Pertama-tama saya ucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan referat dan laporan kasus yang berjudul “Sirosis
Hepatik”. Penyusunan referat ini untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di SMF Ilmu
Penyakit Dalam RSUD Sidoarjo.
Pada kesempatan ini pula saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dr.
Dita Taurini,Sp.PD.Finasim. yang selama ini telah meluangkan waktu untuk membimbing
dan membantu dalam menyelesaikan referat ini.
Harapan saya semoga referat ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi dokter
muda yang sedang menjalani kepaniteraan klinik untuk memperlancar studinya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Judul ............................................................................................................................ i
BAB I ` PENDAHULUAN
A. Definisi .......................................................................................... 11
C. Etiologi .......................................................................................... 13
D. Klasifikasi stadium........................................................................ 13
E. Patofisiologi .................................................................................. 15
H. Komplikasi .................................................................................... 22
I. Penatalaksanaan................. ........................................................... 22
J. Prognosis................. ...................................................................... 25
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................. 26
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hati kronis yang ditandai dengan hilangnya arsitektur lobular hepatik normal dengan
nodul-nodul. Penyakit ini mempunyai periode laten yang panjang, biasanya diikuti
ikterus secara mendadak. Pada stadium lanjut, asites, ikterus, hipertensi portal, dan
gangguan sistem saraf pusat, yang dapat berakhir dengan koma hepatik, menjadi
Sirosis hepatis secara klinis dibagi menjadi sirosis hepatis kompensata yang
berarti belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hepatis dekompensata yang
ditandia gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata merupakan
kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaan
secara klinis. Hal ini hanya dapat dibedakan melalui pemeriksaan biopsi hati (Sutadi
Sri, 2003).
yang ke-9 di AS, dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh kematian di AS.
Banyak pasien yang meninggal pada decade ke-4 atau ke-5 kehidupan mereka akibat
penyakit ini. Setiap tahun ada tambahan 2000 kematian yang disebabkan karena gagal
Belum ada data resmi secara nasional tentang sirosis hati di Indonesia. Namun
dari beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia berdasar diagnosis
klinik saja, dapat dilihat bahwa prevalensi sirosis hati yang dirawat di bangsal
3
penyakit dalam umumnya berkisar antara 3.6-8,4% di Jawa dan Sumatra, sedang di
sirosis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang di rawat di Bangsal Penyakit Dalam, atau
rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat disini. Perbandingan
pria dan wanita rata-rata adalah 2,1 : 1, dan usia rata-rata 44 tahun. Rentang usia 15-
4
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. K
2. Usia : 53 tahun
3. Alamat : Sidoarjo
4. Pekerjaan : Wiraswata
5. Agama : Islam
6. Suku : Jawa
7. Pendidikan : SMA
B. Anamnesa
Pasien laki-laki berumur 53 tahun datang ke IGD RSUD Sidoarjo pada tanggal
1 Juni 2018 dengan keluhan perut membesar dan nyeri pada perutnya sejak 1
bulan yang lalu dan dirasakan semakin hari semakin membesar . Sebelum masuk
rumah sakit pasien mengatakan bahwa pasien sempat demam selama 2 hari dan
mengalami buang air besar berwarna hitam seperti petis, dan buang air kecil
perut selalu terasa sebah walaupun hanya makan sedikit. Sesak disangkal, mual
5
a. Diabetes Mellitus (+), Hipertensi (-), Jantung (-)
c. Asma (-)
d. Stroke (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini.
5. Riwayat Pengobatan :
(Glimepiride 2mg)
b. Masuk rumah sakit pada tahun 2011 yang disebabkan karena BAB hitam
6. Riwayat kebiasaan :
d. Jarang olahraga
C. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
c. GCS : 456
6
5. Kepala / Leher
a. Bentuk : Simetris
i. Trakea : Di tengah
6. Thorax
ronki (-/-)
7. Jantung
8. Abdomen
naevi (+)
7
b. Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
10. Ekstremitas
a. Superior : Akral hangat kering merah +/+, Palmar eritema(+), edema -/-
b. Inferior : Akral hangat kering merah +/+, edema +/+ (pretibial dan
dorsum pedis)
D. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium Serial
Cl 94 96 - - 97 – 111 mmol/I
8
GD2JPP - 477 147 - <= 140 mg/dL
Bilirubin -
- 0,11 2,90 <= 0,30 mg/dl
Direct
Bilirubin -
- 0,30 4,34 <= 1,20 mg/dl
Total
K-PPT / -
- - 30,6 26,4 – 37,5 Detik
APTT
Control -
- - 32,4 27,7 – 37,5 Detik
KPPT/APTT
E. Diagnosa
F. Planning
Tx :
9
Inj. Cefoperazone Sulbactan 2x1
G. Monitoring
- Keluhan pasien
- Tanda-tanda vital
H. Edukasi
- Tirah baring
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sirosis merupakan konsekuensi dari penyakit hati kronis yang ditandai dengan
penggantian jaringan hati oleh fibrosis, jaringan parut dan nodul regeneratif (benjolan
yang terjadi sebagai hasil dari sebuah proses regenerasi jaringan yang rusak) akibat
(Nurdjanah, 2005). Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal
dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan
B. Anatomi Hati
total berat badan atau sekitar 1,5 kg pada orang dewasa. Hati merupakan organ plastis
lunak dan tercetak oleh struktur disekitarnya. Permukaan superior berbentuk cembung
dan terletak dibawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah
hati berbentuk cekung dan merupakan atap ginjal kanan, lambung, pankreas, dan
usus. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi
segmen anterior dan posterior oleh fissura segmentalis yang tidak terlihat dari luar.
Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiforme yang
dapat dilihat dari luar. Ligamentum falsiforme berjalan dari hati ke diafragma dan
dinding depan abdomen. Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali
daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma.
11
kapsula Glisson, yang meliputi seluruh permukaan organ; kapsula ini melapisi mulai
dari hilus atau porta hepatis di permukaan inferior, melanjutkan diri ke dalam massa
hati, membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran
empedu.
12
C. Etiologi
a. Malnutrisi
b. Alkoholisme
c. Virus hepatitis
g. Zat toksik
2. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar
saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi
(kolangitis).
D. Klasifikasi Stadium
yaitu :
13
1. Mikronodular
hatimengandung nodul halus dan kecil merata di seluruh lobus. Pada sirosis
mikronodular, besar nodulnya tidak melebihi 3 mm. Tipe ini biasanya disebabkan
2. Makronodular
mengandungnodul yang besarnya juga bervariasi ada nodul besar didalamnya, ada
daerah luasdengan parenkim yang masih baik atau terjadi regenerasi parenkim .
hepatitis B.
dekompensata.
Sering disebut dengan sirosis hati laten atau dini. Pada stadium kompensata ini
belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada
Dikenal dengan sirosis hati aktif, dan stadium ini biasanya gejala-gejala sudah
14
E. Patofisiologi
Sirosis sering didahului oleh hepatitis dan fatty liver (steatosis), sesuai dengan
etiologinya. Jika etiologinya ditangani pada tahap ini, perubahan tersebut masih
sepenuhnya reversibel.
menggantikan parenkim normal, memblokir aliran darah portal melalui organ dan
stellata, tipe sel yang biasanya menyimpan vitamin A, dalam pengembangan sirosis .
Kerusakan pada parenkim hati menyebabkan aktivasi sel stellata, yang menjadi
kontraktil (myofibroblast) dan menghalangi aliran darah dalam sirkulasi. Sel ini
mengeluarkan TGF-β1, yang mengarah pada respon fibrosis dan proliferasi jaringan
ikat. Selain itu, juga mengganggu keseimbangan antara matriks metalloproteinase dan
akhirnya menggantikan arsitektur seluruh hati yang berujung pada penurunan aliran
F. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2001) manifestasi klinis dari sirosis hepatis antara lain:
1. Pembesaran Hati
Pada awal perjalanan sirosis hati, hati cenderung membesar dan sel-selnya
dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang
dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari
pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan
15
regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit
yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan
pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba
berbenjol-benjol (noduler).
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis
dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-organ
digestif praktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati. Karena hati
yang sirotik tidak memungkinkan perlintasan darah yang bebas, maka aliran
darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan
konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis;
dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan
demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini
cenderung menderita dyspepsia kronis dan konstipasi atau diare. Berat badan
Cairan yang kaya protein dan menumpuk dirongga peritoneal akan menyebabkan
asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau
sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.
3. Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik juga
pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita
16
sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok
serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh
kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau hemoroid
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang
tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan
sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan
esofagus.
4. Edema
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.
bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut
menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan
17
status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan
6. Kemunduran Mental
dan koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu
dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan
G. Penegakan Diagnosis
18
1. Asites
2. Splenomegli
3. Perdarahan varises esofagus (hematemesis)
4. Albumin yang merendah
5. Spider nevi
6. Eritema palmaris
7 Vena kolateral
Pada saat ini, penegakan diagnosis sirosis hati terdiri atas pemeriksaan
fisis,laboratorium, dan USG . Pada kasus tertentu diperlukan pemeriksaan biopsi hati
atau peritoneoskopi karena sulit membedakan hepatitis kronik aktif yang berat dengan
1. Hati : perkiraan besar hati, biasa hati membesar pada awal sirosis, bila hati
mengecil artinya, prognosis kurang baik. Pada sirosis hati, konsistensi hati
biasanya kenyal/firm, pinggir hati biasanya tumpul dan ada nyeri tekan pada
perabaan hati.
3. Perut & ekstra abdomen : pada perut diperhatikan vena kolateral dan ascites.
4. Manifestasi diluar perut : perhatikan adanya spider navy pada tubuh bagian
atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput medussae, dan tubuh bagian bawah.
b) Laboratorium
19
3. GGT - berkorelasi dengan tingkat AP. Biasanya jauh lebih tinggi pada
jaringan limfoid.
platelet<50.000 / mL.
sirosishati/hipertensi portal.
sebagaialat pemeriksaa rutin pada penyakit hati. Yang dilihat pinggir hati,
20
hiperekoik atau adanya SOL (space occupyin lesion). Sonografi bisa
H. Komplikasi
1. Peritonitis bakterial spontan, yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri
tanpa ada bukti infeksi sekunder intra abdominal. Biasanya pasien ini tanpa gejala,
Kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada
3. Varises esofagus. 20-40% pasien sirosis dengan varises esofagus pecah yang
tiganya akan meninggal dalam waktu 1 tahun walaupun dilakukan tindakan untuk
21
4. Ensefalopati hepatik, merupakan kelaianan neuropsikiatrik akibat disfungsi hati.
I. Penatalaksanaan
pencegahan dan penanganan komplikasi. Bilamana tidak ada koma hepatik diberikan
diet yang mengandung protein 1 gr/KgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari.
Alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencederai hati
terjadinya sirosis.
terapi utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg secara
oral setiap hari selama 1 tahun. Namun pemberian lamivudin setelah 9-12
22
bulan menimbulkan mutasi YMDD sehingga terjadi resistensi obat. IFN Alfa
diberikan secara suntikan subkutan 3 MIU, 3 kali seminggu selama 4-6 bulan.
bulan.
a. Asites
Tirah baring
0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kh/hari denganadanya edema
asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 L dan dilindungi
b. Ensefalopati hepatik
amonia, diet rendah protein dikurangi sampai 0,5 gr/ kgBB/ hari, terutama
c. Varises esophagus
Sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan obat penyekat beta
(propranolol).
23
Waktu perdarahan akut bisa diberikan preparat somatostatin atau oktreotid,
aminoglikosida.
e. Sindrom hepatorenal
f. Transplantasi hati
dahulu.
J. Prognosis
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi , dan penyakit lain yang menyertai.
ascites dan ensefalopati juga status nutrisi. Klasifikasi ini terdiri dari Child A, B, dan
hidup selama satu tahun untuk pasien dengan Child A,B, dan C berturut – turut
24
Penilaian prognosis yang terbaru menggunakan Model for end stage liver
disease (MELD) digunakan untuk pasien sirosis yang akan dilakukan transplantasi.
25
BAB IV
KESIMPULAN
Sirosis Hepatik merupakan perjalanan akhir dari suatu kelainan patologi dari berbagai
macam penyakit. Batasan histologis kelainan hati yang bersifat merata (diffuse) yang ditandai
dengan fibrosis dan perubahan bentuk arsitektur yang normal dari hati ke bentuk nodul-nodul
abnormal. Proses fibrosis yang ireversible. Progesivitas dalam minggu sampai tahun. Di
Indonesia penyebab terbanyak adalah Hepatitis C dan B, 20-30 tahun setelah infeksi primer
ditemukan secara tidak sengaja saat medical check up. Kebanyakan pasien datang saat
stadium dekompensata, dimana sudah muncul komplikasi sirosis hepatik. Penderita biasanya
datang dengan keluhan nafsu makan menurun, mual muntah, rasa capai, lelah, berat badan
turun, nyeri perut, gatal, gusi berdarah, atrofi otot, perut membesaar, muntah darah, BAB
26
DAFTAR PUSTAKA
27