Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PENDIDIKAN

PANCASILA DAN GENERASI MUDA

OLEH

NENI HARIYANTI

173112620120114

FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI BIOMEDIK


UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pancasila yang saat ini sangat dibutuhkan untuk membangun kembali rasa cinta
tanah air atau kepedulian terhadap tanah air dikalangan remaja baru-baru ini semakin menurun.
Pancasila yang dilandasi nilai ketuhanan,kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan tidak
menjadi acuan para remaja saat ini. Berkembangnya globalisasi dan kurang selektif dalam
mengikuti gaya (trend) budaya barat yang mengindikasikan bahwa remaja saat ini lebih
mementingkan pergaulan yang ada di budaya barat daripada mempelajari pendidikan pancasila.
Jika hal seperti ini terus berlanjut dapat mengakibatkan kurangya perhatian remaja pada
perkembangan negaranya. Pendidikan pancasila yang seharusnya dapat menjadi modal remaja
untuk mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi terhadap negaranya justru terkadang tidak di
kedepankan. Banyak remaja saat ini ketika menyanyikan lagu kebangsaan tidak hafal, hal kecil
semacam ini jika dibiarkan berlarut-larut dapat mempengaruhi rasa nasionalisme seseorang yang
nantinya akan berkembang menjadi tidak baik dalam mencintai negaranya. Kondisi-kondisi seperti
ini yang seharusnya cepat diberi pengarahan agar tidak menjadi sebuah pengertian yang keliru
dikalangan remaja saat ini. Pancasila yang seharusnya menjadi satu-satunya ideologi didunia yang
memberikan suatu pelajaran dasar untuk berkewajiban mempercayai adanya Tuhan, Menghargai
atau mencintai terhadap sesama, bersatu dalam memperjuangkan semua haknya, mendengarkan
dan menghargai pendapat orang lain, dan adil dalam segala hal. Sikap-sikap dasar seperti ini yang
seharusnya dimiliki oleh remaja Indonesia. Pancasila tidak dipengaruhi imperialisme dan
komunisme. Pancasila terlahir atas dasar persamaan semua hak hidup seseorang yang ada
dimanapun. Jika pancasila dalam penerapanya baik dapat menjadi contoh ideologi bagi negara-
negara lain, namun penerapan remaja saat ini tidak sebaik dengan nilai yang terkandung dalam
pancasila. Semangat remaja saat ini tidak dapat menunjukan adanya nilai dan norma yang
terkandung didalam pancasila, semangat yang terus-menerus memudar karena kurang adanya
pemberian pengertian tentang pancasila yang harus dilakukan dan ditaati oleh para remaja saat ini.
Seiring perkembangan zaman di era globalisasi saat ini turut mengiringi adanya trend yang
semakin dinamis dan selalu diwarnai oleh ketidakteraturan dan ketidakpastian. Kondisi ini
memunculkan kecenderungan permasalahan baru yang semakin beragam dan multi dimensional.
Teknologi informasi yang berkembang cepat, telah membawa dampak bagi kehidupan manusia.
Dapat berdampak menguntungkan dan merugikan ,berdampak menguntungkan apabila mampu
memanfaatkannya untuk meningkatkan taraf hidup. Namun juga dapat berdampak merugikan,
apabila terperdaya dengan pemanfaatan untuk kepentingan yang negatif. Hal ini berarti dampak
teknologi informasi berimplikasi secara langsung pada perubahan berbagai aspek kehidupan,
termasuk terhadap karakter generasi muda. Persoalan karakter para pemuda kini menjadi sorotan
tajam dalam masyarakat. Berbagai sorotan tersebut termuat dalam media cetak, wawancara, dialog
atau gelar wicara di beberapa media elektronik. Ironisnya, persoalan yang muncul seperti
meningkatnya tindak kriminal,semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
kekerasan, kejahatan seksual, pengrusakan, perkelahian massal, kehidupan yang konsumtif,
kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain-lain yang seringkali menjadi topik
hangat dan tidak ada henti-hentinya untuk dibicarakan .Padahal sudah lebih dari setengah abad
bangsa Indonesia merdeka, tapi sampai saat ini justru bangsa Indonesia semakin mengalami
degradasi karakter kebangsaan. Tampaknya bangsa ini khususnya generasi muda telah dihadapkan
pada dinamika perkembangan lingkungan strategis yang penuh dilema, tantangan hidup yang
semakin kompleks dan diwarnai dengan fenomena terjadinya degradasi nilai-nilai luhur bangsa.
Bahkan pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek
keilmuan dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah
moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin
ditinggalkan. Sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut
berdampak pada perilaku seseorang. Dalam mengahadapi masalah yang begitu rumit dan komplek
seperti di atas dibutuhkan pendidikan karakter yang dibangun melalui pendidikan, yang
melibatkan berbagai elemen bangsa terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti Pendidikan
pancasila.
Pendidikan pancasila diharapkan mampu menghadirkan karakter generasi muda yang tidak
hanya cerdas namun juga berkarakter. Maksudnya adalah generasi muda yang tidak hanya
berkompeten tatapi juga perduli terhadap kemajuan Indonesia. Pendidikan pancasila sangatlah
penting bagi para generasi muda Indonesia agar dapat terbentuk karakter yang unggul dan
bereakhlak mulia. Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan santun dalam
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Karena karakter merupakan nilai – nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perhatian, dan perbuatan berdasarkan
norma – norma agama, hukum, tatakrama, budaya dan adat istiadat.sehingga tidak akan ada lagi
tindak kriminal seperti kasus korupsi dan lainnya.
B. Tujuan
Tujuan diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi mengenai
pengamalan Pancasila dizaman Era Globalisasi ini, terutama bagi generasi muda yang nantinya
akan menjadi Kader Penerus Bangsa diharapkan mempunyai sikap nasionalisme dan patriotisme
yang tinggi bagi bangsa dan negara.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Pancasila


Lahirnya Pancasila adalah judul pidato yang disampaikan oleh Soekarno dalam
sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: "Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan") pada tanggal 1 Juni1945. Dalam pidato inilah konsep dan rumusan awal
"Pancasila" pertama kali dikemukakan oleh Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru
mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPK Dr. Radjiman
Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh
BPUPK tersebut.
Menjelang kekalahan Tentara Kekaisaran Jepang di akhir Perang Pasifik, tentara
pendudukan Jepang di Indonesia berusaha menarik dukungan rakyat Indonesia dengan
membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai(bahasa Indonesia: "Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan" atau BPUPK, yang kemudian menjadi BPUPKI, dengan tambahan "Indonesia").
Badan ini mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei (yang nantinya selesai
tanggal 1 Juni1945). Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan
harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Rapat pertama ini diadakan di gedung Chuo Sangi
In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman
Belanda, gedung tersebut merupakan gedungVolksraad (bahasa Indonesia: "Perwakilan Rakyat").
Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni1945, Bung Karno
mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia merdeka, yang
dinamakannya "Pancasila". Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu
diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Junbi Cosakai.
Selanjutnya Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan dan
menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut.
Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dariIr. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA
Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad
Soebardjo, Wahid Hasjim, dan Mohammad Yamin) yang ditugaskan untuk merumuskan kembali
Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni
1945, dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.
Setelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan Pancasila hasil
penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah
Undang-Undang Dasar 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia
merdeka pada tanggal 18 Agustus1945 oleh BPUPKI.
Dalam kata pengantar atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit
pada tahun 1947, mantan Ketua BPUPK Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyebut pidato Ir.
Soekarno itu berisi “Lahirnya Pancasila”. ”Bila kita pelajari dan selidiki sungguh-sungguh
“Lahirnya Pancasila” ini, akan ternyata bahwa ini adalah suatu Demokratisch Beginsel, suatu
Beginsel yang menjadi dasar Negara kita, yang menjadi Rechtsideologie Negara kita; suatu
Beginsel yang telah meresap dan berurat-berakar dalam jiwa Bung Karno, dan yang telah keluar
dari jiwanya secara spontan, meskipun sidang ada dibawah penilikan yang keras dari Pemerintah
Balatentara Jepang. Memang jiwa yang berhasrat merdeka, tak mungkin dikekang-
kekang!Selama Fascisme Jepang berkuasa dinegeri kita, Demokratisch Idee tersebut tak pernah
dilepaskan oleh Bung Karno, selalu dipegangnya teguh-teguh dan senantiasa dicarikannya jalan
untuk mewujudkannya. Mudah-mudahan ”Lahirnya Pancasila” ini dapat dijadikan pedoman oleh
nusa dan bangsa kita seluruhnya dalam usaha memperjuangkan dan menyempurnakan
KemerdekaanNegara.”

B. Definisi Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung
dalam beberapa tahap selama masaperumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Negara |Pancasila sebagai dasar negara sering disebut
dasar falsafah negara (dasar filsafat negara/philosophische grondslag) dari negara, ideologi negara
(staatsidee).Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara.
Dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara seperti dimaksud tersebut sesuai dengan bunyi
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang secara jelas menyatakan. "Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Norma hukum pokok dan disebut pokok kaidah fundamental daripada negara itu dalam
hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat, dan tak berubah bagi negara yang
dibentuk. Dengan perkataan lain, dengan jalan hukum tidak dapat diubah. Fungsi dan kedudukan
Pancasila sebagai pokok kaidah yang fundamental.Hal ini penting sekali karena UUD harus
bersumber dan berada di bawah pokok kaidah negara yang fundamental itu.
Sebagai dasar negara Pancasila dipergunakan untuk mengatur seluruh tatanan kehidupan
bangsa dan negara Indonesia, artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem
ketatanegaraan Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI) harus berdasarkan Pancasila.Hal ini
berarti juga bahwa semua peraturan yang berlaku di negara Republik Indonesia harus
bersumberkan kepada Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara, artinya Pancasila dijadikan sebagai dasar untuk mengatur
penyelenggaraan pemerintahan negara.Pancasila menurut Ketetapan MPR
No.III/MPR/2000 merupakan "sumber hukum dasar nasional".
Dalam kedudukannya sebagai dasar negara maka Pancasila berfungsi sebagai

1. sumber dari segala sumber hokum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian
Pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia;
2. suasana kebatinan (geistlichenhinterground) dari UUD;
3. cita-cita hukum bagi hukum dasar negara;
4. norma-norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
lain-lain penyelenggara negara memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur;
5. sumber semangat bagi UUD 1945, penyelenggara negara, pelaksana pemerintahan. MPR
dengan Ketetapan No. XVIIV MPR/1998 telah mengembalikan kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara RI.

C. GENERASI MUDA DAN PANCASILA


Pemahaman tentang Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 di kalangan
generasi muda, dinilai sudah kurang. Banyak anak muda yang tidak memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945.
Seperti apa Pancasila dipahami kalangan muda? Tentu sulit menjawabnya, atau setidaknya
butuh semacam survei untuk menjelaskannya.Tapi, berinteraksi dengan puluhan anak SMA di
Garut dan Bandung untuk membincangkan Pancasila beberapa waktu lalu, setidaknya sedikit
menggambarkan bagaimana mereka memandang dasar negara kita ini.Melalui Pusaka Indonesia
(Pusat Kajian kebangsaan Indonesia), mereka terlibat dalam lomba pidato dan karya tulis seputar
Pancasila.
Ada beberapa catatan menarik dari kegiatan di Garut dan Bandung tersebut.Pertama,
ternyata mereka cukup antusias untuk diajak berbicara seputar Pancasila. Di Kota Bandung, siswa
SMA yang mendaftar sebagai peserta lomba bahkan melebihi target semula. Mereka ini bisa kita
sebut sebagai generasi yang tak mengalami masa indoktrinasi ideologi ala Orde Baru.Mereka tak
mengalami keharusan untuk mengikuti penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengalaman
Pancasila) saat masuk sekolah atau kuliah.Mereka juga tak berhadapan dengan ‘sakralisasi’
Pancasila dalam segala bidang.Anak-anak muda ini mengenal Pancasila semata dari para guru
melalui pelajaran Pendidikan Kewaarganegaraan (PKN) di sekolah, berbeda dengan generasi
sebelumnya yang mendapatkan Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
Jadi, mereka membincangkan Pancasila bukan karena tekanan, tetapi lebih karena
kesadaran. Menariknya lagi, dalam materi pidato dan karya tulis mereka, sebagian besar
menyiratkan kerindauan akan Pancasila, terlebih ketika dihadapkan pada berbagai persoalan
kebangsaan saat ini. Munculnya persoalan-persoalan seperti kekerasan, terorisme, korupsi,
ketidakadilan hukum, kemiskinan, salah satu penyebabnya – menurut mereka – adalah karena
jauhnya kita dari nilai-nilai Pancasila.Mareka antusias pada Pancasila, karena mereka rindu pada
nilai-nilai kebangsaan yang bisa menjadi jiwa pengikat kita sebagai sebuah bangsa. Pengikat
ideologis inilah yang akan menjadi kekuatan kita untuk berhadapan dengan tantangan-tantangan
kontemporer.
Kedua, ketika merindukan dan membanggakan Pancasila, mereka juga
menyimpan kegalauan.Mereka yakin Pancasila itu final. Tetapi seperti apa nilai-nilai Pancasila itu
dalam kehidupan nyata, sungguh sulit didapatkan. Mereka mengaku sulit mendapatkan contoh dari
generasi tua tentang bagaimana Pancasila diamalkan.“Kita muak dengan perilaku elit pemimpin
kita.Mereka hanya sibuk berebut kekuasaan dan melupakan rakyat yang mayoritas masih hidup
dalam keprihatinan,” ujar salah seorang siswa dari Kota Bandung dalam diskusi Pancasila setelah
perlombaan berlangsung. Anak-anak SMA ini memahami secara normatif betapa indahnya
Pancasila, tetapi sulit menemukan keindahan itu secara praktis. Ada krisis keteladanan dalam
pengamalan Pancasila.
Ketiga, kegalauan anak-anak SMA ini bisa kita sebut sebagai kegalauan generasi muda
pasca reformasi. Ada dua faktor penting yang menjadi awal perubahan di era ini, yakni dinamika
politik lokal dan juga perkembangan teknologi global.Reformasi menandai demokratisasi di negeri
ini. Keterlibatan masyarakat dalam proses politik makin menemukan bentuknya, yang ditandai
dengan desentralisasi, otonomi, juga partisipasi langsung dalam pilkada, pileg dan juga pilpres.
Sayangnya, demokrasi yang berkembang lebih bercorak liberal dibanding bertipikal Demokrasi
Pancasila. Nilai-nila keluhuran Bangsa Timur makin kabur atas nama kesetaraan. Di satu sisi kita
senang, karena ada kebebasan. Tetapi di sisi lain juga gelisah, karena yang terjadi kemudian adalah
anomali. Demokrasi justru melahirkan paradoks-paradoks.“Harus kita akui, tren demokratisasi
lebih mengarah pada liberalisme. Nilai-nilai Pancasila makin terancam,” tandas Adiyana Slamet,
seorang pengajar Pancasila sebuah PTS di Bandung dalam diskusi yang sama. Sementara
perkembangan teknologi global, yakni semakin dominannya pengaruh internet, membuat
globalisasi kian nyata.Dunia makin tak berbatas (borderless), sehingga pertemuan berbagai
budaya tak terelakkan.Di sinilah, Pancasila mendapat tantangannya.Apakah Pancasila makin
terancam dengan serbuan budaya global itu?Atau justru Pancasila merupakan modal yang tepat
bagi bangsa ini untuk berdialog dengan budaya global dengan penuh kebanggaan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, tampaknya lebih valid jika kita mintakan pendapat para
aktifis di dunia maya (netizen).Kebetulan, bersamaan dengan lomba pidato dan karya tulis itu,
Pusaka Indonesia juga menggelar kompetisi blog dan Twitter seputar Pancasila. Setidaknya ada
tiga kecenderungan peserta lomba blog dalam menerjemahkan tema ‘Pancasila dan globalisasi’,
yakni mereka yang meyakini Pancasila sebagai solusi, mereka yang menekanakan globalisasi
sebagai tantangan bagi Pancasila, dan mereka yang mencoba menafsirkan secara aktual dan
kontekstual pasal-pasal dalam Pancasila. Menariknya, mayoritas peserta memiliki keyakinan
bahwa Pancasila merupakan solusi persoalan-persoalan bangsa.Bahwa keterhubungan global pada
akhirnya adalah realitas tak terelakkan dengan segala konsekuensinya. Nilai-nila lokal, mau tak
mau, akan berhadapan dengan serbuan nilai global melalui berbagai jalan, terutama budaya
populer. Pancasila, kemudian, akan menjadi modal kita yang berharga untuk menghadapi itu
semua.
Pancasila merupakan ideologi terbuka.Penafsiran atasnya bukan monopoli generasi muda.
Karena, nilai-nilai Pancasila pada dasarnya ada dalam diri kita, berapapun usia kita. Seperti kata
Roch Basuki dalam Kompas (4/4/2013), bahwa sebenarnya Pancasila ada dalam diri kita semua,
rakyat Indonesia.Nilai-nilai luhur itu berada di alam bawah sadar kita.Persoalannya, seberapa
mampu kita menggali dan membangkitannya dalam kehidupan nyata.
Di dalam pemberitaan Harian Republika, yaitu tentang Kontestasi Abang dan None
(Abnon) Jakarta Barat yang ternyata banyak yang gugur di babak awal karena tidak
hapal Pancasila.
Berdasarkan laporan Harian Republika ternyata dari sebanyak 203 peserta, 50 persen lebih
gagal untuk memasuki babak berikutnya disebabkan mereka tidak hapal Pancasila. Di dalam
pemilihan Abnon Jakarta Barat dan juga di wilayah Jakarta lainnya, memang dipersyaratkan untuk
hapal Pancasila dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Realitas empiris ini tentu sangat memprihatinkan sebab seharusnya para generasi muda
kita adalah sosok manusia Indonesia yang ke depan akan menjadi pembela dan pelestari pancasila
sebagai dasar dan filsafat bangsa Indonesia.
Hal ini tentu membuat kegalauan orang tua, sebab bagi masyarakat Indonesia, terutama
generasi tua, maka hafal pancasila adalah bagian dari cara kita untuk menjadi bagian dari bangsa
Indonesia. Sementara itu, anak-anak muda yang sesungguhnya sudah memperoleh pendidikan
yang terkait dengan Pancasila ternyata justru tidak hafap Pancasila. Barangkali mereka lebih hafal
berita-berita gossip dan lagu-lagu yang ditayangkan di televise dari pada dasar Negara.
Memang harus diakui bahwa kesadaran untuk mengembalikan Pancasila sebagai wahana
perbincangan baru terjadi di akhir tahun 2010. Sebelumnya, selama hamper 10 tahun gairah untuk
membicarakan pancasila nyaris tidak ada. Jika ada orang yang membicarakan Pancasila, maka
dianggap akan mengembalikan Orde Baru. Memang sungguh sial nasib Pancasila pasca
reformasi.Sebagai akibat kelalaian Orde Baru di dalam melakukan tindakan KKN dan sebagainya,
maka Pancasila pun ikut dimusuhi.
Barulah ketika banyak masalah tentang kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya
dengan banyaknya ideology lain yang ditawarkan dan memperoleh penganut setia, maka orang
kembali melirik Pancasila sebagai ideology bangsa. Makanya sekarang ini sedang terjadi adanya
keinginan besar untuk menjadi Pancsila sebagai living ideology.
Kita tidak perlu takut untuk dituduh akan mengembalikan Orde baru tentang pentingnya
pelestarian pancasila dan pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara berbasis nilai-nilai
Pancasila. Akan tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana nilai Pancasila yang tidak
bertentangan dengan agama tersebut dapat diimplementasikan secara benar dan sungguh-sungguh,
sehingga apa yang dilakukan adalah apa yang terdapat di dalam nilai Pancasila.
Hanya dengan cara ini, maka Pancasila akan kembali dihargai sebagai ideology Negara
dan bangsa yang memang memiliki relevansi dengan kehidupan riil di dalam masyarakat kita.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat didimpulkan bahwa saat ini pancasila mulai terlupakan oleh generasi muda di tengah arus
globalisasi. Dimana Pendidikan pancasila yang saat ini sangat dibutuhkan untuk membangun
kembali rasa cinta tanah air atau kepedulian terhadap tanah air. Apabila anak muda jaman
sekarang peduli, tahu arti dan makna pancasila sebagai dasar negara indonesia pasti indonesia
akan menjadi negara yang tertib damai sejahtera aman sentosa, tidak akan ada tindakan kriminal
ataupun melanggar aturan lalu lintas, tawuran dan demo anarkis. Dan perubahan harus dimulai
dari diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa. Makalah tentang Pancasila. Dapat dilihat pada


http://annisacamila.blogspot.co.id/2014/03/contoh-makalah-tentang-pancasila-dan.html.
Diakses pada pukul 1.32 AM WIB

Metta. Pentingnya Pancasila Bagi Generasi Muda .Dapat dilihat pada


http://pelitanusantarakasih.sch.id/home/oneArticle/51. Diakses pada pukul 1.34 AM
WIB

Lizsa Egeham. Pancasila, Generasi Muda, dan Media Sosial. Dapat dilihat pada :

https://www.liputan6.com/news/read/2973029/pancasila-generasi-muda-dan-media-
sosial. Diakses pada 1.37 AM WIB

Anonim.Nilai-Nilai Pancasila Pada Generasi Muda. Dapat dilihat pada :


http://sinergibangsa.org/nilai-nilai-pancasila-pada-generasi-muda/. Diakses pada pukul
1.39 AM WIB

Anonim.Peran Pancasila dalam Membentuk Generasi Muda.Dapat dilihat pada :


http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2012/09/peran-pancasila-dalam-membentuk.html.
Diakses pada pukul 1.41 AM WIB

Bagas.Makalah Lunturnya Ideologi Pancasila Di Kehidupan Generasi Muda.Dapat dilihat pada :

https://bagasardian.wordpress.com/2015/11/18/makalah-lunturnya-ideologi-pancasila-
di-kehidupan-generasi-muda/. Diakses pada pukul 1.44 AM WIB

Anda mungkin juga menyukai