Anda di halaman 1dari 14

Journal Reading

ASMA DAN DERMATITIS ATOPI PADA KELAHIRAN EARLY-, FULL-, LATE-,


DAN POST TERM

Oleh:

Hasyyati Imanina 1740312260

Preseptor :
dr. Finny Fitry Yani, Sp.A (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL PADANG
2018
ASMA DAN DERMATITIS ATOPI PADA KELAHIRAN EARLY-, FULL-, LATE-,
DAN POST TERM
Paivi Korhonen, MD, PhD | Paula Haataja MD | Riitta Ojala, MD, PhD 1.2 | Mikko Hirvonen MD 1,2,3 | Matti Raven MD,
PhD 1.2 | Marita Paassilta MD, PhD 4 | Jukka Uotila MD, PhD 5 | Mika Gissler MSocSc, DrPhil 6,7,8 | Tiina Luukkaala
MSc 9.10 | Outi Tammela, MD, PhD 1.2

1 Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Rumah Sakit Tampere University, Finlandia


2 Pusat Penelitian Kesehatan Anak Tampere, Universitas Tampere, Finlandia
3 Pusat Kesehatan Finlandia Tengah, Jyväskylä, Finlandia
4 Pusat Alergi , Rumah Sakit Universitas Tampere, Finlandia
5 Departemen Obstetri dan Ginekologi, Tampere University Hospital, Finlandia
6 Institut Nasional untuk Kesehatan dan Kesejahteraan, Helsinki, Finlandia
7 Pusat Penelitian Anak Psychiatry, University of Turku, Turku, Finlandia
8 Divisi Kedokteran Keluarga, Departemen Neurobiologi, Ilmu Perawatan dan Masyarakat, Karolinska Institute, Stockholm,
Swedia
9 Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Tampere, Tampere, Finlandia
10 Pusat Penelitian dan Inovasi, Universitas Rumah Sakit Tampere dan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Tampere, Finlandia

ABSTRAK

Tujuan
Untuk mengetahui insiden dan faktor risiko asma dan dermatitis atopi pada tujuh
tahun setelah kelahiran early term (37+0-38+6 minggu), full term (39+0-40+6 minggu), late term
(41+0-41+6 minggu), dan terutama post-term (PT) (≥42 minggu).
Metode
Secara keseluruhan, 965.203 bayi yang lahir antara tahun 1991 dan 2008 di Finlandia
dikelompokkan ke dalam early term, full term, late term dan post term. Data pengobatan
asma dan kunjungan rumah sakit untuk dermatitis atopi diambil dari database kesehatan
nasional.
Hasil
Frekuensi reimbursment obat asma pada early-term (ET), full-term (FT), late-term
(LT) dan post-term (PT) berturut-turut adalah 4,5%, 3,7%, 3,3%, dan 3,2%, Kunjungan ke
rumah sakit karena dermatitis atopi yang paling umum adalah bayi yang lahir PT.
Dibandingkan dengan kelahiran FT, kelahiran ET dikaitkan dengan peningkatan risiko asma
(adjusted odds ratio (AOR), 95% confidence interval (CI) 1,20, 1,17-1,23), sedangkan LT
(AOR, 95% CI 0,91, 0,89-0,93 ) dan PT (AOR, 95% CI 0,87, 0,83-0,92) menurunkan risiko
asma. Kelahiran PT (AOR, 95% CI 1,06, 1,01-1,10) diprediksi dapat menimbulkan
dermatitis atopi. Dari sudut pandang populasi, faktor risiko yang paling relevan untuk asma
adalah jenis kelamin laki-laki, kelahiran ET, merokok selama kehamilan dan persalinan
dengan operasi caesar elektif, sedangkan faktor risiko untuk dermatitis atopi adalah jenis
kelamin laki-laki, kelahiran pertama, lahir di rumah sakit tingkat II dan kelahiran dengan
bedah caesar
Kesimpulan
Kelahiran ET merupakan prediktor asma, dan PT merupakan prediktor untuk
dermatitis atopi. Menghindari merokok dan menerapkan indikasi yang ketat untuk kelahiran
ET dan bedah caesar yang direncanakan dapat menjadi cara mengurangi risiko asma.
Kata kunci: bedah caesar, masuk rumah sakit, reimbursment, faktor risiko, paparan asap tembakau

PENDAHULUAN
Anak-anak yang lahir prematur tampaknya membawa risiko peningkatan asma dan/
atau gejala seperti asma di masa kecil, 1-3,sedangkan risiko dermatitis atopi menurun pada
anak prematur 3 - 5 dibandingkan dengan anak yang lahir pada usia kehamilan lanjut.

Oleh karena masalah kesehatan yang dilaporkan dari ibu dan bayi setelah persalinan
elektif seringkali pada usia kehamilan sebelum 39 minggu, maka ditetapkan suatu sub-
pengelompokan istilah lahir yaitu kelahiran early term (37+0-38+6 minggu), full term (39+0-
40+6 minggu), late term (41+0-41+6 minggu), dan post term (PT) (≥42 minggu) 6

Meskipun lebih ringan dan kurang umum dibandingkan kelompok prematur, masalah
kesehatan bayi ET, FT , LT dan PT dapat mengakibatkan beban substansial untuk masyarakat
karena tingginya jumlah bayi. 7-9 Kelahiran ET telah dikaitkan dengan peningkatan risiko
asma anak; 1,7,8,10 sedangkan risiko dermatitis atopi menurun bila dibandingkan dengan FT.
Risiko peningkatan dermatitis atopi pada anak usia sekolah adalah anak yang lahir post
term,4 namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut pada sub-kelompok ET,FT,LT, dan PT.
Dalam penelitian kami sebelumnya, 1018302 anak yang lahir di Finlandia antara tahun 1991
dan 2008, risiko menerima reimbursment untuk obat asma pada usia tujuh tahun lebih tinggi
pada anak dengan kelahiran preterm bila dibandingkan kelompok kontrol, sedangkan risiko
rawat inap karena atopi dermatitis sebanding dengan peningkatan dengan usia kehamilan. 3
Dalam penelitian ini, kami lebih mengevaluasi kejadian dan faktor risiko asma dan dermatitis
atopi dalam waktu tujuh tahun dalam subkelompok jangka populasi yang sama, dengan
penekanan khusus adalah anak-anak yang lahir post term
BAHAN DAN METODE
Populasi penelitian berasal dari kohort semua kelahiran hidup ( n = 1039263) di
Finlandia pada tahun 1991 hingga 2008, 3.12 Data usia kehamilan hilang pada 5520 bayi.
Dipilih subkelompok bayi yang lahir pada usia kehamilan ≥ 37 minggu ( n = 978 224)
dengan kriteria eksklusi anak dengan anomali kongenital mayor ( n = 12 123) dan anak yang
meninggal sebelum usia satu tahun ( n = 898). Seleksi didasarkan pada data dari Medical
Birth Register (MBR), Register Bawaan Malformasi dan Register Penyebab Kematian.
Populasi penelitian akhir adalah 65.203 (98,7% dari semua) bayi yang dianalisa pada
subkelompok ET (N = 181 667), FT (N = 546 845), LT (N = 189 373), and PT (N = 47 318).
Kasus tersebut diikuti dalam waktu tujuh tahun atau sampai dengan tahun 2009. Data
perinatal dan neonatal diperoleh dari MBR. Kehamilan dan diagnosa yang berhubungan
dengan jumlah persalinan setiap ibu dikumpulkan dari Daftar Rumah Sakit Discharge
(HDR). Rincian pengumpulan data telah disajikan sebelumnya.12 Usia kehamilan
berdasarkan ultrasonografi awal kehamilan, dan dikoreksi dengan siklus menstruasi. Dari
anamnesis didapatkan perbedaan 5-7 hari atau lebih antara USG dan siklus menstruasi. Bedah
caesar diklasifikasikan sebagai prosedur elektif atau darurat. Parameter yang dikumpulkan
tercantum dalam Tabel 1. Di Finlandia, seorang anak didiagnosis dengan asma menurut
pedoman kesehatan nasional saat ini 13 berhak menerima reimbursment (saat ini 65%) untuk
biaya obat asma. Pada anak-anak kecil, kriteria diagnostik asma termasuk 3-4 episode mengi
bronkitis dalam waktu satu tahun. Data reimbursment obat asma diambil dari database
Lembaga Asuransi Sosial dan data yang rawat inap (dari seluruh waktu penelitian) dan
kunjungan rawat jalan (sejak tahun 1998) ke semua rumah sakit umum karena asma dan
dermatitis atopi yang dikumpulkan dari HDR. Klasifikasi Internasional Penyakit -9 (ICD-9)
digunakan pada 1991-1995 dan 10 (ICD-10) pada tahun selanjutnya untuk mendeteksi
diagnosis asma (J45, J46), atopi dermatitis (L20.0) dan dermatitis karena makanan (L27.2).
Dua diagnosis terakhir digabungkan dalam analisis dari dermatitis atopi. Data terdaftar yang
terkait dengan kode identifikasi anonim.
Komite Etik daerah menyetujui penelitian ini. Organisasi Terdaftar (Institut Nasional
untuk Kesehatan dan Kesejahteraan, Lembaga Asuransi Sosial dan Statistik Finlandia)
memberikan izin untuk menggunakan data kesehatan untuk penelitian.
Metode statistik
Perbedaan antara kategori usia kehamilan dan variabel di uji dengan uji chi-square
Pearson atau uji Fisher. Variabel kontinu diuji dengan analisis varians, uji Mann-Whitney U
atau uji Kruskal Wallis. Untuk memperhitungkan jumlah persalinan setiap ibu, faktor risiko
untuk reimbursment obat asma dan kunjungan rumah sakit karena dermatitis atopi digunakan
Generalized Linear Mixed Model dengan fungsi Imer. Variabel hasil yang dianalisa sebagai
variabel dikotomis
Tabel 1 Karakteristik Latar Belakang

Semua variabel yang sudah dijelaskan ditetapkan sebagai variabel tetap dan jumlah
persalinan setiap ibu ditambahkan sebagai efek acak. Hasil disajikan sebagai rasio odds (OR)
dengan 95 interval% confidence (CI). nilai-nilai p kurang dari 0,05 (two-tailed) dianggap
secara statistik signifikan. Variabel dengan validitas yang baik dalam register dipilih sebagai
variabel independen, termasuk karakteristik ibu (umur, merokok selama kehamilan,
primipara, tempat lahir, dan cara persalinan) dan bayi baru lahir (jenis kelamin, berat badan
lahir, ventilator atau terapi antibiotik). Kategorisasi variabel disajikan pada Tabel 1. Sebagai
reimbursment untuk kecenderungan atopi parah, kunjungan rumah sakit karena dermatitis
atopi pada usia tujuh tahun termasuk dalam model multivariat untuk obat asma. Generalized
Linear analisis Mixed Model dilakukan dengan statistik Paket R versi 3.3.0 paket lme4
(www.r-projcet.org) dan analisis yang tersisa dengan menggunakan IBM SPSS Statistics
versi 23,0 software (IBM SPSS, Chicago, Illinois).

Untuk mempelajari relevansi faktor risiko dari kesehatan masyarakat dan sudut
pandang klinis, kami memperhitungkan Population Attributed Risks (PAR%) untuk variabel
termasuk dalam model multivariat untuk menilai faktor risiko reimbursment untuk obat asma
dan kunjungan rumah sakit karena dermatitis atopi. PAR menyediakan proporsi kejadian
penyakit dalam populasi itu disebabkan oleh paparan. Insiden penyakit dapat dihilangkan
dalam populasi jika paparan telah dihapus. PAR dihitung sebagai ( f [ OR - 1]) / (1 + f [OR -
1]), dimana f adalah frekuensi dari faktor risiko dalam populasi dan OR adalah OR untuk
penyakit akibat paparan tersebut.

HASIL

Karakteristik latar belakang disajikan pada Tabel 1. Kelahiran dengan bedah caesar,
masuk ke unit neonatal dan terapi ventilator tertinggi adalah kelompok ET. Frekuensi bedah
caesar elektif tertinggi di ET dan terendah pada kelompok LT. Bedah caesar darurat paling
sering adalah kelompok PT. Bayi PT paling sering merupakan anak pertama, terpapar asap
rokok ibu selama kehamilan, dan terpapar antibiotik setelah lahir.

Pada ibu yang berusia 40 tahun atau lebih, merokok selama kehamilan termasuk
jarang (1894 (10,7%) vs 142 200 (15,0%); P < 0001) dan lebih sering untuk bedah caesar
(4328 (24,5%) vs 139 163 (14,7%); P < 0,001) dibandingkan pada ibu muda.

Dari seluruh kasus, 36 dari 210 (3,8%) anak menerima reimbursment obat asma.
Kunjungan ke rumah sakit dilaporkan pada 46 dari 636 (4,8%) anak-anak karena asma dan
49 dari 795 (5,2%) anak-anak karena dermatitis atopi. Frekuensi reimbursment obat asma
dan kunjungan rumah sakit karena asma tertinggi pada kelompok ET, dan kunjungan ke
rumah sakit karena dermatitis atopi yang paling umum dalam kelompok adalah anak yang
lahir PT (Tabel 2).
Tabel 2 Reimbursment Obat Asma dan Kunjungan Rumah Sakit karena Dermatitis Atopi

Hasil analisis faktor risiko mengenai reimbursment obat asma dalam seluruh populasi
penelitian disajikan pada Tabel 3. Baik dalam analisis multivariat, kelahiran ET dikaitkan
dengan peningkatan risiko reimbursment obat asma, dan kelahiran LT dan PT berkaitan
dengan penurunan risiko reimbursment obat asma, dibandingkan dengan kelahiran FT.
Terakhir, OR (95%) Cl adalah 1,20 (1,17-1,23) pada kelompok FT, 0,91 (0,89-0,93) pada
kelompok LT dan 0,87 (0,83-0,92) pada kelompok PT. Menurut analisis PAR, faktor-faktor
risiko yang paling relevan untuk asma dari sudut pandang populasi adalah jenis kelamin laki-
laki, kunjungan ke rumah sakit karena dermatitis atopi (sebagai pengganti untuk
kecenderungan atopi), paparan asap tembakau selama kehamilan, kelahiran ET, dan kelahiran
dengan bedah caesar elektif (Tabel 3). Usia ibu 40 tahun atau lebih, kelahiran pertama atau
lahir di sebuah rumah sakit tingkat-II dikaitkan dengan penurunan risiko asma.

Hasil analisis faktor risiko mengenai kunjungan ke rumah sakit karena dermatitis
atopi di seluruh populasi penelitian disajikan pada Tabel 3. Kelahiran PT dikaitkan dengan
risiko peningkatan kunjungan ke rumah sakit karena dermatitis atopi (OR 1.10 (1.06- 1,15).
Menurut analisis PAR, jenis kelamin laki-laki, kelahiran pertama, lahir di rumah sakit tingkat
II dan melahirkan dengan bedah caesar darurat adalah faktor risiko yang paling relevan untuk
dermatitis atopi, sedangkan merokok selama kehamilan dan tempat lahir selain tingkat-III
atau tempat lahir di rumah sakit tingkat-II tampaknya menurunkan risiko dermatitis atopi
(Tabel 3).
Tabel 3 Faktor Risiko Asma dan Dermatitis Atopi

Dalam analisis subkelompok antara anak-anak PT (Tabel 4), tidak ada hubungan
yang ditemukan antara kelahiran oleh bedah caesar dan reimbursment obat asma. Terapi
ventilator tampaknya meningkatkan risiko reimbursment obat asma. Kelahiran dengan bedah
caesar darurat merupakan faktor risiko untuk kunjungan ke rumah sakit karena dermatitis
atopi (Tabel 4). Sebaliknya hasil dari analisis faktor risiko dalam kelompok PT menyerupai
seluruh populasi penelitian.
Tabel 4 Analisis Multivariat pada Subkelompok PT

PEMBAHASAN

Dalam penelitian besar Register Nasional anak yang lahir pada ≥ 37 minggu usia
kehamilan, kami menemukan penurunan trend pada peningkatan usia kehamilan dengan
frekuensi reimbursment obat asma dan kunjungan ke rumah sakit karena asma pada usia tujuh
tahun. Bahkan setelah mengendalikan beberapa faktor confounding, kelahiran ET dikaitkan
dengan peningkatan risiko asma; Sedangkan kelahiran LT dan PT mengurangi risiko asma.
Sebaliknya, kelahiran PT muncul sebagai faktor risiko dalam hal kunjungan ke rumah sakit
karena dermatitis atopi. Dari sudut pandang populasi, faktor risiko yang paling relevan untuk
asma adalah jenis kelamin laki-laki, kecenderungan atopi, tembakau paparan asap selama
kehamilan, kelahiran ET dan bedah caesar elektif, sedangkan faktor risiko untuk Dermatitis
atopi adalah laki-laki, kelahiran pertama, lahir di sebuah rumah sakit tingkat II , dan kelahiran
dengan bedah caesar darurat.
Temuan kami tentang risiko peningkatan asma pada anak-anak ET ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya. 1,7,8,10 Dalam kohort besar Swedia pada 1 100 826 anak-anak dan
orang muda (6-19 tahun), anak ET memiliki risiko peningkatan penggunaan kortikosteroid
inhalasi, yang tercatat dalam retrieval obat teregistrasi, dibandingkan dengan mereka yang
lahir pada 39-41 minggu kehamilan. 1 Beberapa peneliti lain telah menganalisis data
berdasarkan laporan orangtua 7 atau kuesioner. 8 Sebuah studi di Finlandia yang berbasis
rumah sakit dari 44.173 wanita yang melahirkan selama periode 10-tahun mengungkapkan
bahwa terdapat hubungan negatif antara reimbursment obat asma dan usia kehamilan Beban
asma pada anak-anak berhubungan dengan kelahiran pada 37-38 minggu kehamilan. 10

Hal tersebut mungkin disebabkan baik kelahiran prematur spontan dan iatrogenik dan
ET memiliki penyebab yang umum dan terdapat paparan perawatan seperti pada anak
dengan masalah pernapasan neonatal. 14 Pengaruh ukuran jalan napas lebih kecil saat lahir
terhadap risiko asma pada bayi preterm dan ET tampaknya kemungkinan kurang
berpengaruh, karena bayi dengan ukuran kecil menurut kehamilan tidak signifikan pada
prediktor dalam analisis multivariat dalam penelitian kami.

Menurut hipotesis kami, kelahiran PT dikaitkan dengan penurunan risiko asma anak,
Meskipun terdapat peningkatan frekuensi masalah pernapasan neonatal yang didefinisikan
sebagai membutuhkan terapi ventilator dalam kelompok PT. Temuan serupa di antara anak-
anak LT 10 dan PT 10,11,15 telah dilaporkan sebelumnya. Hal ini tampaknya mewakili penelitian
berkelanjutan dari penelitian kami sebelumnya, di mana risiko asma menurun dengan
meningkatnya usia kehamilan 3. Hal ini mungkin karena pematangan saluran udara di
intrauterin secara terus menerus

Sejalan dengan hasil sebelumnya, kelahiran PT muncul sebagai prediktor dermatitis


atopi. Namun, PAR kelahiran PT untuk dermatitis atopi adalah rendah. Kemungkinan yang
berperan adalah pematangan kulit dan hambatan mukosa, dan immunotoleransi. 4,5

Hal yang mendukung temuan kami adalah paparan ibu yang merokok pada saat
prenatal meningkatkan risiko mengi atau asma di kalangan anak-anak usia enam tahun atau
lebih. 16 Paparan asap tembakau memiliki efek dalam pengembangan paru janin. Ini dapat
mengubah ekspresi gen yang berperan dalam penyakit respirasi dan predisposisi untuk
kelahiran prematur, 17 dan meningkatkan risiko masalah paru pada bayi. Pada penelitian kami,
merokok selama hamil dikaitkan dengan penurunan risiko dermatitis atopi pada
keturunannya. Paparan rokok tembakau selama hamil akan mengurangi sensititasi sel T
melalui efek imunosupresif. 18 Namun tidak mungkin untuk menentukan tingkat paparan
merokok setelah melahirkan pada populasi.

Sebuah penelitian meta-analisis telah menunjukkan peningkatan 20% dalam risiko


asma pada anak setelah lahir melalui bedah caesar elektif dan darurat. 19 Dalam satu studi,
risiko asma di kemudian telah meningkat terutama setelah bedah caesar elektif , 20 dan pada
penelitian lain setelah bedah caesar darurat . 21 Faktor yang berkaitan dengan hubungan antara
kelahiran dengan bedah caesar dan asma di kemudian hari mungkin karena peningkatan
risiko masalah pernapasan neonatal dan efek pada usus mikrobiota serta pada keseimbangan
Th1 / Th2. 21 Kurangnya paparan mikroba selama kelahiran menyebabkan penundaan dan
perubahan kolonisasi usus bayi. Dalam persalinan dengan bedah caesar elektif, selaput
amnion utuh, dan probabilitas kolonisasi dengan bakteri vagina bahkan lebih kecil daripada
pada bedah caesar darurat. Kondisi ibu dan janin yang mengarah ke bedah caesar darurat
sebagian menjelaskan hubungan bedah caesar dan risiko asma. 21 berbagai tingkat stres
adaptif pada saat lahir serta perubahan mekanisme regulasi epigenetik mungkin lebih
menghubungkan bedah caesar dan pengembangan sistem kekebalan tubuh. 22

Hubungan antara cara persalinan dengan risiko dermatitis atopi masih kontroversial.
Beberapa penelitian tidak menemukan hubungan, 23 Sedangkan penelitian lain menemukan
hubungan antara cara persalinan dengan dermatitis atopi, 24 Dalam penelitian kami, bedah
caesar darurat pada kasus kegawatan tertentu muncul sebagai faktor risiko dermatitis atopi
pada kelompok PT, mendukung peran mediator selain berpengaruh pada mikrobiota antara
CS dan terjadinya dermatitis atopi. Jumlah yang lebih kecil dari bayi dalam kelompok PT
dapat menjelaskan beberapa perbedaan antara kelompok ini dengan kelompok lain

Usia ibu yang lebih tua telah dikaitkan dengan kelahiran neonatus yang
membahayakan25,26 dan, mendukung hasil kami, angka yang lebih tinggi untuk bedah caesar.
26
Menariknya, dalam penelitian kami usia ibu 40 tahun atau lebih dikaitkan dengan
penurunan risiko asma. Merokok selama kehamilan sangat jarang dan persalinan dengan
bedah caesar lebih sering pada ibu dengan usia tua. tetapi efek protektif tetap setelah
mengendalikan faktor ini dalam analisis. Sebuah hubungan negatif ditemukan antara jumlah
saudara kandung dan dermatitis atopi atau asma. 27 Dalam analisis kami disesuaikan dengan
kecenderungan atopi, status anak pertama merupakan risiko reimbursment obat asma. Hal ini
mungkin berhubungan dengan kontak infeksi lebih sedikit dibandingkan dengan saudara-
saudara lainnya. Mendukung hasil sebelumnya, 28 anak yang pertama lahir memiliki risiko
lebih besar dari dermatitis atopi. Profil antiinflamasi di sel T berkurang pada anak-anak
pertama lahir saat lahir, kemungkinan berkontribusi untuk pengembangan penyakit yang
berhubungan dengan imun melalui peningkatan reaktivitas keseluruhan kekebalan tubuh. 29

Sejalan dengan hasil penelitian lain, jenis kelamin berhubungan dengan peningkatan
risiko asma serta risiko dermatitis atopi. Anak-anak yang kecil menurut usia kehamilan
tampaknya membawa lebih sedikit risiko dermatitis atopi. Hubungan antara parameter
antropometri saat lahir dan kecenderungan atopi di kemudian hari telah dibuktikan, tetapi
temuan mengenai dermatitis atopi tidak konsisten. 31

Dalam sebuah studi Finlandia, bayi sangat prematur yang diobati atau ditransfer ke
rumah sakit tingkat-III dari rumah sakit tingkat-II menunjukkan kejadian mirip asma pada
usia lima tahun. 32 Kami menemukan penurunan risiko asma pada anak yang lahir di rumah
sakit tingkat-II. Faktor risiko lain yang berhubungan dengan persalinan dirawat di rumah
sakit tingkat-III. Risiko kunjungan ke rumah sakit karena dermatitis atopi lebih tinggi pada
bayi yang lahir di fasilitas tingkat-II, tetapi lebih rendah di tempat lain bila dibandingkan
rumah sakit level III, Meskipun terdapat penyesuaian untuk beberapa faktor perinatal dan
neonatal. Alasan untuk hubungan ini tidak jelas.

Terapi antibiotik selama kehamilan 33 dan paparan antibiotik spektrum luas selama
minggu pertama kehidupan 30 telah dijelaskan sebagai faktor risiko asma anak. Perbandingan
hasil kami dengan penelitian sebelumnya dibatasi oleh fakta bahwa kami memiliki data
pengobatan antibiotik selama minggu pertama kehidupan tetapi tidak memiliki terapi
antibiotik ibu atau antibiotik yang kemudian diberikan kepada bayi. Kami menemukan
hubungan antara terapi antibiotik dan reimbursment obat-obatan asma dan dermatitis atopi,
menunjukkan efek jangka panjang dari paparan antibiotik neonatal. Namun, faktor risiko ini
tidak relevan dari sudut pandang populasi, Paparan antibiotik memiliki PAR bawah satu
persen. Antibiotik mungkin diresepkan lebih sering pada bayi yang dirawat di bangsal
neonatal dan ibu yang memiliki tanda-tanda infeksi lain. 34 Perbedaan dalam praktek rekam
medis di rumah sakit yang berbeda dan daerah adalah batasan umum dalam register
penelitian. Namun, sistem informasi kesehatan Finlandia didasarkan pada register nasional
berkualitas tinggi dan dengan cakupan yang baik. 35 - 37 Populasi pada penelitian bersifat
substansial. Di Finlandia, diagnosis asma yang diberikan oleh dokter anak yang diperlukan
untuk semua anak-anak untuk memenuhi syarat untuk reimbursment pengobatan asma.13
Lembaga Asuransi Sosial database diadakan sebagai sumber yang valid dari data prevalensi.
38
Prevalensi keseluruhan reimbursment obat asma dan kunjungan rumah sakit karena asma
dalam waktu tujuh tahun dalam kelompok penelitian kami sesuai dengan tingkat yang
diharapkan di Kanada. 13 Data yang tidak diperoleh adalah latar belakang etnis, asma
orangtua atau atopi, indikasi untuk bedah caesar, faktor psikososial, menyusui atau kondisi
lingkungan. Data yang dapat diandalkan seperti status sosial ekonomi juga hilang, karena itu
sulit menentukan status tersebut untuk wanita muda usia subur. Kami memiliki informasi ibu
merokok, yang sangat berkorelasi dengan status sosial ekonomi di Finlandia. 39 Karena desain
penelitian kami, anak yang lahir di tahun-tahun terakhir penelitian memiliki tindak lanjut
yang lebih singkat dari mereka yang lahir di tahun sebelumnya. Usia termuda kurang dari
satu tahun pada saat kunjungan rumah sakit pertama karena asma. Karena kesulitan dalam
memastikan diagnosis asma pada bayi, kami memutuskan untuk menggunakan reimbursment
obat asma, parameter berdasarkan kriteria nasional, sebagai ukuran hasil utama dalam faktor
risiko analisis. Usia media pada reimbursment pertama untuk obat asma adalah tiga tahun
atau kurang pada semua kelompok usia kehamilan. Kunjungan ke rumah sakit karena
dermatitis atopi digunakan sebagai pengganti untuk kecenderungan atopi parah di faktor
risiko analisis untuk asma. Dermatitis atopi ringan dapat ditatalaksana pada fasilitas
pelayanan kesehatan primer. Dalam penelitian kami, kasus dengan dermatitis atopi adalah
diidentifikasi melalui kunjungan rumah sakit saja,

KESIMPULAN

Kelahiran ET dikaitkan dengan peningkatan risiko asma bila dibandingkan dengan


FT. Kelahiran LT dan PT tampaknya dikaitkan dengan penurunan risiko asma. Konseling
terhadap merokok selama kehamilan dan indikasi yang ketat untuk elektif CS mungkin
menjadi alat penting dalam mencegah kejadian asma pada anak. Kelahiran PT dan bedah
caesar darurat dikaitkan dengan peningkatan risiko dermatitis atopi, mengacu pada
pentingnya waktu optimal melahirkan apabila sudah mencapai waktunya.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pendanaan untuk pekerjaan (Dr. Korhonen) diterima dari Pembiayaan Riset Negara
Kompetitif Ahli Tanggung Jawab Area Tampere University Hospital (nomor hibah 9S024 dan
9S066). Sumber pendanaan tidak memiliki peran dalam penelitian.

KONFLIK KEPENTINGAN

Para penulis tidak memiliki konflik kepentingan yang relevan untuk artikel ini.

CRITICAL APPRAISAL

1. Study Validity
a. Research Question
Is the research qustion well defined can be answered using this study design?
Desain penelitian ini dapat menjawab tujuan penelitian, yaitu menggambarkan
insiden dan faktor risiko asma dan dermatitis atopi pada anak dengan kelahiran early
term, full term, late term dan post term
b. Does the author use appropriate methods to answer their question?
Desain penelitian ini adalah kohort, yaitu mengikuti secara kontinue subjek
penelitian. Untuk mengetahui pengaruh antara suatu faktor risiko dengan suatu
penyakit, maka penelitian kohort merupakan penelitian yang terbaik.

Penelitian ini juga memperhitungkan Population Attributed Risks (PAR%)


untuk mempelajari relevansi faktor risiko dari kesehatan masyarakat dan sudut
pandang klinis.
c. Was the randomization list concealad from patients, clinicans, and researchers?
Data sampel menggunakan kode tertentu sehingga prinsip kerahasiaan terjaga

d. Intervention and Co-intervantion


Were the performed intervention described in sufficient detail to be followed by
others?
Penelitian ini tidak melakukan intervensi pada sampel

2. Importance
a. Is this study important?
Penelitian ini penting dalam menentukan hubungan antara usia kehamilan dan
dermatitis atopi. Kejadian asma meningkat pada anak early term dan kejadian
dermatitis atopi meningkat pada anak post term. Sehingga, penting untuk
mengusahakan agar anak lahir secara full term apabila tidak ada indikasi yang
mengharuskan janin lahir cepat. Selain itu, penting untuk mewaspadai dan memantau
anak dengan riwayat early term terhadap kemungkinan asma dan post term pada
kemungkinan dermatitis atopi.
3. Applicability
a. Are your patient so different from these studies that the result may not apply to them?
Pasien pada penelitian ini berbeda dengan pasien di Indonesia, karena asma dan
dermatitis atopi terkait dengan faktor genetik dan ras, sehingga kemungkinan hasil
penelitian dapat berbeda.
b. Is your environment so different from the in this study that the methods could not be
use there?
Lingkungan yang ada penelitian ini sangat berbeda dengan di Indonesia, metode yang
dipakai adalah dengan studi kohort dapat diterapkan sedikit sulit di Indonesia karena
kurang lengkapnya data mengenai suatu penyakit dari tahun ke tahun. Di Indonesia
penelitian ini dapat diterapkan metode lain yang lebih sederhana.
4. Kesimpulan
Jurnal ini valid, penting untuk diteliti, dan dapat diterapkan di Indonesia dengan
beberapa penyesuaian.

Anda mungkin juga menyukai