Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 2 NOMOR 2, MARET 2015

TINJAUAN PUSTAKA

Sindrom Emboli Lemak (Fat Embolism Syndrome)

Achmad Fauzani N, *Pandit Sarosa, *Bhirowo Yudo P


Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM/
RSUP Dr. Sardjito
*Konsultan Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

PENDAHULUAN mencegah mortalitas dan mobiditas dari penyakit


Emboli lemak (Fat embolism) pada manusia ini.
dikenal pertama kali pada tahun 1861 oleh Zenker,
beliau mendapatkan droplet lemak pada paru A. Epidemiologi
pasien yang menderita thoracoabdominal crush Sevitt menyatakan bahwa “emboli lemak
injury. Walaupun pasien dengan multipel fraktur, paru adalah kondisi patologis tetapi bukan
ketika itu Zenker menduga bahwa lemak tersebut kondisi klinis” dan kebanyakan ahli mendukung
berasal dari laserasi perut. Dua belas tahun pendapat bahwa emboli lemak adalah sangat
kemudian, Von Bergmann mendiagnosis sindroma umum terjadi, namun insiden sindroma klinisnya
klinis emboli lemak (fat embolism syndrome, FES) sangat jarang. Emboli lemak didapatkan pada
pada pasien dengan fraktur femur, dan pada 1875, lebih dari 90% kasus multiple trauma. Pada studi
Czerny menginvestigasi hubungannya gejala autopsi 110 tentara selama perang Korea, emboli
cerebral yang terkadang terjadi pada pasien lemak paru didapatkan pada lebih 90%, namun
dengan emboli lemak. Sementara kebanyakan pada penemuan ini yang bermakna secara klinis
pasien dengan FES adalah korban trauma atau hanya 19%. Emboli lemak ditemukan pada 855 dari
yang telah menjalani operasi ortopedik1,2. 6250 korban kecelakaan dan berkontribusi pada
Sindrom emboli lemak (FES) adalah sindrom kematian lebih dari setengahnya1,3.
klinis yang merupakan manifestasisistemik Walaupun insiden pasti FES masih
dari emboli lemak di mikrosirkulasi. Lemak kontroversial, sebagian besar percaya bahwa
yang mengemboli dinding kapiler meyebabkan hanya dalam persentasi yang kecil pasien dengan
kerusakan jaringan dan menginduksi respon emboli lemak yang berkembang menjadi FES. Hal
inflamasi sistemik dan menyebabkan gejala di ini telah dilaporkan kurang dari 3,5% pasien dengan
paru, saraf, kulit, retina, dan ginjal2. Meskipun fraktur tulang panjang dan kurang dari 10% pasien
jarang kondisi yang berat seperti FES fulminan dengan bilateral atau multipel fraktur. Pasien
akut bisa sampai menyebabkan kematian jika tidak bedah ortopedik ekstremitas bawah, khususnya
ditatalaksana dengan baik1. arthroplasti sendi panggul, lutut dan nailing
Pemahaman mengenai FES selayaknya dimiliki intramedula dari rongga femur, merupakan pasien
oleh ahli anestesi yang bekerja di ruang lingkup dengan predisposisi FES kerena tekanan dari
perioperatif pasien trauma atau otropedik dan kanal intramedula dapat meningkat sampai 1000
juga kondisi penyakit kritis, sehingga penanganan mmHg. Christi menggunakan transesophageal
yang tepat terhadap pasien FES diharapkan bisa echocardiography intraoperatif untuk meneliti

61
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

110 pasien ortopedik yang menjalani berbagai didukung konsep C-reactive protein, merupakan
prosedur yang memerlukan pelebaran medula reaktan pada fase akut yang meningkat pada
didapatkan insidens emboli lemak dan koagulatif keadaan sakit dan cidera akut, merangsang
di intrakardiak mencapai 88% (97 dari 110 pasien) 1. aglutinasi calcium-dependent dari chylomicron,
FES juga sering terjadi pada kasus fraktur very low-density lipoprotein, dan liposome dari
tertutup dibanding fraktur terbuka, hal ini mungkin emulsi lamak netral, menghasilkan embolisasi.
disebabkan lepasnya isi sumsum tulang dan Teori toksik mengatakan bahwa pelepasan
tekanan hematom fraktur yang berhubungan katekolamin dan mediator inflamasi saat terjadinya
dengan fraktur terbuka. Predileksi FES terjadi cidera atau keadaan sakit menghasilkan mobilisasi
pada pasien usia dekade kedua dan ketiga, hal dari asam lemak bebas dari sumber lemak tubuh
ini mungkin menggambarkan tingginya insiden di sumsum tulang, jaringan lunak, dan serum yang
fraktur tulang panjang pada dekade tersebut. berkibat mengendap di paru-paru, otak, ginjal, dan
Gossling dan Pellegrini mendapatkan manifestasi kulit. Mekanisme ini tampaknya kurang mungkin
klinis dari FES 100 kali lebih sedikit pada anak karena Barie dan kawan-kawan menunjukkan
dibanding dewasa dengan trauma yang sama. bahwa asam lemak bebas terikat dengan albumin
Hal ini bisa dijelaskan bahwa pada sumsum tulang dan ditransportkan melalui pembuluh darah dan
anak memiliki kandungan lemak lebih sedikit dan saluran limfe dalam bentuk yang benign. Walaupun
sedikitnya jumlah liquid triolein. Beberapa bukti demikian dua mekanisme tersebut memainkan
didapatkan bahwa lemak palmitin dan stearin pada peranan terjadinya FES, namun masih menjadi
sumsum tulang anak tidak menyebabkan produk misteri mengapa pasien dengan cidera dan
emboli seperti olein yang ada pada sumsum tulang keadaan sakit yang sama berkembang menjadi
dewasa1. FES sementara pada pasien yang lain tidak1,2,4.

B. Patogenesis C. Patofisiologi
Sumber emboli lemak telah diinvestigasi Walaupun masih menjadi perdebatan
selama lebih dari 80 tahun. Dua teori telah mengenai asal dari lemak paru, kebanyakan
dikemukakan. Teori mekanik tampak lebih investigators menduga bahwa mekanisme
sesuai pada pasien ortopedik dan fraktur tulang patofisiologi mayor adalah obtruksi dari
panjang atau manipulsi menyebabkan tekanan mikrovaskular. Trombosit dan fibrin melekat pada
intramedular dan kerusakan sinusoid medulla. emboli yang terbentuk di plug obstruktif. Lipase
Droplet lemak dari sumsum tulang masuk melalui paru mungkin dihidrolisa dari lemak netral menjadi
pembuluh darah yang terbuka ke intravasasi asam lemak bebas yang toksik dan gliserol,
kemudian ditranspotkan ke pembuluh darah menyebabkan kerusakan endotelial, deaktifasi
paru lalu terdeposit dan terperangkap di dinding surfaktan, dan kebocoran kapiler. Ambilan dan
pembuluh darah hingga menyumbat kapiler yang degradasi trombosit dihasilkan dari pelepasan
kecil. Thromboplastin yang dilepaskan saat trauma serotonin dan berbagai leukotrin1,5. Kerusakan
ortopedik merangsang agregasi trombosit di atas parenkim paru melepaskan histamin dan mediator
permukaan yang abnormal (seperti gumpalan lainnya berkombinasi menyebabkan vasospasme
lemak) dan merangsang kaskade koagulasi, yang pembuluh darah paru, bronkospasme,dan semakin
menghasilkan pemanjangan waktu pembekuan buruknya kerusakan endotel pembuluh darah.
dan trombositopenia1,2,4. Kolaps alveolar, atelektasis kongesti, perburukan
Teori biokimia secara konvensional dibagi compliance, dan peningkatan shunt intrapulmonal
menjadi dua katagori: obstruktif dan toksik. yang menyebabkan hipoksemia refrakter dan
Mekanisme obstruktif didasarkan pada teori peningkatan usaha napas. Jika vasodilatasi
ketidakstabilan lipoprotein dan tendensi untuk kompensasi gagal terjadi, hipertensi pulmonal
bergabung menjadi macroglobules. Hal ini berkembang dan menunjukkan beratnnya pada

62
Sindrom Emboli Lemak (Fat Embolism Syndrome)

target organ yang terembolisasi1,5. kawan kawan, hal ini merupakan akibat langsung
Masih terdapat kontroversi mengenai dari pupura di cerebri dengan dekompensasi pusat
disfungsi cerebral. Pendapat yang mengatakan termoregulator. Auskultasi pada lapangan paru
bahwa gejala neurologis semata mata karena menunjukkan rales, ronkhi dan wheezing yang difus
efek sekunder dari arterial hipoksemia dan edema dan terkadang pleural friction rub juga terdengar.
cerebri yang diffus adalah tidak cukup valid. Studi Manifestasi neurologis yang lengkap dari FES
histologi pada autopsi pasien dengan gejala klinis berkembang setelah gejala klinis insufisiensi
cerebral emboli lemak menggambarkan infark respirasi timbul. Namun, tanda keterlibatan
kecil multipel dengan perdarahan perivaskular neurologik bisa timbul mendahului gejala
di ganglia bangsal, thalamus, batang otak, dan insufisiensi respirasi dan terkadang timbul sebagai
bagian dalam substansia alba dari hemisfer manifestasi tunggal dari FES1,6.
cerebral dan cerebellum, jelasnya keterlibatan Penurunan status mental sering timbul
injuri fokal iskemik. Meskipun masih kurangnya mengikuti tanda keterlibatan neurologik lanjut,
bukti klinis mengenai disfungsi renal, namun termasuk long track signs, postur dekortikasi
tidak ada organ yang terpengaruh lebih difus dan deserebrasi, dan kejang umum tonik klonik.
dibanding ginjal. Hal ini mungkin hasil dari filtrasi Oliguria tidak begitu umum terjadi, inkontinensia
glomerular, dimana konsentrat lemak menjadi urin bisa terjadi meskipun pada pasien yang terlihat
kecil, dan kepadatan volumenya menyebabkan sehat. Rash klasik selalu timbul di hari kedua atau
mikro infark. Lesi petchie di kulit juga menjadi hasil ketiga pada 30-60% pasien. Hal ini umumnya
dari mikroinfark dan berhubungan dengan distensi berupa petechie yang timbul di dada bagian atas,
kapiler dan fragilitas endotelial. Dengan demikian seluruh leher, dan lipatan aksila. Rush tersebut
disfungsi organ dari embolisasi lemak adalah sering berlalu dengan cepat dan mudah luput pada
hasil dari embolisasi korposkular lemak dengan pemeriksaan yang tidak teliti. Petechie di buccal
agregasi komponen sel darah yang mengganggu dan konjungtiva, merupakan karakteristik dari FES
aliran, pelepasan mediator, dan menyebabkan yang mudah diidentisifikasi dengan membalik bibir
kegagalan sirkulasi kapiler yang diikuti dengan bawah dan kelopak mata seperti pada gambar 11,5.
iskemik disekitar jaringan1,5.

D. Gambaran Klinis
FES fulminan akut, terjadi pada pasien dengan
mutipel trauma dan ditandai dengan insufisiensi
pernapasan, cor pulmonale, koma, dan kematian.
Sevitt mendapatkan 100 pasien dengan FES, 25
pasien gejala berkembang dalam 12 jam pertama
setelah cidera, 75 pasien menunjukkan gejala
dalam 36 jam, dan 85 pasien menunjukkan gejala
klinis FES yang jelas 48 setelahnya. Beberapa
karakteristik khusus dari emboli lemak bisa
membantu diagnosis dini. Gejala klinis insufiensi Gambar 1. Petechie Subkonjungtiva Pada Pasien
respirasi ada pada 75% pasien, dan lebih dari FES
90% terdapat arterial hipoksemia. Onsetnya
selalu mendadak, ditandai dengan sesak napas, Pemeriksaan funduskopi memperlihatkan lesi
gelisah, agitasi, dan disorientasi. Pasien mungkin pada lebih dari 50% pasien, secara umum tampak
agresif dan sulit untuk ditangani. Mereka sering sebagai eksudat, edematous patches, cotton-wool
hiperdinamik, takipneu, dan kadang sianotik. spots, petechial hemorrhages, dan intravascular
Demam selalu ditemukan, menurut Muller dan fat globules. Pasien dengan trauma tumpul thorax

63
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

dan emboli lemak bisa bermanisfestasi sama tidak dimasukan, padahal hipoksemia mungkin
tetapi dengan bentuk retinopati yang lebih berat mendahului gejala klinis pada awal FES. Kemudian
(Purtscher’s retinopathy)1. dia menjadikan dasar diagnosis pada perubahan
gas dan takipnu sebagai indikator yang lebih
E. Pemeriksaan Penunjang akurat. Kriteria scoring Schonfeld memasukan lesi
Pemeriksan laboratorium bisa mendukung kulit status mental, dan abnomalitas gas darah
diagnosis dari FES namun tidak patognomonik. seperti pada tabel 21,2.
Perdarahan alveolar dan hemolisis ringan
bisa menyebakan cepat turunnya konsentrasi Tabel 1. Kriteria Klinis Diagnosis Sindrom Emboli
hemoglobin. Trombosit dan fibrinogen seringkali Lemak (FES) 3.
turun dan pemeriksaan pembekuan tidak biasa
dilakukan, namun jarang menyebabkan gangguan
perdarahan. Fibrinogen sebagai reactan fase akut,
umumnya kembali meningkat setelah 3 atau 4 hari.
Nilai kalsium level juga menurun, tetapi serum
trigliserida, kolesterol, dan konsentrasi lipase tidak
berhubunngan dengan FES1,6.
Analisa gas darah arteri serial secara konsisten
menunjukan perburukan berupa hipoksemia
refrakter dan alkalemia respiratorik. EKG sering
menunjukkan sinus takikardia dan perubahan non
spesifik segmen ST- gelombang T. Tekanan jantung
kanan menyebabkan lipid melintasi dinding kapiler
menuju ke alveolus1.
Bulger dan kawan kawan melakukan ct-scan
pada 10 pasien, didapatkan ct-scan membantu
untuk excluding emboli paru tetapi tidak khusus
digunakan untuk diagnosis emboli lemak karena
secara umum partikelnya terlalu kecil untuk Tabel 2. Diagnosis FES Menggunakan Index
bisa dideteksi oleh ct scan. Gallardo dan kawan- Emboli Lemak1.
kawan menggambarkan ct scan thorax pada 5
pasien dengan klinis FES. Gambaran radiologis
yang berbeda dan termasuk opasitas alveolar,
ground-glass opacities, dan nodul kurang dari 1
cm dengan batas yang tidak jelas dan distribusi
centrilobular dan subpleural. Pola nodular pada CT
scan dianggap telah membantu dalam mendukung
diagnosis FES1,5.

F. Diagnosis
Karena tidak ada test yang spesifik untuk Tinjuan retrospektif pada 27 pasien oleh Bulger
diagnostik FES, kebanyakan masih bergantung dan kawan kawan menyarankan bahwa diagnosis
pada kriteria klinis klasik dari Gurd dan Wilson FES harus menjadi salah satu pengecualian.
seperti pada tabel 1. Lindeque dan kawan kawan Pada studinya, 96% pasien terdapat hipoksemia,
membantah kriteria Gurd dan Wilson adalah gambaran diagnosis mengarah pada cor pulmonale,
sangat tidak sensitf karena analisa gas darah dan abnormalitas konduksi jantung, termasuk

64
Sindrom Emboli Lemak (Fat Embolism Syndrome)

complete heart block telah dilaporkan1. Radiografi napas, dan beberapa studi lainnya menunjukkan
dada mungkin pada awalnya tidak menunjukkan analisis lemak dari sputum, urin, dan LCS adalah
kelainan namun seiring berkembangnya gejala, marker yang tidak sensitif dan tidak spesifik untuk
pada 50% pasien didapatkan infiltrat bilateral di FES. Akhir-akhir ini, Karagiorga menganalisis
interstisial dan alveolar yang progresif, digambar- protein dan kandungan lipid neutral (cholesterol
kan seperti “badai salju” dan lapangan paru yang dan esters) pada sampel BAL dari pasien
dependent, umumnya tersisa di daerah apeks1,2,5. dengan acute respiratory failure dan kontrol. Dia
Treugut dan kawan kawan meninjau mendapatkan nilai yang lebih tinggi sebagian
radiografi dada pada pasien trauma dan mencoba besar pada pasien dengan gagal napas akut karena
untuk mengidentifikasi indikator diagnostik sekunder dari FES dibanding gagal napas akut
berdasarkan morfologi radiografik, meskipun karena sebab lainnya1,2,6.
mereka menemukan gambaran radiografi yang Selama 10 tahun, laporan kasus penggunaan
sangat tidak spesifik. Infiltrat yang timbul dalam T1, T2 diffusion-weighted magnetic resonance
waktu hitungan jam dari kejadian mengarah pada imaging (MRI) sebagai alternatif lain dari ct
contusio atau aspirasi, sedangkan yang timbul scan untuk diagnosis emboli lemak cerebral,
setelah 24 jam lebih sesuai untuk FES atau ARDS. dan beberapa merasa kalau ini sekarang
Identifikasi droplet lemak dengan dengan sel merupakan prosedur pilihan. MRI bisa mendeteksi
yang pulih pada bronchial alveolar lavage (BAL) abnormalitas yang tidak terdeteksi dengan ct scan.
didukung oleh Chastre dan kawan-kawan sebagai Lesi spesifik termasuk area densitas rendah pada
alat yang cepat dan spesifik dalam menetapkan T1-weighted images dan area densitas tinggi pada
diagnosis FES. Sedangkan dua studi lainya, T2-weighted images dengan distribusi melibatkan
didapatkan bahwa pemeriksaan tersebut tidaklah subtansia alba, ganglia basal, korpus kalosum,
spesifik sehingga tidak direkomendasikan1,2. hemisfer cerebellar, area watershed seperti pada
Gitin dan kolega tidak bisa menghubungkan gambar 21,5.
jumlah lemak darah paru dengan beratnya gagal

Gambar 2. Potongan Axial T2W images setelah hari ketiga kejadian mengambarkan multipel fokal
hiperdense di (a) middle cerebellar penduncles, (b) thalamus, ganglia basal, kapsula interna dan eksterna
dan (c) periventricular substansia alba1.

65
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

G. Penatalaksanaan panjang. Kontrol nyeri yang cermat juga dapat


Pengobatan serta pencegahan FES berfokus mengurangi pelepasan ketekolamin endogen dan
pada kegagalan sistem organ. Oksigen harus menekan peningkatan FFA1,2.
diberikan lebih awal dengan sungkup, dan Beberapa manipulasi farmakologi telah
insufiensi paru yang berat bisa dinilai dari analisa dicoba dengan keberhasilan yang terbatas. Infus
gas darah. Walaupun beberapa mendukung untuk ethanol diusulkan satu kali karena kemampuannya
penggunaan continuous positive pressure dengan mengemulsi dan aktifitas serum lipase. Praktek ini
facemask dan non-invasive ventilation pada tahap didukung oleh observasi bahwa FES lebih jarang
berikutnya untuk mengembalikan pertukaran pada pasien dengan intoksikasi alkohol dibanding
gas, namun banyak pasien tidak kooperatif atau pasien yang tidak mabuk. Bagaimanapun, hal
penurunan kesadaran, membuat pendekatan ini itu terlihat tidak adanya hubungan antara level
kurang diminati1,5. alkohol darah dan level asam lemak bebas dan
Hipoksemia refrakter sering mengharuskan perkembangan FES1.
untuk intubasi dan memulai ventilasi mekanik Penggunaan heparin lebih awal didasarkan
dan positive end expiratory pressure (PEEP). pada kemampuannya untuk menstimulasi sirkulasi
Teknik ventilasi mekaniknya yaitu dengan lipoprotein lipase, menyebabkan penghancuran
menggabungkan pernapasan spontan yang emboli lamak netral. Praktek ini menjadi tidak
disuport dalam rangka meningkatkan kesesuian disukai karena komplikasi perdarahan yang sering
ventilasi perfusi, recuitmen alveolar, dan fungsi terjadi dan asam lemak bebas yang toksik pada
kardiak. Airway Pressure Release Ventilation parenkim paru1,2.
(APRV) telah dipakai pada beberapa senter dalam Aprotinin, suatu inhibitor protease,
penanganan pasien dengan FES. Studi pada hewan menurunkan agregasi trombosit serta pelepasan
percobaan mendukung untuk menjaga kecukupan serotonin, dan telah didukung oleh beberapa
volume intravaskular pada pasien dengan FES, cara yang dapat meningkatkan outcome. Pada
memperkuat observasi klinis bahwa gagal saat ini, bagaimanapun, tidak ada penelitian
napas yang berat secara langsung berhubungan yang dirancang dengan baik yang tersedia untuk
dengan derajat dan lamanya ketidakstabilan mendukung penggunaannya. Percobaan serupa
hemodinamik1,5. dengan glukosa hipertonik, larutan natrium
Resusitasi cairan yang agresif harus dimulai bikarbonat, dekstran berat molekul rendah, kolin,
sejak awal, dan monitoring hemodinamik invasif dan clofibrate juga telah mengecewakan1.
sering diperlukan untuk optimalisasi fungsi kardiak Kontroversi tetap mengenai penggunaan
dalam mencegah terjadinya volume overload. kortikosteroid. Pertama kali diperkenalkan pada
Fulminan FES dengan kegagalan kardiovaskular tahun 1966 oleh Ashbaugh dan Petty, praktek
bisa tangani dengan extracorporeal membrane ini mendapatkan popularitas yang cepat untuk
oxygenation1. pasien dengan risiko mengalami emboli lemak.
Satu studi meta-analisis terapi albumin Selanjutnya, berbagai penelitian secara acak
menunjukkan outcome yang lebih baik pada telah didapatkan hasil yang bertentangan dengan
pasien penyakit kritis dan beberapa menyarankan effikasi kortikosteroid pada FES. Mekanisme
menggunakan albumin untuk FES karena aksi tampaknya penghambatan reaksi inflamasi
kemampuannya mengikat oleic acid pada hewan yang terkait dengan sel darah putih dan agregasi
percobaan, dengan demikian menurunkan asam platelet, dan beberapa studi telah menunjukkan
lemak sebagai efek inflamasi pada terget organ. perbaikan oksigenasi dan menurunkan kadar FFA.
Goodman menunjukkan beberapa asam lemak Saat ini, masih belum pasti apakah benar atau
bebas (FFA) yang berikatan dengan molekul tidak kortikosteroid memiliki peran profilaksis atau
albumin, dan memperkirakan tiap gram albumin terapi dalam pengobatan FES1,2.
bisa mengikat sampai 110 mg asam lemak rantai

66
Sindrom Emboli Lemak (Fat Embolism Syndrome)

Tidak ada aspek penatalaksanaan yang atau bedah ortopedik, tetapi hanya sebagian kecil
lebih kontroversial dibanding waktu dan teknik yang berkembang menjadi sindrom klinis FES.
prosedur ortopedik. Fiksasi fraktur lebih awal telah Walaupun demikian kondisi yang berat seperti FES
didukung oleh beberapa penulis sebagai cara untuk fulminan akut yang bermanifestasi pada beberapa
mengurangi komplikasi paru yang berhubungan sistem organ seperti kegagalan pernapasan,
dengan trauma tulang panjang. Bone dan kawan disfungsi cerebral, dan terkadang gangguan fungsi
kawan membandingkan stabilisasi awal (kurang ginjal dapat terjadi dengan mortalitas sekitar
dari 24 jam) dengan yang lambat (lebih dari 48 5-15%.
jam) pada 178 pasien dengan fraktur femur dan Sampai saat ini diagnosis FES masih
didapatkan insiden komplikasi respirasi, termasuk mengandalkan kriteria klinis dari Gurd yang sudah
FES lebih besar pada pasien distabilisasi lambat1,6. ada sejak 40 tahun lalu, dan beberapa peneliti
Beberapa peneliti menentang konsep ini, lainnya mencoba mengembangkan scoring untuk
mereka menyatakan bahwa rodding intramedullar diagnosis klinis FES. Perkembangan teknologi
lebih awal dapat memperburuk kondisi gagal diagnostik imaging dan laboratorium dapat
napas. Bulger dan kawan-kawan mendapatkan membantu diagnostik FES namun belum ada yang
tidak adanya perbedaan insiden FES pada pasien cukup spesifik untuk FES.
yang dilakukan fiksasi dalam 24 jam dibanding Tatalaksana FES berfokus pada suportif
dengan yang dilakukan operasi labih lambat. kegagalan fungsi organ, seperti oksigenasi dan
Meskipun terdapat laporan yang bertentangan, ventilasi yang adekwat sesuai beratnya gangguan
kebanyakan ahli bedah ortopedik setuju bahwa respirasi dan optimalisasi hemodinamik dangan
FES dihindari dengan minimalisasi luasnya kecukupan cairan intravaskular. Beberapa
hipertensi intramedullar ketika menyiapkan kanal obat juga telah diuji untuk terapi FES namun
femur selama cementing alat prostetik dan selama belum adayang menunjukkan hasil yang cukup
nailing intramedullar1,6. memuaskan. Stabilisasi dini dari fraktur dan dan
minimal manipulasi intramedullar tulang dipercaya
H. Prognosis dapat menurunkan risiko terjadinya sindrom ini.
Meskipun pengetahuan kita tentang
patofisiologi meningkat dan kemajuan dalam DAFTAR PUSTAKA
mendukung sistem organ, mortalitas terkait 1. O’Donnell JM. Fat Embolism Syndrome. In:
dengan FES masih antara 5 dan 15%. Sementara O’Donnell JM, Nácul FE, editors, Surgical
kebanyakan pasien meninggal karena kegagalan Intensive Care Medicine, 2nd ed. New York:
pernapasan dan hubungannya dengan cidera, Springer Science + Business Media, 2011. P.
morbiditas jangka panjang berkorelasi dengan 277-284
defek neurologis sebagai akibat dari FES 2. Kwiatt ME, Seamon MJ. Fat embolism
fulminan akut umumnya terlihat pada pasien syndrome.Int J Crit Illn Inj Sci 2013;3:64-68
trauma. Disfungsi kognitif persisten telah 3. TalbotM, SchemitschEH. Fat embolism
didokumentasikan dan kecurigaan gangguan syndrome:history, definition, epidemiology.
intelektual selama pemulihan harus segera Int J Care Injured 2006; 37S: S3—S7
dilakukan test neuropsikologi. Rehabilitasi kognitif 4. Horlocker TT, Wedel DJ. Anesthesia for
memperbaiki kehilangan memori, sulit konsentrasi, Orthopaedic Surgery. In: Barash PG, Cullen,
pengambilan keputusan, dan kualitas hidup secara Bruce F, Stoelting RK, Cahalan MK, Stock M,
umum1,2,5. editors,Clinical Anesthesia,6th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2009. P.1388-
SIMPULAN 1389.
Emboli lemak merupakan kondisi patologik 5. Ji J, Mitchell AL,Fontneau NM.Miscellaneous
yang biasa terjadi pada pasien multipel trauma Neurologic Problems in the Intensive Care

67
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

Unit. In: Irwin RS, Rippe JM, editors, Irwin 6. Mariano ER. Anesthesia for Orthopedic
and Rippe’s Intensive Care Medicine, 7thed. Surgery. In: Butterworth JF, Mackey DC,
Massachusetts: Lippincott Williams & Wilkins, Wasnick JD, editors, Morgan & Mikhail’s Clinical
2011. P. 1816-1817 Anesthesiology, 5thed. New York:McGraw-Hill
Education, 2013. P. 789-803

68

Anda mungkin juga menyukai