengan menggunakan deskriptor dari kerangka kerja yang
dikategorikan sebagai permintaan kognitif media.
Pertanyaan 2: Rumah Kaca
Mahasiswa lain, Jeanne, tidak setuju dengan kesimpulan Andre. Dia membandingkan
dua grafik dan mengatakan bahwa beberapa bagian dari grafik tidak mendukung
kesimpulannya.
Berikan contoh bagian dari grafik yang tidak mendukung kesimpulan Andre.
Jelaskan jawaban Anda
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Pertanyaan 2 menuntut peserta didik untuk menginterogasi dua grafik secara rinci.
Pengetahuan, kompetensi, konteks dan kebutuhan kognitif dalam kategori yang sama
seperti pertanyaan 1.
Pertanyaan 3: Rumah Kaca
Andre tetap dalam kesimpulannya bahwa kenaikan suhu rata-rata atmosfer bumi
disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida. Tapi Jeanne berpikir bahwa
Andre terlalu cepat menyimpulkan. Dia mengatakan: "Sebelum menerima
kesimpulan ini Anda harus yakin bahwa faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
efek rumah kaca adalah konstan".
Nama salah satu faktor yang Jeanne maksud adalah
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Pertanyaan 3 menuntut peserta didik untuk mempertimbangkan variabel kontrol
dalam hal tinjauan kritis bukti yang digunakan untuk mendukung klaim. Hal ini
dikategorikan sebagai pengetahuan prosedural
31
Penelitian terhadap Scientific Literacy yang dilakukan oleh PISA
dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
masalah dalam rangka memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta
menggunakan pengetahuannya untuk memahami berbagai fenomena alam dan
perubahan yang terjadi pada lingkungan kehidupan. Hal ini dilakukan sebagai
upaya untuk mengetahui tingkat kualitas pendidikan dasar Indonesia di dalam
lingkup internasional.
Kemampuan literasi sains yang lemah merupakan salah satu temuan hasil
studi komperatif yang dilakukan PISA tahun 2000, ini terungkap dari nilai rerata tes
literasi sains anak Indonesia adalah 393, yang menempatkan Indonesia pada
peringkat ke-38 dari 41 negara peserta PISA. Hasil PISA bidang literasi sains anak
Indonesia yang dianalisis Tim Literasi sains Puspendik tahun 2004 terungkap:
1. Komposisi jawaban peserta didik mengindikasikan lemahnya pemahaman
peserta didik terhadap konsep-konsep dasar sains yang sebetulnya telah diajarkan,
sehingga mereka tidak mampu mengaplikasikannya untuk menginterpretasi data,
menerangkan hubungan kausal, serta memecahkan masalah sederhana sekalipun.
2. Lemahnya kemampuan peserta didik dalam membaca dan menafsirkan data
dalam bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk penyajian lainnya.
3. Adanya keterbatasan kemampuan peserta didik mengungkapkan pikiran
dalam bentuk tulisan.
4. Ketelitian peserta didik membaca masih rendah, peserta didik tidak terbiasa
menghubungkan informasi-informasi dalam teks untuk dapat menjawab soal.
5. Kemampuan nalar ilmiah masih rendah.
6. Lemahnya penguasaan peserta didik terhadap konsep-konsep dasar sains dan
keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan kesehatan (Mahyuddin, 2007).
32
Kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia dari hasil studi
internasional PISA tahun 2006, diperoleh hasil bahwa (Tjalla, 2009)
1. Kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-50
dari 57 negara. Skor rata-rata sains yang diperoleh peserta didik Indonesia adalah
393. Skor rata-rata tertinggi dicapai oleh Finlandia (563) dan terendah dicapai
oleh Kyrgyzstan (322). Kemampuan literasi sains rata-rata peserta didik Indonesia
tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan literasi sains peserta didik
dari Argentina, Brazil, Colombia, Tunisia, dan Azerbaijan. Kemampuan literasi
sains rata-rata peserta didik Indonesia lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
dengan kemampuan literasi sains peserta didik dari Qatar dan Kyrgyzstan. Dua
negara yang berada dua peringkat di atas Indonesia adalah Mexico dan
Montenegro.
2. Secara internasional skala kemampuan literasi sains dibagi menjadi 6 level
kemampuan. Berdasarkan level kemampuan ini, sebanyak 20,3% peserta didik
Indonesia berada di bawah level 1 (skor di bawah 334,94), 41,3% berada pada
level 1 (skor 334,94–409,54), 27,5% berada pada level 2 (skor 409,54–484,14),
9,5% berada pada level 3 (skor 484,14–558,73), dan 1,4% berada pada level 4.
Tidak ada peserta didik Indonesia yang berada pada level 5 dan level 6. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar (41,3%) peserta didik Indonesia memiliki
pengetahuan ilmiah terbatas yang hanya dapat diterapkan pada beberapa situasi
yang familiar. Mereka dapat mempresentasikan penjelasan ilmiah dari fakta yang
diberikan secara jelas dan eksplisit. Sebanyak 27,5% peserta didik Indonesia
memiliki pengetahuan ilmiah yang cukup untuk memberikan penjelasan yang
mungkin dalam konteks yang familiar atau membuat kesimpulan berdasarkan
pengamatan sederhana. Peserta didik-peserta didik dapat memberikan alasan
secara langsung dan membuat interpretasi seperti yang tertulis dari hasil
pengamatan ilmiah yang lebih mendalam atau pemecahan masalah teknologi.
3. Dibandingkan dengan kemampuan literasi sains gabungan, kompetensi peserta
didik Indonesia dalam mengidentifikasi masalah ilmiah lebih rendah (-0,4),
menjelaskan fenomena secara ilmiah lebih tinggi (1,1 poin), dan menggunakan
fakta ilmiah lebih rendah (-7,8). Sementara itu, pengetahuan peserta didik
Indonesia tentang sains lebih rendah (-6,4), bumi dan antariksa lebih tinggi (8,3),
33
sistem kehidupan lebih rendah (-2,5), dan sistem fisik lebih rendah (-7,4). Hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia memiliki kompetensi paling tinggi
dalam menjelaskan fenomena secara ilmiah dan memiliki pengetahuan sains
tertinggi dalam bumi dan antariksa.
4. Berdasarkan jenis kelamin, kemampuan literasi sains rata-rata peserta didik
Indonesia laki-laki (skor 399) lebih tinggi dari pada kemampuan literasi sains
rata-rata peserta didik Indonesia perempuan (skor 387). Perbedaan skor rata-rata
peserta didik laki-laki dan perempuan adalah 12.
5. Dibandingkan dengan hasil studi PISA tahun 2000/2001 dan 2003, kemampuan
literasi sains peserta didik Indonesia pada tahun 2006 relatif stabil atau tidak
mengalami peningkatan. Skor literasi sains rata-rata peserta didik Indonesia pada
tahun 2000/2001 adalah 393 dan tahun 2003 adalah 395.
Hasil Studi PISA tahun 2009 menunjukkan tingkat literasi sains peserta didik
Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun 2006. Tingkat literasi
sains peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke 57 dari 65 negara peserta
dengan skor yang diperoleh 383 dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari
PISA (OECD, PISA 2009 Database). Data ini dapat kita lihat pada tabel 11.
34
Tabel 11. Data skor PISA 2009
35
36
BAB III
PEMBAHASAN
2000 Penelitian PISA difokuskan kepada kemampuan membaca, sementara dua aspek lainnya menjadi
pendamping.
PISA 2000, literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti untuk memahami dan
membantu membuat keputusan tentang dunia alam dan perubahan yang dibuat untuk itu melalui kegiatan
manusia
PISA 2000 definisi yang digunakan untuk pengetahuan sains dan pemahaman tentang sains dalam satu
istilah 'pengetahuan ilmiah'
PISA 2000 juga menggaris bawahi variasi yang signifikan kinerja sekolah-sekolah dan mengusulkan
kepedulian tentang kesamaan (equity) dalam distribusi kesempatan
2003 Pada tahun 2003 aspek matematika menjadi fokus utama
PISA 2003, literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti untuk memahami dan
membantu membuat keputusan tentang dunia alam dan perubahan yang dibuat untuk itu melalui kegiatan
manusia
2006 Pada tahun 2006 aspek matematika menjadi fokus utama
Pada tahun 2006 kerangka PISA juga diperluas untuk mencakup aspek sikap tanggapan peserta didik
terhadap isu-isu ilmiah dan teknologi dalam membangun literasi ilmiah
37
No. PISA Perkembangan Literasi (readings, mathematical, scientific-literacy)
2009 Tahun 2009 PISA menilai kemampuan membaca, kemampuan matematika, dan kemampuan iptek.
Laporan ini juga mengindikasikan kemampuan sumber daya manusia suatu negara dalam bersaing di dunia
internasional.
2012 PISA 2012 berfokus pada literasi matematika, dengan membaca, sains dan pemecahan masalah (problem
solving) berada pada minor area of assessment. Untuk pertama kalinya pada PISA 2012 juga Melakukan
assessment pada literasi finansial untuk anak-anak muda
2015 PISA 2015 mendefinisi literasi sains merupakan evolusi dari ide-ide ini. Perbedaan utama adalah bahwa
gagasan "pengetahuan tentang ilmu pengetahuan" telah ditetapkan lebih jelas dan dibagi menjadi dua
komponen - pengetahuan prosedural dan pengetahuan epistemik
Berdasarkan PISA 2015, Literasi sains adalah kemampuan untuk terlibat dengan masalah-ilmu yang
berhubungan, dan dengan ide-ide ilmu pengetahuan, sebagai warga negara reflektif
3 kompetensi yang harus dimiliki seseorang yang memiliki literasi sains:
38
No. PISA Perkembangan Literasi (readings, mathematical, scientific-literacy)
one’s goals, to develop one’s knowledge and potential and to participate in society.
39
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
40
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
41
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
42
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
43
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
44
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
45
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
46
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
47
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
48
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
49
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
50
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal
51
C. Rubrik Penilaian
1. Rubrik penilaian PISA 2000
Percentage of
Scientific Processes
OECD/PISA science units
Describing, explaining and predicting scientific 40-50
phenomena
TOTAL 100
Percentage of
Scientific Processes
OECD/PISA science units
Identifying scientific issues 20-30
52
Explaining phenomenas scientifically 35-40
TOTAL 100
BAB 1V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Literasi sains adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains
dalam memecahkan masalah, tidak hanya sekedar memahami saja tetapi juga ikut
serta dalam pengambilan keputusan. Konsep literasi yang dilaksanakan PISA lebih
luas dari pada pengertian kemampuan membaca dan menulis. Literasi dalam PISA
diukur secara kontinum, bukan sekedar sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki oleh
seseorang. Dalam arti luas literasi dimaknai sebagai kemampuan siswa yang
kontinum.
53
Hasil Studi PISA tahun 2012 menunjukkan tingkat literasi sains siswa
Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun 2009. Tingkat literasi
sains siswa Indonesia berada pada peringkat kedua dari bawah sebelum Peru dengan
skor yang diperoleh 368 untuk literasi matematika, 384 untuk literasi membaca, 373
untuk literasi sains dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari PISA
(OECD, PISA 2009 Database).
B. Saran
Agar semua pihak lebih memperhatikan masalah pendidikan, terutama
pemerintah dan semua tenaga pengajar karena terlihat dari hasil PISA 2012 yang
terakhir, Indonesia masih jauh ketinggalan dari negara lainnya.
Dengan adanya kerkasama berbagai pihak maka secara tidak langsung
pendidikan di Indonesia akan semakin baik dan mampu untuk bersaing dengan
Negara lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
54
PISA. 2015. Draft Science Framework.
Schleicer. A. 2014. PISA 2012 Result in Focus: What 15-year-olds know and what
they can do
with what they know. OECD
http://edukasi.kompasiana.com//indonesia-peringkat-10-besar-terbawah-dari-65-
negara peserta-pisa/ (diunduh pada 12 maret 2018)
55