Bergantung pada lama perjalanan dari Timur-ke-Barat dan sensitivitas individu, tipe jet lag
biasanya hilang spontan dalam 2 hingga 7 hari; tidak ada terapi spesifik yang diperlukan.
Beberapa orang merasa bahwa mereka dapat mencegah gejala ini dengan mengubah waktu
makan dan waktu tidur dengan arah yang tepat sebelum bepergian. Orang lain merasakan
bahwa gejala jet lag (lelah dan lain lain) sebenarnya berkaitan dengan kurangnya tidur dan
bahwa dengan tidur yang cukup akan membantu. Melatonin yang dikonsumsi secara oral
sesuai waktu yang diresepkan berguna untuk beberapa orang.
TAK TERGOLONGKAN
Sindrom Memajukan Fase Tidur
Sindrom memajukan fase tidur ditandai dengan onset tidur dan waktu bangun yang lebih
awal dari yang diinginkan, jumlah jam setiap hari sebenarnya sama saja, tidak ada laporan
mengenai kesulitan untuk mempertahankan tidur begitu tidur dimulai, dan ketidakmampuan
menunda fase tidur dengan mendorong waktu tidur dan bangun seperti biasanya. Tidak
seperti tipe fase tidur tertunda, keadaan ini tidak mengganggu pekerjaan atau hari-hari
sekolah. Keluhan utamanya adalah ketidakmampuan untuk tetap terjaga di sore hari dan tidur
di pagi hari sampai waktu biasa yang diinginkan.
MIOKLONUS NOKTURNAL
Mioklonus nokturnal terdiri atas kontraksi mendadak yang sangat stereotipik pada otot-
otot tungkai saat tidur. Pasien secara subjektif tidak menyadari kedutan tungkai tersebut.
Keadaan ini dapat terjadi pada kira-kira 40 persen orang yang berusia di atas 65 tahun.
Gerakan tungkai berulang ini terjadi setiap 20 hingga 60 detik dengan ekstensi ibu jari
kaki dan fleksi mata kaki, lutut, dan pinggul. Sering bangun, tidur yang tidak menyegarkan,
dan rasa mengantuk di siang hari adalah gejala utama. Tidak ada terapi untuk mioklonus
nokturnal yang secara universal efektif. Terapi yang mungkin berguna mencakup
benzodiazepine, levodopa (Larodopa), quinine, dan pada kasus yang jarang, opioid.
Tabel 21.2-6
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Disomnia yang Tidak Tergolongkan
Kategori disomnia yang tidak tergolongkan adalah untuk insomnia, hipersomnia, atau
gangguan irama sirkadian yang tidak memenuhi kriteria disomnia spesifik apapun. Contoh-
contohnya mencakup:
1. Keluhan insomnia atau hipersomnia yang secara klinis bermakna dan disebabkan oleh
faktor lingkungan (cth., bising, cahaya, seringnya gangguan)
2. Rasa mengantuk berlebihan yang disebabkan oleh kurang tidur yang terus menerus
3. “(restless legs syndrome)”
4. Gerakan ekstremitas periodik
5. Situasi saat klinisi telah menyimpulkan disomnia ada tetapi tidak dapat menentukan
apakah primer, akibat keadaan medis umum, atau dicetuskan zat
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association; copyright
2000, dengan izin
SINDROM KLEINE-LEVIN
Sindrom Kleine-Levin adalah keadaan yang relatif jarang dan terdiri atas episode
berulang tidur yang lama (pasien dapat dibangunkan) dengan menyelingi periode tidur
normal dan bangun. Selama episode hipersomnia, periode bangun biasanya ditandai dengan
penarikan diri dari kontak sosial dan berusaha kembali ke tempat tidur secepat mungkin;
pasien juga dapat menunjukkan apati, iritabilitas, kebingungan, makan dengan rakus,
kehilangan inhibisi seksual, waham, halusinasi, disorientasi yang jelas, hendaya daya ingat,
pembicaraan inkoheren, eksitasi atau depresi, dan sikap galak. Demam yang tidak dapat
dijelaskan terjadi pada sejumlah kecil pasien.
Sindrom Kleine-Levin jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dengan ciri yang
mengesankan diagnosis ini telah dilaporkan. Pada sebagian besar kasus, beberapa periode
hipersomnia, masing-masing berlangsung selama satu atau beberapa minggu, dialami oleh
pasien selama satu tahun. Dengan beberapa pengecualian, serangan pertama terjadi antara
usia 10 dan 21 tahun. Telah dilaporkan kejadian yang jarang dengan onset pada dekade
keempat dan kelima kehidupan. Sindrom ini tampak hampir selalu sembuh sendiri, dan remisi
penuh terjadi spontan sebelum usia 40 tahun pada kasus dengan onset dini.
Tabel 21.2-7
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Mimpi Buruk
A. Bangun berulang dari periode tidur utama atau tidur siang, dengan ingatan yang rinci
mengenai mimpi yang lama dan sangat menakutkan, biasanya melibatkan ancaman
terhadap kelangsungan hidup, keamanan atau harga diri. Bangun biasanya terjadi
selama paruh kedua periode tidur.
B. Saat bangun dari mimpi yang menakutkan, orang tersebut dengan cepat memiliki
orientasi dan kesiagaan (berlawanan dengan kebingungan dan disorientasi yang
ditemukan pada teror tidur dan beberapa bentuk epilepsi)
C. Pengalaman mimpi atau gangguan terjadi akibat bangun, menyebabkan penderitaan
yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi
penting lain
D. Mimpi buruk tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain (cth., delirium,
gangguan stres pascatrauma) dan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat
(cth., penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association; copyright
2000, dengan izin.
PARASOMNIA
Gangguan Mimpi Buruk
Mimpi buruk adalah mimpi yang lama dan menakutkan yang membuat orang terbangun
dengan rasa ketakutan (Tabel 21.2-7). Seperti mimpi lain, mimpi buruk hampir selalu terjadi
selama tidur REM dan biasanya setelah periode REM yang panjang di akhir malam.
Beberapa orang sering mengalami mimpi buruk sebagai keadaan yang berlangsung seumur
hidup; yang lainnya mengalami mimpi buruk terutama saat stres dan sakit. Kira-kira 50
persen populasi dewasa mungkin melaporkan mimpi buruk sewaktu-waktu. Biasanya tidak
ada terapi spesifik yang diperlukan untuk gangguan mimpi buruk. Agen yang menekan tidur
REM, seperti obat trisiklik, dapat mengurangi frekuensi mimpi buruk, dan benzodiazepine
juga telah digunakan. Berlawanan dengan keyakinan popular, tidak ada akibat yang
membahayakan dan membangunkan orang yang sedang mengalami mimpi buruk.
Tabel 21.2-8
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Teror Tidur
A. Episode berulang bangun tidur secara tiba-tiba, biasanya terjadi pada sepertiga
pertama episode tidur utama dari dimulai dengan teriakan panik
B. Rasa takut yang hebat serta tanda adanya bangkitan otonom, seperti takikardia,
pernapasan cepat, dan berkeringat selama episode ini
C. Relatif tidak responsif terhadap upaya orang lain untuk menenangkan pasien selama
episode ini
D. Tidak ingat mimpi dengan rinci dan terdapat amnesia untuk episode ini
E. Episode ini menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya
fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
F. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth.,
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association; copyright
2000, dengan izin
Meskipun terkait erat dengan berjalan sambil tidur dan kadang-kadang terkait enuresis,
teror malam berbeda dengan mimpi buruk. Teror malam hanya disebabkan bangun dalam
keadaan terteror. Pasien umumnya tidak dapat mengingat mimpi tetapi kadang-kadang dapat
mengingat kembali satu gambaran yang menakutkan.
Terapi spesifik untuk gangguan teror malam jarang diperlukan. Pemeriksaan situasi
keluarga yang menimbulkan stres mungkin penting, dan terapi individual serta keluarga
kadang-kadang berguna. Pada kasus yang jarang, jika diperlukan obat, diazepam (Valium)
dengan dosis kecil pada waktu tidur memperbaiki keadaan dan kadang-kadang benar-benar
menghilangkan serangan.
Tabel 21.2-9
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Berjalan di dalam Tidur
A. Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat sedang tidur dan berjalan berkeliling,
bisanya terjadi pada sepertiga pertama episode tidur utama
B. Selama berjalan didalam tidur, orang tersebut memiliki wajah yang kosong, dan
menetap, relatif tidak responsif terhadap upaya orang lain untuk berbicara dengan
mereka dan sangat sulit untuk dibangunkan
C. Saat bangun (baik dari episode berjalan didalam tidur maupun pada keesokan harinya)
orang ini akan mengalami amnesia tentang episode tersebut
D. Dalam beberapa menit setelah bangun dari episode berjalan diidalam tidur, tidak ada
aktifitas atau perilaku mental yang terganggu (meskipun pada awalnya bisa terdapat
episode singkat bingung dan disorientasi)
E. Berjalan didalam tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
F. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh:
penyalahgunaan zat, atau obat) atau keadaan medis umum
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association; copyright
2000, dengan izin
Berjalan sambil tidur biasanya dimulai antara usia 4 dan 8 tahun. Prevalensi puncaknya
kira-kira pada usia 12 tahun. Gangguan ini lebih lazim pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan, dan kira-kira 15 persen anak kadang-kadang mengalami episode ini. Gangguan
ini cenderung menurun di dalam keluarga. Kelainan neurologis ringan mungkin mendasari
keadaan ini; episode ini sebaiknya tidak murni dianggap psikogenik, meskipun periode yang
menyebabkan stres dikaitkan dengan peningkatan episode berjalan di dalam tidur pada orang
yang mengalami. Kelelahan berat atau kurang tidur sebelumnya memperburuk serangan.
Gangguan ini kadang-kadang berbahaya karena mungkin terjadi cedera kecelakaan. Terapi
terdiri atas upaya mencegah cedera dan obat yang menekan tidur tahap 3 dan 4. Pelaku
berjalan sambil tidur ini dapat dibangunkan selama episode tanpa ada pengaruh buruk.
BRUKSISME TERKAIT-TIDUR
Bruksisme, atau menggertakkan gigi, dapat terjadi saat bangun maupun saat tidur dan
masing-masing memiliki faktor penyebab yang berbeda3. Pada bruksisme terkait-tidur, hal ini
terjadi sepanjang malam, paling menonjol pada tahap 2. Menurut dokter gigi, 5 hingga 10
persen populasi mengalami bruksisme yang cukup berat untuk menimbulkan kerusakan yang
jelas pada gigi. Keadaan ini sering tidak diperhatikan oleh yang mengalami, kecuali rasa sakit
di rahang pada pagi hari, tetapi teman tidur atau teman sekamar terus-menerus terbangun
akibat bunyi tersebut. Terapi mencakup prosedur pemasangan dental bite plate dan ortodentik
korektif.
PARALISIS TIDUR
Paralisis tidur familial ditandai dengan ketidakmampuan mendadak untuk melakukan gerakan
volunter, baik tepat pada onset tidur atau saat terbangun di malam atau pagi hari.
Tabel 21.2-11
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Insomnia akibat Gangguan Jiwa Lain
A. Keluhan yang dominan adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau
tidur yang tidak menyegarkan, untuk sedikitnya 1 bulan, yang disertai kelelahan di
siang hari atau gangguan fungsi di siang hari
B. Gangguan tidur (atau gejala sisa di siang hari) menyebabkan penderitaan yang secara
klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
C. Insomnia dianggap terkait dengan gangguan aksis I atau II lain (cth., gangguan
depresif berat, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan penyesuaian ansietas) tetapi
cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis tersendiri
D. Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan tidur lain (cth., narkolepsi,
gangguan tidur terkait pernapasan, parasomnia)
E. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth.,
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association; copyright
2000, dengan izin
Tabel 21.2-12
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Hipersomnia akibat Gangguan Jiwa Lain
A. Keluhan yang dominan adalah rasa mengantuk yang berlebihan setidaknya 1 bulan
seperti adanya episode tidur lama atau episode tidur siang yang terjadi hampir setiap
hari
B. Rasa mengantuk yang berlebihan menyebabkan penderitaan yang secara klinis
bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain
C. Hipersomnia dianggap terkait dengan gangguan Aksis I atau II lain (cth., gangguan
depresif berat, gangguan distimik) tetapi cukup berat sehingga memerlukan perhatian
klinis tersendiri
D. Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan tidur lain (cth., narkolepsi,
gangguan tidur terkait pernapasan, parasomnia) atau kurang tidur
E. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth.,
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association; copyright
2000, dengan izin
Tabel 21.2-13
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Tidur Akibat Keadaan Medis Umum
A. Gangguan tidur menonjol yang cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis
tersendiri
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa
gangguan tidur merupakan akibat fisiologis langsung suatu keadaan medis umum
C. Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan jiwa lain (cth: gangguan
penyesuaian yang stresornya adalah penyakit medis serius)
D. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama onset delirium
E. Gangguan ini tidak memenuhi kriteria gangguan tidur terkait pernapasan atau
narkolepsi
F. Gangguan tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya
fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
Tentukan tipenya:
Tipe insomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah insomnia.
Tipe hipersomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah hipersomnia.
Tipe parasomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah parasomnia.
Tipe campuran: jika terdapat lebih dari satu gangguan tidur dan tidak ada yang
dominan.
Catatan kode: masukkan nama keadaan medis umum pada aksis i. Cth: gangguan medis
akibat penyakit paru obstruktif tipe insomnia; juga beri kode keadaan medis umum pada aksis
III
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association; copyright
2000, dengan izin
Tabel 21.2-14
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Tidur yang Dicetuskan Zat
A. Gangguan tidur yang menonjol dan cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis
tersendiri
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium baik (1)
atau (2):
1) Gejala pada kriteria a terjadi selama, atau dalam sebulan sejak, intoksikasi
atau putus zat.
2) Penggunaan obat secara etiologis terkait dengan gangguan tidur
C. Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan tidur yang bukan dicetuskan
zat. Bukti bahwa gejala sebaiknya disebabkan oleh gangguan tidur yang bukan
dicetuskan zat dapat mencakup hal berikut: gejala mendahului onset penggunaan zat
(atau penggunaan obat), gejala berlangsung untuk suatu periode waktu tertentu (cth:
sekitar satu bulan) setelah penghentian dari putus zat akut atau intoksikasi berat atau
sangat berlebihan jika mengingat jenis atau jumlah zat yang digunakan. Atau durasi
penggunaannya; atau terdapat bukti lain yang mengesankan adanya gangguan tidur
yang dicetuskan oleh bukan zat tersendiri (cth: riwayat episode yang terkait dengan
bukan zat)
D. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan delirium
E. Gangguan tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya
fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
Catatan: diagnosis harus ditegakkan selain diagnosis intoksikasi atau putus zat hanya jika
gejala tidur berlebihan dengan gejala yang biasanya dikaitkan dengan sindrom intoksikasi
atau putus zat dan jika gejala cukup berat sehingga membutuhkan perhatian klinis
tersendiri.
Kode gangguan tidur yang dicetuskan oleh zat-(sebutkan zatnya)
Alkohol, amfetamin, kafein, kokain, opioid, sedatif, hipnotik, atau ansiolitik, zat
lainnya (atau tidak diketahui)
Tentukan tipenya:
Tipe insomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah insomnia.
Tipe hipersomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah hipersomnia.
Tipe parasomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah parasomnia.
Tipe campuran: jika terdapat lebih dari satu gangguan tidur dan tidak ada yang
dominan.
Tentukan jika:
Dengan onset saat intoksikasi: jika kriteria terpenuhi untuk intoksikasi dengan zat dan
gejala timbul selama sindrom intoksikasi.
Dengan onset saat putus zat: jika kriteria terpenuhi untuk intoksikasi untuk putus zat
dan gejala timbul selama, atau segera setelah sindrom putus zat
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association; copyright
2000, dengan izin
1. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC. 2010
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 1995
3. Prasad, Krishna et. al. A Review of Current Concepts in Bruxism – Diagnosis and
Management. Diunduh dari: www.nitte.edu.in/journal/December 2014/131.pdf
tanggal 7 Desember 2016.