Anda di halaman 1dari 58

Hari/ Tanggal : Selasa/ 20 Maret 2018

Kelompok :1
Tugas :5

MAKALAH
PENGEMBANGAN EVALUASI DAN PROSES PEMBELAJARAN FISIKA

Perkembangan Literasi (Readings, Mathematichal, Scientific-Literacy) pada


PISA 2000,-2003-2006-2009 -2010-2012-2015, Komponen dan Aspek-Aspek
Dalam Literasi Sains; Karakteristik Dan Contoh Soal-Soal Scientific-Literacy
(Literasi Sains)

Oleh:

Nurul Fadieny

17175022

Pendidikan Fisika A

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Dr. Hj. Djusmaini Djamas, M.Si.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Pengembangan Media Pembelajaran Fisika dengan judul
“Perkembangan Literasi (Readings, Mathematichal, Scientific-Literacy) pada
PISA 2000,-2003-2006-2009 -2010-2012-2015;Komponen dan Aspek-Aspek
dalam Literasi Sains ; Karakteristik dan Contoh Soal-Soal Scientific-Literacy
(Literasi Sains)”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan
Evaluasi dan Proses Pembelajaran Fisika, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S. dan Ibu Dr.
Hj. Djusmaini Djamas, M.Si.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini.
Maka kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam rangka
penyempurnaan makalah ini sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Padang, Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Agama dan Landasan Yuridis...................................... 4
B. Pengertian Scientific Literacy...................................................... 8
C.Perkembangan Literasi (Reading, Mathematical, Scientific
Literacy) pada PISA 2000-2003-2006-2009-2010-2012-2015 9
D. Komponen dan Aspek-Aspek dalam Literasi Sains ................... 19
E. Karakteristik dan Contoh Soal Scientific Literacy....................... 27
F. Analisi Scientific Literacy di Indonesia......................................... 32
BAB III PEMBAHASAN
A. Matriks Perkembangan Literasi (Reading, Mathematical, Scientific
Literacy) pada PISA 2000-2003-2006-2009-2010-2012-2015. . . 37
B. Matriks Contoh Soal-Soal PISA (Scientific Literacy)................. 40
C. Rubrik Penilaian ......................................................................... 52
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 54
B. Saran............................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 55

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abad ke-21 merupakan abad globalisasi yang penuh tantangan. Negara-
negara di dunia semakin giat berpacu untuk memenangkan era persaingan global
yang ditandai dengan kemajuan sains dan teknologi. Peningkatan kemampuan dan
pemahaman terhadap sains dan teknologi merupakan kunci kemajuan suatu bangsa.
Sampai saat ini, peran sains dan teknologi semakin dirasakan manfaatnya. Tak dapat
diragukan lagi, penerapan atas sains dan teknologi telah menunjukkan perubahan
yang revolusioner di banyak negara.
Kehidupan masyarakat yang saat ini telah berkembang seiring pesatnya
perkembangan sains dan teknologi, menuntut manusia untuk semakin bekerja keras
menyesuaikan diri dalam segala aspek kehidupan. Salah satunya adalah aspek
pendidikan yang sangat menentukan maju mundurnya suatu kehidupan yang semakin
kuat persaingannya. Dengan demikian proses pendidikan diharapkan mampu
membentuk manusia yang melek sains dan teknologi seutuhnya. Selain itu juga,
pendidikan diharapkan berperan sebagai jembatan yang akan menghubungkan
individu dengan lingkungannya ditengah-tengah era globalisasi yang semakin
berkembang, sehingga individu mampu berperan sebagai sumber daya manusia yang
berkualitas (Sumartati, 2009).
Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak
memasuki dunia kehidupannya. Sains pada hakekatnya merupakan sebuah produk
dan proses. Produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum.
Sedangkan proses sains meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan dan
menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan
masalah dan cara bersikap. Oleh karena itu sains dirumuskan secara sistematis,
terutama didasarkan atas pengamatan eksperimen dan induksi. Mudzakir (dalam
Hernani, et al.,2009) mengungkapkan bahwa pendidikan sains memiliki potensi yang
besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini akan
dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan peserta didik yang cakap

1
dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir
kreatif, kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi serta
adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman.
Pada tahun 1997, Organisation for Economic Co-Operation and
Development (OECD) memunculkan Programme for International Student
Assesment (PISA). PISA ( Programme for International Students Assessment) adalah
studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan
peserta didik usia 15 tahun (kelas III SMP dan Kelas I SMA) dalam membaca
(reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific
literacy). Pada tahun 2000, Indonesia ikut-serta dalam penelitian PISA
(Programme for International Student Assessment), suatu studi internasional yang
diikuti oleh 42 negara di bawah koordinasi Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) yang diharapkan akan menjadi survey
yang bersifat reguler dan berkesinambungan.
Hasil studi PISA berupa informasi tentang profil pengetahuan, keterampilan,
dan kompetensi peserta didik di Indonesia. Hasil studi tersebut juga dapat
dimanfaatkan sebagai bandingan terhadap peserta didik di negara-negara lain di
dunia mengenai kemampuan dan kompetensi anak-anak Indonesia. Studi PISA ini
juga berperan dalam perumusan kebijakan dalam peningkatan mutu pendidikan dasar
kita, khususnya dalam menentukan ambang batas bawah (tresh-hold) dan batas
ambang ideal (benchmark) kemampuan dasar membaca, matematika, dan sains di
akhir usia wajib belajar.

Selain itu, dari studi PISA ini dapat diperoleh sekumpulan indikator
kontekstual tentang demografi peserta didik, sekolah, dan variabel lainnya yang
mempengaruhi pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi peserta didik. Data yang
dikumpulkan dalam PISA terdiri atas tiga kelompok besar, yaitu kelompok
pengetahuan, latar belakang peserta didik, dan latar belakang sekolah. Data yang
diperoleh dari kelompok pengetahuan adalah data kemampuan aspek membaca,
matematika, dan sains sebagaimana terdapat di dalam kurikulum sekolah
(curriculum focused) serta bersifat lintas-kurikulum (cross-curricular elements).

2
Berdasarkan uraian yang dikemukakan, dalam makalah ini akan dibahas
tentang perkembangan literasi pada PISA, komponen dan aspek dalam literasi sains,
serta karakteristik dan contoh-contoh soal literasi sains.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan literasi pada PISA 2000-2003-2006-2008-2010-2012-
2014-2015?
2. Apa komponen dan aspek-aspek dalam literasi sains (Scientific Literacy)?

3. Bagaimana karakteristik dan contoh-contoh soal-soal literasi sains (Scientific


Literacy)?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui perkembangan literasi pada PISA 2000-2003-2006-2008-2010-
2012-2014-2015
2. Mengetahu komponen dan aspek-aspek dalam literasi sains (Scientific Literacy)
3. Mengetahui karakteristik dan contoh-contoh soal-soal literasi sains (Scientific
Literacy)

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Bagi pendidik, sebagai tambahan wawasan keilmuan, sehingga mampu
melakukan program inovasi pendidikan dan mampu mengatasi berbagai
masalahnya
2. Bagi penulis, sebagai pengalaman menulis dan menyelesaikan tugas pada mata
kuliah pengembangan evaluasi dan proses pembelajaran fisika.

BAB II

3
KAJIAN TEORI

A. Landasan Agama dan Landasan Yuridis


1. Landasan Agama
Adapun landasan dari literasi sains jika dikaitkan dengan ayat-ayat al-quran
terdapat beberapa hubungan yang saling berkesinambungan seperti:

Artinya : 31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman : "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab : "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Ayat di atas menjelaskan bahwa Manusia dianugerahi Allah potensi untuk


mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda. Dalam ayat ini Allah
SWT menunjukkan suatu keistimewaan yang telah dikaruniakannya kepada Nabi
Adam as yang tidak pernah dikaruniakan-Nya kepada makhluk-makhluk lain, yaitu
ilmu pengetahuan dan kekuatan akal atau daya pikir untuk mempelajari sesuatu
dengan sebaik-baiknya. Dan keturunan ini diturunkan pula kepada keturunannya,
yaitu umat manusia. Sehubungan dengan pengertian literasi, manusia harus
mempunyai kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan akal dalam
memecahkan masalah, tidak hanya sekedar memahami saja tetapi juga ikut serta
dalam pengambilan keputusan.

Dalam Al-Qur’an dinyatakan dalam surat Al-Alaq ayat 1-5

4
Artinya 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat ini menjelaskan bahwasanya, manusia harus membaca dan menggali


ilmu pengetahuan yang tidak diketahuinya. Sebagai calon pendidik, kita harus
mampu melakukan pengembangan secara terus menerus agar dapat meningkatkan
mutu pendidikan. Dalam hal ini kita mempelajari tentang perkembangan literasi
(reading-mathematical-scientific literacy) pada PISA 2000-2015, khususnya dalam
menentukan ambang batas bawah (tresh-hold) dan batas ambang ideal
(benchmark) kemampuan dasar membaca, matematika, dan sains di akhir usia
wajib belajar.
Dalam QS. Ali Imran 190-191 juga dikatakan

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Ayat diatas menjelaskan bahwasanya, manusia sebagai makhluk yang berakal


sebaiknya terus menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Disini, kita
sebagai calon pendidik harus mampu membuat soal-soal berbasis literasi sains untuk
meningkatkan mutu pendidikan khususnya di Indonesia agar tidak ketinggalan dari
negara lain.
2. Landasan Yuridis

5
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Dalam Bab 1 Pasal 1 ayat (21) dikemukakan bahwa evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya,
dalam Bab XVI tentang Evaluasi, Akreditasi dan Sertifikasi, Bagian Kesatu tentang
Evaluasi, Pasal 57, dijelaskan :
1) Pasal 57 ayat (1) : Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2) Pasal 57 ayat (2) : Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga
pendidikan, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk
semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
Dipertegaskan lagi dalam pasal 58 :
1) Pasal 58 ayat (1) : Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik
untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.
2) Pasal 58 ayat (2) : Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program
pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh,
transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan
Dalam Bab IV tentang Standar Proses, Pasal 19 ayat (3), dijelaskan bahwa
setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Secara teknis, penilaian ini diatur dalam Bab IV Pasal 22, yaitu :
1) Ayat 1: Penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(3) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik
penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

6
2) Ayat 2: Teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa tes
tertulis , observasi, tes praktik, dan penugasan perseorangan atau kelompok.
3) Ayat 3: Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian
observasi secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam
satu semester.

Pengembangan standar penilaian pendidikan sebagai salah satu upaya


peningkatan mutu pendidikan dilandasi secara khusus oleh PP RI Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab X, pasal 63 sampai dengan
pasal 72.
c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53
Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23


Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
Menyatakan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Dalam BAB II
pasal 3 ayat 1 dinyatakan bahwa penilaian hasil peserta didik pada pendidikan dasar
dan pendidikan menengah meliputi aspek: sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Selanjutnya tujuan penilaian dinyatakan pada BAB III pasal 4 ayat 1 yaitu untuk
memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan. Kemudian pada BAB VII pasal 14 ayat 1
menyatakan bahwa instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk
penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan
bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkatperkembangan
peserta didik.

e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3


Tahun 2017 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah dan Penilaian Hasil
Belajar oleh Satuan Pendidikan.

7
B. Pengertian Scientific Literacy
Berikut ini beberapa pengertian scientific literacy:
1. Secara harfiah literasi berasal dari Literacy (Inggris) yang berarti melek huruf
atau gerakan pemberantasan buta huruf. Kata sains berasal dari Science (Inggris)
yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi science literacy adalah ilmu pengetahuan
yang merupakan gerakan pemberantasan buta huruf.
2. PISA (Programme for International Student Assesment) mendefinisikan literasi
sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi
permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka
mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi
pada alam sebagai akibat manusia (Witte, 2003).
3. Literasi sains atau scientific literacy didefinisikan PISA sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan
untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan
membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia
dengan alam.
4. Menurut Hurt, science literacy berarti tindakan memahami sains dan
mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat.
5. Literasi sains merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan ilmiah dan prosesnya, tetapi ia tidak sekadar memahami alam
semesta, tetapi juga ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan
menggunakannya (OECD, 1999).
6. Literasi sains juga merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
sains dalam upaya memecahkan masalah (NRC, 1996), kemampuan untuk
berfikir secara ilmiah (De Boer, 2000), kemampuan untuk berfikir kritis tentang
sains untuk berurusan dengan keahlian sains (Shamos, 1995; Korpan, et al.,
1997)
7. Literasi sains menurut National Science Education Standards (1995)
adalah scientific literacy is knowledge and understanding of scientific concepts
and processes required for personal decision making, participation in civic and
cultural affairs, and economic productivity. It also includes specific types of
abilities.
8. Literasi IPA (scientific literacy) didefenisikan sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik

8
kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat
keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia (OECD, 2003).
9. Menurut AAAS (American Association for the Advancement of Science),
asesmen literasi adalah sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan
ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat
keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam.
10. Menurut Widyawatiningtyas, literasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
membaca dan menulis, atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan
kata-kata.

Jadi dapat disimpulkan bahwa literasi sains adalah kemampuan untuk


menggunakan pengetahuan sains dalam memecahkan masalah, tidak hanya sekedar
memahami saja tetapi juga ikut serta dalam pengambilan keputusan. Tentu saja
kemampuan ini dapat dimiliki jika berusaha untuk mempelajari semua ilmu
pengetahuan.

C. Perkembangan Literasi (Reading, Mathematical, Scientific Literacy) pada


PISA 2000-2003-2006-2009-2010-2012-2015
Pada tahun 2000, Indonesia ikut serta dalam penelitian PISA (Programme
for International Student Assessment), suatu studi internasional yang diikuti oleh
42 negara di bawah koordinasi Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) yang diharapkan akan menjadi survey yang bersifat reguler
dan berkesinambungan.
Hasil studi PISA berupa informasi tentang profil pengetahuan, keterampilan,
dan kompetensi peserta didik di Indonesia di antara bangsa-bangsa di dunia dapat
dimanfaatkan sebagai bandingan dalam perumusan kebijakan dalam peningkatan
mutu pendidikan dasar kita, khususnya dalam menentukan ambang batas bawah
(tresh-hold) dan batas ambang ideal (benchmark) kemampuan dasar membaca,
matematika, dan sains di akhir usia wajib belajar. Selain itu, dari studi PISA ini dapat
diperoleh sekumpulan indikator kontekstual tentang demografi peserta didik,
sekolah, dan variabel lainnya yang mempengaruhi pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi peserta didik.

9
PISA bertujuan meneliti secara berkala tentang kemampuan peserta didik usia
15 tahun dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan
sains (scientific literacy). Pada tahun 2000 penelitian PISA difokuskan kepada
kemampuan membaca, sementara dua aspek lainnya menjadi pendamping. Pada
tahun 2003 aspek matematika akan menjadi fokus utama kemudian diteruskan aspek
sains pada tahun 2006. Melalui program tiga tahunan ini diharapkan kita dapat
memperoleh informasi berkesinambungan tentang prestasi belajar peserta didik
sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kualitas pendidikan dasar Indonesia di
dalam lingkup internasional.

PISA memandang pendidikan sains untuk mempersiapkan warganegara masa


depan, yang mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang akan semakin terpengaruh
oleh kemajuan sains dan teknologi, perlu mengembangkan kemampuan anak untuk
memahami hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan keterbatasan sains.
Termasuk di dalamnya kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains,
kemampuan untuk memperoleh pemahaman sains dan kemampuan untuk
menginterpretasikan dan mematuhi fakta.
Pengertian mengenai literai sains mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu. Pada PISA 2000 dan 2003, literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan untuk
menarik kesimpulan berdasarkan bukti untuk memahami dan membantu membuat
keputusan tentang dunia alam dan perubahan yang dibuat untuk itu melalui kegiatan
manusia. Pada tahun 2000 dan 2003 definisi yang digunakan untuk pengetahuan
sains dan pemahamann tentang sains dalam satu istilah 'pengetahuan ilmiah'. PISA
2015 mendefinisi literasi sains merupakan evolusi dari ide-ide ini. Perbedaan utama
adalah bahwa gagasan "pengetahuan tentang ilmu pengetahuan" telah ditetapkan
lebih jelas dan dibagi menjadi dua komponen - pengetahuan prosedural dan
pengetahuan epistemik.
Pada tahun 2006 kerangka PISA juga diperluas untuk mencakup aspek sikap
tanggapan peserta didik terhadap isu-isu ilmiah dan teknologi dalam membangun
literasi ilmiah. Pada tahun 2006, sikap diukur dalam dua cara - melalui kuesioner
peserta didik dan melalui item tertanam dalam tes peserta didik. Perbedaan yang
ditemukan antara hasil dari pertanyaan tertanam dan orang-orang dari latar belakang

10
kuesioner terhadap 'kepentingan dalam ilmu' untuk semua peserta didik dan
perbedaan jenis kelamin pada masalah ini (OECD, 2009; lihat juga: Drechsel,
Carstensen & Prenzel, 2011). Singkatnya, penilaian 2015 merupakan definisi dan
pengembangan definisi 2006. Perubahan lain, misalnya menguraikan konsep
pengetahuan prosedural dan epistemic, yang merupakan spesifikasi yang lebih rinci
tentang aspek-aspek tertentu yang diasumsikan dalam definisi sebelumnya.
Berdasarkan PISA 2015, Literasi sains adalah kemampuan untuk terlibat
dengan masalah-ilmu yang berhubungan, dan dengan ide-ide ilmu pengetahuan,
sebagai warga negara reflektif. Seseorang yang melek sains, bersedia untuk terlibat
dalam wacana tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memerlukan
kompetensi untuk menjelaskan fenomena ilmiah yang meliputi mengakui,
menawarkan dan mengevaluasi penjelasan untuk berbagai fenomena alam dan
teknologi. Mengevaluasi dan mendesain penelitian ilmiah yang meliputi menjelaskan
dan menilai penyelidikan ilmiah dan mengusulkan cara menangani pertanyaan-
pertanyaan ilmiah. Menafsirkan data dan bukti ilmiah yang meliputi analisis dan
mengevaluasi data, klaim dan argumen dalam berbagai pernyataan dan menarik
kesimpulan ilmiah yang sesuai.
Berdasarkan penjelasan tentang literasi sains berdasarkan PISA 2015, maka
ada 3 kompetensi yang harus dimiliki seseorang yang memiliki literasi sains yaitu
1. Menjelaskan Fenomena Ilmiah
Pencapaian ilmu pengetahuan telah mengembangkan seperangkat teori yang
telah mengubah pemahaman kita tentang alam, seperti gagasan bahwa siang dan
malam disebabkan oleh Bumi berputar, atau gagasan bahwa penyakit dapat
disebabkan oleh mikro-organisme tak terlihat. Selain itu, pengetahuan tersebut telah
memungkinkan kita untuk mengembangkan teknologi yang mendukung kehidupan
manusia memungkinkan hal-hal seperti pencegahan penyakit dan komunikasi
manusia yang cepat di seluruh dunia. Kompetensi untuk menjelaskan fenomena
ilmiah dan teknologi dengan demikian tergantung pada pengetahuan tentang ilmu
pengetahuan.
Menjelaskan fenomena ilmiah, bagaimanapun, membutuhkan lebih dari
kemampuan untuk mengingat dan menggunakan teori-teori, gagasan jelas, informasi,
dan fakta (pengetahuan konten). Menawarkan penjelasan ilmiah juga memerlukan

11
pemahaman tentang bagaimana pengetahuan tersebut telah diintegrasikan. Untuk
kompetensi ini, individu membutuhkan pengetahuan tentang bentuk-bentuk standar
dan prosedur yang digunakan dalam penyelidikan ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan tersebut (pengetahuan prosedural) dan pemahaman tentang peran dan
fungsi dalam membenarkan pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan
(pengetahuan epistemic).

2. Evaluasi dan Desain Ilmiah Inkuiri


Keaksaraan ilmiah menunjukkan bahwa peserta didik harus memiliki
beberapa pemahaman tentang tujuan penelitian ilmiah yang menghasilkan
pengetahuan yang dapat diandalkan tentang dunia alam (Ziman, 1979). Data yang
dikumpulkan dan diperoleh dengan observasi dan eksperimen, baik di laboratorium
atau di lapangan, mengarah pada pengembangan model dan hipotesis jelas yang
memungkinkan prediksi yang kemudian dapat diuji secara eksperimental. Ide-ide
baru, bagaimanapun, umumnya membangun pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan
baru selalu dianggap sementara dan mungkin kurang pembenaran ketika mengalami
peer review kritis - mekanisme yang komunitas ilmiah telah dibentuk untuk
menjamin objektivitas pengetahuan ilmiah (Longino, 1990).
Oleh karena itu para ilmuwan memiliki komitmen untuk mempublikasikan
atau melaporkan temuan mereka dan metode yang digunakan dalam memperoleh
bukti. Melakukan hal ini memungkinkan studi empiris, setidaknya pada prinsipnya,
dapat direplikasi dan hasil dikonfirmasi atau menantang. Pengukuran, bagaimanapun,
tidak pernah dapat benar-benar tepat. Sebaliknya, mereka semua mengandung tingkat
kesalahan. Sebagian besar karya ilmuwan eksperimental, ditujukan untuk resolusi
ketidakpastian dengan mengulangi pengukuran, mengumpulkan sampel yang lebih
besar, membangun instrumen yang lebih akurat, dan menggunakan teknik statistik
yang menilai tingkat kepercayaan dalam hasil apapun.
Selain itu, ilmu pengetahuan telah mengontrol penggunaan metode ilmiah
yang merupakan dasar dari argumen yang logis untuk membangun sebab dan akibat.
Penggunaan kontrol memungkinkan ilmuwan untuk mengklaim bahwa setiap
perubahan dalam hasil yang dirasakan dapat dikaitkan dengan perubahan dalam satu
fitur tertentu. Kegagalan untuk menggunakan teknik tersebut menyebabkan hasil di
mana efek yang bingung dan tidak bisa dipercaya. Dalam kasus lain, seperti evolusi,

12
lempeng tektonik atau perubahan iklim, ilmu pengetahuan bergantung pada argumen
yang merupakan kesimpulan untuk penjelasan terbaik memeriksa berbagai hipotesis
dan menghilangkan mereka yang tidak sesuai dengan bukti.

3. Menafsirkan Data dan Bukti ilmiah


Menafsirkan data seperti kegiatan inti dari semua ilmuwan bahwa beberapa
pemahaman dasar dari proses ini adalah penting untuk literasi sains. Awalnya
interpretasi data dimulai dengan mencari pola, membangun tabel sederhana dan
visualisasi grafis seperti diagram lingkaran, grafik batang, atau diagram Venn
scatterplots. Pada tingkat yang lebih tinggi, memerlukan penggunaan lebih set data
yang kompleks dan penggunaan alat-alat analisis yang ditawarkan oleh spreadsheet
dan paket statistik. Ini akan salah, namun, untuk memahami kompetensi ini hanya
sebagai keterampilan. Sebuah badan besar pengetahuan yang diperlukan untuk
mengenali apa yang merupakan bukti yang dapat diandalkan dan valid dan
bagaimana untuk menyajikan data secara tepat. Para ilmuwan membuat pilihan
tentang bagaimana untuk mewakili data dalam grafik, diagram atau, semakin, dalam
simulasi kompleks atau visualisasi 3D.
Setiap hubungan atau pola kemudian harus dibaca menggunakan pengetahuan
tentang pola standar. Apakah ketidakpastian telah diminimalkan dengan teknik
statistik standar juga harus dipertimbangkan. Semua ini mengacu pada tubuh
pengetahuan prosedural. Individu ilmiah melek juga dapat diharapkan untuk
memahami ketidakpastian yang merupakan fitur yang melekat pada semua
pengukuran, dan bahwa salah satu kriteria untuk mengekspresikan keyakinan kita
dalam temuan ini dalam hal kemungkinan yang mungkin terjadi secara kebetulan.
Hal ini tidak cukup, namun, untuk memahami prosedur yang telah diterapkan
untuk memperoleh set data. Individu yang melek sains harus mampu menilai apakah
mereka sesuai dan klaim berikutnya dibenarkan (pengetahuan epistemic). Misalnya,
banyak set data dapat ditafsirkan dalam berbagai cara. Argumentasi dan kritik,
karena itu sangat penting untuk menentukan yang merupakan kesimpulan yang
paling tepat. Apakah itu teori-teori baru, cara baru pengumpulan data, atau
interpretasi segar data lama, argumentasi adalah cara yang ilmuwan dan teknolog
gunakan untuk membuat kasus mereka untuk ide-ide baru. Individu yang melek sains
akan memahami fungsi dan tujuan argumen dan kritik dan mengapa sangat penting

13
untuk pembangunan pengetahuan di bidang ilmu pengetahuan. Selain itu, mereka
harus memiliki kompetensi baik untuk membangun klaim yang dibenarkan oleh data
dan untuk mengidentifikasi kelemahan dalam argumen orang lain.

1. Literasi pada PISA 2000


Asesmen PISA pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000. Dengan fokus
terhadap literasi membaca (reading literacy), PISA 2000 menunjukkan perbedaan
yang luas di negara-negara yang sukses dalam memfasilitasi para peserta didiknya
untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi dan merefleksikan
informasi tertulis agar dapat mengembangkan potensi mereka dan memperluas
wawasan mereka selanjutnya. PISA 2000 juga menggaris bawahi variasi yang
signifikan kinerja sekolah-sekolah dan mengusulkan kepedulian tentang kesamaan
(equity) dalam distribusi kesempatan.
Tabel 1. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi PISA Tahun 2000
Membaca Matematika Sains
(0-100) (0-100) (0-100)
N Valid 7297 3771 3890
Missing 71 3597 3478
Mean 43,7824 37,8496 45,6304
Median 43,9314 374083 45,0955
Mode 51,06 38,88 47,90
Std. Deviation 11,17414 12,02849 12,69065
Minimum ,00 8,92 9,55
Maximum 98,94 100,00 98,98

Hasil PISA 2000 digunakan sebagai baseline dan setiap tiga tahun negara-
negara akan dapat melihat kemajuan yang telah dicapainya. Untuk menilai apakah
IPA diimplementasikan di Indonesia, kita dapat melihat hasil literasi IPA anak-anak
ditandai dengan kerja ilmiah, dan tiga dimensi besar literasi sains yang ditetapkan
oleh PISA, yaitu konten IPA, proses IPA, dan konteks IPA. Hasil penelitian PISA
usia 15 tahun masing-masing berada pada peringkat ke 38 (dari 41 negara) dan
peserta didik ditetapkan sekitar nilai 500 dengan simpangan baku 100 point. Hal ini
antara 400 dan 600 pada PISA 2003. Ini artinya skor yang dicapai oleh peserta didik-
peserta didik Indonesia kurang lebih terletak di sekitar angka 400. Ini artinya bahwa

14
peserta didik-peserta didik Indonesia tersebut diduga baru mampu mengingat
pengetahuan ilmiah berdasarkan fakta sederhana (Rustaman,2006).
2. Literasi pada PISA 2003

Hasil PISA 2003 yang fokusnya pada matematika menunjukkan bahwa rata-
rata kinerja kelompok 25 negara OECD mengalami peningkatan perolehan pada satu
atau dua area konten matematika setelah diadakan assesmen tahun 2000 dan 2003.
Berikut Hasil capaian negara-negara tersebut yang menjadi tantangan yang menjadi
tantangan bagi negara-negara lainnya untuk memperlihatkan apa yang mungkin
untuk dicapai.

Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi Prestasi PISA Tahun 2006


Matematika Sains
Membaca
(0-100) (0-100)
N Valid 5356 9490 5443
Missing 5405 1271 5318
Mean 48,3287 40,9491 46,4022
Median 48,6807 40,2200 46,7516
Mode 47,36 29,95 43,69
Std. Deviation 14,18336 12,79412 12,31639
Minimum 6,07 ,00 ,00
Maximum 100,00 96,58 100,00

3. Literasi pada PISA 2006


Assesmen PISA pada Tahun 2006. Dengan fokus terhadap literasi
sains(scientific literacy), hasil analisis deskriptif prestasi PISA tahun 2006 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi Prestasi PISA Tahun 2006
Matematika Sains
Membaca
(0-100) (0-100)
N Valid 5397 7844 10611
Missing 5250 2803 36
Mean 46,1820 42,7816 47,1531
Median 46,8338 43,3985 46,7516
Mode 43,40 30,07 45,22
Std. Deviation 14,08512 12,45817 7,27590
Minimum 3,43 4,28 8,03
Maximum 100,00 96,45 79,62
4. Literasi pada PISA 2009

15
Tahun 2009 PISA menilai kemampuan membaca, kemampuan matematika,
dan kemampuan iptek. Laporan ini juga mengindikasikan kemampuan sumber daya
manusia suatu negara dalam bersaing di dunia internasional.
Secara keseluruhan, posisi Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65
negara. Dalam kemampuan membaca, skor Indonesia adalah 402, sementara skor
tertinggi diraih di kota Shanghai, China. Rata-rata, peserta didik dan siswi di
Shanghai menunjukkan kemampuan paling tinggi dalam kemampuan matematika
dan iptek (skor 600 dan 575). Adapun untuk kedua bidang tersebut, skor Indonesia
adalah 371 dan 401.
Laporan ini menyebut, berdasarkan berbagai penelitian, kemampuan
membaca secara luas, yaitu membaca untuk keperluan fungsional, seperti
menemukan informasi praktis tertentu, ataupun membaca lebih dalam dan
merefleksikannya untuk menemukan cara melakukan sesuatu, berpikir, dan
memahami posisi diri, merupakan alat menduga tingkat kesejahteraan sosial dan
ekonomi yang lebih baik daripada mengukur berapa tahun peserta didik bersekolah.
Apabila selama ini ada kekhawatiran siswi tertinggal dibandingkan dengan para
siswi, penilaian PISA di negara OECD menunjukkan hal sebaliknya dalam
kemampuan membaca.
Meski begitu, dalam kemampuan matematik, skor para peserta didik 12 poin
lebih tinggi daripada siswi, sementara untuk skor iptek kesenjangannya lebih sempit.
Apabila dibandingkan di antara pelajar dengan skor tertinggi, tidak terdapat beda
nyata antara siswi dan peserta didik.

5. Literasi pada PISA 2012


Assessment pada PISA 2012 berfokus pada literasi matematika, dengan
membaca, sains dan pemecahan masalah (problem solving) berada pada minor area
of assessment. Untuk pertama kalinya pada PISA 2012 juga Melakukan assessment
pada literasi finansial untuk anak-anak muda. Pada PISA 2012 terdapat 65 negara
yang berpartisipasi. PISA 2012 menggunakan paper based test, dengan waktu 2 jam.

Tabel 4. Hasil analisis Dekriptif PISA 2012

16
Pada hasil PISA 2012 indonesia berada diurutan 64 dari 65 Negara
partisipasi. Dari perbandingan PISA 2003 dan 2012, 25 negara partisipan meningkat
kemampuan matematika, 13 % siswa berada di kempuan matematika yang sangat
tinggi, dimana mereka dapat mengembangkan dan bekerja dengan model situasi yang
komplek, 32 negara partisipan meningkat kemampuan membaca, dan hanya 3
negara yang meningkat kemampuan sains.

6. Literasi pada PISA 2015

PISA 2015 survey berfokus pada literasi sains (sciencetific literasi), dengan
membaca, mathematics dan kolaborative pemecahan masalah (collaborative problem
solving) sebagai minor areas of assessment. Pisa 2015 juga melakukan assessment
terhadap financial literacy. PISA 2015 dilakukan ke 540.000 orang siswa diseluruh
dunia, yang merepresentasikan 29 juta anak berumur 15 tahun di 72 negara.

Assessment yang dilakukan pada PISA 2015 adalah assessment berbasis


computer (computer based test) dengan waktu 2 jam masing-masinh siswa. Test yang
digunakan merupakan gabungan antara pilihan ganda dengan test respon siswa. Yang
mana setiap pertanyaan dikombinasikan berdasarkan situasi nyata.

Tabel 5. Hasil analisis Dekriptif PISA 2015

17
Literasi sains siswa di Indonesia sudah mengalami peningkatan terutama
utnuk siswa sekolah menengah atas. Dimana minat dari siswa untuk mengikuti sains
sudah tinggi jika dibandingkan dari PISA 2012 dan 2009. Tapi jika dibandingkan
dengan siswa di lingkungan OECD minat siswa Indonesia terhadap pembelajaran
ilmu alam, banyak siswa Indonesia yang tidak menyukai pembelajaran ilmu alam. Ini
dikarenakan siswa di Indonesia masih banyak yang tidak peduli dengan masa depan
mereka.
Dalam laporan hasil PISA 2015, 25 % laki-lai dan 24 % perempuan
dilaporkan bahwa mereka mengharapkan dapat bekerja di pekerjaan yang
berhubungan dengan sains. Tetapi pekerjaan yang mereka harapakan itu sangat
berbeda. Untuk perempuan mereka mengharapkan dapat bekerja di bagian kesehatan
sedangkan laki-laki banyak mengharapkan dapat bekerja di bidang engenering,
saintis dan ICT. Pada PISA 2015 untuk kemampuan literasi membaca dilaporkan
bahwa hamper semua negara tidak menglami perubahan dari tahun 2009.

7. Literasi Pada PISA 2018 (Draft)


Pada bulan mei 2016 OECD mengeluarkan draft untuk PISA 2018 dimana
disini terjadi perubahan pada reading literacy. Ada sedikit pergeseran makna dari
reading literacy,
Pada PISA 2000 Makna reading literacy adalah sebagai berikut:

18
Reading literacy is understanding, using and reflecting on written texts, in order to
achieve one’s goals, to develop one’s knowledge and potential, and to participate in
society.

Pada PISA 2009 , 2012, dan 2015 makna readning literacy adalah:
Reading literacy is understanding, using, reflecting on and engaging with written
texts, in order to achieve one’s goals, to develop one’s knowledge and potential, and
to participate in society.

Dimana pada draft untuk tahun 2018 kata written dihilangkan. Untuk 2018
makna reading literacy menjadi:
Reading literacy is understanding, using, evaluating, reflecting on and engaging
with texts in order to achieve one’s goals, to develop one’s knowledge and potential
and to participate in society.

D. Komponen dan Aspek-Aspek dalam Literasi Sains


Literasi sains dalam PISA (Rustaman: 2006) dipertimbangkan menjadi suatu
hasil kunci dari pendidikan anak usia 15 tahun bagi semua peserta didik, baik bagi
yang melanjutkan belajar sains maupun yang tidak. Cakupan literasi sains dalam
kompetensi umum untuk bertahan hidup merefleksikan kecenderungan pertanyaan-
pertanyaan ilmiah dan teknologi. Dalam PISA dikembangkan 3 dimensi literasi sains
yaitu:
1. Konsep Ilmiah (scientific concepts)
2. Proses Ilmiah (scientific processes)
3. Situasi Ilmiah dan area aplikasi (scientific context and areas of application)

Dalam rangka mentransformasikan defenisi literasi sains ke dalam asesmen


literasi sains, PISA mendefenisikan tiga dimensi besar literasi sains. Proses sains
merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau
memecahkan masalah. Konteks sains merujuk pada konsep-konsep, kunci yang
diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap
alam melalui aktifitas manusia. Konteks sains merujuk pada situasi dalam kehidupan
sehari-hari yang menjadi lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains
seperti misalnya kesehatan dan gizi dalam konteks pribadi dan ilkim dalam konteks
global.

19
PISA lebih lanjut mengelaborasi dimensi-dimensi literasi sains tersebut
menjadi kompone-komponen utama yang akan dinilai. Komponen-komponen yang
dipilih serta alasan bagi pemilihan komponen tersebut dipaparkan di bawah ini:

1. Proses Sains
PISA mengakses kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan
pemahaman ilmiah, seperti kemampuan peserta didik untuk mencari,
menafsirkan dan memperlakukan bukti-bukti. PISA menguji lima proses
semacam itu, yakni: a) mengenali pertanyaan ilmiah; b) mengidentifikasi bukti;
c) menarik kesimpulan; d) mengkomunikasikan kesimpulan; e) dan menunjukkan
pemahaman konsep ilmiah.
PISA memandang pendidikan untuk mempersiapkan warga negara masa
depan, yang mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang akan semakin terpengaruh
oleh kemajuan sains dan teknologi, perlu mengembangkan kemampuan anak untuk
memahami hakekat sains, serta kekuatan dan keterbatasan sains. Termasuk di
dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains,
mengenal bukti apa yang diperlukan sesuai dengan bukti yang ada. Alasan ini yang
menyebabkan PISA menetapkan lima komponen proses sains berikut ini dalam
penilaian literasi sains.
a. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang diselidiki secara ilmiah,
seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains. Kemampuan
ini dapat dinilai dengan cara menyajikan suatu situasi yangdidalamnya terdapat
pertanyaan yang dapat dijawab secara ilmiah, kemudian meminta pertanyaan itu
diidentifikasi, atau menyajikan sejumlah pertanyaan dan menanyakan pertanyaan
mana yang dapat dijawab dengan penyelidikan sains.
b. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses ini
melibabkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk
memperoleh bukti itu. Kemampuan ini dapat dinilai dengan cara memaparkan
sutu penyelidikan dan meminta anak mengidentifikasi bukti yang diperlukan.
c. Mengevaluasi dan menarik kesimpulan. Proses ini melibatkan kemampuan
menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau seharusnya
mendasari kesimpulan itu. Kemampuan ini dapat dinilai dengan menyediakan

20
paparan suatu penyelidikan dan kesimpulan yang dihasilkan dari penyelidikan
itu, kemudian meanyakan kesimpulan atau alternatif kesimpulan mana yang
sesuai dengan bukti yang diperoleh pada penyelidikan.
d. Mengkomunikasan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan secara tepat
kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia. Kemampuan ini dapat
dinilai dengan cara menyajikan suatu situasi yang emelurkan informasi atau bukti
dari berbagai sumber untuk diintegrasikan oleh anak dalam menunjang
kesimpulan yang diberikan.
e. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni
kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa
yang telah dipelajarinya. kemampuan ini dapat dinilai dengan meminta
penjelasan atau prediksi tentang situasi fenomena atau peristiwa yang diberikan.

2. Konten Literasi Sains


Literasi sains memerlukan pemilikian pengetahuan tentang fakta, peristilahan
dan konsep sains, serta pemahaman terhadap prinsip-prinsip hukum sains. Peserta
didik perlu menangkap konsep kunci/esensial untuk memahami fenomena alam
tertentu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia. Oleh
karenanya pengembangan pengetahuan dan pemahaman sains menjadi komponen
penting dalam pendidikan sains. Ini merupakan gagasan besar pemersatu yang
membantu menjelaskan aspek-aspek lingkungan fisik.
PISA melibatkan pengetahuan penting untuk literasi sains, termasuk
pengetahuan sains yang dapat diperoleh melalui sumner-sumber lain disekitar anak
disamping dari pembelajaran disekolah. PISA mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mempersatukan konsep-konsep fisika, kimia, biologi, serta ilmu pengetahuan
bumi dan antariksa (IPBA), yang dapat digunakan secara integratif dalam
mengembangkan gagasan untuk menjelaskan fenomena alam yang terjadi disekitar.
Keterbatasan waktu pengetasan menyebabkan PISA tidak mungkin memuat semua
konsep yang memenuhi kriteria di atas, melainkan sampel-sampel konsep sains yang
terkait erat pada tema-tema utama berikut:
a. Struktur dan sifat materi
b. Perubahan atmosfer
c. Perubahan fisis dan perubahan kimia
d. Transformasi energi
e. Gaya dan gerak

21
f. Bentuk dan fungsi
g. Biologi manusia
h. Peubahan fisiologis
i. Keragaman makhluk hidup (biodiversitas)
j. Pengendalian genetik
k. Ekosistem
l. Bumi dan tempatnya di alam semesta
m. Perubahan geologis

3. Konteks Aplikasi Sains


Definisi tentang literasi sains menekankan pentingnya mengenal dan
memahami konteks aplikasi sains, serta mampu mengaplikasikan sains dalam
memecahkan masalah nyata yang dihadapinya, baik yang terkait pada diri pribadi
anak (contohnya makanan), komunitas lokal tempat anak berada (contohnya pasokan
air), maupun kehidupan di muka bumi secara lebih global (contohnya pemanasan
global). PISA membagi bidang aplikasi sains ke dalam tiga kelompok berikut:
a. Kehidupan dan kesehatan
b. Bumi dan lingkungan
c. Teknologi

Masalah dan isu sains dalam bidang-bidang di atas dapat terkait pada anak
sebagai individu, bagian dari komunitas lokal, serta warga dunia, atau ketiganya
sekaligus. Situasi-situasi nyata yang menjadi konteks aplikasi sains dalam penilaian
PISA tidak diangkat dari materi yang umumnya dipelajari di kelas dan laboratorium,
melainkan diangkat dari kehidupan sehari-hari.

Tabel 6 . Konteks Aplikasi Sains PISA

Relevansi Bidang Aplikasi

Bumi dan
Kehidupan dan Kesehatan Teknologi
Lingkungan

Pribadi,  Kesehatan, penyakit dan  Pencemaran  Bioteknologi


Komunitas, gizi.  Pembetukan dan  Penggunaan material
 Pemeliharaan dan perusakan tanah dan pembuangan
Global

22
keberlanjutan spesies  Cuaca dan iklim sampah
 Kesalingbergantungan  Penggunaan energi
antara sistem fisik dan
sistem biologis

Tabel 7 . Kompetensi dan Komposisi Soal PISA Literasi Sains

S c i e n t i f ic Indeks
No Kode Soal Bentuk Soal
Content / Concept Process Context Diskri.
1 S128Q01 Struktur dan fungsi 4 3 PG 0,17
2 S128Q02 Pengendalian Genetis 4 3 PG 0,28
3 S128Q03T Pengendalian Genetis 3 3 BS 0,20
4 S133Q01 Struktur & sifat zat 1 1 PG 0,28
5 S133Q03 Struktur & sifat zat 3 1 PG 0,38
6 S133Q04T Struktur & sifat zat 3 1 BS 0,38
7 S195Q02T Biodiversitas 4 1 Uraian 0,20
8 S195Q04 Biologi Manusia 5 1 PG 0,38
9 S195Q05T Biologi Manusia 4 1 Uraian 0,51
10 S195Q06 Biologi Manusia 1 1 PG 0,43
11 S209Q02T Perubahan fisika & 2 2 BS 0,35
kimia
12 S213Q01T Perubahan fisika & 1 3 BS 0,33
kimia
13 S213Q02 Transformasi energi 5 3 PG 0,41
14 S252Q01 Bumi dan antariksa 2 2 PG 0,35
15 S252Q02 Bumi dan antariksa 3 2 PG 0,23
16 S252Q03T Bumi dan antariksa 3 2 BS 0,36
17 S256Q01 Struktur & sifat zat 1 1 PG 0,30
18 S268Q01 Ekosistem 5 1 PG 0,41
19 S268Q02T Ekosistem 5 1 Uraian 0,37
20 S268Q06 Ekosistem 5 1 PG 0,45
21 S269Q01 Perubahan geologi 3 2 Uraian 0,55
22 S269Q03T Perubahan atmosfer 5 2 Uraian 0,48
23 S269Q04T Perub. atmosfer, F & K 3 2 BS 0,14

23
S c i e n t i f ic Indeks
No Kode Soal Bentuk Soal
Content / Concept Process Context Diskri.
24 S301Q01T Bumi dan antariksa 5 2 PG 0,52
25 S301Q02T Bumi dan antariksa 5 2 BS 0,58
26 S301Q03A Bumi dan antariksa 5 2 Uraian 0,52
27 S301Q04 Bumi dan antariksa 5 2 PG & U 0,61
28 S302Q01 Perub. Fisiologi, 3 1 PG 0,49
manusia
29 S302Q02 Ekosistem 5 1 Uraian 0,57
30 S304Q01 Perubahan fisika & 5 2 Uraian 0,41
kimia
31 S304Q02 Gaya & Pergerakan 5 2 PG 0,32
32 S305Q01 Perubahan atmosfer 3 2 Uraian 0,38
33 S305Q02 Perubahan atmosfer 4 2 Uraian 0,53
34 S305Q03T Perubahan atmosfer 5 2 Uraian 0,29

Indeks diskriminasi untuk butir soal PISA scientific literacy berkisar antara
0,14 hingga 0, 6. Indeks diskriminasi yang tinggi ditemukan pada lingkup bumi dan
antaariksa, serta ekosistem. Indeks diskriminasi rendah ditemukan pada pengendalian
genetis, struktur dan fungsi serta perubahan geologis.

Tabel 8. Kategorisasi Soal Menurut Kemampuan dan Bentuk Soal

Proses Ilmiah Scientific Context Bentuk Soal


F %
(Scientific Process) 1 2 3 PG BS U
1. Mengenal pertanyaan 4 12 3 - 1 3 1 -
penyelidikan

24
2. Identifikasi bukti dlm 2 6 - 2 - 1 1 -
penyelidikan

3. Menarik atau menilai 9 26 3 5 1 3 4 2


kesimpulan

4. Komunikasi kesimpulan 5 15 2 1 2 2 - 3
yang sahih

5. Menunjukkan pengertian 14 41 4 8 1 6 1 7
konsep

Total 34 100 13 16 5 15 7 12

Berdasarkan bentuknya soal PISA, scientific literacy memiliki tiga bentuk,


yaitu pilihan ganda atau PG (16 butir soal atau 47%), betul-salah atau BS (7 butir
soal atau 21%), dan uraian atau U (12 butir soal atau 35%). Jadi walaupun banyak
butir soal berbentuk PG, tetapi diimbangi dengan bentuk uraian. Jumlah butir soal
berbentuk BS memang tidak boleh banyak, itupun hanya karena harus memilih “ya
atau tidak”.
Untuk Scientific process diperoleh sebaran sebagai berikut. Berturut-turut dari
yang komponen terbanyak hingga komponen paling sedikit adalah: menunjukkan
pengertian konsep ilmiah (demonstrating understanding of scientific concepts)
sebesar 41%; menarik/menilai kesimpulan (drawing or evaluating conclusion)
sebesar 26%; mengkomunikasikan kesimpulan yang sahih (communicating valid
conclusion) sebesar 15%; mengenali pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah
(recognizing scientically investigable questions) sebesar 12%; dan identifikasi bukti
dalam penyelidikan ilmiah (identifying evidence in a scientific investigation) sebesar
6%.

Tabel 9. Penyebaran Butir Soal Menurut Bentuk Soal

No Lingkup Konsep Sains Bentuk Soal Jumlah


(Scientific Concepts) PG BS Uraian f %
1 Struktur dan sifat zat 3 1 - 4 11,8
2 Perubahan atmosfer - 1 4 5 14,7

25
3 Perubahan fisika dan kimia - 3 1 4 11,8
4 Transformasi energi 1 - - 1 2,9
5 Gaya dan pergerakan 1 - - 1 2,9
6 Bentuk dan fungsi 1 - - 1 2,9
7 Biologi manusia 2 - 1 3 8,8
8 Perubahan fisiologis 1 - - 1 2,9
9 Biodiversitas - - 1 1 2,9
10 Pengendalian genetis 1 1 - 2 6,0
11 Ekosistem 2 - 2 4 11,8
12 Bumi dan antariksa 2 2 2 6 17,7
13 Perubahan geologis - - 1 1 2,9
Total 14 8 12 34 100

Untuk komponen konsep ilmiah, tampak bahwa sebagian besar konsepnya


berkisar sekitar perubahan (atmosfer, energi, fisiologis, fisika dan kimia, geologis)
dibandingkan dengan struktur atau yang lainnya. Rupanya ada kecenderungan
konsep ilmiah diarahkan pada perubahan yang sifatnya dinamis, termasuk
pengendalian genetis. Disayangkan sebaran butir soalnya kurang seimbang, sangat
kurang dalam bidang dalam lingkup bentuk/struktur dan fungsi, ekosistem,
biodiversitas.

Tabel 10. Perbandingan Sebaran Butir Soal Menurut Konteks Situasi

Level Situasi Ilmiah


Konteks Aplikasi
atau
Sains Kehidupan Bumi & Sains dalam
tingkat & kesehatan Lingkungan teknologi

Perorangan F % f % f %
Komunitas
13 38 16 47 5 15
Global

26
Untuk konteks ilmiah (scientific context) ternyata lingkup Bumi dan
lingkungan jumlah butir soalnya paling banyak menyusul Kehidupan dan Kesehatan,
setelah itu baru Teknologi. Diperkirakan pada kesempatan lain (khususnya tahun
2006), jumlah butir soal untuk teknologi akan lebih banyak porsinya.

E. Karakteristik dan Contoh Soal Scientific Literacy


1. Karakteristik Soal Scientific Literacy

Soal-soal PISA mempunyai karakteristik unik, yaitu disajikan informasi


dalam bentuk bacaan atau teks, baru diikuti dengan pertanyaan. Seringkali pula
sebelum pertanyaan, diberikan sejumlah informasi tambahan sehingga mereka masih
harus menafsirkan maksud pertanyaannya. Selain diberikan informasi dalam bentuk
bacaan, cukup banyak soal yang informasinya disajikan dalam bentuk grafik. Peserta
didik diminta untuk memberikan (memilih atau menulis) jawaban setelah mengolah
informasi yang diberikan. Dalam pembuatan soal-soal literasi sains ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, diantaranya :

a. Kemampuan Dasar yang Diukur


Kemampuan yang diukur dalam PISA adalah kemampuan pengetahuan dan
keterampilan dalam tiga domain kognitif, yaitu membaca, matematika, dan ilmu
pengetahuan alam. Untuk memperoleh data yang dimaksud, disusun dua kategori
bentuk soal, yaitu bentuk soal pilihan ganda yang memungkinkan peserta didik
memilih salah satu jawaban yang paling benar dari beberapa alternatif jawaban yang
diberikan (sebanyak 44.7% dari keseluruhan soal) dan bentuk soal uraian
(constructed response) yang menuntut peserta didik untuk dapat menjawab dalam
bentuk tulisan atau uraian (sisanya atau 55.3%).
Kemampuan yang diukur itu berjenjang dari tingkat kesulitan yang paling
rendah kepada tingkat yang lebih sulit. Soal-soal yang harus dijawab pada bentuk
pilihan ganda dimulai dari memilih salah satu jawaban alternatif yang sederhana,
seperti menjawab ya/tidak, sampai kepada jawaban alternatif yang agak kompleks,
seperti merespons beberapa pilihan yang disajikan. Pada soal-soal yang memerlukan
jawaban uraian, peserta didik diminta untuk menjawab dengan jawaban yang singkat
dalam bentuk kata atau frase, kemudian jawaban agak panjang dalam bentuk uraian
yang dibatasi jumlah kalimatnya, dan jawaban dalam bentuk uraian yang terbuka.

27
b. Sampel dan Variabel
Sebanyak 290 sekolah di Indonesia telah dijadikan sampel untuk studi ini,
dengan jumlah peserta didik dalam sampel ini sebanyak 7.355 peserta didik dari
keseluruhan peserta didik yang berusia 15 tahun dan berada dalam sistem
pendidikan. Sekolah tersebut dipilih berdasarkan status sekolah dan jenis sekolah,
yang mencakup SLTP (38%), MTs (27.6%), SMU (15.9%), MA (8.5%), dan SMK
(9.7%).
Data yang dikumpulkan dalam PISA ini terdiri atas tiga kategori data, yaitu
literasi peserta didik, latar belakang peserta didik, dan latar belakang sekolah. Aspek
literasi adalah aspek utama dari data yang dikumpulkan yang terdiri atas pengetahuan
dan keterampilan dalam membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam.

c. Desain Tes Literasi Membaca


Soal-soal PISA yang didesain untuk mengukur literasi membaca dapat dibagi
menjadi tiga aspek utama, yaitu aspek struktur dan jenis wacana, aspek proses
membaca, dan aspek konteks pemanfaatan pengetahuan dan keterampilan membaca.

d. Struktur dan Jenis Wacana


Struktur dan jenis wacana di dalam PISA dibagi menjadi dua jenis yaitu
struktur wacana berkelanjutan (continuous texts) dan wacana tak-berkelanjutan (non-
continuous texts). Seperti telah dijelaskan di atas, wacana berkelanjutan adalah jenis
wacana yang terdiri atas rangkaian kalimat yang diatur dalam paragraf dalam bentuk
deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi atau injungsi; sementara wacana tak-
berkelanjutan adalah wacana yang dirancang dalam format matrik, termasuk di
dalamnya pengumuman, grafik, gambar, peta, skema, tabel, dan aneka bentuk
penyampaian informasi.

2. Contoh Soal Literasi Sains


Berikut ini merupakan contoh soal literasi sains yang diambil dari PISA 2015
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Rumah Kaca
Bacalah Teks di bawah ini dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
Efek Rumah Kaca: Fakta atau Fiksi?

28
Makhluk hidup membutuhkan energi untuk bertahan hidup. Energi yang menopang
kehidupan di Bumi berasal dari Matahari, yang memancarkan energi ke ruang
angkasa karena sangat panas. Sebagian kecil dari energi ini mencapai Bumi.
Atmosfer bumi bertindak seperti selimut pelindung di atas permukaan planet kita,
mencegah kenaikan suhu yang akan menyebabkan naiknya temperatur di
dunia.Sebagian besar energi radiasi yang berasal dari matahari melewati atmosfer
bumi. Bumi menyerap sebagian energi ini, dan beberapa dipantulkan kembali dari
permukaan bumi. Bagian dari pantulan energi ini diserap oleh atmosfer. Suhu
permukaan bumi akan semakin tinggi jika bumi tidak memiliki atmosfer. Atmosfer
bumi memiliki efek yang sama seperti rumah kaca, yang akan megakibatkan efek
rumah kaca. Efek rumah kaca dikatakan telah menjadi lebih jelas pada abad kedua
puluh.
Ini adalah fakta bahwa suhu rata-rata atmosfer bumi telah meningkat. Dalam surat
kabar dan majalah emisi karbon dioksida yang meningkat sering dinyatakan sebagai
sumber utama kenaikan suhu pada abad kedua puluh. Seorang mahapeserta didik
bernama André menjadi tertarik pada kemungkinan hubungan antara suhu rata-rata
atmosfer bumi dan emisi karbon dioksida di Bumi.
Dalam perpustakaan dia medapatkan dua grafik berikut.

29
Andre menyimpulkan dari dua grafik ini yang dapat dipastikan bahwa peningkatan
suhu rata-rata atmosfer bumi ini disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida.
Pertanyaan 1: Rumah Kaca
hal apakah yang terdapat pada grafik yang mendukung kesimpulan Andre?
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................

Pertanyaan 1 menunjukkan bagaimana kerangka 2015 dengan menggunakan


kompetensi yang sama dengan kompetensi 2006 dan konteks kategorisasi. Kerangka
2006 mencakup dua kategorisasi pengetahuan ilmiah; pengetahuan ilmu (mengacu
pada pengetahuan tentang alam di bidang utama ilmu) dan pengetahuan tentang ilmu
pengetahuan (mengacu pada sarana dan tujuan ilmu pengetahuan). Pada 2015
Kerangka menguraikan dua aspek, pengelompokan pengetahuan tentang ilmu yang
menjadi pengetahuan prosedural dan epistemic. Pertanyaan 1 mengharuskan peserta
didik untuk memahami tidak hanya bagaimana merepresentasikan data dalam dua
grafik, tetapi juga untuk mempertimbangkan apakah bukti ini secara ilmiah
membenarkan kesimpulan yang diberikan. Ini adalah salah satu fitur pengetahuan

30
epistemik Pertanyaan ini membutuhkan interpretasi grafik yang melibatkan langkah-
langkah terkait dengan menggunakan deskriptor dari kerangka kerja yang
dikategorikan sebagai permintaan kognitif media.
Pertanyaan 2: Rumah Kaca
Mahasiswa lain, Jeanne, tidak setuju dengan kesimpulan Andre. Dia membandingkan
dua grafik dan mengatakan bahwa beberapa bagian dari grafik tidak mendukung
kesimpulannya.
Berikan contoh bagian dari grafik yang tidak mendukung kesimpulan Andre.
Jelaskan jawaban Anda
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Pertanyaan 2 menuntut peserta didik untuk menginterogasi dua grafik secara rinci.
Pengetahuan, kompetensi, konteks dan kebutuhan kognitif dalam kategori yang sama
seperti pertanyaan 1.
Pertanyaan 3: Rumah Kaca
Andre tetap dalam kesimpulannya bahwa kenaikan suhu rata-rata atmosfer bumi
disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida. Tapi Jeanne berpikir bahwa
Andre terlalu cepat menyimpulkan. Dia mengatakan: "Sebelum menerima
kesimpulan ini Anda harus yakin bahwa faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
efek rumah kaca adalah konstan".
Nama salah satu faktor yang Jeanne maksud adalah
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Pertanyaan 3 menuntut peserta didik untuk mempertimbangkan variabel kontrol
dalam hal tinjauan kritis bukti yang digunakan untuk mendukung klaim. Hal ini
dikategorikan sebagai pengetahuan prosedural

F. Analisis Scientific Literacy di Indonesia

31
Penelitian terhadap Scientific Literacy yang dilakukan oleh PISA
dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
masalah dalam rangka memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta
menggunakan pengetahuannya untuk memahami berbagai fenomena alam dan
perubahan yang terjadi pada lingkungan kehidupan. Hal ini dilakukan sebagai
upaya untuk mengetahui tingkat kualitas pendidikan dasar Indonesia di dalam
lingkup internasional.
Kemampuan literasi sains yang lemah merupakan salah satu temuan hasil
studi komperatif yang dilakukan PISA tahun 2000, ini terungkap dari nilai rerata tes
literasi sains anak Indonesia adalah 393, yang menempatkan Indonesia pada
peringkat ke-38 dari 41 negara peserta PISA. Hasil PISA bidang literasi sains anak
Indonesia yang dianalisis Tim Literasi sains Puspendik tahun 2004 terungkap:
1. Komposisi jawaban peserta didik mengindikasikan lemahnya pemahaman
peserta didik terhadap konsep-konsep dasar sains yang sebetulnya telah diajarkan,
sehingga mereka tidak mampu mengaplikasikannya untuk menginterpretasi data,
menerangkan hubungan kausal, serta memecahkan masalah sederhana sekalipun.
2. Lemahnya kemampuan peserta didik dalam membaca dan menafsirkan data
dalam bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk penyajian lainnya.
3. Adanya keterbatasan kemampuan peserta didik mengungkapkan pikiran
dalam bentuk tulisan.
4. Ketelitian peserta didik membaca masih rendah, peserta didik tidak terbiasa
menghubungkan informasi-informasi dalam teks untuk dapat menjawab soal.
5. Kemampuan nalar ilmiah masih rendah.
6. Lemahnya penguasaan peserta didik terhadap konsep-konsep dasar sains dan
keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan kesehatan (Mahyuddin, 2007).

PISA merupakan survei yang pelaksanaannya membutuhkan banyak sumber


daya, secara metodologi sangat kompleks dan membutuhkan kerjasama yang intensif
dengan steakholders. Data PISA memberi banyak informasi yang berharga, oleh
karena itu sangat disayangkan jika data yang diperoleh dari PISA tidak dianalisis dan
dimanfaatkan untuk instropeksi dan koreksi terhadap sistem pendidikan di Indonesia
(Hadi, 2009).

32
Kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia dari hasil studi
internasional PISA tahun 2006, diperoleh hasil bahwa (Tjalla, 2009)
1. Kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-50
dari 57 negara. Skor rata-rata sains yang diperoleh peserta didik Indonesia adalah
393. Skor rata-rata tertinggi dicapai oleh Finlandia (563) dan terendah dicapai
oleh Kyrgyzstan (322). Kemampuan literasi sains rata-rata peserta didik Indonesia
tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan literasi sains peserta didik
dari Argentina, Brazil, Colombia, Tunisia, dan Azerbaijan. Kemampuan literasi
sains rata-rata peserta didik Indonesia lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
dengan kemampuan literasi sains peserta didik dari Qatar dan Kyrgyzstan. Dua
negara yang berada dua peringkat di atas Indonesia adalah Mexico dan
Montenegro.
2. Secara internasional skala kemampuan literasi sains dibagi menjadi 6 level
kemampuan. Berdasarkan level kemampuan ini, sebanyak 20,3% peserta didik
Indonesia berada di bawah level 1 (skor di bawah 334,94), 41,3% berada pada
level 1 (skor 334,94–409,54), 27,5% berada pada level 2 (skor 409,54–484,14),
9,5% berada pada level 3 (skor 484,14–558,73), dan 1,4% berada pada level 4.
Tidak ada peserta didik Indonesia yang berada pada level 5 dan level 6. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar (41,3%) peserta didik Indonesia memiliki
pengetahuan ilmiah terbatas yang hanya dapat diterapkan pada beberapa situasi
yang familiar. Mereka dapat mempresentasikan penjelasan ilmiah dari fakta yang
diberikan secara jelas dan eksplisit. Sebanyak 27,5% peserta didik Indonesia
memiliki pengetahuan ilmiah yang cukup untuk memberikan penjelasan yang
mungkin dalam konteks yang familiar atau membuat kesimpulan berdasarkan
pengamatan sederhana. Peserta didik-peserta didik dapat memberikan alasan
secara langsung dan membuat interpretasi seperti yang tertulis dari hasil
pengamatan ilmiah yang lebih mendalam atau pemecahan masalah teknologi.
3. Dibandingkan dengan kemampuan literasi sains gabungan, kompetensi peserta
didik Indonesia dalam mengidentifikasi masalah ilmiah lebih rendah (-0,4),
menjelaskan fenomena secara ilmiah lebih tinggi (1,1 poin), dan menggunakan
fakta ilmiah lebih rendah (-7,8). Sementara itu, pengetahuan peserta didik
Indonesia tentang sains lebih rendah (-6,4), bumi dan antariksa lebih tinggi (8,3),

33
sistem kehidupan lebih rendah (-2,5), dan sistem fisik lebih rendah (-7,4). Hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia memiliki kompetensi paling tinggi
dalam menjelaskan fenomena secara ilmiah dan memiliki pengetahuan sains
tertinggi dalam bumi dan antariksa.
4. Berdasarkan jenis kelamin, kemampuan literasi sains rata-rata peserta didik
Indonesia laki-laki (skor 399) lebih tinggi dari pada kemampuan literasi sains
rata-rata peserta didik Indonesia perempuan (skor 387). Perbedaan skor rata-rata
peserta didik laki-laki dan perempuan adalah 12.
5. Dibandingkan dengan hasil studi PISA tahun 2000/2001 dan 2003, kemampuan
literasi sains peserta didik Indonesia pada tahun 2006 relatif stabil atau tidak
mengalami peningkatan. Skor literasi sains rata-rata peserta didik Indonesia pada
tahun 2000/2001 adalah 393 dan tahun 2003 adalah 395.

Hasil Studi PISA tahun 2009 menunjukkan tingkat literasi sains peserta didik
Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun 2006. Tingkat literasi
sains peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke 57 dari 65 negara peserta
dengan skor yang diperoleh 383 dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari
PISA (OECD, PISA 2009 Database). Data ini dapat kita lihat pada tabel 11.

34
Tabel 11. Data skor PISA 2009

Sedangkan hasil PISA yang dadakan pada tahun 2012 Indonesia


menempatkan urutan kedua terakhir sebelum Peru.

Tabel 12. Data Skor PISA tahun 2012

35
36
BAB III

PEMBAHASAN

A. Matriks Perkembangan Literasi (readings, mathematical, scientific-literacy) pada PISA 2000-2003-2006-2009-2012-2015-2018


No. PISA Perkembangan Literasi (readings, mathematical, scientific-literacy)

2000  Penelitian PISA difokuskan kepada kemampuan membaca, sementara dua aspek lainnya menjadi
pendamping.
 PISA 2000, literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti untuk memahami dan
membantu membuat keputusan tentang dunia alam dan perubahan yang dibuat untuk itu melalui kegiatan
manusia
 PISA 2000 definisi yang digunakan untuk pengetahuan sains dan pemahaman tentang sains dalam satu
istilah 'pengetahuan ilmiah'
 PISA 2000 juga menggaris bawahi variasi yang signifikan kinerja sekolah-sekolah dan mengusulkan
kepedulian tentang kesamaan (equity) dalam distribusi kesempatan
2003  Pada tahun 2003 aspek matematika menjadi fokus utama
 PISA 2003, literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti untuk memahami dan
membantu membuat keputusan tentang dunia alam dan perubahan yang dibuat untuk itu melalui kegiatan
manusia
2006  Pada tahun 2006 aspek matematika menjadi fokus utama
 Pada tahun 2006 kerangka PISA juga diperluas untuk mencakup aspek sikap tanggapan peserta didik
terhadap isu-isu ilmiah dan teknologi dalam membangun literasi ilmiah

37
No. PISA Perkembangan Literasi (readings, mathematical, scientific-literacy)

2009  Tahun 2009 PISA menilai kemampuan membaca, kemampuan matematika, dan kemampuan iptek.
Laporan ini juga mengindikasikan kemampuan sumber daya manusia suatu negara dalam bersaing di dunia
internasional.

2012  PISA 2012 berfokus pada literasi matematika, dengan membaca, sains dan pemecahan masalah (problem
solving) berada pada minor area of assessment. Untuk pertama kalinya pada PISA 2012 juga Melakukan
assessment pada literasi finansial untuk anak-anak muda
2015  PISA 2015 mendefinisi literasi sains merupakan evolusi dari ide-ide ini. Perbedaan utama adalah bahwa
gagasan "pengetahuan tentang ilmu pengetahuan" telah ditetapkan lebih jelas dan dibagi menjadi dua
komponen - pengetahuan prosedural dan pengetahuan epistemik
 Berdasarkan PISA 2015, Literasi sains adalah kemampuan untuk terlibat dengan masalah-ilmu yang
berhubungan, dan dengan ide-ide ilmu pengetahuan, sebagai warga negara reflektif
3 kompetensi yang harus dimiliki seseorang yang memiliki literasi sains:

1. Menjelaskan Fenomena Ilmiah


2. Evaluasi dan Desain Ilmiah Inkuiri
3. Menafsirkan Data dan Bukti ilmiah
 PISA 2015 survei berfokus pada literasi sains (scientific literacy), dengan membaca, mathematics dan
kolaborative pemecahan masalah (collaborative problem solving) sebagai minor areas of assessment. Pisa
2015 juga melakukan asesmen terhadap financial literacy.
 Asesmen yang dilakukan pada PISA 2015 adalah asesmen berbasis komputer (computer based test) dengan
waktu 2 jam masing-masing siswa. Test yang digunakan merupakan gabungan antara pilihan ganda dengan
test respon siswa. Yang mana setiap pertanyaan dikombinasikan berdasarkan situasi nyata.
2018 ( Draft) Reading literacy is understanding, using, evaluating, reflecting on and engaging with texts in order to achieve

38
No. PISA Perkembangan Literasi (readings, mathematical, scientific-literacy)

one’s goals, to develop one’s knowledge and potential and to participate in society.

B. Matriks Contoh Soal-Soal PISA (Scientific Literacy)

39
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

1. Literasi PISA Scientific 1. Recognising scientifically


2000 Proses investigable questions.
(menyadari pertanyaan)
2. Identifying evidence
needed in a scientific
investigation. (identifikasi
bukti yang dibutuhkan untuk
investigasi)
3. Drawing or evaluating
conclusions.
4. Communicating valid
conclusions.
5. Demonstrating
understanding of scientific
concepts.

40
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

41
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

42
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

43
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

2. Literasi PISA Open Proccess 1: Describing,


2003 Constructe explaining and predincting
d scientific Phenomena
Response
Proccess 2: Understanding
scientific Investigation
Proccess 3: Interpreting
Scintific evidence and
conclusion

44
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

45
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

46
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

3. Literasi PISA Scientific Identifying scientific issues


2006, PISA Enquiry • Recognising issues that it
2009 dan PISA is possible to investigate
2012 scientifically
• Identifying keywords to
search for scientific
information
• Recognising the key
features of a scientific
investigation
Explaining phenomena
scientifically
• Applying knowledge of
science in a given situation
• Describing or interpreting
phenomena scientifically
and predicting changes
• Identifying appropriate
descriptions, explanations,
and predictions
Using scientific evidence
• Interpreting scientific
evidence and making and
communicating conclusions
• Identifying the
assumptions, evidence and
reasoning behind
conclusions
• Reflecting on the societal

47
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

implications of science and


technological
Developments

48
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

4 Literasi PISA  Explain phenomena


2015 scientifically

49
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

 Evaluate and design


scientific enquiry

50
No. PISA Contoh Soal Jenis Soal Karakteristik Soal

 Interpret data and


evidence scientifically

51
C. Rubrik Penilaian
1. Rubrik penilaian PISA 2000

Recommended distribution of score points across science processes

Scientific Processes % scored points


Recognising scientifically investigable questions 10-15

Identifying evidence needed 15-20

Drawing or evaluating conclusions 15-20

Communicating valid conclusions 10-15

Demonstrating understanding of science concepts 40-50

2. Rubrik PISA 2003

Recommended distribution of score points across science processes

Percentage of
Scientific Processes
OECD/PISA science units
Describing, explaining and predicting scientific 40-50
phenomena

Understanding scientific investigation 20-25

Interpreting scientific, evidenceand conclusions 20-25

TOTAL 100

3. Rubrik PISA 2006 dan 2009

Desired distribution of score points for scientific competencies

Percentage of
Scientific Processes
OECD/PISA science units
Identifying scientific issues 20-30

52
Explaining phenomenas scientifically 35-40

Using scientific evidence 35-40

TOTAL 100

BAB 1V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Literasi sains adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains
dalam memecahkan masalah, tidak hanya sekedar memahami saja tetapi juga ikut
serta dalam pengambilan keputusan. Konsep literasi yang dilaksanakan PISA lebih
luas dari pada pengertian kemampuan membaca dan menulis. Literasi dalam PISA
diukur secara kontinum, bukan sekedar sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki oleh
seseorang. Dalam arti luas literasi dimaknai sebagai kemampuan siswa yang
kontinum.

53
Hasil Studi PISA tahun 2012 menunjukkan tingkat literasi sains siswa
Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun 2009. Tingkat literasi
sains siswa Indonesia berada pada peringkat kedua dari bawah sebelum Peru dengan
skor yang diperoleh 368 untuk literasi matematika, 384 untuk literasi membaca, 373
untuk literasi sains dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari PISA
(OECD, PISA 2009 Database).

B. Saran
Agar semua pihak lebih memperhatikan masalah pendidikan, terutama
pemerintah dan semua tenaga pengajar karena terlihat dari hasil PISA 2012 yang
terakhir, Indonesia masih jauh ketinggalan dari negara lainnya.
Dengan adanya kerkasama berbagai pihak maka secara tidak langsung
pendidikan di Indonesia akan semakin baik dan mampu untuk bersaing dengan
Negara lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, S. (2009). Ringkasan Laporan Penelitian Model Trend Prestasi Siswa


Berdasarkan Data PISA Tahun 2000, 2003 dan 2006. Jakarta: Pusat
Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Instumen Penilaian hasil Belajar


Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS.Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam Basa Dengan Pendekatan Konstektual


Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis. Sekolah Pascasarjana
UPI

54
PISA. 2015. Draft Science Framework.

Schleicer. A. 2014. PISA 2012 Result in Focus: What 15-year-olds know and what
they can do
with what they know. OECD

. 2018. PISA 2015 Result in Focus. OECD

. 2016. PISA 2015 Country note: Indonesia. OECD

. 2016. PISA 2018 Draft analytical Framework . OECD

http://evisapinatulbahriah.wordpress.com//05/literasi-sains/ (diunduh pada 12 maret


2018)
http://sainsedutainment.blogspot.com//definisi-literasi-sains_23.html (diunduh pada
12 maret 2018)

http://edukasi.kompasiana.com//indonesia-peringkat-10-besar-terbawah-dari-65-
negara peserta-pisa/ (diunduh pada 12 maret 2018)

55

Anda mungkin juga menyukai